Anda di halaman 1dari 28

Ilmu alam (eksakta) atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada

rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan
umum, berlaku kapan pun dimana pun
Contohnya :
a) ilmu kimia mempelajari mengenai komposisi dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga
molekul serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi yang
ditemukan sehari-hari.
b) ilmu biologi mempelajari kehidupan yang sangat luas dan mencakup semua makhluk hidup.
c) ilmu fisika mempelajari sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas dan mempelajari
gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu.

Islam dan Ilmu Pengetahuan: Posisi ilmu pasti (eksakta) dalam Islam

00.40  eksakta, Ilmu pengetahuan, kebesaran Allah  No comments


Dalam Islam sebetulnya tidak ada dikotomi ilmu agama dan ilmu non-agama. Pada dasarnya
semua cabang ilmu pengetahuan adalah ilmu Islami. Pada masa kejayaan Islam tidak ada
perbedaan derajat ilmu agama dengan ilmu eksakta sehingga cendikiawan muslim pada masa
itu banyak yang menguasai beberapa cabang ilmu sekaligus. Ibnu Sina atau Avicena, selain
menguasai ilmu kedokteran juga pakar di bidang filsafat agama dan sastra. Ali Tabari, selain
ahli di bidang obat-obatan juga pakar dalam filsafat Islam dan astronomi. Al-Razi atau Razes
yang dikenal sebagai dokter dan ahli di bidang kedokteran ternyata juga, pada saat yang
sama, seorang pakar teologi, filsafat, kimia dan obat-obatan

Ilmu gunanya adalah untuk menyingkap rahasia Allah dan mengenal tanda-tanda kebesaran
Allah, yang hasilnya bisa dimanfaatkan untuk menundukkan alam. Rahasia-rahasia Allah ini
bisa diungkap dengan meneliti tanda-tanda yang terdapat di dalam jagad raya, termasuk
manusia sendiri. Untuk mengelola alam - dengan modal ilmu - manusia butuh standard of
procedure , aturan-aturan dan cara tertentu yang diinginkan Allah agar pengelolaan alam
tersebut berjalan dengan aman dan damai. Prosedur dan aturan-aturan ini disampaikan ke
manusia melalui wahyu lewat para rasul yang isinya meliputi aturan yang berkaitan langsung
dengan pengelolaan alam dan yang tidak langsung.

Manusia yang hendak menyingkap rahasia-rahasia Allah melalui tanda-tanda yang ada di
jagad raya menggunakan perangkat ilmu-ilmu alam, seperti fisika, kimia, geografi, geologi,
astronomi, falak dan lain-lain.

Manusia yang hendak menyingkap rahasia-rahasia Allah melaui tanda-tandaNya yang ada
pada manusia dan makhluk hidup lainnya melahirkan perangkat berupa ilmu biologi,
kedokteran, psikologi, sosiologi, kominikasi, sejarah dan lain-lain.

Ketika manusia hendak menyingkap rahasia-rahasia Allah melalui tanda-tanda yang


disampaikan dalam wahyunya muncullah ilmu-ilmu keagamaan, seperti ulumul Quran,
ulumul hadits, fiqh, tafsir, kalam, tasawwuf dan lain-lain.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
BAB I
PENDAHULUAN
A.       Pendahuluan
Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Banyak
disebutkan dalam Al Qur’an ayat-ayat yang menganjurkan manusia untuk senantiasa mencari
ilmu. Allah senantiasa meninggikan derajat orang-orang yang berilmu, sebagaimana telah
dijelaskan dalam surat al-Mujadalah ayat 11:
.........)11 :‫يرفع هللا الذين ءامنوا منكم والذين أوتو العلم درجات (المجادلة‬
Yang terpenting adalah ilmu itu tujuannya tidak boleh keluar dari nilai-nilai islami yang
sudah pasti nilai-nilai tersebut membawa kepada kemaslahatan manusia. Seluruh ilmu, baik
ilmu-ilmu teologi maupun ilmu-ilmu kealaman merupakan alat untuk mendekatkan diri
kepada Allah, dan selama memerankan peranan ini, maka ilmu itu suci
Agama Islam, di samping sebagai keyakinan yang dianut oleh manusia dengan corak
spritualnya, juga harus dipelajari sebagai objek kajian Ilmiah yang menarik. Alasannya
adalah, Agama dapat mempengaruhi semangat kerja, semangat juang dan berkorban bagi
pemeluknya. Bahkan menjadi kekuatan pendukung atau penghancur sebuah rezim.
Pada bagian berikutnya kajian Islam berkembang, tidak hanya mengkaji tentang
ketuhanan, tetapi juga mengkaji tentang ilmu-ilmu kealamam seperti: Fisika, Kimia, Biologi
yang bertujuan mensari hukum-hukum alam atau mensari keteraturan-keteraturan yang
terjadi pada alam. Pada kesempatan ini pemakalah ingin menguraikan secara ringkas Islam
dalam kajian ilmiah, hubungan dan implikasinya terhadap bidang ilmu kealaman dan Al-
Qur’an.

B.       Rumusan Masalah


Berdasarkan hasil dari latar belakang masalah diatas, maka adapun permasalahan-
permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini diantaranya adalah:
1.      Apakah yang dimaksud dengan ilmu kealaman ?
2.      Bagaimana peranan sain dalam mengena Tuhan ?
3.      Bagaimana peranan sains dalam stabilitas dan pengembangan masyarakat Islam ?
4.      Surah dan ayat Al-Qur’an apa yang ada hubungannya dengan ilmu kealaman (sains) ?
BAB II
PEMBAHASAN

1.    Ilmu Kealaman Menurut Islam


Ilmu kealaman yang disebut juga dengan “Natural Scienses” adalah ilmu yang
mempelajari tentang susunan benda-benda serta perkembangannya. Sumber dari ilmu ini
adalah alam. Manusia yang merupakan makhluk sapiens didorong oleh kebutuhan dan rasa
ingin tahunya, mengerahkan kekuatan akalnya untuk menyingkap rahasia alam. Agar
pengetahuannya itu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka dia menetapkan
kriteria-kriteria yang benar yang disebut dengan metodologi ilmiah, yaitu menggabungkan
cara berfikir deduktif dan induktif. Dengan cara yang seperti ini, maka manusia dapat
menyingkap rahasia alam yang melahirkan berbagai disiplin ilmu. Seperti, Kimia, Fisika,
matematika, Biologi, Antropologi fisik, Geologi, Astronomi, ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu
alam lainnya.
Ilmu-ilmu kealaman disebut juga ilmu-ilmu eksakta (ilmu pasti)yang kebenarannya pasti,
walaupun dalam kenyataan sosiologisnya bersifat kebenaran probabilistis. Yaitu sebuah teori
keilmuan yang saat ini dianggap benar, namun besar kemungkinan pada saat yang  lain terori
tersebut akan di tumbangkan oleh teori yang datang belakangan.
Inti dari ilmu kealaman ini adalah fositivisme, artinya sesuatu itu baru dianggap sebagai
ilmu kalau dapat diamati (observable), dapat diukur (measurable) dan dapat dibuktikan
(veriviable). Dalam Islam, alam adalah ciptaan dan anugerah. Sebagai ciptaan ia bersifat
teleologis, sempurna dan teratur. Sebagai anugrah, alam adalah tempat yang baik dan tidak
ternoda bagi manusia. Tidak ada jurang pemisah di alam. Tidak ada objek atau kejadian di
alam ini terjadi secara kebetulan. Semua kejadian yang terjadi dengan sebab akibat yang
dapat diperkirakan. Inilah sebabnya mengapa alam adalah kosmos yang nyata, bukan shaos
yang membiarkan terjadinya sesuatu tanpa akibat, atau kadang-kadang berakibat, kadang-
kadang tanpa akibat.
Jadi jelaslah bagi kita bahwa di dalam Islam, alam merupakan ciptaan Allah untuk
manusia. Manusia di suruh untuk memelihara dan melestarikan alam ini dengan baik dan
tidak boleh merusaknya.

a.    Peranan sains dalam mengenal Tuhan

Sains secara sederhana dapat diuraikan sebagai penafsiran dan pemaparan manusia
secara sistematis tentang seluk beluk alam semesta melalui kegiatan ilmiah yang
dilakukannya. Sain adalah sarana menanamkan aqidah.
Sains dan Keberadaan Alloh Dengan sains, manusia mampu memahami adanya
kebesaran, keteraturan, keharmonisan dan keindahan segala yang ada di alam, termasuk diri
manusia itu sendiri, dari yang paling kecil seperti atom hingga yang paling besar seperti
galaksi. Dengan merenungi kenyataan ini secara mendalam, manusia pada akhirnya mampu
berkesimpulan bahwa mustahil sistem yang sempurna ini ada dengan sendirinya, dan dapat
terus eksis secara dinamis tanpa ada yang menciptakan segala kesempurnaan tersebut. Dialah
Allah, Rabb yang menciptakan segala sesuatu di alam.
Sains dan Sifat-Sifat Alloh. Lebih dari sekedar menunjukkan keberadaan Pencipta, sains
mampu mengungkap Sifat-Sifat Alloh Yang Agung. Keteraturan dan kesempurnaan di alam
menunjukkan sifat-Nya yang Maha Tahu dan Maha Kuasa dalam menciptakan hukum-hukum
di alam agar berjalan secara sempurna dan teratur. Ditumbuhkannya beragam tanaman,
diciptakannya berjenis-jenis hewan sebagai rizqi yang menyenangkan bagi manusia dan
diciptakannya kondisi bumi yang nyaman untuk dihuni menunjukkan bahwa Pencipta
tersebut memiliki sifat Maha Pengasih, Maha Penyayang dan Maha Pemberi Rizqi. Begitulah
seterusnya, berbagai cabang sains, yang mengkaji beragam ciptaan Alloh secara parsial
maupun global mampu mengungkapkan beragam Sifat Allah Yang Agung.
Sains dan Ketaqwaan Kepada Allah. Kesimpulan dari uraian singkat di atas adalah
bahwa sains merupakan sarana yang sangat penting dalam memahami keberadaan Allah
beserta sifat-sifat-Nya. Semakin luas dan dalam sains yang dipahami seseorang, maka
keyakinannya tentang keberadaan Alloh akan semakin dalam. Semakin bertambah
pengetahuan yang dimilikinya tentang seluk beluk alam semesta semakin tahu ia sifat-sifat
Allah. Tidak mengherankan jika kemudian ia mudah mengingat Allah (berdzikir) ketika
mempelajari sains (bertafakkur). Semakin bertambah pengetahuannya tentang sains yang
digelutinya, semakin menjadikannya hamba yang mengenal dan bertaqwa kepada Alloh
SWT.
Berbagai pemaparan tersebut di atas, dapat dikaitkan dengan Al Qur’an Surat Al Imron
190 dan 191:

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.

191. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri , duduk , atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : “Ya
Tuhan kami , tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia . Maha suci Engkau ,
peliharalah kami dari siksa neraka.
Oleh karena itu, bagaimanapun juga manusia tidak boleh lupa bahwa al-Quran bukan
buku teks sains eksperimental, dan jika ia menerangkan beberapa fenomena alam, itu
dikarenakan oleh beberapa alasan di bawah ini:
a)         Studi fenomena alam dan keajaiban-keajaiban penciptaan akan memperkuat keimanan
manusia kepada Tuhan.
b)        Dengan keakraban terhadap kesempatan-kesempatan yang telah dianugrahkan Tuhan kepada
manusia, ia lebih dapat mengenal Allah, dan dengan mendapatkan manfaat-manfaat darinya
serta mereka dapat bersyukur kepada-Nya.

b.   Peranan sains dalam stabilitas dan pengembangan masyarakat Islam

Sebagaimana tujuan Islam yaitu membangun masyarakat tauhid dan untuk menjaga dari
marabahaya yang diakibatkan orang-orang kafir, dunia Islam harus mandiri secara penuh.
Agar dapat menjamin superioritas kebijaksanaan (policy) atas yang lainnya, orang Islam
harus mampu berswasembada dan mandiri.
Pada masa sekarang ini, segala sesuatu berputar di sekitar poros sains dan teknologi.
Oleh karenanya, agar menjadi merdeka dan mandiri, kebijaksanaan Islam harus memperoleh
seluruh kemampuan keilmuan dan teknologi yang penting bagi kemandirian dan
kemenangannya.
Mungkin sekarang banyak pertanyaan: “Sementara al-Quran mengatakan bahwa orang
kafir takkan dapat menguasai orang-orang beriman, mengapa sekarang mereka dikuasai
orang-orang kafir?” Jawabannya dapat ditemukan dalam kenyataan bahwa kaum Muslim
sekarang tidak benar-benar beriman, mereka tidak melihat kewajiban-kewajiban mereka.
Mereka juga tidak memiliki kesatuan dan juga tidak mencari ilmu dan yang lainnya yang
telah dianjurkan dalam al-Quran.
Dalam perspektif Islam, imanlah yang menjamin penggunaan ilmu yang tepat. Dalam al-
Quran, ilmu dan iman itu saling berdampingan. Sebagaimana wahyu pertama yang diterima
nabi saw yang menganjurkan membaca, tetapi membaca tersebut tepat setelah menyebut
nama Sang Pencipta, yang berarti menuntut ilmu harus atas nama Tuhan.
Di samping itu, Islam juga mendorong kaum muslim untuk melengkapi diri mereka
dengan sains dan teknologi, untuk menjamin kemerdekaan dan perkembangan masyarakat
Islam, demi menjaga aspek-aspek spiritual.

c.    Ilmu fisika ( Q.S Yunus : 61 )


Fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar, karena berhubungan dengan
perilaku dan struktur benda.bidang fisika biasanya biasanya dibagi menjadi gerak, fluida,
panas, suara, cahaya, listrik dan magnet, dan topik-topik modern seperti relativitas, struktur
atom, fisika zat padat, fisika nuklir, partikel elementer, dan astrofisika.
Mungkin kebanyakan dari kita mengira bahwa ilmu fisika itu berasal hanya dari
pemikiran orang –orang ber IQ tinggi dan menghabiskan banyak waktu untuk meneliti
sesuatu hingga kepalanya botak. Seperti  J.Thomson,Niels Bohr,Einstein dll. Tentu saja tidak
demikian, jauh sebelum teori-teori fisika itu ditemukan. ALLAH SWT sudah menuliskannya
didalam sebuah kitab suci yaitu al-Qur’an, yaitu terdapat dalam beberapa Ayat berikut :
           Ayat yang menjelaskan tentang fisika nuklir(sesuatu yang lebih kecil dari atom (orang Arab
menyebut sesuatu yang lebih kecil dari semut dengan dzarrah).definisi atom adalah bagian
terkecil dari suatu zat / unsur yang tidak dapat dibagi-bagi lagi.
1)        Dan tidaklah engkau (Muhammad)berada dalam suatu urusan,dan tidak mmbaca suatu ayat
Al-Qur’an serta tidak pula kamu melakukan suatu pekerjaan,melainkan Kami menjadi saksi
atasmu ketika kamu melakukannya.Tidak lengah sedikitpun dari pengetahuan tuhanmu
biarpun sebesar Zarrah,baik di bumi maupun di langit.Tidak ada sesuatu yang lebih kecil dan
lebih besar daripada itu,melainkan semua tercatat dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)
(QS.Yunus:61)
2)        Dan orang-orang kafir berkata,”Hari kiamat itu tidak akan datang kepada kami.” Katakanlah
“pasti datang,demi Tuhanku yang mengetahui yang ghaib,Kiamat itu pasti akan
datangkepadamu.tidak ada yang tersembunyi bagiNYA sekalipun seberat zarrah baik yang
dilangit maupun yang diBumi,yang lebih kecil dari itu atau yang lebih besar,semuanya
(tertulis) dalam kitab yang jelas (Lh Mahfuz) (QS.Saba’: 3)
           Ayat yang menjelaskan tentang teori rotasi bumi.
Perputaran itu disebut rotasi atau diartikan sebagai perputaran bumi pada poros/sumbunya,
yang salah satu akibatnya adalah terjadi pergantian siang dan malam.
1)        Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,dan pergantian malam dan siang terdapat
tanda-tanda (kebesaran ALLAH) bagi orang2 yang berakal (QS.Ali Imran:190)
2)        Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya,dan Dialah yang menetapkan
tempat-tempat orbitnya,agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).Allah
tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaranNYA)kepada orang-orang yang mengetahui (QS.Yunus:5)

d.   Astronomi ( Q.S Lukman : 29 )


Al-Qur'an yang menjelaskan tentang astronomi dan kosmologi. Salah satu ayat yang
ingin kita bahas adalah bahwa Allah yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing berjalan di orbitnya dengan bergerak sendiri.
Kata dalam bahasa Arab yang tertulis dalam Al-Qur’an kata kerja sabaha dan
yaswabuna. Ini berarti gerakan yang berasal dari benda itu sendiri. Jadi, misalnya terjadi di
dalam air berarti berenang, jika di atas tanah berarti berjalan. Maka, jika membicarakan
tentang benda di luar angkasa, berarti benda tersebut berotasi sendiri. Dan ini menakjubkan,
Al-Qur'an pada masa 1.400 tahun yang lalu sudah menyebutkan bahwa bumi, bulan, dan
matahari berotasi. Jika anda pikir Matahari itu diam saja, maka anda salah. Matahari seperti
halnya bumi dan bulan juga berotasi. Tentu bumi berotasi mengelilingi matahari, dan
matahari berotasi pada sumbunya sendiri.
Bumi mengorbit di sekitar matahari dan matahari mengorbit di pusat galaksi. Karena
matahari terus mengorbit, maka dia akan berakhir di suatu titik yang disebut solar apex, yaitu
di pusat galaksi. Jadi, Al-Qur'an menyebutkan tentang bukti-bukti ilmiah dengan sangat
akurat.

