Anda di halaman 1dari 117

BOTANI FARMASI

KELOMPOK 7

Edwin Pratama 260110180119


Jeremy Arvenus 260110180128
Amabel Odelia 260110180138
Sinta Aulia Rachmah 260110180144
Petrus Bagas 260110180156
Dacrydium elatum
KLASIFIKASI
Kingdom : Plantae
Divisi: Pinophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Famili : Podocarpaceae
Genus : Dacrydium
Species : Dacrydium elatum
(Laubenfels, 1988).
DESKRIPSI
◉ Dacrydium elatum merupakan tumbuhan pohon berumah dua (organ reproduksi jantan
dan betina terpisah pada dua individu berebeda) dan disebut pohon evergreen atau hijau
sepanjang waktu. Nama sinonim dari tumbuhan ini adalah diantaranya Corneria elata
Roxb., Juniperus elata Roxb., dan Dacrydium junghuhnii Miq. (Laubenfels, 1988).

◉ Dacrydium elatum tersebar pada beberapa negara dengan iklim lembab yang ditandai
oleh musim panas yaitu banyak di Vietnam, Laos, Cambodia, Thailand, Malaysia;
beberapa daerah di pulau Sumatra dan Kalimantan (Farjon dan Filer, 2013). Suhu rata-
rata untuk tumbuhan ini tumbuh adalah 21,2oC (Biffin et al, 2011).
BAGIAN-
BAGIAN
◉ Daun dan Ranting: Ranting-ranting yang tidak terlalu tegak yang berkumpul
membentuk jumbai yang bersamaan membentuk mahkota. Daun-daun mudanya
berbentuk lanset linear dan melengkung parallel ke arah ranting dengan panjang
kurang lebih 14mm, dengan lebar 0,3mm dan ketebalan 0,2mm (Laubenfels, 1988).
◉ Batang: Batang yang lurus dan pipih berwarna coklat. Tingginya dapat mencapai 30
meter dan diameternya dapat mencapai 80cm (Laubenfels, 1988).
◉ Organ Reproduksi: Memiliki serbuk sari terkumpul pada kerucut kecil dengan
Panjang 4-8mm dan diameter 1-1,2mm. Dacrydium elatum juga memiliki
mikrosporofil (daun yang mengandung mikrosporangium penghasil gamet jantan).
PENCIRIAN
Tanaman SUKU
dari suku podocarpaceae berbentuk perdu atau pohon.
Daun tersebar, tersusun spiral atau berhadapan, berbentuk sisik, jarum atau lanset.
Pada Phyllocladus daun tereduksi dan terdapat filokladium/kladodium yaitu cabang yang
berubah bentuk atau fungsinya menjadi seperti daun.
Tumbuhan umumnya berumah dua. Strobilus terletak diketiak daun. Strobilus jantan
banyak membawa miksosprofil yang tersusun spiral. Setiap mikrosporofil membawa
dua mikrosporangia. Mikrospora bersayap. Strobilus betina membawa satu ovul (jarang
beberapa ovul) yang diliputi oleh satu lapisan sukulen yang disebut epimatium dan
duduk pada suatu reseptakulum yang terdiri dari sisik-sisik yang bersatu.

(Silalahi, 2015)
PENCIRIAN SUKU
◉ Biji bisa seluruhnya diliputi epimatium (seperti pada marga Podocarpus) dan sebagian
tertanam pada arilus berbentu cawan (Phyllocladus). Embrio dengan dua kotiledon
◉ Suku Podocarpaceae terdiri dari 7 marga dengan sekitar 150 jenis, terutama yang
terdapat di belahan bumi bagian Selatan, contohnya adalah
◎ Podocarpus polystachyus R.Br.
◎ Dacrydium elatum Will.
◎ Phyllocladus hypohyllus Hook.
(Silalahi, 2015)
KANDUNGAN KIMIA -
MANFAAT
◉ Dari ekstrak ranting dan getah dapat diisolasi enestebol (C H O ),
20 28 3
ecdysteroids, 20-hidroksicdysone, ajugasterone C, ponasterone, dan daucosterol
(Thao et al, 2019).

MANFAAT
◉  Minyak atsari (Essential oil) dari kayu dari tumbuhan Dacrydium elatum dapat
digunakan untuk mengatasi gangguan intestinal (Sam et al, 2004).
Sequoiadendrongiganteum
KLASIFIKASI
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Streptophyta
Superdivision : Embryophyta
Division : Tracheophyta
Subdivision : Spermatophytina
Class : Pinopsida
Subclass : Pinidae
Order : Pinales
Family : Cupressaceae
Genus : Sequoiadendron J. Buchholz
Species : Sequoiadendron giganteum
(ITIS Report, 2019).
DESKRIPSI
◉ Sequoia raksasa, memiliki beberapa sinonim antara lain: Americus gigantea, Gigantabies
wellingtoniana, Sequioa wellingtonia, Taxodium giganteum dan Steinhauera gigantea.
Area dari tumbuhan ini sekarang hanya terbatas di sepanjang lereng barat Sierra Nevada
di California Tengah. Tanaman ini terkenal akan ukurannya yang sangat besar, usia, dan
keindahannya (Hartesveldt, et.al., 1975). Karena hal ini, sebagian besar rumpun sequoia
raksasa telah diberi status dilindungi. (Chalchat, et.al., 1988).
◉ Tumbuhan ini dapat tumbuh pada iklim lembab yang ditandai dengan adanya musim
panas yang kering. Dan daerah ini memiliki rata-rata curah hujan tahunan bervariasi dari
sekitar 900 hingga 1400 mm (35 hingga 55 in), dengan variasi tahun-ke-tahun yang
tinggi (Rundel, 1969.)
BAGIAN-
BAGIAN
◉ DAUN: berwarna hijau, berbentuk jarum dengan panjang 3 – 6 mm, dan
tersusun secara spiral pada pucuknya. Daunnya berdesakan dan saling tumpang
tindih dengan tiga baris memanjang (Flint, 2002).
◉ BUNGA: Sequoia raksasa merupakan tumbuhan berumah satu dimana kelamin
jantan dan kelamin betinanya terdapat dalam satu bunga dan umumnya
terbentuk selama akhir musim panas. Serta penyerbukan terjadi antara
pertengahan April dan pertengahan Mei ketika cone dari betina hanya
berdiameter dua atau tiga kali lebih besar dari ranting yang menopangnya
(Hartesveldt, et.al., 1975).
BAGIAN-BAGIAN
◉ BUAH: Pembuahan dari tanaman ini umumnya terjadi di bulan Agustus, saat bentuk cone
sudah mulai terbentuk sempurna. Embrio dari buah ini terbentuk cepat pada musim panas
dan matang di penghujung musim tanam kedua. Buah dewasa berbentuk seperti telur
dengan ukuran 5 – 9 cm dan berisikan rata – rata 200 biji (Harvey, et.al., 1980).
◉ BIJI: untuk beregenerasi. Biji cone berukuran 4 - 7 cm dan matang dalam 18-20 bulan,
walau dapat juga tetap hijau dan tertutup selama 20 tahun. Setiap cone memiliki sisik
sebanyak 30 – 50 yang tersusun secara spiral, dengan beberapa biji menepel di tiap sisik
nya. Biji berwarna coklat tua dengan ukuran 4-5 mm dan tebal 1 mm. Beberapa biji akan
luruh saat sisik pada cone menyusut di akhir musim panas (Hartesveldt, et.al., 1975)
PENCIRIAN SUKU
◉ Suku taxodiaceae umumnya berupa pohon tanpa saluran resin di batangnya.
◉ Memiliki daun berbentuk sisik hingga jarum, yang kadang dimorfik, persisten
atau gugur.
◉ Tumbuhan berumah satu, strobilus jantan kecil, tersusun serupa bulir. Strobilus
betina mengayu, bulat, terminal, sporofil membawa 2-9 ovula. Braktea dan sisik
ovul bersatu sebagian atau seluruhnya. Biji dengan 2-3 sayap, embrio dengan 2-
9 kotiledon.
◉ Suku ini mempunyai sekitar 10 marga dengan 16 jenis, di Asia Timur, Tasmania
dan Amerika Utara. Contoh spesies: Sequoidendron giganteum, Metasequoiq
glytostroboides, Cunninghamia lanceolate (Silalahi, 2015).
KANDUNGAN KIMIA
◉ Minyak yang disintesis dari daun segar tumbuhan sebagian besar mengandung
- pinene (45,1 %) dan elemicin (21,5 %). Komponen lain dengan presentase
kecil antara lain myrcene (6.4%), methyl eugenol (4.3%) dan -terpineol (3.0%).
Sedangkan minyak yang disintesis dari bagian kayu nya sebagian besar
mengandung - pinene (44,5 %). Selain itu mengandung juga limonene (8.7%),
myrcene (7.9%). 9,l0-dehydro-isolongifolen (5.0%), nerolidol (3.1%), -
terpineol (2.9%), -eudesmol (2.5%) dan cinnamaldehyde (2.5%). Juga terdapat
sebagian kecil sabinene (2.2%), pinocarveol (1.6%), borneol (1.5%) and -
cadinene (1.5%) (Jerkovic, et. al. 2003).
MANFAAT

