Disusun oleh:
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberi ilmu
pengetahuan, iman, dan taqwa kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan praktikum Genenika Dasar dengan baik. Shalawat dan
salam kepada Rasulullah SAW yang telah membebaskan kita dari kehidupan
jahiliyah sehingga kita bisa merasakan hidup yang penuh dengan kedamaian.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada asisten laboratorium yang telah
berkenan memberikan bimbingan saat melakukan praktikum sehingga laporan ini
dapat terselesaikan untuk melengkapi kegiatan praktikum genetika dasar yang
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa akan materi yang telah di
praktikumkan.
Penulis berharap supaya laporan ini bisa bermanfaat pembaca untuk
perbaikan pada laporan ini ke depannya.
Diral sauri
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
ABSTRAK ................................................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2. Tujuan .............................................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3
III. METODE PRAKTIKUM ................................................................................. 5
3.1. Tempat dan Waktu ........................................................................................... 5
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................................. 5
3.3. Metode Pelaksanaan Praktikum ....................................................................... 5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 6
4.1. Hasil Pengamatan .............................................................................................. 6
4.2. Pembahasan ....................................................................................................... 9
V. KESIMPULAN .................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 17
LAMPIRAN .............................................................................................................. 18
ABSTRACT
3
This practice deals with frequency of alleles, frequency of genotypes, qualitative
and quantitative properties, aimed at computing frequency of allele and frequency
of genotype, proving hardy-Weinberg law, and measuring qualitative and
quantitative traits, and practicum this time computing a population according to
the Mendel population theory.By understanding the theory that if individual
individuals in a population are randomly crossed and some assumptions are met
then the frequency of alleles in the population will remain in stable equilibrium, ie
unchanged from one generation of subsequent generations. This practice is also to
adjust the observation results to the balance of Hardy Weinberg. and is said to
belong to the group carried out on saturday 28th of April 2018 in the Faculty of
Agriculture, Syiah Kuala University. 16: 00-17: 40 WIB. and is said to belong to
the group carried out on Friday 4th of Mei 2018 in the Faculty of Agriculture,
Syiah Kuala University. 16: 00-17: 40 WIB.The material used in this lab is
soybeans and also buttoned clothes, while the tools used are modules and
stationery.
I. METODE PRAKTIKUM
4
1.1. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan
Tanaman Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala
pada hari Jumat,tanggal 12 Mei 2018 pukul 14.00-17.40 WIB.
5
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
GG Gg Gg ∑
O 31 46 23 100
E 1
/4 x 100 = 25 1
/2 x 100 = 50 1
/4 x 100 = 25 100
O–E 6 -4 -2 0
(𝑂 − 𝐸 2 ) 1,96
1,44 0,32 0.16
𝐸
6
Tabel 2. Pengambilan kancing 200 x
HH : HP : PP = 1 : 2 : 1
Karakteristik yang Diamati
HH HP PP ∑
O 45 100 55 200
E 1
/4 x 200 = 50 1
/2 x 200 = 100 1
/4 x 200 = 50 200
O–E 5 0 5 0
(𝑂 − 𝐸 2 ) 1
0,5 0 0,5
𝐸
𝑥 2 hitung 0.5 0 0,5 1
7
Tabel 3. Data hasil seluruh kelompok untuk pengambilan kacang kedelai.
I 27 50 23 100
II 31 46 23 100
II 28 27 25 100
IV 21 44 29 100
Tabel 4. Data hasil seluruh kelompok kelompok untuk pengambilan kancin warna.
I 58 96 46 200
II 45 100 55 200
II 90 96 14 200
IV 54 85 61 200
8
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑎𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
Frekuensi = ∑
247
Frekuensi HH = 800 = 0,31(p2) Jadi, p2+2pq+q2 = 1
377
Frekuensi HP = 800=0,47 (2pq) 0.31+0.47+0,225= 1
176
Frekuensi PP = 800 = 0.225 (q2)
2.2. Pembahasan
Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi
genotipe dalam suatu populasi akan tetap konstan, yaitu berada dalam
kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat
pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Pengaruh-
pengaruh itu dapat berupa perkawinan tak acak, mutasi, seleksi, ukuran populasi
terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen.