Gagasan silih bergantinya malam dan siang, dan sifat bumi sebenarnya tersirat dalam
surat Luqman ayat 29:

‫س َو ْالقَ َم َر ُكلٌّ يَجْ ِري إِلَى أَ َج ٍل ُم َس ّمًى‬


َ ‫ر ال َّش ْم‬wَ ‫ار فِي اللَّ ْي ِل َو َس َّخ‬ ِ َ‫أَلَ ْم تَ َر أَ َّن هَّللا َ يُولِ ُج اللَّي َْل فِي النَّه‬
َ َ‫ار َويُولِ ُج النَّه‬
)٢٩( ‫َوأَ َّن هَّللا َ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِي ٌر‬

“Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam


siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan
masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Luqman:29)

e.    Biologi ( Q.S An-Naaziat : 30-31 )

Ilmu biologi yang terdapat dalam Al-Qur’an yaitu tertera dalam beberapa ayat-ayat
berikut:
1.      Bumi dan tumbuh-tumbuhan (QS. An-Naaziat 30-31)
‫ض بَ ْع َد َذلِكَ َد َحاهَا‬
َ ْ‫َواألر‬
“Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya.(QS. An-Naaziat:30)
‫أَ ْخ َر َج ِم ْنهَا َما َءهَا َو َمرْ عَاهَا‬
“Ia memancarkan daripadanya mata airnya dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.
(QS.An-Naaziat;31)
2.      Proses kejadian manusia dalam rahim ibunya (QS. Az-Zumar:36)
Dalam Al Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam
rahim ibunya.
‫!ون أ ُ َّم َه!!ا ِت ُك ْم‬ ُ ‫س َوا ِح َد ٍة ُث َّم َج َع َل ِم ْن َها َز ْو َج َها َوأَ ْن َز َل لَ ُك ْم م َِن األ ْن َعام َث َما ِن َي! َة أَ ْز َواج َي ْخلُقُ ُك ْم فِي ب‬
ِ !‫ُط‬ ٍ ِ ٍ ‫َخلَ َق ُك ْم مِنْ َن ْف‬
)٦( ‫ون‬ َ ُ‫ك ال إِلَ َه إِال ه َُو َفأ َ َّنى ُتصْ َرف‬ ُ ‫ث َذلِ ُك ُم هَّللا ُ َر ُّب ُك ْم لَ ُه ْالم ُْل‬
ٍ ‫ت َثال‬ ُ ‫َخ ْل ًقا مِنْ َبعْ ِد َخ ْل ٍق فِي‬
ٍ ‫ظلُ َما‬

“Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan
Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia
menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. yang
(berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak
ada Tuhan selain dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan” (Az Zumar : 6)

Sebagaimana yang akan dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia
diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern
telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat yang
berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran embriologi yang dipakai di
berbagai fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan dasar. Misalnya, dalam
buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama dalam bidang embriologi,
fakta ini diuraikan sebagai berikut:
"Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu
pertama, embrionik; sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan
sampai kelahiran." (Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984, s. 64.)
Hal ini membuktikan bahwa Al-qur’an merupakan kitab suci yang berisi tentang
segala ilmu dan aturan-aturan yang membawa kita kepada kehidupan yang baik dunia dan
akhiran.

BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan

Dari penjelasan materi pada pembahasa diatas, akhirnya dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1.      Ilmu kealaman yang disebut juga dengan “Natural Scienses” adalah ilmu yang mempelajari
tentang susunan benda-benda serta perkembangannya. Sumber dari ilmu ini adalah alam.
2.      Peran sain adalah sarana menanamkan aqidah dan memperkuat iman serta mendekatkan diri
kepada Allah SWT, lewat alam sekitar.
3.      Peranan sains dalam stabilitas dan pengembangan masyarakat Islam, tujuan yaitu menjadi
merdeka dan mandiri.
4.      Adapun ayat-ayat Al-qur’an yang berbicara mengenai ilmu kealaman (sain), yaitu :
      Ilmu fisika ( Q.S Yunus : 61 )
      Astronomi ( Q.S Lukman : 29 )
      Biologi ( Q.S An-Naaziat : 30-31 )

B.  Saran

Demikianlah makalah ini, Akhirnya kepada Allah jua-lah kita berharap, disini kami
sangat berharap mudah-mudahan Makalah ini berguna bagi kita semua sehingga dapat
meningkatkan ilmu pengetahuan, keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, agar
memperoleh keselamatan di dunia dan akhirat.
Untuk itu kritik dan masukan yang bersifat membangun dari Dosen pembimbing dan
teman-teman sangat kami harapkan.

DAFTAR PUSTAKA
  Hasan Basri Hasan Cik, TradisiBaru Penelitian Islam; Tinjauan antar disiplin ilmu, M. Deden
Ridwan, ed, (Bandung, 2001)
  Hasbullah Moeflieh, Gagasan dan Perbedaan; Islamisasi Ilmu Pengetahuan, ed. (Pustaka
Cidesindo, Jakarta, 2000)
  http://www.lampuislam.blogspot.com/2013/03/fakta-ilmiah-dalam-al-quran-bagian-
kedua.html
  http://hanafire.wordpress.com/2011/07/18/fisika-dalam-islam/
  http://faithfreedomwatch.web44.net/ffi/sainsqr.htm
  http://indahnya-alquran.ning.com/
  http://Ilmu-Kealaman-Dasar-agama.htm
PANDANGAN ISLAM TENTANG ILMU PENGETAHUAN
Februari 20, 2009

Oleh : Zaldy Munir

AGAMA Islam bukanlah agama yang dianut secara turun-menurun. Kebenaran agama Islam
diyakini karena sesuai dengan pertimbangan akal sehat. Misalnya, keyakinan tentang
adanya Allah selain melalui keterangan dari ayat-ayat Alquran, juga dapat dilihat dari
makhluk ciptaan-Nya yang beraneka ragam dan unik. Akal sehat meyakini, bahwa alam
nyata ini tidak terjadi dengan sendirinya, tentu ada penciptakan, yakni Allah.

Allah menciptakan alam semesta ini untuk kesejahteraan umat manusia. Manusia disuruh
untuk mengelola alam ini agar dapat dimanfaatkan guna keperluan hidup mereka. Untuk
mengelola alam ini tentu saja diperlukan akal. Allah menyuruh manusia menggunakan
akalnya.

Islam juga menghendaki umatnya untuk memiliki ilmu pengetahuan, baik ilmu pegetahuan
agama maupun ilmu pengetahuan umum. Dalam pandangan Islam, ilmu itu tergolong suci.
Ilmu merupakan barang yang sangat berharga bagi kehidupan seseorang, Ilmu itu bagaikan
lampu atau cahaya. Bahwa tidak dapat seseorang berjalan di malam yang gelap, kecuali
dengan lampu. Demikian pula halnya, tidak dapat seseorang membedakan yang baik
dengan yang buruk, kecuali dengan ilmu.

Pada zaman Nabi Muhammad Swt. pada permulaan abad VII Masehi negeri yang terjauh
yang terkenal di Arab adalah Cina tempat asal barang-barang mewah seperti kain sutra,
porselin atau keramik. Ilmu itu amatlah luas. Jika dipelajari tidak pernah akan selesai.
Selama bumi masih berpurtar, selam hayat di kandung badan, selama itu pula manusia
memerlukan ilmu pengetahuan. Islam tidak hanya cukup pada perintah menuntut ilmu, tetapi
menghendaki agar seseorang itu terus-menerus, melakukan belajar.

Manusia hidup di dunia perlu senantiasa menyesuaikan dengan alam, dan perkembangan
zaman terus berkembang, maka manusia akan tertinggal oleh zaman, sehingga tidak dapat
hidup layak sesuai dengan tuntutan zaman. Ilmu dunia yang terlalu luas ini memungkinkan
manusia tersesat. Oleh karena itu, perlu diimbangi dengan ilmu agama untuk memilih dan
memilih mana yang baik dan yang benar, untuk mengetahui mana yang haram dan mana
yang halal.

Untuk menjadikan kebudayaan yang islami maka jadikanlah Alquran dan Sunnah sebagai
sumber atau dasar dalam menentukan status undang-undang dan hukum tindakan tersebut.

Ilmu pengetahuan bertujuan untuk mengonseptulisasikan fenomena-fenomena alam dalam


sebab-sebabnya, dalam uruan-urutan sebab akibat dan mencari asas-asas umum. Suluruh
proses ilmu pengetahuandari 3000 tahun terakhir ke arah kepastian. Sebab-sebab simbolis
atau mitologis makin lama makin di ganti oleh sebab-sebab yang pasti yang dapat di
ferivikasikan. Dengan itu manusia menemukan tata tertib objektif dalam kosmos yang
“pretictable” : kejadian yang akan datang dapat di hitungkan sebelumnya dan demikian di
bimbing, dipergunakan atau dihalang-halangi menurut keperluan yang lebih mendesak.
Allah menyuruh manusia untuk menuntut ilmu pengetahuan, tidak hanya ilmu agama, tetapi
juga ilmu umum, seperti ilmu alam, ilmu pasti, ilmu-ilmu sosial dan budaya serta teknologi.

Firman Allah :

Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan
dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-
gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula)
yang hitam pekat.

Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang


ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut
kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha
perkasa lagi Maha Pengampun. (Al-Faatir : 27-28)

Ilmu agama, seperti Ilmu tauhid, ilmu tafsir, ilmu hadits, serta ilmu akhlak mengantarkan
manusia dapat memahami agama Islam dengan benar dan meyakininya, mengamalkannya
dengan ikhlas, berakhlak mulia dan perbuatan-perbuatan baik lainnya. Dengan demikian,
apabila di suatu masyarakat yang penduduknya memiliki pengetahuan agama yang baik,
maka biasanya suasana pada masyarakat yang demikian itu aman dan tentram.

Ilmu pengetahuan umum yang berhubungan dengan masalah-masalah keduniaan juga


manfaatnya bagi masyarakat tidak berbeda dengan manfaat ilmu agama, asalkan digunakan
sejalan dengan tuntunan agama. Manusia dengan akalnya diberikan oleh Allah kemampuan
untuk menyerap sejumlah ilmu pengetahuan, walaupun hanya sedikit saja dibandingkan
dengan kesempurnaan ilmu Allah, akan tetapi tetap harus berpegang kepada kebenaran
untuk mencari ridho Allah SWT.■ 

Ahmad Gustina pada Juli 31, 2014 pukul 7:23 am berkata:

Muslim selalu gembar gembor bahwa ilmu pengetahuan yang membuat Barat menjadi maju
sekarang ini berasal atau bahkan dicuri dari kebudayaan islam. Sekarang semua orang tahu
bahwa yang namanya ilmu pengetahuan itu gak mungkin dicurilah, kalo diadopsi mungkin
sekali. Tapi kalau dicuri, apakah ilmu pengetahuan itu seperti barang yang ditutup di satu
tempat lalu begitu diambil hilang keberadaannya??? Bukankah ilmu pengetahuan berasal dari
kegiatan mental yang tidak bisa dicuri??