Sebelum status tumbuhan ini dilindungi, sekitar tahun 1870 digunakan sebagai bahan
bangunan untuk membangun atap dan tiang pagar rumah. Namun kayu dari pohon
Sequo raksasa tidak terlalu kuat dan rapuh (University of California, 2019).
Tidak ada pengembangan lebih lanjut pada bidang farmasi setelah statusnya dilindungi.
Ulva sp.
KLASIFIKASI

Kingdom : Plantae
Divisi :Thallophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Ulotrichales
Famili : Ulvaceae
Genus : Ulva
Spesies : Ulva sp.
(Jitrosoepomo, 2011).
Deskripsi
Ulva sp. memiliki aklimatiasi luar dan dapat tumbuh dengan baik diberbagai suhu dan
salinitas, tetapi karakteristik morfologi yang mudah berubah sebagai respon terhadap
lingkungan. Ulva sp. terdapat di dasar pantai berbatu atau pasir. Talus pada tumbuhan
ini menyerupai kipas dan bentuk tubuhnya pipih serta berbentuk lembaran yang tipis
(Oktiana et al., 2015).
Salah satu contoh spesiesnya adalah Ulva lactuca. Berbentuk seperti lembaran daun dan
hidup di laut menempel pada batu, memliki panjang 100 cm, berwarna hijau
terang,memiliki bentuk strap-shad blades dengan tepi yang halus dan bergelombang.
Pada setiap helaian seringkali berwarna pucat dan semakin kearah tepi warnanya
semakin gelap. Di daera tropis, tumbuhan ini biasanya terdapat di air yang dangkal
(Littler et al., 1989).
BAGIAN TUMBUHAN
Pencirian Suku
◉ Ulva sp. termasuk ke dalam famili Ulvaceae yang memiliki ciri-ciri antara lain
inti sel bersifat eukariotik karena inti sel telah memiliki membrane, bersifat
autototrof (klorofil), terdapat uniseluler maupun multiseluler sederhana,
memiliki pirenoid sebagai tempat hasil fotosintesis, dan organ sel yang dimiliki
antara lain badan golgi, mitokondria, RE (Littler et al., 1989).
REPRODUKSI

Vegetative : membentuk zoospore

Generative : isogami

(Littler et al., 1989).


MANFAAT

Ulva memiliki kandungan vitamin C. Vitamin c ini dapat meningkatkan


metabolism lemak yang dapat menyebabkan perubahan komposisi tubuh serta
meningkatkan level protein. Selain itu, Ulva sp. sangat bermanfaat dalam
proses pembuatan obat – obatan maupun antibiotic, dikarenakan efektif dalam
pencegahan bakteri E.colli (Brotowidjaya et al.,1984).
KANDUNGAN KIMIA
Senyawa kimia yang terdapat pada dalam tanaman ini adalah melatonin yang
memiliki zat aktif berupa phytomelatonin. Melatonin merupakan senyawa
alkaloid dan juga bersifat penghambat aktivitas anti kanker. Alkaloid juga
termasuk metanolit sekunder yang bersifat basa yang diamana mengandung
satu atau lebih atom nitrogen (Alonso et al., 2008).
Evernia prunastri
KLASIFIKASI
Kingdom : Fungi
Subkingdom : Dikarya
Divisi : Ascomycota
Subdivisi : Pezizomycotina
Kelas : Lecanoromycetes
Subkelas : Lecanoromycetidae
Ordo : Lecanorales
Famili : Parmeliaceae
Genus : Evernia
Species: Evernia prunastri (L.)
(ITIS, 2019).
Deskripsi
Evernia prunastri atau dapat disebut dengan oak moss merupakan talus berbentuk fructiose
(bercabang, lebat) dan banyak digunakan untuk wewangian. Tanaman ini tumbuh pada
daerah pegunungan di sebagian besar belahan bumi bagian utara. Talus Evernia
prunastri berwarna abu-abu kehijauan pucat dan memiliki panjang sekitar 3-8 cm atau
1,2-3 inci. Talusnya bercabang serta memiliki ujung yang runcing. Permukaan atas
Evernia prunastri berwarna hijau dan berkutil dengan tubuh reproduksi abu-abu
(soredia). Sedangkan, permukaan bawah berwarna keputihan dengan pola seperti jarring
yang samar. Tekstur talus Evernia prunastri kasar pada saat kering dan kenyal saat
basah (Dobson, 2000).
Deskripsi
Cabang utama talus biasanya memiliki panjang 1-3 mm, dan lebar 0,1-0,2 mm, berbentuk
tumpul atau runcing. Evernia prunastri juga di kenal sebagai tumbuhan hias yang
berbentuk seperti bunga, Evernia yang menyerupai bunga tumbuh terutama pada batang
dan cabang pohon, tetapi juga umum ditemukan pada kulit pohon yang gugur (Nash,
2008).
BAGIAN TUMBUHAN

Foliose

Substrat (cyphella)
Pencirian Suku
◉ Lichen Parmeliaceae berbentuk seperti lembaran daun, warnanya hijau hingga
hijau keabuabuan, talusnya berbentuk seperti daun atau yang dikenal dengan
foliose. Famili Parmeliaceae adalah kelompok lichen foliose terbesar yang
memiliki bentuk talus spesifik dan mudah dikenali (Panjaitan et al., 2012).

◉ Tipe talus foliose dari family ini memiliki ciri-ciri talus mudah terkelupas dari
substratnya. Ciri lain yaitu struktur talus berlapis, pada permukaan bawah
terdapat rizoid, yang berfungsi untuk melekatkan pada substrat, cyphella atau
penutup padat yang merupakan jalinan hifa fungi padat yang berwarna gelap
serta spora tidak bersepta (Fink, 1961).
REPRODUKSI

Vegetatif : Soredia, fragmentasi

Generatif : Reproduksi seksual pada lichenes terbatas pada pembiakan


jamurnya saja sehingga yang mengalami perkembangan secara
seksual adalah kelompok jamur yang membangun tubuh lichenes.

(Yurnaliza, 2002).
MANFAAT
Ekstrak dari Evernia prunastri dapat menghambat mikroorganisme pada
konsentrasi lebih tinggi. Komponen lichen Evernia prunastri menunjukkan
aktivitas antimikroba yang sangat kuat. Aktivitas antimikroba dibandingkan
dengan antibiotic standar, streptomisin (untuk bakteri), dan ketoconazole (untuk
jamur). Hasil penelitian menunjukkan Evernia prunastri memiliki aktivitas kuat
yang ditemukan dalam asam physodic (Kosanic ́ et al. 2013).

Selain itu, diketahui bahwa komponen dari Evernia prunastri dapat menginduksi
efek sitotoksik yang signifikan pada garis sel kanker. Namun, tidak dapat
ditentukan efek antikanker dari masing-masing komponen yang terdapat pada
Evernia prunastri (Kosanic ́ et al. 2013).
KANDUNGAN KIMIA
Senyawa kimia yang terdapat pada ekstrak Evernia prunastri
antara lain adalah asam evernic, asam physodic, asam usnat,
atranorin, chloroatanorin, dan metal lecanorate (Aoussar et al.,
2017).
Remirea maritima
Aubl.
Bagian - 1

Bagian
2
1. Buah
2. Upper glume 3

3. Lower glume
4. Daun 4

5. Batang

5
Bagian -
Bagian
6. Stolon
7. Benang sari
6

7
Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Phylum : Antophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperaceae
Genus : Remirea
Spesies : Remirea maritima Aubl.
(NatureServe, 2019).
Karakteristik
1. Batang memiliki modifikasi stolon horizontal
2. Batang memiliki tinggi 0,5 – 3 dm
3. Daun semakin lebat semakin menuju puncak batang
4. Daun kaku, pipih dan menutupi batang seluruhnya
5. Daun memiliki panjang 2 – 8 cm, lebar 2 – 7 mm, bersegi tiga, memiliki penebalan pada
bagian apex, melengkung ke arah luar dan bawah
6. Spike berbentuk ovoid, padat, bergerombol, dan imobil
7. Spike memiliki panjang 1 – 2 cm dan lebar 6 – 10 mm pada pangkalnya
8. Tumbuhan memiliki banyak spikelet dengan panjang 4 mm
(Godfrey dan Wooten, 2011).
Organ Reproduksi