Frekuensi genotipe dan frekuensi alel (atau frekuensi gen) merupakan
karakteristik genetik suatu populasi. Frekuensi genotipe adalah nisbah individu
bergenotipe tertentu terhadap keseluruhan individu dalam populasi. Frekuensi alel
adalah nisbah alel tertentu terhadap keseluruhan alel dalam populasi.
Sifat kuantitatif adalah sifat yang cirinya yang dapat dinilai secara
langsung dengan cara menghitung atau mengukur, dan dinyatakan dalam angka.
Contohnya: lebar daun, panjang perbungaan yang dinyatakan dalam cm atau
jumlah benang sari, jumlah lembar mahkota bunga yang dinyatakan dalam angka.
Sifat kualitatif digambarkan dengan bentuk dan dideskripsikan bukan dalam
angka. Contohnya: duduk daun berhadapan, berseling, buah buni atau buah kotak.
Percobaan pertama, yaitu pengambilan kedelai sebanyak 100 kali baik
kedelai kuning-kuning (GG), kuning-hitam (Gg), dan kedelai hitam-hitam (gg)
secara acak. Dari data dilakukan uji X2 dengan nilai pengamatan (O) untuk GG,
Gg, dan gg secara berturut adalah 31, 46, dan 23dengan jumlah keseluruhan 100.
Nilai harapan (E) untuk GG = 25, Gg=50, dan gg = 25. Sehingga nilai deviasi (O-
E) yang didapat GG, Gg, dan gg secara berturut yaitu 6,-4, dan -2 dengan total
deviasi adalah 0. X2 hitung GG = 1,44, Gg = 0.32, dan gg = 0.16 dengan total
9
1,92keseluruhannya adalah 1,92. Db = 2, X2tabel = 5.991 dan X2hitung = 1,92.
X2hitung < X2tabel, maka hipotesis diterima. Selanjutnya dapat dihitung frekuensi
alel dari dari GG (p2) adalah 0.31, frekuensi alel Gg (2pq) yaitu 0.46, dan
frekuensi alel dari gg (q2) adalah 0.23. Maka p2+2pq+q2 = 1 yaitu
0.31+0.46+0.23= 1 dengan hasil akhir 1 = 1 yang membuktikan bahwa data yang
didapat sesuai dengan kesetimbangan hukum Hardy-Weinberg.
Percobaan kedua, yaitu pengambilan dua keping kancing sebanyak 200
kali baik kancing berwarna merah (HH), kancing berwarna kuning (HP), dan
kancing berwarna hijau (PP) secara acak. Dari data dilakukan uji X2 dengan nilai
pengamatan (O) untuk HH, HP, dan PP secara berturut adalah 45, 100, dan 55
dengan jumlah keseluruhan 200. Nilai harapan (E) untuk HH = 50, HP=100, dan
PP = 50. Sehingga nilai deviasi (O-E) yang didapat HH, HP, dan PP secara
berturut yaitu 5, 0, dan 5 dengan total deviasi adalah 0. X2 hitung HH = 05, HP =
0, dan PP = 0,5 dengan total keseluruhannya adalah 22.11. Db = 2, X2tabel =
5.991 dan X2hitung = 1. X2hitung > X2tabel, maka hipotesis tidak dapat diterima.
Selanjutnya dapat dihitung frekuensi alel dari dari HH (p2) adalah 0.31, frekuensi
alel HP (2pq) yaitu0,46, dan frekuensi alel dari PP (q2) adalah 0.23 Maka
p2+2pq+q2 = 1 yaitu 0.31+0.46+0.23 = 1 dengan hasil akhir 1 = 1 yang
membuktikan bahwa data yang didapat sesuai dengan kesetimbangan hukum
Hardy-Weinberg.