Sekarang kalau sadar bahwa ilmu pengetahuan itu merupakan hasil kerja mental otak, yg
kemudian disebarluaskan dengan cara dituliskan dalam jurnal, buku atau report, bagaimana
mungkin islam tidak menyimpan report itu di dalam wilayah kekuasaannya sendiri dulu atau
diwariskan dan diteruskan oleh institusi/badan badan dan orang orang yang bisa meneruskan
ilmu pengetahuan itu sendiri???

Kalau memang ilmu pengetahuan itu adalah sesuatu yg dikendalikan secara mental, maka
begitu ilmu pengetahuan itu diadopsi oleh kebudayaan lain, maka kebudayaan induknya
seharusnya tidak harus kekurangan sumber daya manusia untuk meneruskan ilmu
pengetahuan itu sebagai bagian dari tradisi dan budaya yang harus dikembangkan dan
diwariskan, kemudian menghasilkan buah buah ilmu pengetahuan baru lain yang lebih maju
dari sebelumnya kan???? Tapi mengapa tidak terjadi??? Bisanya cuman klaim ilmu
pengetahuannya dicuri?? Itu analoginya seperti bilang ” saya gak bisa jawab soal di ujian
karena jawaban saya dicontek orang???” Apakah itu logika yang masuk akal???

Terus terang, kebanggaan islam akan pencapaian ilmu pengetahuannya jaman dulu
merupakan kebanggaan semu karena jelas terbukti bahwa ilmu pengetahuan itu tidak menjadi
bagian dari tradisi dan warisan yang dapat diteruskan ke generasi berikutnya. Berarti islam
sendiri memiliki ilmu pengetahuan yg ditunjang oleh kekayaan khasanah dari daerah
jajahannya. Tidak ada muncul ilmuwan-ilmuwan islam dari daerah-daerah yang sebelumnya
memang “minus” pencapaian ilmu pengetahuan seperti Afrika Utara, Maroko, Sudan,
Tunisia, Bangladesh, Afganistan, Oman, Yaman dan Pakistan. Ilmuwan-ilmuwan “besar”
beragama islam berasal dari daerah-daerah yang memang sudah punya sejarah/tradisi
gemilang dalam perkembangan ilmu pengetahuan sebelum islam lahir seperti Persia (Iran),
Mesopotamia (Irak), Spanyol dan Mesir. Jadi, tak ada kontribusi nyata agama islam terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia. Akhirnya, begitu daerah jajahan itu
lepas satu persatu, maka klaim itu menjadi gugur karena tidak terbukti menghasilkan kultur
yang terwariskan dan infrastruktur science yang menunjang. Memang dalam islam semuanya
hanya merupakan label yang disematkan tanpa bukti, hoax….dari dulu….!!!

—-

Setelah Muhammad MATI, islam tidak dapat berhenti perang, karena jika berhenti perang
maka antar mereka akan saling bunuh, maka Kalifah menggerakkan perang perampokan
keluar Jazirah Arab dan berhasil, masyarakat kaget ada agama PERANG (istilah islamnya
adalah JIHAD). Muslim akhirnya dapat menguasai Jalur Sutera yaitu jalur yang
peradabannya paling maju di dunia, para cendekia terus berkarya di bawah bendera islam,
jadi bukan islam yang memajukan ilmu pengetahuan tetapi karena wilayah yang
berperadaban maju DIJAJAH islam, setelah islam tidak dapat memajukan peradaban karena
saling bunuh di antara mereka.
3. Ilmu Alam (Natural Science).

a. Sejarah dan filsafat ilmu (History and philosophy of science) yang terdiri dari: Sejarah
Ilmu (History of Science), Filsafat ilmu (Phylosphy of science),

b.   Ilmu-ilmu Fisika (Physical sciences) yang dapat dibagi ke dalam: Sejarah ilmu fisika
(History of the Physical science), Sifat dasar dan lingkup astronomi dan astrofisika (The
nature of enscope of astronomy and astrophysics), Sifat dasar dan lingkup fisika (the Nature
of enscope of Physics),Sifat dasar dan lingkup kimia (The nature of enscope of Chemistry),

c.   Ilmu Bumi (the Earth science) yang membahas tentang: Sifat dasar dan sejarah ilmu bumi
(The nature and history of the Earth science), Sifat dasar, lingkup dan metode-metode ilmu
Bumi khusus (The nature, scope and methods of particular Earth science)

d.   Ilmu-ilmu Biologi (The Biological sciences) yang terdiri dari: Perkembangan ilmu-ilmu
biologi (Development of the Biological Sciences), Sifat dasar, lingkup dan metodologi Ilmu
Biologis (The nature, scope and methodology of the Biological Sciences), Filsafat Biology
(Philosophy of Biology).

e.   Ilmu Kedokteran dan disiplin ilmu yang tergabung (Medicine and affiliated disciplines)
yang membahas tentang: Sejarah Ilmu Kedokteran (History of medicine), Bidang-bidang
praktek atau penelitian medis khusus (Field of Specialized medical practised or research),
Displin ilmu yang tergabung dalam ilmu kedokteran (Disciplines of affiliated with medicine).

f.    Ilmu Sosial dan psikologi (The social sciences and psychology) yang mencakup:
Perkembangan ilmu sosial (Development of the Social sciences), Sifat dasar antropologi (The
nature of anthropology), Sifat dasar sosiologi (The nature of sociology), Sifat dasar ilmu
ekonomi (The nature of economics), Ilmu Politik (Political sciences), Sejarah dan metode
psikologi (History and methods of Psychology),
g.   Ilmu Teknologi (The technological sciences) yang mencakup: Sejarah ilmu teknologi
(History of technological sciences), Segi-segi akademika dan profesional dari keinsinyuran
(Academics and professional aspects of engineering), Sifat dasar dan cakupan ilmu pertanian
(The nature and scope of agricultural sceinces), Sifat dasar dan cakupan displin antar ilmu
yang baru dikembangkan (The nature and scope of presently developed intersciences
disciplines),

4.   Sejarah dan humaniora (History and humanities). Sejarah dan Humaniora dapat dibagi
lagi ke dalam:

a.   Historiografi dan studi sejarah (historyography and the study ofhistory), meliputi:
Historiografi (historyography), Penyelidikan dan penelitian sejarah modern (modern
hitorical investigation and research), Filsafat sejarah (Philosophy of History),

b.   Humaniora dan kesarjanaan humanistik (the Humanities and humanistics scholarship),


meliputi: Sejarah kesarjanaan humanistik (History of humanistic scholarship), Humaniora
(The humanities).

5.   Filsafat (philosophy). Filsafat terdiri dari:

a.   Sifat dasar dan pembagian filsafat (The nature and the divisions of philosophy), meliputi:
Sifat dasar, lingkup dan metode filsafat (The nature, scope and methods of philosophy),
Pembagian filsafat (The divisions of philosophy),

b.   Sejarah filsafat (History of philosophy), meliputi: Penulisan sejarah filsafat (The writings
of history of philosophy), Sejarah filsafat Barat (History of Western Philosophy), Filsafat
bukan Barat (Non Westerns Philosophy), Filsafat yang berhubungan dengan agama
(Philosophies associated with religions),

c.   Aliran dan ajaran filsafat (Philosiphycals Schools and doctrines), meliputi: Aliran-aliran
filsafat utama di Barat (Major Philosiphycal Schools in the West), Teori ada dan eksistensi
(Theories of Beeing and Existence), Teori pikiran, pengetahuan dan daya budi (Theories of
Thought and Knowledge and Faculties of Minds), Teori perilaku (Theories of conduct),

Sedangkan The World Book Encyclopedia membagi sains menjadi:

1.   Matematika dan logika (Mathematics and logic). Contohnya: aritmatika, aljabar, kalkulus
dan statistik.

2.   Ilmu Fisika (The Physical science). Contohnya: Astronomi, kimia, geologi, meteorologi
dan fisika.

3.   Ilmu Kehidupan (The Life science). Contohnya: Zoologi, botani, fisiologi, taksonomi dan
ekologi.

4. Ilmu Sosial (Social science). Contohnya: Antropologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi dan
ilmu sosial.

Sementara itu menurut penulis ilmu pengetahuan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
v  Ilmu kerohanian, yang meliputi: ilmu jiwa (psikologi) dan ilmu agama.

v  Ilmu humaniora atau ilmu kebudayaan, yang meliputi: sastra, sejarah, ilmu pendidikan, dan
ilmu filsafat.

v  Ilmu sosial, yang meliputi: ilmu hukum, ilmu ekonomi, ilmu sosial politik, ilmu
ketatanegaraan.

v  Ilmu eksakta dan tehnik, meliputi: ilmu hayat, ilmu kedokteran, ilmu farmasi, ilmu
kedokteran hewan, ilmu pertanian, ilmu pasti dan alam, ilmu tehnik dan ilmu biologi.