Organ reproduksi vegetatif : Stolon (Propagasi horizontal)

Organ reproduksi generatif : Bunga


(Godfrey dan
Wooten, 2011).
Karakteristik Famili Cyperaceae
1. Tanaman menyerupai rumput dan bersifat tegak
2. Tinggi bervariasi mulai dari 0,5 m hingga lebih dari 5 m
3. Daun berbentuk linear menyerupai pelepah
4. Batang silindrikal dengan 3 sisi, berisi dan padat
5. Bunga berukuran kecil dan memiliki susunan tunggal atau majemuk
membentuk raseme
6. Buah berbiji tunggal, berbentuk seperti kacang kecil dengan 3 sisi, pipih
atau lenticular
7. Memiliki rimpang berpati pada beberapa spesiesnya seperti Cyperus
rotundus dan Cyperus esculentus (Cappers, 2007).
Sistematika Evolusi
◉ Remirea maritima Aubl. merupakan anggota dari famili Cyperaceae yang merupakan
anggota dari subkelas Commelinidae
◉ Famili – famili yang merupakan anggota dari subkelas Commelinidae antara lain adalah
Poeceae, Gramineae, dan Cyperaceae
◉ Sub kelas Commelinidae masih memiliki sifat primitif, ditunjukkan dari reproduksi
generatifnya, terutama pada proses penyerbukan yang masih dibantu oleh serangga
(Silalahi, 2015).
◉ Jalur evolusi family Cyperaceae juga dapat diturunkan dari jalur evolusi fotosintesis C4
Sistematika Evolusi
◉ Berdasarkan plastid marker, ada enam garis keturunan C4 pada pohon filogenik
◉ Analisis pada genom ppc – 1 menunjukkan bahwa genom ppc – 1 dapat timbul pada lima
permulaan berbeda
◉ Secara umum, tanaman anggota famili Cyperaceae mendapatkan ketahanan lebih
terhadap kekeringan dan musim kemarau dengan cara menyeimbangkan kadar air pada
tanaman dengan lingkungan lalu melanjutkan metabolismenya
◉ Jalur C4 adalah jalur yang menjelaskan evolusi dari fotosintesis C3 menjadi C4 yang
meningkatkan efisiensi penggunaan air pada tumbuhan
◉ Peningkatan efisiensi tersebut berkontribusi terhadap habitat alami dari famili Cyperaceae
yaitu pada lingkungan yang gersang (Besnard et al., 2009).
Persebaran
Persebaran tanaman ini meliputi Papua Nugini, Australia bagian timur, Pulau Luzon
di Filipina, Thailand, Madagaskar, Afrika bagian barat, Meksiko, serta Amerika
Serikat terutama di negara bagian Florida (GBIF Secretariat, 2017).
Khasiat Farmakologi
Khasiat farmakologi :
1. Antikanker dengan menginduksi apoptosis (Doria et al., 2016).
2. Antinosisepsi
3. Antiinflamasi (Rabelo et al., 2014).
Kandungan Kimia
12. Rotundene 28. Selin-11-en-4α-ol
13. γ-gurjunene 29. 14-hydroxy-9-epi-(E)-caryophyllene
1. Isovitexin-2”-O-β-glucopyranoside 14. Trans-cadina-1(6),4-diene 30. Mustakone
2. Vitexin-2”-O-βglucopyranoside 15. β-selinene 31. Germacra-4(15),5,10(14)-trien-1α-ol
3. Luteolin-7-O-glucuronide 16. Germacrene A 32. Cyperotundone
4. 1-O-(E)-caffeoyl-β -D-glucose 17. δ-cadinene 33. 14-hydroxy-humulene
(Doria et al., 2016). 18. α-bulnesene 34. 6-isopropenyl-4,8a-
5. 1,8-cineole 19. α-agarofuran dimethyl3,5,6,7,8,8a-hexahydro-
2(1H)-naphtalenone
6. Silphiperfol-4,7(14)-diene 20. Guaia-6,9-dien-4β-ol
35. Iso-evodionol
7. α-copaene 21. Acora-3,5-dien-11-ol
36. Remirol
8. β-elemene 22. Caryophyllene oxide
9. Cyperene 23. Humulene epoxide II
(Rabelo et al., 2014).
10. (E)-caryophyllene 25. Acora-2,4(15)-dien-11-ol
11. Aromadendrene 26. Caryophylla-2(12),6-dien-5β-ol
12. α-humulene 27. Cedr-8(15)-en-10-ol
Eleusine indica (L.)
Gaertn.
Bagian -
Bagian
1. Daun
2. Batang 1

3. Raseme digitate

2
Bagian -
Bagian
4

4. Bunga
5. Buah

5
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Phylum : Antophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Cyperales
Famili : Poaceae
Genus : Eleusine
Spesies : Eleusine indica (L.) Gaertn.
(NatureServe, 2019).
Karakteristik
1. Daun linear tajam dengan lebar 3 – 8 mm, tersusun dalam susunan daun
alternate
2. Pangkal daun yang menyelubungi batang memiliki tekstur yang halus
3. Batang yang berbunga berdiri dengan tegak atau terletak horizontal pararel
dengan tanah
4. Memiliki pola aransemen bunga digitate terdiri dari 2 – 6 spike sepanjang 4 –
15 cm yang bersatu pada pangkalnya membentuk struktur menjari. Salah satu
spike memiliki posisi yang lebih rendah daripada spike – spike yang lainnya.
5. Buah berwujud elips seperti biji berwarna hitam dengan panjang 1,5 mm – 2
mm dan memiliki permukaan berkerut
Karakteristik

Organ reproduksi vegetatif : -

Organ reproduksi generatif : Bunga


(Singapore Government, 2019)
Karakteristik Famili Poaceae
1. Memiliki sistem akar serabut
2. Memiliki rimpang bawah tanah dengan nodus dan internodus
3. Daun imobil dengan pola parallel venation
4. Memiliki pelepah pada pangkal daun berbentuk tubular terbuka dan menyelubungi
internodus
5. Setiap benang sari mengandung 3 – 6 tangkai sari
(Anjum et al., 2017).
Sistematika Evolusi
◉ Eleusine indica (L.) Gaertn. merupakan anggota famili Poaceae yang merupakan anggota
dari subkelas Commelinidae
◉ Famili – famili yang merupakan anggota dari subkelas Commelinidae antara lain adalah
Poeceae, Gramineae, dan Cyperaceae
◉ Sub kelas Commelinidae masih memiliki sifat primitif, ditunjukkan dari reproduksi
generatifnya, terutama pada proses penyerbukan yang masih dibantu oleh serangga
(Silalahi, 2015).
◉ Jalur evolusi dari Eleusine indica (L.) Gaertn. dapat dilihat berdasarkan studi DNA dan
karakteristik morfologinya
◉ Berdasarkan taksonominya, Eleusine indica (L.) Gaertn. merupakan anggota dari subfamili
Eleusininae
◉ Berdasarakn studi DNA dan karakteristik morfologinya, subfamili Eleusininae memiliki
kekerabatan dekat dengan subfamili Gouiniinae, Cteniinae, Trichoneurinae,
Gymnopogoninae, Farragininae dan Perotidinae (Soreng et al., 2015).
Persebaran

Persebaran tanaman ini meliputi Belgia, Denmark, Perancis, Itali, Ekuador, Rusia,
Brazil, Israel, Kroasia, Yunani, Siprus, Kuba, Singapura, Kolumbia, Algeria,
Portugal, Vietnam, Spanyol, Samoa, Kepulauan Mariana Utara, Jamaika, Eswatini,
Kepulauan Solomon, Tunisia, Hungaria, Thailand, Arab Saudi, Myanmar, Kamboja,
Suriname, Bangladesh, Brunei Darussalam, Masedonia Utara, dan Bhutan (GBIF
Secretariat, 2017).
Khasiat Farmakologi
Khasiat farmakologi :
1. Diuretik
2. Anti-urolitiasis
3. Antihelmintik (Desai et al., 2017).
4. Antiplasmodial
5. Antidiabetik (Okokon et al., 2010).
Kandungan Kimia