Pada percobaan 3 yaitu pengumpulan data hasil seluruh kelompok untuk
pengambilan kancing warna. Pada kelompok I didapatkan hasil 27 kedelai
kuning-kuning (GG),50 kuning-hitam (Gg), 23 kedelai hitam-hitam (gg) dan total
kesuluruha berjumlah 100.Pada kelompok II didapatkan hasil 31 kedelai kuning-
kuning (GG),46 kuning-hitam (Gg), 23 kedelai hitam-hitam (gg) dan total
kesuluruha berjumlah 100.Untuk kelompok III didapatkan hasil 28 kedelai
kuning-kuning (GG),27 kuning-hitam (Gg), 25 kedelai hitam-hitam (gg) dan total
kesuluruha berjumlah 100.Dan untuk kelompok IV didapatkan hasil 21 kedelai
kuning-kuning (GG),44 kuning-hitam (Gg), 29 kedelai hitam-hitam (gg) dan total
keseluruhan berjumlah 100.Dari penggabungan hasil data kelompok di dapatkan
113 kedelai kuning-kuning (GG),187 kuning-hitam (Gg),100 kedelai hitam-hitam
(gg) dan total keseluruhan berjumlah 400. . Selanjutnya dapat dihitung frekuensi
10
alel dari dari GG (p2) adalah 0,21, frekuensi alel Gg (2pq) yaitu 0,47, dan
frekuensi alel dari gg (q2) adalah 0,28. Maka p2+2pq+q2 = 1 yaitu
0,25+0.47+0.25= 1 dengan hasil akhir 1 = 1 yang membuktikan bahwa data yang
didapat sesuai dengan kesetimbangan hukum Hardy-Weinberg.
Pada percobaan 4 yaitu pengumpulan data hasil seluruh kelompok untuk
pengambilan kancing warna.Untuk kelompok I didapatkan 58 kancing berwarna
merah (HH), 96 kancing berwarna kuning (HP), 46 kancing berwarna hijau (PP)
dan total kesuluruha berjumlah 200.Pada kelompok II didapatkan 45 kancing
berwarna merah (HH), 100 kancing berwarna kuning (HP), 55 kancing berwarna
hijau (PP) dan total kesuluruha berjumlah 200. Kelompok III didapatkan 90
kancing berwarna merah (HH), 96 kancing berwarna kuning (HP), 14 kancing
berwarna hijau (PP) dan total kesuluruha berjumlah 200.Dan untuk Kelompok IV
didapatkan 54 kancing berwarna merah (HH), 85 kancing berwarna kuning (HP),
61 kancing berwarna hijau (PP) dan total kesuluruha berjumlah 200. Dari
penggabungan hasil data kelompok di dapatkan 247 kancing berwarna merah
(HH), 377 kancing berwarna kuning (HP), 176 kancing berwarna hijau (PP) dan
total kesuluruha berjumlah 800. Selanjutnya dapat dihitung frekuensi alel dari dari
HH (p2) adalah 0,31, frekuensi alel HP (2pq) yaitu0,47, dan frekuensi alel dari PP
(q2) adalah 0.225 Maka p2+2pq+q2 = 1 yaitu 0.31+0.47+0.25 = 1 dengan hasil
akhir 1 = 1 yang membuktikan bahwa data yang didapat sesuai dengan
kesetimbangan hukum Hardy-Weinberg.
11
Populasi Jumlah daun per batang N
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
P1 4 20 48 65 38 5 180
P2 4 17 28 46 30 22 12 5 1 165
F1 5 10 23 51 27 6 122
Jawab :
a) x,α,α2 =…?