DR. KEITH L. MOORE MSc, PhD "Ini Tidak Mungkin! Muhammad Pasti
Menggunakan Mikroskop"
Posted by Hisyam Ad dien mercusuar 12:10 PM

DR. KEITH L. MOORE MSc, PhD, FIAC,


FSRM adalah Presiden AACA (American Association of Clinical Anatomi ) antara tahun
1989 dan 1991. Ia menjadi terkenal karena literaturnya tentang mata pelajaran Anatomi dan
Embriologi dengan puluhan kedudukan dan gelar kehormatan dalam bidang sains.
Dia menulis bersama profesor Arthur F. Dalley II, Clinically Oriented Anatomy, yang
merupakan literatur berbahasa Inggris paling populer dan menjadi buku kedokteran
pegangan di seluruh dunia. Buku ini juga digunakan oleh para ilmuwan, dokter, fisioterapi
dan siswa seluruh dunia.
Pada suatu waktu, ada sekelompok mahasiswa yang menunujukkan referensi al-Qur’an
tentang ‘Penciptaan Manusia’ kepada Profesor Keith L Moore, lalu sang Profesor melihatnya
dan berkata :
“Tidak mungkin ayat ini ditulis pada tahun 7 Masehi, karena apa yang terkandung di dalam
ayat tersebut adalah fakta ilmiah yang baru diketahui oleh ilmu pengetahuan modern! Ini
tidak mungkin, Muhammad pasti menggunakan mikroskop!”
Para Mahasiswa tersebut lalu berkata, “Prof, bukankah saat itu Mikroskop juga belum ada?”
“Iya, iya saya tau. Saya hanya bercanda, tidak mungkin Muhammad yang mengarang ayat
seperti ini,” jawab sang profesor.
***
“Kemudian Kami menjadikan air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan alaqoh (sesuatu yang melekat), lalu sesuatu yang
melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
menjadikannya mahluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah Pencipta yang paling baik”
[QS. Al Mu'minuun: 13-14]
Jika di cermati lebih dalam, sebenarnya ‘alaqoh’ dalam pengertian Etimologis yang biasa di
terjemahkan dengan ‘segumpal darah’ juga bermakna ‘penghisap darah’, yaitu lintah.
Padahal tidak ada pengumpamaan yang lebih tepat ketika Embrio berada pada tahap itu,
yaitu 7-24 hari, selain seumpama lintah yang melekat dan menggelantung di kulit.
Embrio itu seperti menghisap darah dari dinding Uterus, karena memang demikianlah yang
sesungguhnya terjadi, Embrio itu makan melalui aliran darah. Itu persis seperti lintah yang
menghisap darah. Janin juga begitu, sumber makanannya adalah dari sari makanan yang
terdapat dalam darah sang ibu.
Ajaibnya, Embrio Janin dalam tahap itu jika di perbesar dengan mikroskop bentuknya benar-
benar seperti lintah. Dan hal itu tidak mungkin jika Muhammad sudah memiliki pengetahuan
yang begitu dahsyat tentang bentuk janin yang menyerupai lintah lalu menulisnya dalam
sebuah buku.
Padahal pada masa itu belum di temukan mikroskop dan lensa. Jelas itu adalah
pengetahuan dari Tuhan, itu wahyu dari Allah SWT, yang Maha Mengetahui segala
Sesuatu.
Ayat tersebutlah yang membuat sang profesor akhirnya memeluk agama Islam dan merevisi
beberapa kajian ilmiahnya karena Al-Quran ternyata telah menjawab beberapa bagian yang
selama ini membuat sang profesor gusar. Ia merasa materi yang ditelitinya selama ini terasa
belum lengkap atau ada tahapan dari perkembangan Embrio yang kurang.
***
Artikel Biografi Dr. Keith L. Moore >> http://goo.gl/OHjQW
Video Pernyataan Lengkap sang Profesor:
Embryology in the Qur’an by: Dr. Keith L. Moore >> http://goo.gl/8hS87 (Durasi 1 jam 12
Menit)
Video Biografi dan Wawancara Dr. Keith L. Moore >> http://goo.gl/CE1mW (Durasi 1 jam 8
Menit)
(Pizaro/Islampos/Zilzal/File Islam/www.globalmuslim.web.id)

Islam dan Ilmu Pengetahuan – Pengertian dan Perkembangannya

Tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu pengetahuan adalah salah satu aspek penting dalam
kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan yang diajarkan dalam kehidupan diharapkan dapat
membantu manusia dalam menjalankan segala aktifitas dan perannya seperti halnya fungsi
agama dalam kehidupan manusia.

ads

Meskipun demikian selayaknya ilmu pengetahuan tidak terlepas dari ajaran agama dan
dipisahkan dari ilmu agama itu sendiri. Islam adalah agama yang menjunjung ilmu
pengetahuan dan begitu juga Ilmu pengetahuan memiliki interaksi dengan agama. Kemajuan
zaman, teknologi dan arus informasi seakan memperlebar jarak antara ilmu pengetahuan dan
agama. Lalu bagaimanakah kedudukan dan pentingnya ilmu pengetahuan menurut islam itu
sendiri? Simak penjelasannya berikut ini

Ilmu pengetahuan dalam Islam

Islam adalah agama yang menghargai dan meninggikan derajat orang yang berilmu. Dalam
islam sendiri terkandung ilmu pengetahuan yang tidak terbatas dan terpisah-pisah seperti
halnya masyarakat barat membagi dan memisahkan ilmu menjadi beberapa cabang. Ilmu
pengetahuan dalam islam tersusun dalam kesatuan dan bahkan dalam Alqur’an sendiri
terkandung ilmu pengetahuan di dalamnya. Sebagaimana Allah menyebutkan dalam Alqur’an
tentang orang-orang yang berilmu, berpikir dan berakal

“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-
bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya).” (An-
Nahl: 12)

“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur,
tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami
dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yang
lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” (Ar-Ra’d: 4)

Pengertian Ilmu Pengetahuan

Kata ilmu berasal dari kata dalam bahasa Arab yaitu ‘ilm yang berarti pengetahuan dan
kemudian arti tersebut berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Kata ilm itu sendiri diserap
dalam bahasa Indonesia menjadi kata ilmu atau yang merujuk pada ilmu pengetahuan.

Dalam sudut pandang Islam, ilmu sendiri diartikan sebagai pengetahuan yang diperoleh
berdasarkan ijtihad atau hasil pemilkiran mendalam para ulama dan ilmuwan muslim yang
didasarkan pada Alqur’an dan hadits. Alqur’an dan hadits adalah pedoman hidup manusia
dan di dalamnya terdapat ilmu pengetahuan yang universal. Allah bahkan menurunkan ayat
pertama yang berbunyi “Bacalah” sedangkan kita mengetahui bahwa membaca adalah
aktifitas utama dalam kegiatan ilmiah. Kata ilmu itu sendiri disebut sebanyak 105 kali dalam
alQur’ān dan kata asalnya disebut sebanyak 744 kali.

Perkembangan Ilmu pengetahuan Dalam Islam

Masa keemasan umat islam terjadi pada masa kelam masyarakat barat dimana ilmu
pengetahuan berkembang dengan pesat dikalangan umat muslim. Pada saat itu islam telah
memperluas wilayah hingga Eropa. Pada masa keemasan tersebut banyak ilmuwan muslim
yang melalukan riset dan penterjemahan besar-besaran terhadap karya-karya filosofi para
ilmuwan Yunani (baca hakikat pendidikan islam dalam filsafat).

Periode Islam klasik (650-1250 M) dipengaruhi oleh pandangan tentang tingginya kedudukan
akal seperti yang terdapat dalam al-Qur`an dan hadist. Kemudian pandangan ini ternyata
sejalan dengan filsafat sains bangsa Yunani kuno (baca sejarah islam dunia dan sejarah
yahudi). Adapun beberapa ilmuwan besar pada masa itu yang tercatat dalam sejarah agama
islam diantaranya adalah :

 Al-razi dengan karyanya Al-Hāwī (850-923) yang merupakan sebuah ensiklopedi mengenai
perkembangan ilmu kedokteran sampai masanya. Rhazas juga mengarang suatu
ensiklopedia atau kamus kedokteran dengan judul Continens,
 Ibnu Sina (980-1037) yang menulis buku-buku kedokteran yang diberi judul Al qonun atau
the Canon of Medicine yang kini menjadi standar dalam ilmu kedokteran di Eropa.
 Al-Khawarizmi atau Algorismus yang menulis buku Aljabar pada tahun 825 M, dan
merupakan buku standar ilmu matematika selama beberapa abad di Eropa. Ia juga yang
menemukan penggunaan angka desimal yang menggantikan angka romawi di Eropa.
 Ibnu Rushd (1126-1198) seorang filosofi yang banyak menterjemahkan karya Aristoteles
 Al Idris (1100-1166) yang membuat 70 peta kerajaan Sicilia di Eropa.
 Jabir ibn hayyan dan Al biruni yang merupakan ilmuwan di bidang kimia.

Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas di wilayah Eropa sudah berlangsung sejak abad ke-12
M dan menimbulkan gerakan kebangkitan atau masa renaisance. Masyarakat barat mulai
mengadopsi ilmu yang telah dikembangkan ilmu pada masa itu dan meskipun akhirnya islam
terusir dari Spanyol. (baca perkembangan islam di Eropa dan islam di Amerika)

Sponsors Link

Islam dan Cabang Ilmu Pengetahuan

Masyarakat barat membagi ilmu pengetahuan dalam tiga cabang utama yakni ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan humaniora. Islam memiliki
kaitan dengan keriga ilmu tersebut diantaranya adalah

 Islam dan ilmu pengetahuan alam

Dalam islam kita mengenal adanya ayat kauliyah dan kauniyah. Ayat kauniyah adalah tanda-
tanda kebesaran Allah yang tersirat dalam alam semesta sementara ayat kauliyah adalah ayat
yang tertulis dalam Alqur’an. Islam tidak terlepas dari keberadaan ilmu pengetahuan alam
dan dalam Alqur’an banyak ayat yang menyebutkan tentang ilmu dan kejadian yang
menyangkut ilmu fisika maupun Biologi seperti yang tertera dalam ayat berikut

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan
rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau
ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan
dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. seperti Itulah Kami membangkitkan
orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (QS. Al-A’raaf:
57)

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah
bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah
benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
(QS. Fushilat: 53)

 Islam dan Ilmu Pengetahuan sosial

Banyak cabang ilmu sosial yang dipelajari saat ini dan ilmu-ilmu tersebut juga tercantum
dalam Alqur’an. Islam mengenal adanya ilmu ekonomi, politik, sosiologi dan cabang ilmu
sosial lainnya. Dalam islam diatur juga hal-hal mengenai perdagangan, demokrasi dan hal
lainnya yang menyangkut ilmu hukum dan sosial. Seperti halnya Allah mengatur ilmu
mawaris atau hukum waris dalam islam serta pembagian harta warisan menurut islam,
larangan riba, hukum pernikahan, perdagangan yang baik dan lain sebagainya. Adapun
berdasarkan ilmu pengetahuan sosial dan alqur’an, Allah menciptakan manusia sebagai
makhluk sosial dan hakikat penciptaan manusia adalah untuk beribadah dan bergaul dengan
sesamanya. Sebagaiamana yang disebutkan dalam firman Allah SWT berikut ini :

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-
main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?

 Islam dan ilmu Humaniora

Ilmu humaniora adalah ilmu yang menitikberatkan fokusnya pada manusia dan yang
menyangkut kehidupan manusia seperti ilmu filsafat, seni, kesusateraan, kemiliteran,
teknologi dan lain sebagainya. Islam tidak hanya mencakup ilmu pengetahuan sosial dan ilmu
pengetahuan alam saja

Sponsors Link

akan tetapi dalam islam terutama Alqur’an mencakup seluruh aspek ilmu yang berkaitan dengan
manusia dan tercantum di dalamnya jawaban atas permasalahan-permasalah yang dihadapi manusia
pada umumnya. (baca manfaat membaca Alqur’an dalam kehidupan dan manfaat membaca
Alqur’an bagi ibu hamil)

Dengan demikian perkembangan islam tidak dapat dipisahkan dengan ilmu pengetahuan itu
sendiri. Masyarakat muslim saat ini pun telah mengembangkan ilmu pengetahuan bahkan
beberapa ilmuwan muslim mendapatkan penghargaan  seperti Ahmad Zewail, peraih nobel di
bidang kimia atas temuannya di bidang femtokimia. Penghargaan tersebut selayaknya
memotivasi para pelajar muslim dan masyarakat muslim pada umumnya untuk tetap
berpegang teguh pada ajaran agama dan mepelajari ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi
kehidupan apalagi kita tahu bahwa hukum menuntut ilmu adalah wajib.(baca  ilmu
pendidikan islam dan hakikat pendidikan islam dan fungsinya)

A. Pendahuluan
Dalam abad ke 20 ini, di satu pihak orang mengamati kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan yang sangat pesat dan mendalam, namun bersamaan dengan itu dipihak lain orang
mengamati dekadensi kehidupan beragama dikalangan umat manusia. Pesatnya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi tampak jelas memberikan buah yang sangat menyenangkan bagi
kehidupan lahiriyah umat manusia secara luas. Dan manusia merasa telah mampu
mengeksploitasi kekayaan-kekayaan dunia secara besar-besaran.[1]

Kemajuan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi kurun ini, secara bertahap tapi
pasti membuktikan bahwa ayat-ayat al-Qur'an itu benar dan mengagumkan. Sejak bentuk tulisan
yang paling primitif dengan bahan kertas yang amat sederhana manusia memulai abad-abad
yang gemerlapan oleh sinar ilmu pengetahuan itu, manusia telah menulis berjuta-juta buku, dan
dapat menyelesaikan penulisan beribu-ribu kata dalam waktu yang amat singkat. Dna yang
paling aktual serta masih mengagumkan di kalangan manusia adalah penemuan alat “komputer”
yang begitu besar manfaatnya.[2]

B. Pembahasan

1. Pandangan Islam terhadap Ilmu

Sepanjang yang kita ketahui, rasanya belum ada sesuatu agamapun yang melampaui
dalamnya pandangan terhadap ilmu pengetahuan sebagaimana pandangan yang diberikan
Islam. Islam sangat gigih dalam mendorong umat manusia untuk mencari ilmu dan
mendudukkannya, sebagai sesuatu yang utama dan mulia.

Sejak awal turunnya wahyu kepada Muhammad Saw (al-Qur'an), masalah ilmu
pengetahuan merupakan pangkal perintah Allah kepada manusia. Perintah membaca
merupakan kunci mencari dan mengulas ilmu pengetahuan itu, “membaca” apakah yang
hendak dibaca tanpa ada sesuatu yang tersurat? Dan ini merangsang manusia untuk giat
menulis, meneliti, mengobservasi, menganalisis, dan kemudian merumuskannya sebagai
teori ilmu, membacapun tak dapat jalan tanpa memiliki pengetahuan membaca dan
ketrampilan bahasa dan pandai menulis adalah rangkaian dari sarana dalam rangka
menimba ilmu pengetahuan itu.

Dari sini kita dapat mengambil pengertian bahwa Allah benar-benar menyatakan
betapa tingginya nilai ilmu itu. Karena itu Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang
berilmu, baik disisi Allah maupun disisi manusia.
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan”. (QS. 58 : 11).[3]

2. Ilmu Pengetahuan di Tengah Umat Islam

Banyak sekali ilmuwan Islam dengan karya-karya mereka dengan besar, yang
pengaruh hasil karya ilmiahnya masih dirasakan hingga berabad-abad kemudian di dalam
perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa. Para cendekiawan barat mengakui bahwa Jabir
ibn Hayyam (721-815) adalah orang pertama yang menggunakan metode ilmiah dalam
kegiatan penelitiannya dalam alkemi yang kemudian oleh ilmuwan barat diambil alih serta
dikembangkan menjadi apa yang kita kenal sekarang sebagai ilmu kimia.

Di dalam sejarah ilmu pengetahuan yang ditulis oleh sarjana Eropa disebutkan
bahwa Muhammad ibn Zakaria ar-Rozi (865-925) telah menggunakan alat-alat khusus untuk
melakukan proses-proses yang lazim dilakukan ahli kimia seperti distalasi, kristalisasi,
kalsinasi dan sebagainya.

Sekitar tahun 1231 ketika Henrick Harpestraeng, orang yang kemudian menjadi
dokter istana raja Eric II Walder Marsson, berusaha menulis risalah kedokteran dalam ilmu
bedah di Salerno ia meminta bantuan Michael the Schott bekas mahasiswa dari Universitas
Islam di Toledo, untuk dapat menggunakan buku-buku standar ar-Rozi dan Ibn Sina yang
berbahasa Arab tersebut sebagai sumber.

Profesor Fuad Sezgin guru besar sejarah Universitas Frankfurt, telah menulis dua
puluh jilid buku tentang karya-karya Ilmuwan muslim zaman lalu yang diberi judul
“Geschichte des Arabis Chen Schriftums”, dan memberikan komentar tentang pengaruhnya
pada ilmuwan Eropa kemudian, serta pembajakan-pembajakan naskah yang disalin dari
bahasa arab kemudian diakui sebagai karya ilmiah penyalin.[4]

3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Sebagai makhluk yang diberi kelebihan-kelebihan, manusia dijadikan penguasa di


bumi dengan tugas, kewajiban serta tanggung jawabnya, dia harus melalukan pengelolaan
yang baik untuk itu ia harus mengetahui dan memahami benar-benar sifat dan kelakuan
alam sekitarnya yang harus dikelolanya itu, baik yang tak bernyawa maupun yang hidup
beserta masyarakatnya, pengetahuan dan pemahaman ini dapat diperolehnya karena
manusia hidup di dalam, dan dapat menginderakan alam fisis di sekelilingnya. Dan
diharapkan orang dapat memperoleh pengetahuan yang berguna baginya dalam
menjalankan peranannya sebagai khalifah di bumi.

Pemeriksaan dengan perhatian yang besar untuk mengetahui sesuatu memerlukan


observasi yang berulang-ulang secara teliti serta pengumpulan data secara sistematis yang
kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan tentang apa yang diperiksa itu
untuk dihimpun sebagai pengetahuan, tetapi analisis terhadap suatu himpunan data untuk
mencapai kesimpulan itu memerlukan kemampuan berfikir secara kritis. Namun untuk
sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang dapat dihimpun menjadi suatu sistem yang logis
atau kesatuan yang rasional yang kita sebut ilmu pengetahuan perlu digunakan
pertimbangan yang melibatkan akal. Dan hal inipun diungkapkan dalam ayat lanjutannya
yaitu ayat 12 surat an-Nahl yang artinya:

“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan
bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang memahami (nya)”

Dalam abad-abad yang lalu umat Islam hanya dapat meraba serta menerka saja
jawabannya, maka kita yang hidup dalam abad ke-20 ini telah melihat dengan mata kepala
sendiri bagaimana teknologi propulsi roket dan pengendalian elektronik yang canggih telah
berhasil melontarkan manusia sampai ke permukaan bulan dan mengembalikannya ke bumi
serta mengirimkan pesawat antariksa yang masing-masing mempunyai misi tertentu ke
planet dalam tata surya kita.[5]

4. Jenis-Jenis Pengetahuan

Di kalangan masyarakat awam, kita akan menemukan bermacam-macam


pengetahuan dan kepercayaan. Burung hantu yang berteriak di malam hari ada yang
mempercayai sebagai pertanda munculnya malapetaka, pelangi dianggap tangga bidadari
yang sedang turun mandi. Orang yang mempunyai ilmu, sehingga tidak mempan di tembak
dengan peluru / pedang dan masih banyak lagi penjelasan kepercayaan yang kita temukan
dalam masyarakat.