1. Vitexin
2. Isovitexin (Desai et al., 2017).
3. Anthraquinon
4. Cardiac glycoside (Okokon et al., 2010).
Tapeinochilos
ananassae
Bagian -
Bagian
1. Buah
2. Bunga

1
Bagian - Bagian
3

3. Daun
4. Batang
4
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Phylum : Charophyta
Kelas : Equisetopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Costaceae
Genus : Tapeinochilos
Spesies : Tapeinochilos ananassae
(Atlas of Living Australia,
2017).
Karakteristik
1. Tanaman herba dengan rimpang di bawah tanah
2. Tumbuh hingga 2 – 4 m
3. Daun berwarna hijau gelap, tersusun secara spiral mengelilingi batang
4. Daun memiliki panjang 35 cm dan lebar 15 cm
5. Batang menyerupai batang bambu, serta memiliki rimpang
6. Bunga menyerupai nanas terbalik dan memiliki modifikasi daun yang menutupi
bunganya yang berwarna kuning
7. Buah berbentuk kerucut berwarna merah yang akan berubah menjadi coklat
Organ reproduksi vegetatif : Rimpang (Propagasi)
Organ reproduksi generatif : Bunga (Singapore Government, 2016).
Karakteristik Famili Costaceae
1. Tanaman herba yang memiliki rimpang
2. Secara umum ukurannya tidak lebih dari 5 m
3. Memiliki batang dengan susunan daun dengan filotaksis selain 1:2 yaitu 1:4, 1:5, 1:6 dan
1:7
4. Daun memiliki pelepah tubular, pendek dan tertutup
5. Pelepah daun memiliki bentuk lanceolate atau oblanceolate
6. Bunganya memiliki 6 tepal
7. Bunga – bunganya memiliki infloresensi terminal
8. Terdapat rambut – rambut pada cabang dan daun – daunnya
(Dahlgren et al., 1985).
Sistematika Evolusi
◉ Famili tapeinochilos memiliki rimpang herba yang berukuran besar, rimpang yang tebal dan
berdaging, batang menyerupai batang bambu dan memiliki tinggi hingga 6 meter
◉ Salah satu sinapomorfisme dari family tapeinochilos adalah famili cheilocostus dengan
modifikasi daun berujung tajam, percabangan primer dan sekunder dari batang vegetatifnya
◉ Meskipun bentuk bunga dari famili tapeinochilos dan cheilocostus memiliki perbedaan yang
signifikan, tetapi infloresensinya memiliki suatu kesamaan, sehingga dapat dikatakan bahwa
famili cheilocostus dan tapeinochilos berevolusi dari nenek moyang yang sama,
kemungkinan besar di Asia Tenggara (Specht dan Dennis, 2006).
Persebaran
Persebaran tanaman ini meliputi Australia pada negara bagian
Queensland, Papua Nugini, dan Indonesia pada Pulau Maluku (Atlas
of Living Australia, 2017).
Khasiat Farmakologi dan
Kandungan Kimia
Khasiat farmakologi : Antidiabetik
Kandungan kimia :
1. Flavonoid
2. Alkaloid
3. Fenol
4. Saponin
5. Sterol
6. Terpenoid
7. Cardiac glycoside
(Suarez et al., 2015).
Psidium cujavillum
Sistematika Tanaman
◉ Kingdom : Plantae
◉ Subkingdom : Tracheobionta
◉ Superdivisi : Spermatophyta
◉ Divisi : Magnoliophyta
◉ Kelas : Magnoliopsida
◉ Subkelas : Rosidae
◉ Ordo : Myrtales
◉ Famili : Myrtaceae
◉ Genus : Psidium
◉ Spesies : Psidium cujavillum
(Azhari dan Hartana, 2014).
Sejarah

P. cujavillus yang dikenal dengan sebutan jambu cina (Indonesia), jambu leutik
(Sunda), dan jambu biji kecil (Malaysia), dipertelakan pertama kali oleh Burman
sebagai jenis yang berbeda dari P. guajava karena ukuran morfologinya yang lebih
kecil (Burman 1768).
Gambar Tanaman dan
Bagiannya

Batang

Buah

Tangkai Daun Pertulangan Daun Helaian Daun


Deskripsi Tumbuhan
◉ Tanaman perdu atau pohon kecil dengan tinggi sekitar 4-10
meter. Batang berkayu, bulat, kulit terkelupas dalam potongan, licin, bercabang,
berwarna cokelat kehijauan. Ruas tangkai teratas segiempat tajam. Percabangan
batang termasuk percabangan sympodial.
◉ Daun tunggal,bersilang berhadapan, pada cabang-cabang mendatar seolah-olah
tersusun dalam dua baris pada satu bidang.
◉ Warna daun muda berbulu abu-abu setelah tua berwarna hijau tua. Pertulangan
daun menyirip (penninervis) dan berwarna hijau kekuningan.
(Fahn, 1990).
Pencirian Suku Tumbuhan
◉ P. cujavillum termasuk suku Myrtaceae dengan ciri-ciri berupa tanaman perdu,
berakar tunggang, berdaun tungal dan saling bersilangan, memiliki buah pada
ujungnya tampak jelas kelopak yang tidak gugur,sisa putik dan sisa benang sari
yang tertinggal pada kelopak dan memiliki biji dengan sedikit atau tanpa
endosperm,lembaga lurus,bengkok atau melingkar.ada pula yang terpuntir
seperti spiral.
(Fahn, 1990).
Organ Reproduksi

◉ P. Cujavillum bereproduksi secara generatif menggunakan putik dan benang


sari.

(Azhari dan Hartana, 2014).


Organ Vegetatif
a. Akar
Sistem akar dari tanaman ini adalah akar tunggang (radix primaria), akar lembaga
tumbuh terus-menerus menjadi akar pohon yang bercabang-cabang menjadi akar yang
lebih kecil.
b. Batang
Selaput kayu yang utama membentuk lebih sedikit silinder lengkap, dari
floem internal juga membentuk suatu lapisan yang berlanjut. Floem internal kebanyakan
di dalam tumbuhan.
c. Daun
Daun tunggal,bersilang berhadapan, pada cabang-cabang mendatar seolah-olah
tersusun dalam dua baris pada satu bidang. Bertangkai pendek 3mm sampai 7 mm.
(Fahn. 1990).
Organ Generatif
a. Bunga
Bunga tunggal terletak di ketiak daun, bertangkai. Perbungaan terdiri 1
sampai 3 bunga. Panjang gagang perbungaan 2 cm sampai 4 cm. Daun mahkota
bulat telur terbalik, panjang 1,5-2 cm, putih, segera rontok.
b. Buah
Buah buni bundar, berbiji banyak. Termasuk buah sejati tunggal yang
berdaging. Lapisan luar tipis agak menjangat atau kaku dan lapisan dalam yang
tebal, lunak dan berair.

(Fahn, 1990).
Kegunaan dan Kandungan kimia

◉ Psidium cujavillus memiliki banyak kegunaan dalam bidang kesehatan, sebagai


contoh daunnya dapat digunakan sebagai anti inflamasi, hemostatic dan astrigen.
Selain itu buahnya dapat digunakan untuk meningkatkan trombosit darah pada
penderita DBD, sebagai sumber vitamin C, sebagai obat diare, dan sebagai
analgesik.
◉ Dalam daun P. cujavillus terkandung zat kimia minyak atsiri, tri terpenoid,
leukosianidin, kuersetin, resin, zat samak dan minyak lemak sedangkan pada buah
P. cujavillus terkandung pinena, humelena, selinena, hepaena, dan kadinena.
(Samantha, et.al, 2013).
Mesua ferrea
Sistematis Tanaman
◉ Kingdom : Plantae
◉ Subkingdom : Tracheobionta
◉ Superdivisi : Spermatophyta
◉ Divisi : Magnoliophyta
◉ Kelas : Magnoliopsida
◉ Subkelas : Magnolidae
◉ Ordo : Malpighiales
◉ Famili : Clusiaceae
◉ Genus : Mesua
◉ Spesies : Mesua ferrea
(Sharma, et.al, 2017)
Penyebaran Tanaman
Mesua ferrae linn, keluarga Clusiaceae di india umumnya dikenal sebagai
Nagakesara dan nama Inggrisnya adalah kayu besi Ceylon. ditemukan melimpah di
Himalaya dari Nepal daerah timur, di India utara, semenanjung Deccan, dan pulau-
pulau Andaman, hingga ketinggian 1.500 m.

(Orwa, et.al, 2009).