Rataan (x)
(11𝑥4)+(12𝑥20)+(13𝑥48)+(14𝑥65)+(15𝑥38)+(16𝑥5)
P1 (x) = 180
44+240+624+910+570+80
= 180
2468
= 180
= 14
(13𝑥4)+(14𝑥17)+(15𝑥28)+(16𝑥46)+(17𝑥30)+(18𝑥22)+(19𝑥12)+(20𝑥5)+(21𝑥1)
P2 (x) = 165
52+238+420+736+510+396+228+100+21
= 165
2701
= 165
= 16
(12𝑥5)+(13𝑥10)=(14𝑥23)+(15𝑥51)+(16𝑥27)+(17𝑥6)
F1 (x) = 122
60+130+322+765+432+102
= 122
12
1811
= 122
= 15
F2 (x) =
(10𝑥2)+(11𝑥9)+(12𝑥38)+(13𝑥58)+(14𝑥120)+(15𝑥156)+(16𝑥98)+(17𝑥72)+(18𝑥24)+(19𝑥6)
583
20+99+456+754+1680+2340+1568+1224+432+114
= 583
8687
= 583
= 15
Ragam (𝝈2)
Tabel mencari ragam pada P1 :
X f f.x x–x (x – x)2 f (x – x)2
11 4 44 11 – 1 = -3 9 36
12 20 240 12 – 14 = - 4 80
2
13 48 624 13 – 14 = - 1 48
1
14 65 910 14 – 14 = 0 0 0
15 38 570 15 – 14 = 1 1 38
16 5 80 16 – 14 = 2 4 20
180 222
1
P1 (𝜎2) = 𝑛−1 ∑ 𝑓𝑖(𝑥𝑖 − 𝑥)²
1
= x 222
180−1
= 1,24
Tabel mencari ragam pada P2 :
X f f.x x–x (x – x)2 f (x – x)2
13 4 52 13 – 16 = -3 9 36
13
14 17 238 14 – 16 = -2 4 68
15 28 420 15 – 16 = -1 1 28
16 46 736 16 – 16 = 0 0 0
17 30 510 17 – 16 = 1 1 30
18 22 396 18 – 16 = 2 4 88
19 12 228 19 – 16 = 3 9 108
20 5 100 20 – 16 = 4 16 80
21 1 21 21 – 16 = 5 25 25
165 463
1
P2 (𝜎2) = 𝑛−1 ∑ 𝑓𝑖(𝑥𝑖 − 𝑥)²
1
= 165−1x 463
=2,82
12 5 60 12 – 15 = - 9 45
3
13 10 130 13 – 15 = - 4 40
2
14 23 322 14 – 15 = - 1 23
1
15 51 765 15 – 15 = 0 0 0
16 27 432 16 – 15 = 1 1 27
17 6 102 17 – 15 = 2 4 24
14
122 159
1
P1 (𝜎2) = 𝑛−1 ∑ 𝑓𝑖(𝑥𝑖 − 𝑥)²
1
= 122−1 x 159
= 1,31
10 2 20 10 – 15 = -3 25 50
11 9 99 11 – 15 = -4 16 144
12 38 456 12 – 15 = -3 9 342
13 58 754 13 – 15 = -2 4 232
15 156 2340 15 – 15 = 0 0 0
16 98 1568 16 – 15 = 1 1 98
17 72 1224 17 – 15 = 2 4 288
18 24 432 18 – 15 = 3 9 216
19 6 114 19 – 15 = 4 16 96
583 1586
1
P2 (𝜎2) = 𝑛−1 ∑ 𝑓𝑖(𝑥𝑖 − 𝑥)²
1
= 583−1x 1586
=2,72
15
F1 (𝜎) = √𝜎² = √1,31 = 1,14
F2 (𝜎) = √𝜎² = √2,72 = 1,64
= 1,79
𝜎 2 P = 𝜎 2 𝐹2 = 2,72
𝜎 2 𝐺 = 𝜎 2 𝑃 − 𝜎 2 𝐸 = 2,72 − 1,79 = 0,93
𝜎2 𝐺 0,93
H = 𝜎2 𝑃 x 100% = 2,72 x 100% = 34,19%
16
III. KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Suleyman, Stubbs. 2013. Cell Biology and Genetics. Mosby Elsevier, United
States.
18
LAMPIRAN
19
Gambar 4. Kedelai kuning-kuning (GG)
20
SUMBER REFERENSI
21
NOV
12
MAKALAH
KLIMATOLOGI
“Angin”
Oleh
YEDI PRASETIO
L131 11 020
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
22
Massa udara yang bergerak disebut angin. Angin dapat bergerak secara
horizontal maupun secara vertikal dengan kecepatan yang bervariasi dan
berfluktuasi secara dinamis. Faktor pendorong bergeraknya massa udara adalah
perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat yang lain. Angin
selalu bertiup dari tempat dengan tekanan udara tinggi ke yang tekanan udara
lebih rendah. Jika tidak ada gaya lain yang mempengaruhi, maka angin akan
bergerak secara langsung dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan
rendah. Akan tetapi, perputaran bumi pada sumbunya, akan menimbulkan gaya
yang akan mempengaruhi arah pergerakan angin.