Berdasarkan pada hal-hal yang kita sebutkan di atas maka pengetahuan manusia
dapat digolongkan atas 4 jenis pengetahuan.

a. Pengetahuan takhayul / mitos


Mitos adalah suatu penjelasan atas fakta yang tidak ada kebenarannya, hanya
didengar dan dipercaya begitu saja. Ada juga yang disebut legenda yaitu ceritera rakyat
yang berdasarkan mitos.

Contohnya: pada zaman dahulu orang percaya bahwa pelangi dianggap tangga
bidadari yang sedang turun mandi, bunyi burung hantu dianggap pertanda munculnya
bencana, kaisar Jepang adalah keturunan dewa matahari.

b. Pengetahuan ilmiah

Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah


(penelitian) dengan pengamatan panca indra dan penalaran akal budi yang disusun
secara sistematika untuk menjelaskan fakta yang sedang dihadapi, yang merangsang
panca indra dan pikiran manusia.

Pengetahuan ilmiah dapat dibagi lagi seperti berikut:

Pengetahuan ilmiah :

Fakta objektif benar

Tafsiran fakta ---> Benar, objektif

---> Salah, objektif

Manusia berhadapan dengan fakta alam semesta, makhluk hidup atau benda
mati, kemudian manusia menjelaskan fakta itu / memberi tafsiran pada fakta objektif
yang tidak dapat dibantah lagi. Misalnya hukum Archimedes, yang menyatakan bahwa
benda padat yang tercelup dalam fluida, berkurang beratnya sebesar zat fluida yang
dipindahkannya.

c. Pengetahuan supernatural

Pengetahuan supernatural adalah pengetahuan yang tidak termasuk pada


takhayul dan pengetahuan ilmiah, namun mempunyai fakta pengetahuan supernatural
tidak dapat dijangkau dengan panca indra maupun akal budi, sifatnya transrasional (di
luar jangkauan akal budi). Karena itu pengetahuan ini tidak ditanggapi dengan akal budi
dan bukan objek pengetahuan ilmiah dan IPA, tetapi masalah percaya, ditanggapi
dengan iman, believe it or not yang sifatnya sangat pribadi dan menyangkut hak-hak
azasi manusia.

d. Pengetahuan ilmiah semu (pseudo science)

Pengetahuan ilmiah semu adalah pengetahuan yang berdasarkan fakta ilmiah


tetapi dicampur dengan kepercayaan dan hal-hal yang bersifat supernatural. Bangsa
Babilonia kira-kira 2500 SM, dalam menyembuhkan penyakit disamping obat juga
menggunakan mantra. Bangsa babilonia juga ahli dalam ilmu perbintangan dan
memberikan nama pada rasi bintang menurut nama-nama binatang seperti Leo, Scorpio,
Pisces, dan sebagainya. Ilmu perbintangan yang dihubungkan dengan kepercayaan
ramalan ramalan nasib disebut astrologi. Astrologi bukan pengetahuan ilmiah melainkan
pseudo science.[6]

C. Kesimpulan

Dari rangkaian kegiatan mulai dari observasi dan pengukuran yang dilakukan dalam
pemeriksaan yang diperintahkan Allah Swt itu, dan penggunaan akal serta pikiran untuk
menganalisa data untuk sampai pada kesimpulan yang rasional itulah kegiatan utama dari
pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya. Ia bersifat empiris / eksperimental.

Dan dengan semakin majunya turut pemikiran dan kebudayaan, ada manusia yang tidak
percaya lagi kepada hal-hal yang bersifat supernatural, tidak percaya kepada ajaran agama,
mereka hanya mengandalkan solusi dari IPTEK untuk mengatasi masalah kehidupan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Ir. R. H. A. Sahirul Alim, M.Sc. Menguak Keterpaduan Sains, Teknologi dan Islam, Titian Ilahi Press,
Yogyakarta, 1999.

Drs. Kaelany HD, MA., Islam, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, PT. Bumi Aksara, Jakrta, 2000.

Prof. Achmad Baiquni, M.Sc., Al-Qur'an dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, PT. Dana Bakti
Primayasa, Yogyakarta, 1994.

Drs. Amin Suyitno, M.Pd., Ilmu Alamiah Dasar, Semarang, 2002.


[1] Ir. R. H. A. Sahirul Alim, M.Sc. Menguak Keterpaduan Sains, Teknologi dan
Islam, Titian Ilahi Press, Yogyakarta, 1999, hal. 67.

[2] Drs. Kaelany HD, MA., Islam, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, PT. Bumi
Aksara, Jakrta, 2000, hal. 225.

[3] Ibid., hlm. 224.

Prof. Achmad Baiquni, M.Sc., Al-Qur'an dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
[4]
PT. Dana Bakti Primayasa, Yogyakarta, 1994, hal. 120.

[5] Ibid., hlm. 68.

[6] Drs. Amin Suyitno, M.Pd., Ilmu Alamiah Dasar, Semarang, 2002, hal. 3-7.

Read more: ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN ~ Kumpulan Makalah & Artikel https://makalah-
ibnu.blogspot.com/2008/10/islam-dan-ilmu-pengetahuan.html#ixzz4utRxuQLA
Under Creative Commons License: Attribution Share Alike
https://www.kompasiana.com/hanvitra/islam-dan-ilmu-
pengetahuan_54f3bbd87455137d2b6c7e0e

Islam bukan sebuah agama yang hanya mementingkan kehidupan spiritual. Lebih dari itu,
Islam juga agama peradaban. Islam adalah sebuah jalan hidup yang lengkap. Islam bukan
sekedar agama yang mementingkan moral belaka. Islam merupakan sebuah khazanah yang
kaya dengan berbagai unsur. Salah-satu unsur peradaban yang penting yang turut membentuk
peradaban Islam adalah ilmu pengetahuan.

Sungguh, Islam adalah agama yang sangat mementingkan ilmu pengetahuan bagi
penganutnya. Islam bahkan mengharuskan pemeluknya untuk belajar dan menuntut ilmu
pengetahuan seumur hidup. Islam sendiri adalah agama yang menjadikan dirinya sebagai
sebuah ilmu, sehingga dikenal istilah ilmu-ilmu agama (ulum ad-din). Di dalam Islam, tidak
ada pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan sekuler dan agama. Semua ilmu pada
hakikatnya berasal dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa.Allah sendiri dalam Al-Qur’an
menyatakan akan mengangkat derajat orang beriman yang berilmu lebih tinggi dari orang
beriman biasa.

Allah mendorong kaum muslimin untuk memperhatikan jagad raya sebagai ayat atau tanda
sekaligus sebagai sumber ilmu. Alam semesta ini merupakan sebuah tanda kebesaran Tuhan.
Alam semesta ini berjalan sesuai dengan ilmu Allah. Ada hukum-hukum Allah atau
Sunnatullah yang mengatur semesta ini. Kehidupan manusia, hewan-hewan, dan tumbuh-
tumbuhan adalah bagian dari ilmu Allah. Manusia sebagai duta Allah di bumi berkewajiban
untuk menguak ilmu-ilmu Allah tersebut. Jadi biologi atau ilmu tentang kehidupan di alam
semesta ini sangat penting dalam Islam. Al-Qur’an banyak memberikan isyarat tentang
kehidupan berbagai makhluk di alam raya. Al-Qur’an bicara tentang laba-laba, binatang
melata (dabbah), sapi, unta, semut, kuda, nyamuk dan lain sebagainya. Alam semesta ini
direndahkan untuk manusia. Semua produk alam semesta ini harus digunakan manusia untuk
meningkatkan kualitas hidupnya. Ilmu pengetahuan harus dimanfaatkan oleh manusia untuk
menghasilkan barang-barang yang dapat memberikan kehidupan yang baik pada diri manusia
itu sendiri.

Perintah pertama dalam Al-Qur’an adalah membaca. Perintah ini mengandung isyarat agar
manusia belajar.Membaca adalah kunci ilmu pengetahuan. Hal ini sebenarnya sangat aneh
karena perintah Allah yang pertama dalam Al-Qur’an bukan untuk beriman melainkan untuk
membaca. Dalam berbagai hadis, Nabi Muhammad Saw memerintahkan kaum muslimin
untuk mencari ilmu ke mana saja bahkan hingga ke negeri China. Yang dicari di China bukan
ilmu agama, tapi ilmu-ilmu sekuler. Menariknya, dalam berbagai kitab hadis yang disusun
oleh ulama-ulama, terdapat berbagai keutamaan orang berilmu.Keutamaan orang-orang
berilmu, kata sebuah hadis, bagaikan bulan purnama di langit malam yang kelam. Selain itu
ibadah orang yang berilmu lebih utama dari orang bodoh. Bahkan orang yang berilmu
bagaikan Nabi bagi umatnya.
Peradaban Islam pada masa kejayaannya adalah peradaban ilmu pengetahuan. Ilmuwan-
ilmuwan Islam banyak menyumbangkan karya-karya monumentalnya bagi dunia ilmu
pengetahuan. Ilmuwan seperti Al-Biruni, Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, dan Al-Farabi telah
menulis berbagai karya penting dalam bidang ilmunya masing-masing. Apa penyebab
peradaban Islam mampu menyumbangkan berbagai karya yang mengagumkan di masa lalu?