Gambar dan Bagian

A. Batang, B. Bunga, C. Buah, D. Helai daun,


E. Arsitektur tanaman
(Purnomo, 2013).
Deskripsi Tumbuhan
Mesua ferrea adalah pohon cemara berukuran sedang atau cukup besar dengan tinggi
hingga 36 m. Ditopang dengan batang berdiameter 2 m. Permukaan kulit halus hingga
berserat, pada kulit pohon yang lebih muda memiliki warna abu-abu sedangkan pada
pohon yang lebih tua kulit pohonnya berwarna abu-abu gelap dengan sedikit warna
merah cokelat.
Memiliki cabang mendatar atau merunduk, arah daun mendatar atau bergantung, daun
muda terlihat seperti merah bersinar.
Daunnya tunggal, sempit, memanjang (dapat mencapai 15 cm), berwarna hijau gelap dan
bagian sisi bawahnya agak keputihan, daun mudanya lunglai, berwarna merah sampai
merah muda kekuningan.
Bunga berdiameter 4–7,5 cm diameter, dengan empat petal dan banyak benang sari di
tengahnya.
(Yuniarti, et.al, 2001).
Pencirian Suku Tumbuhan
◉ Clusiaceae atau Guttiferae adalah famili tumbuhan termasuk 13 genus dan750
spesies. (Christenhusz, 2016). Beberapa mantan anggota Clusiacae sekarang
ditempatkandi Calophyllaceae dan Hypericaceae. Mereka kebanyakan pohon
dan semak, dengan getah susu dan buah atau kapsul untuk biji. Keluarga ini
terutama beriklim tropis. Lebih dari banyak keluarga tanaman, ini menunjukkan
variasi besar dalam morfologi tanaman (misalnya, tiga hingga 10 kelopak yang
menyatu atau tidak digunakan, dan banyak sifat lainnya).
(Gustafsson, et.al, 2002).
Organ Reproduksi
◉ M. ferrea bereproduksi secara generatif menggunakan putik dan benang sari.

(Fahn, 1990).
Organ Vegetatif
a. Daun
Daunnya tunggal, sempit, memanjang (dapat mencapai 15 cm), berwarna hijau gelap dan bagian
sisi bawahnya agak keputihan, daun mudanya lunglai, berwarna merah sampai merah muda
kekuningan. Daun bersilangan, tunggal,tepi daun rata,berbentuk lonjong, berukuran 4,5-12,5 x 1-
4 cm,pangkal daun runcing, berwarna hijau kebiru-biruan dengan bagian bawah putih, urat daun
tidak jelas, lembaga tangkai daun 4-8 mm.
b. Akar
Sistem akar dari tanaman ini adalah akar tunggang (radix primaria), akar lembaga tumbuh terus-
menerus menjadi akar pohon yang bercabang-cabang menjadi akar yang lebih kecil. 
c. Batang
Batang berdiameter 2 m dengan permukaan kulit halus hingga berserat, pada kulit pohon yang
lebih muda memiliki warna abu-abu sedangkan pada pohon yang lebih tua kulit pohonnya berwarna
abu-abu gelap dengan sedikit warna merah cokelat.
Organ Generatif
a. Buah
Buah berbentuk seperti bulat telur atau lateral dengan gumpalan tertekan
biasanya membentuk seperti 2 katup.
b. Bunga
Bunga biseksual, soliter, aksila; ukurannya sangat bervariasi mulai dari 1,8-7,5
cm saling berseberangan, wangi. Sepal orbicular, cembung. Kelopak putih
obovatecuneate; Benang sari dengan filamen filliform; kepala sari berwarna
kuning keemasan.
(Fahn, 1990).
Kegunaan dan Kandungan Kimia
◉ Tanaman tersebut memiliki banyak kegunaan dibidang farmasi. Biasanya digunakan dalam
antiseptic, anti inflamasi, purgatif, pembersih darah, obat cacing, dan lainnya. Tanaman ini
juga biasa digunakan untuk menyembuhkan demam, asma, flu, dan dapat bermanfaat
sebagai kardiotonik, agen ekspektoran, karminatif, dan antipiretik. Mata yang sakit dapat
diobati dengan abu daun tanaman (Sharma, et. al., 2017).
◉ Kandungan kimia daun nagasari hasil uji pendahuluan adalah saponin, polifenol, alkaloid
dan terpenoid. Sedangkan pada kulit akar nagasari didapat kandungan Mesuaferrin-A dan -
B, caloxanthone C, 1,8-dihydro-3-methoxy-6- methylanthraquinone, β-sitosterol, friedelin
dan betulinic acid. Kemudian pada batang terdapat kandungan amyrin (α and β), β-
sitosterol, friedelin, dan lupeol (Asif et.al, 2017).
Peperomia pellucida
KLASIFIKASI
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Magnoliidae
Order : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Peperomia
Species : Peperomia pellucida (L.) Kunth
Sinonim : Peperomia exigua Miq
(Majumder, et al, 2011).
Evolusi Tumbuhan
◉ Keanekaragaman bentuk dan habitatnya
◉ Adanya sistem ikatan pembuluh yang lebih lengkap pada xilem selain terdapat
trakea, juga terdapat trakeid dan memiliki sel pengantar pada floem
◉ Keberhasilan dalam menduduki semua habitat
◉ Adaptasi oleh bunga terhadap polinai oleh serangga.
◉ Adaptasi bunga yang biseksual, yang memungkinkan terjadinya penyerbukan sendiri
dan jika dilakukan penyerbukan silang gagal
◉ Perkembangan bakal biji di dalam bakal buah dapat menjamin perlindungan yang
baik terhadap bakal biji atau biji
◉ Penyebaran yang efektif dan efisien oleh serangga, burung, binatang lain, angin air,
dan mekanisme khusus yang lain
◉ Propagasi vegetatif yang efisien menghasilkan perbanyakan yang cepat
Pada divisi Magnoliophyta, mencakup tumbuhan berkeping biji dua yang
memiliki satau atau lebih sifat primitif. Muncul sekitar 122 juta tahun yang lalu
pada periode Kretaseus Bawah. Bunga umumnya mempunyai beberapa tepal,
sering terdiftensiasi menjadi sepa dan petal tetapi kadang-kadang apetal. Stamen
banyak dan masak dalam pola sentripetal. Polen binukleat dan “monosulcate”.
Ginaesium apokarp engan ovul yang bitegmik dan “crassinucellate”. Magnoliales
adalah bangsa yang terbesar. Anak kelas Magnoliidae mempunyai senyawa-
senyawa kimia untuk pertahanan diri, sebagian besar taksa menghasilkan alkaloid
isoquionolin (Silalahi, 2015).
Deskripsi
Peperomia pellucida atau dikenal dengan tumbuhan suruhan, merupakan tumbuhan liar
yang biasa tumbuh pada tempat lembab dengan intensitas sinar matahari yang sedikit.
Tumbuhan ini memiliki habitat di daerah dataran rendah dan tinggi. Memiliki tinggi
sekitar 10-15 cm hingga 30 cm. Batangnya lunak berair (herbaceous) mengkilap. Pada
ujung batangnya biasa tumbuh bunga majemuk seperti bunga sirih. Termasuk ke dalam
tumbuhan dikotil dan termasuk kamaefit (chamaephyte) yaitu semak kecil yang
memiliki batang dengan percabangan yang tahan pada ketinggian kurang dari 25 cm
diatas permukaan tanah
Deskripsi
Daun tunggal bertangkai dengan helaian lebar berbentuk jantung dengan tulang daun
berjumlah tiga berwarna hijau muda. Ujung daun runcing dan pangkal daun bertoreh,
bentuk tulang daun melengkung, tepi daun rata. Permukaan daun licin mengkilat.
Panjang daun mencapai 1-3 cm. Bunga dari tumbuhan suruhan berbentuk bulir (spica)
dengan diameter 1 mm dan muncul pada bagian ujung tangkai dan ketiak daun.
Tumbuhan suruhan memiliki akar serabut yang tidak dalam (Kinho, et al, 2011).
Pencirian Suku
Piperaceae mempunyai sekitar 3.000 spesies tetapi hanya memiliki genus rendah (5-
7 genus). Piper merupakan genus dengan jumlah spesies yang terbanyak dan
diperkirakan memiliki lebih dari 1.000 spesies dan terdistribusi terutama di daerah
tropis. Piper umumnya merupakan tumbuhan berkayu menahun yang memanjat
jarang sekali dalam bentuk semak, dengan modus yang melebar. Daunnya memiliki
bentuk yang bervariasi dan umumnya aromatik serta terasa pedas. Memiliki bunga
yang sangat kecil, tersusun dalam spika dan tidak memiliki perianthium. Memiliki
buah yang empuk dengan 2-6 stamen ovarium satu sel yang disebut orthotropus
ovule. Menyukai habitat yang lembab (Silalahi, 2015).
REPRODUKSI

Organ vegetatif : -

Organ generatif : Biji

(Angelina, et al, 2015).