Variasi arah dan kecepatan angin dapat terjadi jika angin bergeser dengan
permukaan yang licin (smooth), variasi yang diakibatkan oleh kekasaran
permukan disebut turbulensi mekanis. Turbulensi daat pula terjadi pada saat udara
panas pada permukaan bergerak ke atas secara vertikal, kaena adanya resistensi
dari lapisan udara di atasnya. Turbulensi yang disebabkan perbedaan suhu lapisan
atmosfer ini disebut turbulensi termal atau kadang disebut turbulensi konfektif.
Fluktuasi kecepatan angin akibat turbulensi mekanis umumnya lebih kecil tetapi
frekuensinya lebih tinggi (lebih cepat) dibandingkan dengan fluktuasi akibat
turbulensi termal (Karim,1985).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
BAB II
PEMAHASAN
23
energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah,
daerah yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu
udara yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Sehingga
akan terjadi perbedaan suhu dan tekanan udara antara daerah yang menerima
energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi
panas, akibatnya akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut.
Angin memiliki hubungan yang erat dengan sinar matahari karena
daerahyang terkena banyak paparan sinar mentari akan memiliki suhu yang lebih
tinggi serta tekanan udara yang lebih rendah dari daerah lain di sekitarnya
sehingga menyebabkan terjadinya aliran udara. Angin juga dapat disebabkan oleh
pergerakan benda sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak ke
tempat lain.
Angin buatan dapat dibuat dengan menggunakan berbagai alat mulai dari
yang sederhana hingga yang rumit. Secara sederhana angin dapat kita ciptakan
sendiri dengan menggunakan telapak tangan, kipas sate, koran, majalah, dan lain
sebagainya dengan cara dikibaskan. Sedangkan secara rumit angin dapat kita buat
dengan kipas angin listrik, pengering tangan, hair dryer, pompa ban, dan lain
sebagainya. Secara alami kita bisa menggunakan mulut, hidung, lubang dubur,
dan sebagainya untuk menciptakan angin.
Udara dapat membawa partikel bau dari suatu zat sehingga angin dapat
membawa bau atau aroma mulai dari aroma yang sedap hingga aroma yang tidak
sedap di hidung kita. Bau masakan, bau amis, bau laut, bau sampah, bau bensin,
bau gas, bau kentut, bau kotoran, dan lain sebagainya adalah beberapa contoh bau
yang dapat dibawa angin.
24
Salah satu faktor penyebab timbulnya angin adalah adanya gradien
tekanan yang timbul karena adanya perbedaan suhu udara. Kuat atau lemahnya
hembusan angin ditentukan oleh besarnya kelandaian tekanan udara atau dengan
kata lain kecepatan angin sebanding dengan kelandaian tekanan udaranya.
Disamping kelandaian tekanan, gerak angin ditentukan oleh faktor-faktor lain
seperti pengaruh rotasi bumi dan gaya gesek .Semakin besar perbedaan tekanan
udara maka semakin besar pula kecepatan angin berhembus.
Angin secara umum dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
Angin Geostropik
Angin yang timbul setelah gaya gradien tekanan dan gaya coriolis
mengalami keseimbangan serta paralel terhadap isobar.
Angin Gradien
Angin yang timbul akibat ada pengaruh gaya sentrifugal-sentripetal.
Dimana kenyataan di alam isobar tidak pernah lurus akan tetapi melengkung.
Angin Vertikal
Angin vertikal timbul karena adanya pengaruh dari gaya gravitasi bumi
dan juga gaya gerak udara keatas yang diakibatkan adanya perbedaan tekanan.
25
2.5.1.5 Angin Ribut/Puyuh
Biasa juga dikenal dengan puting beliung, yaitu angin kencang yang
datang secara tiba – tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar seperti spiral
hingga menyentuh permukaan bumi dan punah dalam waktu singkat (3 – 5 menit).
Kecepatan angin rata – ratanya berkisar antara 30 – 40 knots. Angin ini berasal
dari awan Cumulonimbus (Cb) yaitu awan yang bergumpal berwarna abu – abu
gelap dan menjulang tinggi. Namun, tidak semua awan Cumulonimbus
menimbulkan puting beliung. Puting beliung dapat terjadi dimana saja, di darat
maupun di laut dan jika terjadi di laut durasinya lebih lama daripada di darat.