Hal ini disebabkan umat Islam adalah umat yang terbuka pada masa kejayaannya. Kaum
muslimin yang melakukan berbagai ekspansi militer ke berbagai wilayah di Timur Tengah,
Asia, Eropa, dan Afrika tidak merendahkan bangsa-bangsa yang ditaklukkannya. Mereka
memperlakukan bangsa-bangsa taklukannya dengan penuh rasa hormat. Para penguasa
Muslim dianggap sebagai pembebas kaum tertindas di wilayah-wilayah tersebut. Kaum
muslimin yang jumlahnya masih sedikit pada masa itu menyerap ilmu pengetahuan
peradaban yang ditaklukkannya selama tidak bertentangan dengan dasar-dasar ajaran Islam.
Ilmu pengetahuan alam seperti matematika, fisika, biologi, kimia, astronomi, kedokteran
didapat kaum muslimin melalui penerjemahan karya-karya Yunani, Mesir, Khaldea, China,
dan India ke dalam bahasa Arab pada abad ke-10. Peradaban Islam mewarisi ilmu
pengetahuan dari berbagai peradaban di dunia. Ini artinya Islam tidak datang untuk
menghapuskan berbagai kebudayaan di dunia ini. Islam justru mengakomodasi berbagai
kebudayaan yang pernah hidup di dunia ini.. Para penguasa Islam di masa lampau
mengadakan dialog dengan berbagai peradaban

Operasi ekspansi militer kaum Muslimin keluar tanah Arab ke berbagai benua tidak disebut
sebagai operasi penaklukan melainkan pembebasan (futuhat). Kaum muslimin hanya
bersenjatakan Al-Qur’an dan Sunnah. Ini membuktikan Al-Qur’an bukan doktrin yang kaku.
Menurut Nurcholish Madjid, umat Islamlah yang pertama kali menghapuskan sekat-sekat
kebangsaan dalam ilmu pengetahuan. Pada mulanya, ilmu pengetahuan terkotak-kotak dalam
berbagai bangsa. Mereka tidak mau membagi ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada
bangsa-bangsa lain. Mereka mengekslusifkan ilmu pengetahuan yang mereka miliki sehingga
dikenallah matematika India, matematika China, astronomi Mesir, astronomi India,
kedokteran China, India dan sebagainya. Peradaban Islamlah yang pertama kali
menguniversalkan ilmu pengetahuan dari yang tadinya terkotak-kotak tersebut. Peradaban
Islamlah yang membebaskan ilmu pengetahuan dari fanatisme yang sempit. Dalam hal ini,
peradaban Islamlah yang mengenalkan positivisme dan empirisme. Peradaban Islam
memperkenalkan apropriasi, yakni mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dari
berbagai bangsa tanpa terlarut dalam kebudayaan tersebut.

Dengan demikian, peradaban Islam menjadi peradaban yang kosmopolitan, dinamis, dan
terbuka. Para penguasa muslim menaungi para intelektual, ilmuwan, filsuf, penyair, sufi, dan
penulis. Para penguasa muslim mempunyai perhatian dan besar untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan. Para penguasa muslim mendirikan observatorium, laboratorium, perpustakaan,
balai penerjemahan, universitas, dan rumah sakit. Mereka bahkan berlomba-lomba
membangun perpustakaan besar yang mampu memuat banyak buku. Salah-satunya yang
terkenal adalah perpustakaan dan balai penerjemahan Baitul Hikmah di Baghdad yang
didirikan Khalifah Abbasiyah Al-Ma’mun pada abad ke-10.
Berbagai macam buku ilmu pengetahuan diterbitkan pada masa kejayaan Islam.
PeradabanIslam menjadi peradaban buku atau peradaban bacaan. Penyebaran buku-buku
Islam ke berbagai wilayah di dunia meningkatkan gairah para pelajar.. Peradaban Islam
menyumbangkan pemikiran kemanusiaan yang kreatif dan dinamis. Buku Seribu Satu Malam
misalnya karya penulis Muslim menjadi karya dunia yang diakui keindahannya sampai ini.
Buku Kalilah wa Dimmah yang diterjemahkan dari bahasa Sansekerta ke bahasa Arab juga
menjadi karya sastra dunia.

Salah-satu doktrin dalam Islam yang menyebabkan ilmu pengetahuan berkembang pada masa
kejayaannya adalah doktrin kemuliaan akal. Dalam Islam, akal adalah anugerah Tuhan
kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk lain. Dengan akal, manusia dapat
mempelajari ilmu pengetahuan dan mengembangkannya. Dengan akal, manusia dapat
meningkatkan kemampuan berpikirnya. Akal menyebabkan manusia mempunyai moral dan
nilai-nilai luhur. Agama adalah akal dan tidak ada agama bagi mereka yang tidak berakal. Al-
Qur’an menyuruh manusia menggunakan akalnya untuk menemukan kebenaan. Al-Qur’an
memuji manusia yang menggunakan akalnya. Kepada mereka, dinisbahkan istilah Ulu Al-
albab, yakni orang-orang yang berpikiran mendalam.

Al-Qur’an menyebutkan ketika Tuhan menciptakan Adam sebagai manusia pertama dan
khalifah di muka bumi, malaikat mengajukan protes. Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk
yang akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah? Tuhan menjawab bahwa Ia lebih
tahu daripada para malaikat. Tuhan mengajari Adam nama-nama (al-asma’) benda di alam
raya. Nama-nama di sini sebenarnya simbol ilmu pengetahuan. Jadi Adam mempunyai
kemampuan konseptual. Tuhan lalu memperlihatkan kemampuan Adam kepada para
malaikat. Malaikat mengakui keunggulan Adam seraya memuji Tuhan. Tuhan
memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam. Manusia lebih mulia daripada
malaikat. Manusia diberi berbagai macam potensi yang tidak dimiliki oleh malaikat. Oleh
sebagian filosof, manusia disebut sebagai masterpiece Allah di muka bumi.

Jadi seharusnya ilmu pengetahuan membuat manusia untuk tunduk dan sujud kepada Allah.
Penguasaan ilmu pengetahuan seharusnya tidak membuat manusia menjadi sombong dan
angkuh. Ilmu pengetahuan seharusnya membuat manusia menjadi tawadhu’ atau rendah hati.
Ilmu pengetahuan harus disebarkan kepada umat manusia agar bermanfaat. Semangat inilah
yang mendasari penyebaran ilmu pengetahuan dalam Islam. Bagi umat Islam, ilmu
pengetahuan dikatakan bermanfaat jika ia dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.
Seorang muslim dianjurkan untuk berdoa meminta ilmu yang bermanfaat kepada Allah. Ilmu
harus dilanjutkan dengan amal. Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah. Ilmu
pengetahuan harus membuahkan hasil yang baik bagi manusia.
Ini berbeda dengan filsafat ilmu pengetahuan Barat yang sekuler yang menjauhkan ilmu
pengetahuan dari Tuhan. Dalam filsafat ilmu pengetahuan Barat, manusia adalah ubermensch
atau manusia unggul yang berhak menaklukkan alam semesta. Hal ini menyebabkan manusia
menjadi angkuh. Di dalam Islam, manusia sebagai duta-Nya di muka bumi harus merawat
dan menciptakan harmoni di muka bumi. Manusia tidak diperkenankan Tuhan berbuat
kerusakan dan menumpahkan darah sesama manusia di muka bumi.Manusia harus menyerap
sifat-sifat-Nya dan menyebarkan kasih sayang di muka bumi. Semangat pengembangan ilmu
pengetahuan di dalam Islam sebagaimana dipesankan Al-Qur’an adalah islah al-ardh atau
perbaikan bumi, bukan fasad al-ardh atau berbuat kerusakan di muka bumi.

Kondisi dunia di abad ke-21 ini amat jauh dari cita-cita Al-Qur’an. Saat ini berbagai
bangsaberlomba-lomba mengembangkan pengetahuan dengan tujuan untuk menaklukkan
bangsa lain. Perlombaan pengembangan senjata militer dilakukan agar satu bangsa bisa
menguasai bangsa lain. Mereka amat pelit membagi ilmu pengetahuannya kepada bangsa-
bangsa yang belum berkembang. Hal ini jauh dari apa yang pernah terjadi di masa lampau
saat umat Islam mencapai kejayaannya. Umat Islam masa lampau sebagaimana disebutkan
Al-Qur’an menjadi saksi bagi manusia.

Untuk menghidupkan vitalitas peradaban Islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan


tidak mudah. Negara-negara muslim saat ini hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan
bukan pencipta. Oleh karena itu, para pemimpin Islam harus memperhatikan pendapat
mantan Presiden RI B.J Habibie, untuk membangun riset dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.Negara-negara Islam sebenarnya mempunyai sumber daya alam
yang memadai. Sayangnya, kondisi ekonomi politik internasional tidak mendukung. Saat ini
negara-negara Barat menguasai percaturan politik dunia. Mereka tidak rela negara-negara
Islam lebih maju dari mereka. Negara-negara Islam dibiarkan terus miskin dan terbelakang,
kecuali negara-negara tertentu. Barat tidak mau Islam bangkit. Umat Islam harus melakukan
perlawanan terhadap mereka. Tentu, tidak dengan senjata, melainkan dengan semangat
pengembangan ilmu pengetahuan. Semangat peradaban Islam harus dibangkitkan kembali.
Peradaban Islam harus disuntikkan dengan ide-ide kreatif dan unsur-unsur dinamis. Menarik
sekali pernyataan cendekiawan Islam Mohammed Arkoun bahwa tanpa kembali
menggunakan akal, umat Islam tidak akan bangkit kembali. Ini artinya semangat berpikir
bebas dalam suasana intelektual harus dihidupkan kembali. Wallahu alam bisshowab.

Anda mungkin juga menyukai