MANFAAT
• Secara empiris, tanaman herba suruhan digunakan dalam pengobatan
diabetes dan menurunkan kadar asam urat dengan cara meminum air
rebusan seluruh bagian tanaman dan juga dapat menggiling seluruh bagian
tanaman lalu ditempelkan pada bagian yang sakit untuk sakit kepala dan
demam. Suruhan juga dapat digunakan untuk sakit perut dengan cara
memeras dan menyaring, lalu meminum sri hasil gilingan tanaman (Kinho, et
al, 2011). Tanamab suruhan juga digunakan untuk mengobati abses, radang,
bisul, jerawat, penyakit ginjal dan sakit perut (Majumder, et al, 2011).
• Telah diteliti juga bahwa suruhan memiliki khasiat sebagai analgetik dan
antipiretik, antiinflamasi (Sheikh, et al, 2013), antioksidan , antimikroba dan
antikanker (Wei, et al, 2011), antihiperglikemik (Togubu, et al, 2013),
antidiabetes dan juga sebagai antihiperurisemia (Tarigan, et al, 2013;
Yunarto, 2012).
KANDUNGAN KIMIA
• Alkaloid
• Flavonoid
• Saponin
• Steroid
• Tanin
• Polifenol
• Kalsium Oksalat
• Lemak
• Minyak Atsiri
(Kinho, et al, 2011).
Artocarpus elasticus
KLASIFIKASI

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies : A. elasticus
Sinonim : Artocarpus blumei Tree.

(Djarwaningsih, 1995)
Evolusi Tumbuhan
◉ Keanekaragaman bentuk dan habitatnya
◉ Adanya sistem ikatan pembuluh yang lebih lengkap pada xilem selain terdapat
trakea, juga terdapat trakeid dan memiliki sel pengantar pada floem
◉ Keberhasilan dalam menduduki semua habitat
◉ Adaptasi oleh bunga terhadap polinai oleh serangga.
◉ Adaptasi bunga yang biseksual, yang memungkinkan terjadinya penyerbukan sendiri
dan jika dilakukan penyerbukan silang gagal
◉ Perkembangan bakal biji di dalam bakal buah dapat menjamin perlindungan yang
baik terhadap bakal biji atau biji
◉ Penyebaran yang efektif dan efisien oleh serangga, burung, binatang lain, angin air,
dan mekanisme khusus yang lain
◉ Propagasi vegetatif yang efisien menghasilkan perbanyakan yang cepat
Pada divisi Magnoliophyta, mencakup tumbuhan berkeping biji dua yang
memiliki satau atau lebih sifat primitif. Muncul sekitar 122 juta tahun yang lalu
pada periode Kretaseus Bawah. Bunga umumnya mempunyai beberapa tepal,
sering terdiftensiasi menjadi sepa dan petal tetapi kadang-kadang apetal. Stamen
banyak dan masak dalam pola sentripetal. Polen binukleat dan “monosulcate”.
Ginaesium apokarp engan ovul yang bitegmik dan “crassinucellate”. Magnoliales
adalah bangsa yang terbesar. Anak kelas Magnoliidae mempunyai senyawa-
senyawa kimia untuk pertahanan diri, sebagian besar taksa menghasilkan alkaloid
isoquionolin (Silalahi, 2015).
Deskripsi
Pohon benda, pohon tekalong, atau pohon teureup tersebar dari Burma, Siam, Malaya
sampai Palawan. Di Indonesia, pohon ini tumbuh di seluruh Nusantara yang umumnya
tumbuh liar di hutan-hutan dataran rendah sampai pada ketinggian 1500 mdpl tetapi
dapat juga tumbuh liar di tepi jlana yang tidak terpelihara atau dekat kuburan. Pohon ini
berkembangbiak melalui biji. Musim bunga pohon benda umumnya terjadi pada bulan
Juni-Agustus dan berbuah pada Oktober-Desember, terkadang sampai bulan Januari
(Sastrapradja, et.al, 1981).
Bagian Tumbuhan

Batang dan Akar


Pohon benda, pohon tekalong, atau pohon teureup memiliki ukuran sedang, tetapi terkadang
mencapai tinggi 45-65 m, batang yang terbebas dari cabang dapat mencapai tinggi 30 m dan
gemang batang hingga 125-210 cm. Banir dapat mencapai tinggi 3 m diatas tanah. Pepagan
atau kulit kayu berwarna kelabu kecoklatan dan bagian dalamnya kekuningan hingga
cokelat pucat. Lateksnya atau getah kentalnya berwarna putih kekuningan (Argent, 2009).
Daun dan Ranting

Pohon ini memiliki ranting - ranting dengan ketebalan 8-20 mm dan berambut rapat keemaasan. Daun
penumpunya membungkus ujung ranting sepanjang 6 - 20 cm, berambut panjang kuning hingga merah. Daun-
daun kaku menjangat, bundar telur jorong, 12,5-60 × 10-35 cm; pertulangan daun dengan rambut kasar
keemasan di sisi atas dan rambut keemasan rapat di sisi bawah; ujungnya runcing hingga meruncing;

bertepi rata hingga menggelombang; pangkalnya membulat hingga menyempit. Daun pada anak

pohon berbeda bentuk, berbagi atau bercangap 7-9 taju, panjang 60-120 cm (Argent, 2009).
Bunga dan Buah
Perbungaan dalam bongkol (bunga majemuk) di ketiak, pada ranting

yang berdaun. Bongkol jantan serupa jari gemuk, 6-20 × 2,5-3,8 cm;

kuning, kemudian cokelat. Buah semu (syncarp) berwarna kuning-cokelat berbentuk


silindris, tertutup rapat oleh tonjolan-tonjolan serupa duri pendek dalam dua ukuran;
bertangkai dengan ukuran 6,5-12 cm; buah berbau kurang sedap jika masak. Biji-biji
elipsoid, terbungkus ‘daging buah’ (sebetulnya perkembangan tenda bunga) berwarna
putih (Argent, 2009).
Pencirian Suku
◉ Pohon, perdu, liana, jarang herba. Hampir selalu mengandung getah serupa susu yang
dihasilkan dari latisifer pada parenkim batang dan daun. Kandungan latisifer bermacam-
macam tergantung pada macam jenisnya, kadang-kadang menghasilkan alkaloid dan sering
bertanin. Daun berhadapan atau tersebar, tunggal jarang majemuk, sering dengan sistolit pada
epidermis. Kalsium karbonat dan silika sering terdapat di dinding sel dari epidermis dan
trikom, ada stipula.
◉ Tumbuhan berumah dua atau berumah satu. Bunga dalam pembungaaan rasemus, spika,
umbela atau bongkol atau dalam reseptakel yang membentuk piala. Setiap bunga uniseksual,
kaliks, sepal, lepas atau bersatu, kadang-kadang tidak ada, apetal. Stamen pada bunga jantan
sebanyak sepal, letaknya berhadapan dengan sepal. Bunga betina dengan ginaesium terdiri
dari 1 ovarium yang superus dan inferus, 2 karpel, 1-2 ruang, ovul 1 tiap ruang (atau 1 ruang
lagi kosong). Stilus dua atau bercabang dua.
Pencirian Suku
Buah drupa sering tersusun menjadi buah majemuk atau akhene di dalam
reseptakel yang berdagiung membentuk piala dan disebut sikonium. Biji
dengan atau tanpa endosperm, embrio biasanya melengkung. Suku ini
terdiri dari 40 marga dengan hampir 100 jenis, tersebar luas di daerah
tropis dan sub tropis, sedikit di temperata. Marga yang terbesar adalah
Ficus (500 jenis) (Silalahi, 2015).
REPRODUKSI

Organ vegetatif : -

Organ generatif : Biji

(Sastrapradja, et.al, 1981).