Angin ini lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, terkadang pada malam hari
dan lebih sering terjadi pada peralihan musim (pancaroba). Luas daerah yang
terkena dampaknya sekitar 5 – 10 km, karena itu bersifat sangat lokal.
2.5.2 Jenis-Jenis Angin Musim
2.5.2.1 Angin Fohn
Angin Fohn/angin jatuh adalah angin yang terjadi seusai hujan Orografis.
angin yang bertiup pada suatu wilayah dengan temperatur dan kelengasan yang
berbeda. Angin Fohn terjadi karena ada gerakan massa udara yang naik
pegunungan yang tingginya lebih dari 200 meter di satu sisi lalu turun di sisi lain.
Angin Fohn yang jatuh dari puncak gunung bersifat panas dan kering, karena uap
air sudah dibuang pada saat hujan Orografis.
Biasanya angin ini bersifat panas merusak dan dapat menimbulkan
korban. Tanaman yang terkena angin ini bisa mati dan manusia yang terkena
angin ini bisa turun daya tahan tubuhnya terhada serangan penyakit.
26
hujan (kemarau) di Indonesia bagian Timur karena angin melewati celah- celah
sempit dan berbagai gurun (Gibson, Australia Besar, dan Victoria). Ini yang
menyebabkan Indonesia mengalami musim kemarau. Terjadi pada bulan Juni, Juli
dan Agustus, dan maksimal pada bulan Juli.
2.5.2.5 Angin Passat
Angin passat adalah angin bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah
subtropik menuju ke daerah ekuator (khatulistiwa). Terdiri dari Angin Passat
Timur Laut bertiup di belahan bumi Utara dan Angin Passat Tenggara bertiup di
belahan bumi Selatan.
Di sekitar khatulistiwa, kedua angin passat ini bertemu. Karena
temperatur di daerah tropis selalu tinggi, maka massa udara tersebut dipaksa naik
secara vertikal (konveksi). Daerah pertemuan kedua angin passat tersebut
dinamakan Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT). DKAT ditandai dengan
temperatur yang selalu tinggi. Akibat kenaikan massa udara ini, wilayah DKAT
terbebas dari adanya angin topan. Akibatnya daerah ini dinamakan daerah
doldrum (wilayah tenang).
2.5.2.6 Angin Anti Passat
Udara di atas daerah ekuator yang mengalir ke daerah kutub dan turun di
daerah maksimum subtropik merupakan angin Anti Passat. Di belahan bumi Utara
disebut Angin Anti Passat Barat Daya dan di belahan bumi Selatan disebut Angin
Anti Passat Barat Laut. Pada daerah sekitar lintang 20o - 30o LU dan LS, angin
anti passat kembali turun secara vertikal sebagai angin yang kering. Angin kering
ini menyerap uap air di udara dan permukaan daratan. Akibatnya, terbentuk gurun
di muka bumi, misalnya gurun di Saudi Arabia, Gurun Sahara (Afrika), dan gurun
di Australia.
Karena adanya Gradien Tekanan maka angin akan selalu bertiup dari
tempat yang memiliki tekanan udara tinggi ke tempat dengan tekanan udara
rendah. Sehingga menyebabkan angin bertiup dari Lintang sedang ke daerah
Ekuator.
27
Tidak bisa dipungkiri bahwa kecepatan angin akan berpengaruh pada
banyak hal. Berikut ini adalah beberapa hal yang terjadi sebagai akibat pengaruh
kecepatan angin :
Bidang Perhubungan
Kecepatan angin sangat mempengaruhi kelancaran jalur penerbangan.
Selain kecepatan angin, faktor cuaca dan iklim juga berperan dalam bidang
perhubungan terutama untuk transportasi. Selain mempengaruhi kelancaran jalur
penerbangan, kecepatan angin juga sangta berpengaruh pada transportasi laut.
Bidang Telekomunikasi
Selain faktor iklim dan cuaca, kecepatan angin juga berpengaruh pada
bidang telekomunikasi. Kecepatan angin yang merupakan akibat dari proses-
proses yang terjadi di atmosfer atau lapisan udara bisa mempengaruhi lapisan
ionosfer yang mengandung partikel-partikel ionisasi dan bermuatan listrik dimana
dengan adanya lapisan ionosfer ini kita bisa mendengarkan siaran radio/menonton
televisi.
Bidang Pariwisata
Kecepatan angin, banyaknya cahaya matahari, cuaca cerah, serta udara
yang sejuk/panas/kering sangat mempengaruhi pelaksanaan wisata, baik wisata
darat maupun laut. Dengan cuaca dan iklim yang bersahabat serta kecepatan angin
yang sedang maka pelaksanaan wisata akan semakin dinikmati
Bidang Pertanian
Kecepatan angin yang ideal adalah 19-35 km/jam. Pada keadaan kecepatan
angin yang tidak kencang, serangga penyerbuk bisa lebih aktif membantu
terjadinya persarian bunga. Sedangkan pada keadaan kecepatan angin kencang,
kehadiran serangga penyerbuk menjadi berkurang sehingga akan berpengaruh
terhadap keberhasilan penangkaran benih.
28
Secara luas angin akan mempengaruhi unsur cuaca seperti suhu yang
optimum dimana tanaman tumbuh dan berproduksi dengan sebaik-baiknya,
kelembaban udara yang berpengaruh terhadap penguapan permukaan tanah dan
penguapan permukaan daun, maupun pergerakan awan, Membawa uap
air sehingga udara panas menjadi sejuk dan juga Membawa gas-gas yang sangat
dibutuhkan oleh pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Ditinjau dari segi keuntungannya angin sangat membantu dalam
penyerbukan tanaman. angin akan membawa serangga penyerbuk lebih aktif
membantu terjadinya persarian bunga dan pembenihan alamiah. Sedangkan pada
keadaan kecepatan angin kencang, kehadiran serangga penyerbuk menjadi
berkurang sehingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan penangkaran benih
dan akan menimbulkan penyerbukan silang.
Dari segi kerugiannya, angin yang kencang dapat menimbulkan bahaya
dalam Penyerbukan, karena angin bijinya tidak bisa menjadi murni sehingga
tanaman perlu diisolasi. Dan juga dapat menyebarkan hama penyakit seperti
perkembangan jamur.
Perkembangan panyakit sangat tergantung pada cuaca. Keadaan cuaca yang
sangat lembab sangat menguntungkan bagi perkembangan jamur. Serangan
patogen cenderung akan meluas bila kelembaban tinggi. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa patogen dipencarkan oleh angin. Dari hasil penelitian
Tantawi (2007) diketahui bahwa pemencaran konidium pada satu musim tanam
tembakau di Jember didukung oleh peningkatan kecepatan angin dan penurunan
kelembaban udara. Pada bulan kering maupun bulan lembab peningkatan
kecepatan angin yang diikuti dengan menurunnya kelembaban udara akan
mendukung pemencaran konidium. Berdasarkan data aktual untuk memencarkan
konidium hanya memerlukan kecepatan angin 0,28 m/det pada suhu 25ºC.
Selain sebagai penyebar patogen, angin juga mempengaruhi peningkatan
jumlah luka pada tanaman inang dan dapat pula mempercepat pengeringan
permukaan tanaman yang basah. Penyebaran penyakit yang sangat cepat
dimungkinkan karena adanya angin baik secara langsung atau tidak langsung
melalui vektor yang dapat terbawa angin dalam jarak jauh. Selain itu karena
hembusan keras angin atau karena saling bersinggungan antar tanaman atau
melalui pasir yang diterbangkan juga dapat menyebabkan permukaan tanaman
terluka dan hal ini memungkinkan terjadinya infeksi.
Banyak jamur parasit yang penyebarannya terutama dilakukan oleh angin
karena jamur membentuk dan membebaskan spora ke udara dalam jumlah yang
tidak terhitung, mempunyai ukuran yang kecil dan ringan sekali sehingga mudah
diangkut oleh angin dalam jarak jauh. Meskipun spora-spora jamur pada
umumnya terdapat dalam lapisan udara di dekat tanah, di lapisan udara yang
paling tingginya ribuan meter pun masih terdapat spora. Pada kenyataannya
penyakit tertentu hanya dapat disebarkan oleh angin pada jarak pendek, bahkan
sering sangat pendek. Pada umumnya spora akan mati karena kekeringan dan
29
sinar matahari pada waktu disebarkan jarak jauh itu, sedangkan pada waktu
mengendap tidak tepat jatuh pada tumbuhan atau bagian yang rentan. Semakin
cepat anginnya maka spora yang akan tersebar pun akan semakin jauh
keberadaannya.
Angin hampir tidak bisa dikendalikan. Perlu adanya suatu pengelolaan
lingkungan karena adanya pengaruh angin yang sangat komplek ini. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan yaitu menghindari adanya pengaruh yang tidak
dikehendaki misalnya penanaman tanaman sejenis agar tidak terjadi penyerbukan
silang. Namun jika permasalahan penyebaran patogen maka usaha yang dapat
dilakukan yaitu pengendalian sedini mungkin agar mengurangi jumlah patogen
yang dapat disebarkan oleh angin. Selain itu dapat pula menggunakan tanaman
pematah angin agar laju dan arah angin dapat sedikit dikendalikan seperti
menanam pohon penahan angin yang dapat menjamin perlindungan sejauh 15 –
20 kali tinggi pohon pelindung. Misalnya tinggi pohon 10 meter, tanaman sejauh
150 – 200 meter dapat dilindungi sehingga memperlambat kecepatan angin.
Dengan adanya pematah angin maka laju dan arah angin menuju pertanaman
dapat sedikit ditekan sehingga penyebaran patogen akan lebih kecil.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan
juga karena adanya perbedaantekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari
tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Apabila dipanaskan,
udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik.
Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya berkurang. Udara
dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara
menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Di atas tanah udara menjadi
panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara
dingin ini dinamanakan konveksi.
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan
suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya
energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah,
daerah yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu
udara yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Sehingga
akan terjadi perbedaan suhu dan tekanan udara antara daerah yang menerima
30
energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi
panas, akibatnya akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut.
Ditinjau dari segi keuntungannya angin sangat membantu dalam
penyerbukan tanaman. angin akan membawa serangga penyerbuk lebih aktif
membantu terjadinya persarian bunga dan pembenihan alamiah. Sedangkan pada
keadaan kecepatan angin kencang, kehadiran serangga penyerbuk menjadi
berkurang sehingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan penangkaran benih
dan akan menimbulkan penyerbukan silang.
3.2 Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini mudah-mudahan dapat memenuhi
tugas mata kuliah ini. Dan apa bila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan, saya mohon kritik dan sarannya.
DAFTAR PUSTAKA
0
Tambahkan komentar
FORESTER
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
31
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
NOV
12
KLIMATOLOGI
“Angin”
Oleh
YEDI PRASETIO
L131 11 020
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Massa udara yang bergerak disebut angin. Angin dapat bergerak secara horizontal
maupun secara vertikal dengan kecepatan yang bervariasi dan berfluktuasi secara
dinamis. Faktor pendorong bergeraknya massa udara adalah perbedaan tekanan udara
antara satu tempat dengan tempat yang lain. Angin selalu bertiup dari tempat dengan
tekanan udara tinggi ke yang tekanan udara lebih rendah. Jika tidak ada gaya lain yang
mempengaruhi, maka angin akan bergerak secara langsung dari udara bertekanan tinggi
ke udara bertekanan rendah.
NOV
12
32
Bab I.
A. Pendahuluan
Seringkali para peneliti dan atau para surveyor dalam melaksanakan pekerjaannya
diamati atau ditelitinya, atau berapa luas obyek yang akan disurvei, atau bagaimana bisa
NOV
12
ETIKA RIMBAWAN
BAB I
PENDAHULUAN
FAO dalam Suhendang menyebutkan pada tahun 2000 luas hutan dunia sekitar 3,87
miliar hektar. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki hutan seluas 3,1 % dari
luas hutan dunia, sehingga tidak mengherankankalau pada era orde baru sektor
kehutanan di Indonesia merupakan sektor idola di mana sektor ini menyumbang devisa
terbesar ke dua setelah migas. Namun kebanggaan ini tidak berlangsung lama.
Memuat
Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.
33