MANFAAT

Getah dari pohon ini dapat dimanfaatkan sebagai obat diare sedangkan
kulit batangnya berkhasiat sebagai obat sakit perut lalu bijinya dapat
menghasilkan minyak rambut (Sastrapradja, et.al, 1981). Oleh suku mentawai,
seduhan air panas dari pepagan atau kulit kayu pohon benda digunakan untuk
membatasi kelahiran (dosisnya sehari sekali selama 3 hari berturut-turut)
(Hidayat, 2005). Di Pattani, Thailand daun benda dipergunakan untuk
mengatasi cacing gelang dengan cara pemakaian lokal (Chuakul, 2005).
KANDUNGAN KIMIA

Pada daun, buah, dan pepagannya mengandung saponin dan


polifenol lalu terdapat juga kandungan flavonoida pada bagian buah
dan daunnya (Chuakul, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
 Alonso GC, Mediavilla D, Martinez CC, Gonzalez A, Cos S, San EJ., 2008. Melatonin modulates the cadmiuminduced expression of MT-2 and
MT-1 metallothioneins in three lines of human tumor cells (MCF-7, MDA-MB-231 and HeLa), Toxicol Lett 45 (6): 56-68.
Angelina, M., Amelia, P., Irsyad, M., Meilawati, L dan Hanafi, M. 2015. Karakterisasi Ekstrak Etanol Herba Ketumpangan Air (Peperomia
pellucida L. Kunth). Biopropal Industri. Vol. 6 No.2:53-61.
Anjum, N.A., Sarvajeet S.G. dan Narendra T. 2017. Enhancing Cleanup of Environmental Pollutants : Volume 1 : Biological Approaches.Berlin
: Springer
Argent, G. 2009. Manual of the Larger and More Important Non-Dipterocarp Tress of Central Kalimantan Indonesia. Forest Research. Vol (2):
hal 433.
Asif, M., Seyedeh, F.J., Zafar, I., Vageesh, R., Chern E.O. 2017. Ethnobotanical and Phytopharmacological attributes of Mesua ferrea: A mini
review. Journal of Applied Pharmaceutical Science. 7(4): 242-251.
Atlas of Living Australia. 2017. Tapeinochilos ananassae. Diakses https://bie.ala.org.au/species/http://id.biodiversity.org.au/node/apni/2907554
[Diakses pada 12 Juni 2019]
Azhari, Y. dan A. Hartana. 2014. Status Taksonomi Psidium Cujavillus Burm. F. Floribunda.5(1): 1-10.
Backer CA. 1911. Schoolflora voor Java (Ranunculaceae-Myrtaceae) Vol 189. Weltevreden: Boekh, Voosser & Co.
Besnard, G., A.M. Muasya, Flavien R., Eric H.R., Nicolas S. dan Pascal A.C. 2009. Phylogenomics of C4 Photosynthesis in Sedges
(Cyperaceae) : Multiple Appearances and Genetic Convergence. Oxford University Press : 1910 – 1919
Biffin, E., Timothy J. B., Robert S. H., Philip,T. and Andrew J. L. 2011. Leaf Evolution In Southern Hemisphere Conifers Tracks The
Angiosperm Ecological Radiation. Proceedings of the Royal Society. vol 279(1727): 341-348
Blume CL. 1849. Museum Botanicum Lugdunobatavum, Sive Stirpium Exoticarum Novarum Vel Minus Cognitarum Ex Vivis Aut Siccis Brevis
Expositio Et Descriptio. Lugduni-Batavorum(NL): Brill Archive.
Brotowidjaya, M.D., Tribuwama,D., dan Mulbyantora,E., 1984. Pengantar Lingkungan dan Budidaya Air. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Burman NL. 1768. Flora Indica Icosandria Monogynia Series Zoophytorum Indicrum. Lugduni Batavorum(NL): Apud Cornelium Haek.
Cappers, Rene. 2007. Fields of Change : Progress in African Archaeobotany. Eelde : Barkhuis
Chalchat, J.C., R.P. Garry dan A. Michet. 1988. Constituents of Sequoiadendron giganteum Buchh. Leaf Oils (Giant Sequola). Flav. Fragr. J. Vol 3 : 69-
72
Chhuakul, w. 2005. Medical Plants in the Khok Pho District, Pattani Province (Thailand). Thai Journal of Phytopharmacy. Vol 12(2) : hal 23 - 45.
Christenhusz, M. J. M. dan Bung, J. W. 2016. The number of known plants species in the world and its annual increase. Phytotaxa: Magnolia Press.
Dahlgren, R.M.T., H.T Clifford dan P.F. Yeo. 1985. The Families of the Monocotyledones : Structure, Evolution and Taxonomy. Berlin : Springer –
Verlag
Desai, A.V., V.M. Patil, S.S. Patil, V.C. Yeligar dan S.V. Patil. 2017. Phytochemical Investigation of Eleusine indica For in-vivo Diuretic and in-vitro Anti-
urolithiatic Activity. World Journal of Pharmaceutical Research 6(8) : 217 - 230
Djarwaningsih, T., D.S. Alonzo, S. Sudo, and M.S.M. Sosef. 1995. Artocarpus J.R. Forster & J.G. Forster. in R.M.H.J. Lemmens, I. Soerianegara and
W.C. Wong (eds.) Timber Trees: minor commercial timber. Plant Resources of South-East Asia (PROSEA). Vol 5(2): hal 65.
Dobson, F. 2000. Lichens an Illustrated Guide. Englang: The Richmond publishing Co. Ltd.
Doria G.A., Menezes P.P., Lima B.S., Vasconcelos B.S., Silva F.A.,Henriques R.M., Melo M.G., Alves A.V., Moraes M.O., Pessoa C.O., Carvalho A.A.,
Prata A.P., Junior R.L., Lima-Verde I.B., Quintans-Junior L.J., Bezerra D.P. Nogueira P.C. dan Araujo A.A. 2016. In Vivo Antitumor Effect,
Induction of Apoptosis and Safety of Remirea maritima Aubl. (Cypereceae) Extracts. Phytomedicine 15(24) : 2 – 31
Fahn A. 1990. Plant Anatomy 4 ed. Oxford (UK): Pergamon Press.
Farjon, A. dan Filer, D. 2013. An Atlas of The World’s Confiners. Boston: Leiden
Fink, B. 1961. The Lichen Flora of The United States. United State of America: Ann Harbor
Flint, W.D. (2002). To Find The Biggest Tree. Texas : Sequoia Natural History Association, Inc.
GBIF Secretariat. 2017. Eleusine indica (L.) Gaertn. Diakses di https://www.gbif.org/en/species/2705953 [Diakses pada 12 Juni2019]
GBIF Secretariat. 2017. Remirea maritima Aubl. Diakses di https://www.gbif.org/species/2731077 [Diakses pada 12 Juni 2019]
Godfrey, R.K. dan Jean W.W. 2011. Aquatic and Wetland Plants of Southeastern United States : Monocotyledons. Athens : University of Georgia
Press NatureServe. 2019. Eleusine indica – (L.) Gaertn. Diakses di http://explorer.natureserve.org/servlet/NatureServe?
searchName=eleusine+indica [Diakses pada 12 Juni 2019]
Guiry, M.AD. 2007. Algae Base World. Tersedia online pada http://ucjeps.berkeley.edu/ [diakses pada Rabu 12 Juni 2019].
Gustafsson, Mats HG, Volker Bittrich, and Peter FJ. 2002. Phylogeny of Clusiaceae based on rbc L sequences. International Journal of Plant
SciencesStevens. 163: 1045-1054.
Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hartesveldt, Richard J., H. Thomas Harvey, Howard S. Shellhammer, dan Ronald E. Stecker. 1975. The giant sequoia of the Sierra Nevada, U.S.
Washington DC : Department of the Interior, National Park Service.
Harvey, H. Thomas, Howard S. Shellhammer, dan Ronald E. Stecker. 1980. Giant sequoia ecology. Scientific Monograph. Vol 12.
Hidayat, S. 2005. Ramuan Tradisional ala 12 Etnis Indonesia. Jakarta : sarana wana Jaya.
ITIS Report. 2019. Sequoiadendron giganteum Taxonomic Serial No.: 183438. Tersedia online di https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?
search_topic=TSN&search_value=183438#null
ITIS. 2019. Evernia prunastri (L.) Ach. Tersedia online pada https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?
search_topic=TSN&search_value=190662#null [Diakses pada 12 Juni 2019]
Jerkovic, I., Mastelic, J., dan Milos, M. 2003. Chemical Composition of the Essential Oil of Sequoiadendron giganteurn (Lindl.) Buchh. Cultivated in
Croatia. J.Essent. Oil Res.Vol 15 : 36-38.
Jitrosoepomo, G. 2011. Taksonomi tumbuhan: Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pterydophyta. Yogyakarta: UGM Press.
Kinho, J., Arini, D. L. D., Tabba, S., Kama, Harwiyaddin, Kafiar, Y., Shabri, S., Karundeng, Mood, C. 2011. Tumbuhan Obat Tradisional di Sulawesi
Utara Jilid 1. Manado: Balai Penelitian Kehutanan Manado.
Kosanic ́, M., N. Manojlovic ́, S. Jankovic ́, T. Stanojkovic ́, B. Rankovic ́. 2013. Evernia prunastri and Pseudoevernia furfuraceae lichens and their
major metabolites as antioxidant, antimicrobial and anticancer agents. Food and Chemical Toxicology. Vol 53: 112-118
Laubenfels, D.J.D. 1988. Coniferales series I, Vol. 10. Dordrecht: Kluwer Academic.
Littler,D.S., Littler, M.M., Bucher, K.E., dan Norris, J.N. 1989. Marine Plants of The Caribbean, A Field Guide from Florida to Brazil. Washington D.C:
Smithsonian Instituion press.
Majumder, P., Abraham, P. V., Satya. 2011. Ethno-medicinal Phytochemical and Pharmacological review of an amazing medicinal herb Peperomia
pellucida (L.) HBK. Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences. Vol. 2: 358.
Nash, T.H. 2008. Lichenes Biology. Cambridge: University Press
NatureServe. 2019. Remirea maritima – Aubl. Diakses di http://explorer.natureserve.org/servlet/NatureServe?searchName=Remirea+maritima
[Diakses pada 12 Juni 2019]
Okokon, J.E. Odomena C.S., Imabong E., Obot J. dan Udobang J.A. 2010. Antiplasmodial and Antidiabetic Activities of Eleusine indica.
International Journal of Drug Development & Research 2(3) : 1 – 8
Oktiana, T.D., J. Santoso, dan M. Kawaroe. 2015. Alga Hijau (Ulva sp.) Sebagai Bahan Baku Produksi Biogas. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis. Vol 7(1): 191-203.
Orwa C, A Mutua, Kindt R, Jamnadass R, S Anthony. 2009. Agroforestree Database:a tree reference and selection guide version 4.0. England:
Pergamon Press.
Panjaitan, D.M., Fitmawati, danA. Martina. 2012. Keanekaragaman lichen sebagai bioindikator pencemaran udara di Kota Pekanbaru Provinsi Riau.
Pekanbaru: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau.
Purnomo.2013. Tanaman Kultural dalam Perspektif Jawa. Malang: UB Pres
Rabelo, A.S., Mairim R..S., Thallita K.R., Marcelia G.D.M., Douglas S.P., Daniel P.G. Jose C.F.M., Marilla S.B., Thanany B.S., Emmanoel V.C., Paulo
C.L.N., Valeria R.S.M., Ana P.N.P. Lucindo J.Q. Jr. dan Adriano A.S.A. 2014. Chemical Composition, Antinociceptive, Anti-inflammatory and
Redox Properties in vitro of the Essential Oil from Remirea maritima Aubl. (Cyperaceae). BioMed Central Vol. 14(514) : 1 – 9
Rundel, Philip W. 1969. The distribution and ecology of the giant sequoia ecosystem in the Sierra Nevada, California. Durham : Duke University.
Sam,H.V. Nanthavong, K. dan Kessler. 2004. Trees of Laos and Vietnam- A Field Guide to 100 species. Netherland: Blumea Publication
Samanta K., Romi Y., Rishikant T., Ashok K., Emdad H. 2013. Preliminary physicophytochemical study and pharmacognostical. Research Journal
of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences. 4(4): 1–8.
Sastrapradja, S., Lubis, Siti H. A., Djajasukma, E., Soetarno, H., L. Ischak. 198. Proyek Penelitian Potensi Sumber Daya Ekonomi:Kayu Indonesia.
Jakarta: LIPI.
Sharma, A., Surbhi Sharma , Rohit, Naresh dan Bharat Parashar. 2017. Mesua ferrae linn:- A Review of the Indian Medical Herb. Sys Rev Pharm
8(1):19-23.
Sheikh, H., Sikder, S., Paul, Sagar, K., Hasan, A. M. R., Rahaman, M., Kundu, S. P. 2013. Hypoglycemi, Anti-Inflamatory and Analgesic Activity od
Peperomia pellcida (L.) (Pipeaceae). International Journal of Pharmacetical Sciences and Research. Vol. 4 (1): 458-463.
Silalahi, M. 2015. Bahan Ajar Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Diakses di http://repository.uki.ac.id/197/ [Diakses pada 12 Juni 2019]
Singapore Government. 2016. Tapeinochilos ananassae. Diakses di https://florafaunaweb.nparks.gov.sg/special-pages/plantdetail.aspx?id=2497
[Diakses pada 12 Juni 2019]
Singapore Government. 2019. Eleusine indica (L.) Gaertn. Diakses di https://florafaunaweb.nparks.gov.sg/special-pages/plantdetail.aspx?id=5136
[Diakses pada 12 Juni 2019]
Soreng, R.J., Paul M.P., Konstantin R., Gerrit D., Fernando O.Z., Emmet J.J., Tarciso S.F., Jerrold I.D. dan Osvaldo M. 2015. A Worldwide
Phylogenetic Classification of the Poaceae (Gramineae). Journal of Systematics and Evolution 53(2) : 117 – 137
Specht, C.D. dan Dennis Wm. S. 2006. A New Phylogeny-Based Generic Classification of Costaceae (Zingiberales). Taxon 55(1) : 153 – 163
Suarez, J.G., Alexandra A.P., Natalie R.O., Karla R.T., Wanda F.C., Lorelein M.S., Geronimo M.M., Luis A.C. dan Michelle M.M.M. 2015. Chemical
Profile and in vivo Hypoglycemic Effects of Syzigium jambos, Costus speciosus, and Tapeinochilus ananassae Plant Extracts Used as Diabetes
Adjuvants in Puerto Rico. BioMed Central 15(244) : 147 – 162
Tarigan, I. M. Bahri, S., dan Saragih, A. 2012. Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Herba Suruhan (Peperomia pellucida (L.) Kunth) Pada Mencit
Jantan. Journal of Pharmaceutics and Pharmacology. Vol. 1(1): 37-43.
Thao, T., Lieu, N., Ninh, P., Chien, T., Phong, D. Loc, T., dan Sung,T. Study on the Chemical Constituents of Dacrydium elatum and their cytotoxic
activity. Zeitschrift für Naturforschung B. Vo l74(2): 197–201
Togubu, S., Momuata, L. I., Paendonga, J. E., Salmaa, N. 2013. Aktivitas Antihiperglikemik dari Ekstrak Etanol dan Heksana Tumbuhan Suruhan
(Peperomia pellucida [L.] Kunth) pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus L.) yang Hiperglikemik. Jurnal MIPA Unsrat. Tersedia online di
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo . Diakses pada 12 Juni 2019.
United States Department of Agriculture. 2019. Eleusine indica (L.) Gaertn. Indian goosegrass. Diakses di
https://plants.usda.gov/core/profile?symbol=ELIN3 [Diakses pada 12 Juni 2019]
United States Department of Agriculture. 2019. Remirea maritima Aubl. Beachstar. Diakses di
https://plants.usda.gov/core/profile?symbol=REMA3 [Diakses pada 12 Juni 2019]
University of California (Forest Research and Outreach). 2019. Giant Sequoia (Sequoiadendron giganteum). Tersedia online di
https://ucanr.edu/sites/forestry/California_forests/http___ucanrorg_sites_forestry_California_forests_Tree_Identification_/Giant_Sequoia_Se
quoiadendron_giganteum/
.
Wei, L. S., Wee, W., Siong, J. Y. F., Syamsumir, D. F. 2011. Characterization of Anticancer, Antimicrobial, Antioxidant Properties and Chemical
Compositions of Peperomia pellucida Leaf Extract. Tersedia online di http://journals.tums.ac.ir/ . Diakses pada 12 Juni 2019.
Yuniarti, Y., M. Zanzibar, Megawati, E. Rustam, A.R. Hidayat dan A. Priyatna. 2011. Penanganan Benih Hasil Pemuliaan Tanaman Hutan
(Acacia crassicarpa A.Cun.Ex Benth). Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan.
Yurnaliza. 2002. Lichenes (Karakterisasi, Klasifikasi, dan Kegunaan). Tersedia online http://library.usu.ac.id/download/fmipa/Biologi-Yurnaliza.pdf
[Diakses Rabu 12 Juni 2019]
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai