Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA DASAR

FREKUENSI ALELE,FREKUENSI GENOTIP,SIFAT –SIFAT


KUALITATIF DAN KUANTITATIF

Disusun oleh:

Nama :Diral Sauri


NIM : 170510105025
Kelompok : 02

LABORATORIUM GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2018

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberi ilmu
pengetahuan, iman, dan taqwa kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan praktikum Genenika Dasar dengan baik. Shalawat dan
salam kepada Rasulullah SAW yang telah membebaskan kita dari kehidupan
jahiliyah sehingga kita bisa merasakan hidup yang penuh dengan kedamaian.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada asisten laboratorium yang telah
berkenan memberikan bimbingan saat melakukan praktikum sehingga laporan ini
dapat terselesaikan untuk melengkapi kegiatan praktikum genetika dasar yang
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa akan materi yang telah di
praktikumkan.
Penulis berharap supaya laporan ini bisa bermanfaat pembaca untuk
perbaikan pada laporan ini ke depannya.

Banda Aceh,4 Mei 2018


Penulis

Diral sauri

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
ABSTRAK ................................................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2. Tujuan .............................................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3
III. METODE PRAKTIKUM ................................................................................. 5
3.1. Tempat dan Waktu ........................................................................................... 5
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................................. 5
3.3. Metode Pelaksanaan Praktikum ....................................................................... 5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 6
4.1. Hasil Pengamatan .............................................................................................. 6
4.2. Pembahasan ....................................................................................................... 9
V. KESIMPULAN .................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 17
LAMPIRAN .............................................................................................................. 18

ABSTRACT

3
This practice deals with frequency of alleles, frequency of genotypes, qualitative
and quantitative properties, aimed at computing frequency of allele and frequency
of genotype, proving hardy-Weinberg law, and measuring qualitative and
quantitative traits, and practicum this time computing a population according to
the Mendel population theory.By understanding the theory that if individual
individuals in a population are randomly crossed and some assumptions are met
then the frequency of alleles in the population will remain in stable equilibrium, ie
unchanged from one generation of subsequent generations. This practice is also to
adjust the observation results to the balance of Hardy Weinberg. and is said to
belong to the group carried out on saturday 28th of April 2018 in the Faculty of
Agriculture, Syiah Kuala University. 16: 00-17: 40 WIB. and is said to belong to
the group carried out on Friday 4th of Mei 2018 in the Faculty of Agriculture,
Syiah Kuala University. 16: 00-17: 40 WIB.The material used in this lab is
soybeans and also buttoned clothes, while the tools used are modules and
stationery.

Keywords: population, allele frequency, genotype frequency

I. METODE PRAKTIKUM

4
1.1. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan
Tanaman Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala
pada hari Jumat,tanggal 12 Mei 2018 pukul 14.00-17.40 WIB.

1.2. Alat dan Bahan


Pada praktikum genetika dasar tentang frekuensi allele,frekuensi
genotip,sifat-sifat kualitatati dan kuantitatif digunakan alat dan bahan yaitu
kedelai kuning.kedelai hitam,kancing warna merah,kancing kuning,kancing
hijau,kalkulator dan alat tulis.

1.3. Metode Pelaksanaan Praktikum


1.3.1. Percobaan Pengambilan Sampe pada Kedelai
Disiapkan dua kantong yang setiap kantongnya berisi kedelai kuning (GG)
dan kedelai hitam (Gg).Kemudian diambil dua kedelai baik kuning-kuning (GG),
kuning-hitam (Gg), dan hitam-hitam (gg) secara acak sebanyak 100 x.Selanjutnya
genotip masing-masing individu dicatat.Kemudian dihitung frekuensi genotip dan
frekuensi alel dan yang terakhir diianalisis menggunakan uji X2

1.3.2. Percobaan Pengambilan Sampel pada Kancing


Disiapkan satu kantong yang berisi kancing berwarna merah (HH), kuning
(HP), dan hijau (PP).Kemudian diambil secara acak sebanyak 200 x.Selanjutnya
genotipenya dicatat.Dan selamjutnya dihitung frekuensi genotipe dan frekuensi
alel.Kemudian data dimasukkan dalam tabel. Terakhir dianalisis dengan uji x2 .

5
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Hasil Pengamatan


Tabel 1. Pengambilan kacang kedelai 100 x
GG : Gg : gg = 1 : 2 : 1
Karakteristik yang Diamati

GG Gg Gg ∑

O 31 46 23 100

E 1
/4 x 100 = 25 1
/2 x 100 = 50 1
/4 x 100 = 25 100

O–E 6 -4 -2 0

(𝑂 − 𝐸 2 ) 1,96
1,44 0,32 0.16
𝐸

𝑥2 1,44 0.320,16 0.36 1,92

Db = n-1 = 3 – 1 = 2 X2 hitung < X2 tabel, maka hipotesis diterima


Taraf = 0.05
X2 tabel = 5.991
X2 hitung = 1,92

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑎𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖


Frekuensi = ∑
31
Frekuensi GG = 100 = 0.31 (p2) Jadi, p2+2pq+q2 = 1
46
Frekuensi Gg = 100= 0,46(2pq) 0.31+0.46+0.23 = 1
23
Frekuensi gg = 100 = 0.23 (q2)

6
Tabel 2. Pengambilan kancing 200 x
HH : HP : PP = 1 : 2 : 1
Karakteristik yang Diamati

HH HP PP ∑

O 45 100 55 200

E 1
/4 x 200 = 50 1
/2 x 200 = 100 1
/4 x 200 = 50 200

O–E 5 0 5 0

(𝑂 − 𝐸 2 ) 1
0,5 0 0,5
𝐸
𝑥 2 hitung 0.5 0 0,5 1

Db = n-1 = 3 – 1 = 2 X2hitung > X2tabel, maka hipotesis tidak diterima


Taraf = 0.05
X2 tabel = 5.991
X2 hitung = 22.11
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑎𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
Frekuensi = ∑
45
Frekuensi HH = 200 = 0.225 (p2) Jadi, p2+2pq+q2 = 1
100
Frekuensi HP = 200= 0.5 (2pq) 0.225+0.5+0,275= 1
55
Frekuensi PP = 200 = 0.275 (q2)

7
Tabel 3. Data hasil seluruh kelompok untuk pengambilan kacang kedelai.

Karakteristik yang diamati


Kelompok
GG Gg gg ∑

I 27 50 23 100

II 31 46 23 100

II 28 27 25 100

IV 21 44 29 100

Total 113 187 100 100

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑎𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖


Frekuensi = ∑
113
Frekuensi GG = 400 = 0.28 (p2) Jadi, p2+2pq+q2 = 1
187
Frekuensi Gg = 400= 0,47(2pq) 0,28+0.47+0.25 = 1
100
Frekuensi gg = 400 = 0.25 (q2)

Tabel 4. Data hasil seluruh kelompok kelompok untuk pengambilan kancin warna.

Karakteristik yang diamati


Kelompok
HH HP PP ∑

I 58 96 46 200

II 45 100 55 200

II 90 96 14 200

IV 54 85 61 200

Total 247 377 176 800

8
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑎𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
Frekuensi = ∑

247
Frekuensi HH = 800 = 0,31(p2) Jadi, p2+2pq+q2 = 1
377
Frekuensi HP = 800=0,47 (2pq) 0.31+0.47+0,225= 1
176
Frekuensi PP = 800 = 0.225 (q2)

2.2. Pembahasan
Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi
genotipe dalam suatu populasi akan tetap konstan, yaitu berada dalam
kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat
pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut. Pengaruh-
pengaruh itu dapat berupa perkawinan tak acak, mutasi, seleksi, ukuran populasi
terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen.
Frekuensi genotipe dan frekuensi alel (atau frekuensi gen) merupakan
karakteristik genetik suatu populasi. Frekuensi genotipe adalah nisbah individu
bergenotipe tertentu terhadap keseluruhan individu dalam populasi. Frekuensi alel
adalah nisbah alel tertentu terhadap keseluruhan alel dalam populasi.
Sifat kuantitatif adalah sifat yang cirinya yang dapat dinilai secara
langsung dengan cara menghitung atau mengukur, dan dinyatakan dalam angka.
Contohnya: lebar daun, panjang perbungaan yang dinyatakan dalam cm atau
jumlah benang sari, jumlah lembar mahkota bunga yang dinyatakan dalam angka.
Sifat kualitatif digambarkan dengan bentuk dan dideskripsikan bukan dalam
angka. Contohnya: duduk daun berhadapan, berseling, buah buni atau buah kotak.
Percobaan pertama, yaitu pengambilan kedelai sebanyak 100 kali baik
kedelai kuning-kuning (GG), kuning-hitam (Gg), dan kedelai hitam-hitam (gg)
secara acak. Dari data dilakukan uji X2 dengan nilai pengamatan (O) untuk GG,
Gg, dan gg secara berturut adalah 31, 46, dan 23dengan jumlah keseluruhan 100.
Nilai harapan (E) untuk GG = 25, Gg=50, dan gg = 25. Sehingga nilai deviasi (O-
E) yang didapat GG, Gg, dan gg secara berturut yaitu 6,-4, dan -2 dengan total
deviasi adalah 0. X2 hitung GG = 1,44, Gg = 0.32, dan gg = 0.16 dengan total

9
1,92keseluruhannya adalah 1,92. Db = 2, X2tabel = 5.991 dan X2hitung = 1,92.
X2hitung < X2tabel, maka hipotesis diterima. Selanjutnya dapat dihitung frekuensi
alel dari dari GG (p2) adalah 0.31, frekuensi alel Gg (2pq) yaitu 0.46, dan
frekuensi alel dari gg (q2) adalah 0.23. Maka p2+2pq+q2 = 1 yaitu
0.31+0.46+0.23= 1 dengan hasil akhir 1 = 1 yang membuktikan bahwa data yang
didapat sesuai dengan kesetimbangan hukum Hardy-Weinberg.
Percobaan kedua, yaitu pengambilan dua keping kancing sebanyak 200
kali baik kancing berwarna merah (HH), kancing berwarna kuning (HP), dan
kancing berwarna hijau (PP) secara acak. Dari data dilakukan uji X2 dengan nilai
pengamatan (O) untuk HH, HP, dan PP secara berturut adalah 45, 100, dan 55
dengan jumlah keseluruhan 200. Nilai harapan (E) untuk HH = 50, HP=100, dan
PP = 50. Sehingga nilai deviasi (O-E) yang didapat HH, HP, dan PP secara
berturut yaitu 5, 0, dan 5 dengan total deviasi adalah 0. X2 hitung HH = 05, HP =
0, dan PP = 0,5 dengan total keseluruhannya adalah 22.11. Db = 2, X2tabel =
5.991 dan X2hitung = 1. X2hitung > X2tabel, maka hipotesis tidak dapat diterima.
Selanjutnya dapat dihitung frekuensi alel dari dari HH (p2) adalah 0.31, frekuensi
alel HP (2pq) yaitu0,46, dan frekuensi alel dari PP (q2) adalah 0.23 Maka
p2+2pq+q2 = 1 yaitu 0.31+0.46+0.23 = 1 dengan hasil akhir 1 = 1 yang
membuktikan bahwa data yang didapat sesuai dengan kesetimbangan hukum
Hardy-Weinberg.
Pada percobaan 3 yaitu pengumpulan data hasil seluruh kelompok untuk
pengambilan kancing warna. Pada kelompok I didapatkan hasil 27 kedelai
kuning-kuning (GG),50 kuning-hitam (Gg), 23 kedelai hitam-hitam (gg) dan total
kesuluruha berjumlah 100.Pada kelompok II didapatkan hasil 31 kedelai kuning-
kuning (GG),46 kuning-hitam (Gg), 23 kedelai hitam-hitam (gg) dan total
kesuluruha berjumlah 100.Untuk kelompok III didapatkan hasil 28 kedelai
kuning-kuning (GG),27 kuning-hitam (Gg), 25 kedelai hitam-hitam (gg) dan total
kesuluruha berjumlah 100.Dan untuk kelompok IV didapatkan hasil 21 kedelai
kuning-kuning (GG),44 kuning-hitam (Gg), 29 kedelai hitam-hitam (gg) dan total
keseluruhan berjumlah 100.Dari penggabungan hasil data kelompok di dapatkan
113 kedelai kuning-kuning (GG),187 kuning-hitam (Gg),100 kedelai hitam-hitam
(gg) dan total keseluruhan berjumlah 400. . Selanjutnya dapat dihitung frekuensi

10
alel dari dari GG (p2) adalah 0,21, frekuensi alel Gg (2pq) yaitu 0,47, dan
frekuensi alel dari gg (q2) adalah 0,28. Maka p2+2pq+q2 = 1 yaitu
0,25+0.47+0.25= 1 dengan hasil akhir 1 = 1 yang membuktikan bahwa data yang
didapat sesuai dengan kesetimbangan hukum Hardy-Weinberg.
Pada percobaan 4 yaitu pengumpulan data hasil seluruh kelompok untuk
pengambilan kancing warna.Untuk kelompok I didapatkan 58 kancing berwarna
merah (HH), 96 kancing berwarna kuning (HP), 46 kancing berwarna hijau (PP)
dan total kesuluruha berjumlah 200.Pada kelompok II didapatkan 45 kancing
berwarna merah (HH), 100 kancing berwarna kuning (HP), 55 kancing berwarna
hijau (PP) dan total kesuluruha berjumlah 200. Kelompok III didapatkan 90
kancing berwarna merah (HH), 96 kancing berwarna kuning (HP), 14 kancing
berwarna hijau (PP) dan total kesuluruha berjumlah 200.Dan untuk Kelompok IV
didapatkan 54 kancing berwarna merah (HH), 85 kancing berwarna kuning (HP),
61 kancing berwarna hijau (PP) dan total kesuluruha berjumlah 200. Dari
penggabungan hasil data kelompok di dapatkan 247 kancing berwarna merah
(HH), 377 kancing berwarna kuning (HP), 176 kancing berwarna hijau (PP) dan
total kesuluruha berjumlah 800. Selanjutnya dapat dihitung frekuensi alel dari dari
HH (p2) adalah 0,31, frekuensi alel HP (2pq) yaitu0,47, dan frekuensi alel dari PP
(q2) adalah 0.225 Maka p2+2pq+q2 = 1 yaitu 0.31+0.47+0.25 = 1 dengan hasil
akhir 1 = 1 yang membuktikan bahwa data yang didapat sesuai dengan
kesetimbangan hukum Hardy-Weinberg.

2.3. Jawaban Soal


4. Seorang pemulia menghitung jumlah daun jagung per batang dari
populasi tertua pertama (P1), tertua kedua (P2), turunan generasi pertama
(F1) dan turunan generasi kedua (F2). Data nya disajikan dalam tabel
berikut :

11
Populasi Jumlah daun per batang N

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

P1 4 20 48 65 38 5 180

P2 4 17 28 46 30 22 12 5 1 165

F1 5 10 23 51 27 6 122

F2 2 9 38 58 120 156 98 72 24 6 583

a. Hitunglah rataan, ragam, dan simpangan baku untuk setiap populasi


(bulatkan ke bilangan terdekat) ?
b. Bagaimana anda mejelaskan perbedaan-perbedaaan antar ragam ?
c. Karena populasi F2 tidak mendekati nilai ekstrem P2, apakah kesimpulan
saudara tentang jumlah gen yang menentukan jumlah daun jagung
tersebut?
d. Hitunglah nilai heritabilitas dalam arti luas ?

Jawab :
a) x,α,α2 =…?
 Rataan (x)
(11𝑥4)+(12𝑥20)+(13𝑥48)+(14𝑥65)+(15𝑥38)+(16𝑥5)
P1 (x) = 180
44+240+624+910+570+80
= 180
2468
= 180

= 14
(13𝑥4)+(14𝑥17)+(15𝑥28)+(16𝑥46)+(17𝑥30)+(18𝑥22)+(19𝑥12)+(20𝑥5)+(21𝑥1)
P2 (x) = 165
52+238+420+736+510+396+228+100+21
= 165
2701
= 165

= 16
(12𝑥5)+(13𝑥10)=(14𝑥23)+(15𝑥51)+(16𝑥27)+(17𝑥6)
F1 (x) = 122
60+130+322+765+432+102
= 122

12
1811
= 122
= 15

F2 (x) =
(10𝑥2)+(11𝑥9)+(12𝑥38)+(13𝑥58)+(14𝑥120)+(15𝑥156)+(16𝑥98)+(17𝑥72)+(18𝑥24)+(19𝑥6)
583
20+99+456+754+1680+2340+1568+1224+432+114
= 583
8687
= 583

= 15
 Ragam (𝝈2)
Tabel mencari ragam pada P1 :
X f f.x x–x (x – x)2 f (x – x)2

11 4 44 11 – 1 = -3 9 36

12 20 240 12 – 14 = - 4 80
2

13 48 624 13 – 14 = - 1 48
1

14 65 910 14 – 14 = 0 0 0

15 38 570 15 – 14 = 1 1 38

16 5 80 16 – 14 = 2 4 20

180 222

1
P1 (𝜎2) = 𝑛−1 ∑ 𝑓𝑖(𝑥𝑖 − 𝑥)²
1
= x 222
180−1

= 1,24
Tabel mencari ragam pada P2 :
X f f.x x–x (x – x)2 f (x – x)2

13 4 52 13 – 16 = -3 9 36

13
14 17 238 14 – 16 = -2 4 68

15 28 420 15 – 16 = -1 1 28

16 46 736 16 – 16 = 0 0 0

17 30 510 17 – 16 = 1 1 30

18 22 396 18 – 16 = 2 4 88

19 12 228 19 – 16 = 3 9 108

20 5 100 20 – 16 = 4 16 80

21 1 21 21 – 16 = 5 25 25

165 463

1
P2 (𝜎2) = 𝑛−1 ∑ 𝑓𝑖(𝑥𝑖 − 𝑥)²

1
= 165−1x 463

=2,82

Tabel mencari ragam pada F1 :


X F f.x x–x (x – x)2 f (x – x)2

12 5 60 12 – 15 = - 9 45
3

13 10 130 13 – 15 = - 4 40
2

14 23 322 14 – 15 = - 1 23
1

15 51 765 15 – 15 = 0 0 0

16 27 432 16 – 15 = 1 1 27

17 6 102 17 – 15 = 2 4 24

14
122 159

1
P1 (𝜎2) = 𝑛−1 ∑ 𝑓𝑖(𝑥𝑖 − 𝑥)²
1
= 122−1 x 159

= 1,31

Tabel mencari ragam pda F2 :


X F f.x x–x (x – x)2 f (x – x)2

10 2 20 10 – 15 = -3 25 50

11 9 99 11 – 15 = -4 16 144

12 38 456 12 – 15 = -3 9 342

13 58 754 13 – 15 = -2 4 232

14 120 1680 14 – 15 = -1 1 120

15 156 2340 15 – 15 = 0 0 0

16 98 1568 16 – 15 = 1 1 98

17 72 1224 17 – 15 = 2 4 288

18 24 432 18 – 15 = 3 9 216

19 6 114 19 – 15 = 4 16 96

583 1586

1
P2 (𝜎2) = 𝑛−1 ∑ 𝑓𝑖(𝑥𝑖 − 𝑥)²

1
= 583−1x 1586

=2,72

 Simpangan baku (𝜎)


P1 (𝜎) = √𝜎² = √1,24 = 1,11
P2 (𝜎) = √𝜎² = √2,82 = 1,67

15
F1 (𝜎) = √𝜎² = √1,31 = 1,14
F2 (𝜎) = √𝜎² = √2,72 = 1,64

b) Populasi pada F2 sangat berbeda-beda karena adanya segregasi dan


rekombinasi gen yang membiarkan pengaruh lingkungan mempengaruhinya
dengan besar dan kuat
c) Berdasarkan data yang disajikan didalam tabel dapat diambil kesimpulan yaitu,
bahwa sebagian besar gen-gen mempengaruhi ukuran dan jumlah daun jagung
karena, F2 tidak mendekati P2, jadi tidak mungkin dapat menduga ataupun
menentukan banyaknya gen yang mempengaruhinya.
d) Heritabilitas
𝜎²𝑃1+𝜎²𝑃2+𝜎²𝐹1
(𝜎²𝐸) = 3
1,24+2,82+1,31
= 3
5,37
= 3

= 1,79
𝜎 2 P = 𝜎 2 𝐹2 = 2,72
𝜎 2 𝐺 = 𝜎 2 𝑃 − 𝜎 2 𝐸 = 2,72 − 1,79 = 0,93
𝜎2 𝐺 0,93
H = 𝜎2 𝑃 x 100% = 2,72 x 100% = 34,19%

16
III. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa :


1. Pada percobaan pertama diperoleh nilai pengamatan (O) untuk kedelai
kuning (GG) = 31, kedelai kuning-hitam (Gg) = 46, dan kedelai hitam (gg)
= 23.
2. Pada percobaan kedua diperoleh nilai pengamatan (O) untuk kancing
berwarna merah (HH) = 45, kancing berwarna kuning (HP) =100, dan
kancing berwarna hijau (PP) = 55.
3. Percobaan kedua, yaitu pengambilan keping kancing sebanyak 200 kali,
hipotesis tidak dapat diterima, karena X2hitung > X2tabel.
4. Data pada percobaan pertama dan percobaan kedua sesuai dengan
kesetimbangan hukum Hardy-Weinberg, dengan hasil akhir yaitu 1=1.

17
DAFTAR PUSTAKA

Apandi, M. 1987. Dasar-dasar Genetika: Ilmu untuk Masyarakat. Erlangga,


Jakarta.
Basavarajaiah. 2011. Advance in Genetics Statistics. Educreation Publishing,
India.
Crowder, L. V. 1986. Genetika Tumbuhan. UGM Press, Yogyakarta.

Fried, George. 2006. Schaum’s Outlines Biologi. Erlangga, Jakarta.

Suryo. 2010. Genetika. UGM Press, Yogyakarta.

Susanto, Agus Hery. 2011. Genetika. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Suleyman, Stubbs. 2013. Cell Biology and Genetics. Mosby Elsevier, United
States.

Stanfield, W. D. 2002. Genetika. Erlangga, Jakarta.

18
LAMPIRAN

Gambar 1. Keping kancing berwarna merah (HH)

Gambar 2. Keping kancing berwarna kuning (HP)

Gambar 3. Keping kancing berwarna hijau (PP)

19
Gambar 4. Kedelai kuning-kuning (GG)

Gambar 5. Kedelai kuning-hitam (Gg)

Gambar 6. Kedelai hitam-hitam (gg)

20
SUMBER REFERENSI

21
NOV

12

MAKALAH KLIMATOLOGI (ANGIN)

MAKALAH
KLIMATOLOGI
“Angin”

Oleh
YEDI PRASETIO
L131 11 020

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

22
Massa udara yang bergerak disebut angin. Angin dapat bergerak secara
horizontal maupun secara vertikal dengan kecepatan yang bervariasi dan
berfluktuasi secara dinamis. Faktor pendorong bergeraknya massa udara adalah
perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat yang lain. Angin
selalu bertiup dari tempat dengan tekanan udara tinggi ke yang tekanan udara
lebih rendah. Jika tidak ada gaya lain yang mempengaruhi, maka angin akan
bergerak secara langsung dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan
rendah. Akan tetapi, perputaran bumi pada sumbunya, akan menimbulkan gaya
yang akan mempengaruhi arah pergerakan angin.
Variasi arah dan kecepatan angin dapat terjadi jika angin bergeser dengan
permukaan yang licin (smooth), variasi yang diakibatkan oleh kekasaran
permukan disebut turbulensi mekanis. Turbulensi daat pula terjadi pada saat udara
panas pada permukaan bergerak ke atas secara vertikal, kaena adanya resistensi
dari lapisan udara di atasnya. Turbulensi yang disebabkan perbedaan suhu lapisan
atmosfer ini disebut turbulensi termal atau kadang disebut turbulensi konfektif.
Fluktuasi kecepatan angin akibat turbulensi mekanis umumnya lebih kecil tetapi
frekuensinya lebih tinggi (lebih cepat) dibandingkan dengan fluktuasi akibat
turbulensi termal (Karim,1985).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1

BAB II
PEMAHASAN

2.1 Pengertian Angin


Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan
juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari
tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah.
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan
juga karena adanya perbedaantekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari
tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah.
Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi
lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena
udaranya berkurang. Udara dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yang
bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah.
Di atas tanah udara menjadi panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara
panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi.

2.2 Proses Terjadinya Angin


Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan
suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya

23
energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah,
daerah yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu
udara yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Sehingga
akan terjadi perbedaan suhu dan tekanan udara antara daerah yang menerima
energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi
panas, akibatnya akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut.
Angin memiliki hubungan yang erat dengan sinar matahari karena
daerahyang terkena banyak paparan sinar mentari akan memiliki suhu yang lebih
tinggi serta tekanan udara yang lebih rendah dari daerah lain di sekitarnya
sehingga menyebabkan terjadinya aliran udara. Angin juga dapat disebabkan oleh
pergerakan benda sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak ke
tempat lain.
Angin buatan dapat dibuat dengan menggunakan berbagai alat mulai dari
yang sederhana hingga yang rumit. Secara sederhana angin dapat kita ciptakan
sendiri dengan menggunakan telapak tangan, kipas sate, koran, majalah, dan lain
sebagainya dengan cara dikibaskan. Sedangkan secara rumit angin dapat kita buat
dengan kipas angin listrik, pengering tangan, hair dryer, pompa ban, dan lain
sebagainya. Secara alami kita bisa menggunakan mulut, hidung, lubang dubur,
dan sebagainya untuk menciptakan angin.
Udara dapat membawa partikel bau dari suatu zat sehingga angin dapat
membawa bau atau aroma mulai dari aroma yang sedap hingga aroma yang tidak
sedap di hidung kita. Bau masakan, bau amis, bau laut, bau sampah, bau bensin,
bau gas, bau kentut, bau kotoran, dan lain sebagainya adalah beberapa contoh bau
yang dapat dibawa angin.

2.3 Faktor Terjadinya Angin


2.3.1 Gradien barometris
Bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari 2 isobar yang
jaraknya 111 km. Makin besar gradien barometrisnya, makin cepat tiupan angin.

2.3.2 Letak tempat


Kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat dari yang jauh dari garis
khatulistiwa.
2.3.3 Tinggi tempat
Semakin tinggi tempat, semakin kencang pula angin yang bertiup, hal ini
disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara. Di
permukaan bumi, gunung, pohon, dan topografi yang tidak rata lainnya
memberikan gaya gesekan yang besar. Semakin tinggi suatu tempat, gaya gesekan
ini semakin kecil.
2.3.4 Waktu
Di siang hari angin bergerak lebih cepat daripada di malam hari.

24
Salah satu faktor penyebab timbulnya angin adalah adanya gradien
tekanan yang timbul karena adanya perbedaan suhu udara. Kuat atau lemahnya
hembusan angin ditentukan oleh besarnya kelandaian tekanan udara atau dengan
kata lain kecepatan angin sebanding dengan kelandaian tekanan udaranya.
Disamping kelandaian tekanan, gerak angin ditentukan oleh faktor-faktor lain
seperti pengaruh rotasi bumi dan gaya gesek .Semakin besar perbedaan tekanan
udara maka semakin besar pula kecepatan angin berhembus.
Angin secara umum dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
 Angin Geostropik
Angin yang timbul setelah gaya gradien tekanan dan gaya coriolis
mengalami keseimbangan serta paralel terhadap isobar.
 Angin Gradien
Angin yang timbul akibat ada pengaruh gaya sentrifugal-sentripetal.
Dimana kenyataan di alam isobar tidak pernah lurus akan tetapi melengkung.
 Angin Vertikal
Angin vertikal timbul karena adanya pengaruh dari gaya gravitasi bumi
dan juga gaya gerak udara keatas yang diakibatkan adanya perbedaan tekanan.

2.4 Alat Pengukur Angin


Alat alat pengukur angin adalah :
 Anemometer, yaitu alat yang mengukur kecepatan angin.
 Wind vane, yaitu alat untuk mengetahui arah angin.
 Windsock, yaitu alat untuk mengetahui arah angin dan memperkirakan besar
kecepatan angin. Biasanya ditemukan di bandara – bandara.
2.5 Jenis-Jenis Angin
2.5.1 Jenis-Jenis Angin Lokal
2.5.1.1 angin laut
Angin laut adalah angin yang bertiup dari arah laut ke arah darat yang
umumnya terjadi pada siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00.
Angin ini biasa dimanfaatkan para nelayan untuk pulang dari menangkap ikan di
laut.
2.5.1.2 Angin darat
Angin darat adalah angin yang bertiup dari arah darat ke arah laut yang
umumnya terjadi pada saat malam hari dari jam 20.00 sampai dengan jam 06.00.
Angin jenis ini bermanfaat bagi para nelayan untuk berangkat mencari ikan
dengan perahu bertenaga angin sederhana.
2.5.1.3 Angin lembah
Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak
gunung yang biasa terjadi pada siang hari.
2.5.1.4 Angin gunung
Angin gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung ke lembah
gunung yang terjadi pada malam hari.

25
2.5.1.5 Angin Ribut/Puyuh
Biasa juga dikenal dengan puting beliung, yaitu angin kencang yang
datang secara tiba – tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar seperti spiral
hingga menyentuh permukaan bumi dan punah dalam waktu singkat (3 – 5 menit).
Kecepatan angin rata – ratanya berkisar antara 30 – 40 knots. Angin ini berasal
dari awan Cumulonimbus (Cb) yaitu awan yang bergumpal berwarna abu – abu
gelap dan menjulang tinggi. Namun, tidak semua awan Cumulonimbus
menimbulkan puting beliung. Puting beliung dapat terjadi dimana saja, di darat
maupun di laut dan jika terjadi di laut durasinya lebih lama daripada di darat.
Angin ini lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, terkadang pada malam hari
dan lebih sering terjadi pada peralihan musim (pancaroba). Luas daerah yang
terkena dampaknya sekitar 5 – 10 km, karena itu bersifat sangat lokal.
2.5.2 Jenis-Jenis Angin Musim
2.5.2.1 Angin Fohn
Angin Fohn/angin jatuh adalah angin yang terjadi seusai hujan Orografis.
angin yang bertiup pada suatu wilayah dengan temperatur dan kelengasan yang
berbeda. Angin Fohn terjadi karena ada gerakan massa udara yang naik
pegunungan yang tingginya lebih dari 200 meter di satu sisi lalu turun di sisi lain.
Angin Fohn yang jatuh dari puncak gunung bersifat panas dan kering, karena uap
air sudah dibuang pada saat hujan Orografis.
Biasanya angin ini bersifat panas merusak dan dapat menimbulkan
korban. Tanaman yang terkena angin ini bisa mati dan manusia yang terkena
angin ini bisa turun daya tahan tubuhnya terhada serangan penyakit.

2.5.2.2 Angin Munsoon


Angin Munsoon, Moonsun, muson adalah angin yang berhembus secara
periodik (minimal 3 bulan) dan antara periode yang satu dengan yang lain polanya
akan berlawanan yang berganti arah secara berlawanan setiap setengah tahun.
Umumnya pada setengah tahun pertama bertiup angin darat yang kering dan
setengah tahun berikutnya bertiup angin laut yang basah.
2.5.2.3 Angin Musim Barat
Angin Musim Barat/Angin Muson Barat adalah angin yang mengalir dari
Benua Asia (musim dingin) ke Benua Australia (musim panas) dan mengandung
curah hujan yang banyak di Indonesia bagian Barat, hal ini disebabkan karena
angin melewati tempat yang luas, seperti perairan dan samudra. Contoh perairan
dan samudra yang dilewati adalah Laut China Selatan dan Samudra Hindia. Angin
Musim Barat menyebabkan Indonesia mengalami musim hujan.
Angin ini terjadi pada bulan Desember, januari dan Februari, dan
maksimal pada bulan Januari dengan kecepatan minimum 3 m/s.
2.5.2.4 Angin Musim Timur
Angin Musim Timur/Angin Muson Timur adalah angin yang mengalir
dari Benua Australia (musim dingin) ke Benua Asia (musim panas) sedikit curah

26
hujan (kemarau) di Indonesia bagian Timur karena angin melewati celah- celah
sempit dan berbagai gurun (Gibson, Australia Besar, dan Victoria). Ini yang
menyebabkan Indonesia mengalami musim kemarau. Terjadi pada bulan Juni, Juli
dan Agustus, dan maksimal pada bulan Juli.
2.5.2.5 Angin Passat
Angin passat adalah angin bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah
subtropik menuju ke daerah ekuator (khatulistiwa). Terdiri dari Angin Passat
Timur Laut bertiup di belahan bumi Utara dan Angin Passat Tenggara bertiup di
belahan bumi Selatan.
Di sekitar khatulistiwa, kedua angin passat ini bertemu. Karena
temperatur di daerah tropis selalu tinggi, maka massa udara tersebut dipaksa naik
secara vertikal (konveksi). Daerah pertemuan kedua angin passat tersebut
dinamakan Daerah Konvergensi Antar Tropik (DKAT). DKAT ditandai dengan
temperatur yang selalu tinggi. Akibat kenaikan massa udara ini, wilayah DKAT
terbebas dari adanya angin topan. Akibatnya daerah ini dinamakan daerah
doldrum (wilayah tenang).
2.5.2.6 Angin Anti Passat
Udara di atas daerah ekuator yang mengalir ke daerah kutub dan turun di
daerah maksimum subtropik merupakan angin Anti Passat. Di belahan bumi Utara
disebut Angin Anti Passat Barat Daya dan di belahan bumi Selatan disebut Angin
Anti Passat Barat Laut. Pada daerah sekitar lintang 20o - 30o LU dan LS, angin
anti passat kembali turun secara vertikal sebagai angin yang kering. Angin kering
ini menyerap uap air di udara dan permukaan daratan. Akibatnya, terbentuk gurun
di muka bumi, misalnya gurun di Saudi Arabia, Gurun Sahara (Afrika), dan gurun
di Australia.
Karena adanya Gradien Tekanan maka angin akan selalu bertiup dari
tempat yang memiliki tekanan udara tinggi ke tempat dengan tekanan udara
rendah. Sehingga menyebabkan angin bertiup dari Lintang sedang ke daerah
Ekuator.

2.6 Hubungang Angin Dan Tekanan Udara


Kecepatan angin adalah kecepatan udara yang bergerak secara horizontal
pada ketinggian dua meter diatas tanah. Perbedaan tekanan udara antara asal dan
tujuan angin merupakan faktor yang menentukan kecepatan angin. Kecepatan
angin akan berbeda pada permukaan yang tertutup oleh vegetasi dengan
ketinggian tertentu, misalnya tanaman padi, jagung, dan kedelai. Oleh karena itu,
kecepatan angin dipengaruhi oleh karakteristik permukaan yang dilaluinya.
Kecepatan angin dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut
anemometer. Jenis anemometer yang paling banyak digunakan adalah
anemometer mangkok.

27
Tidak bisa dipungkiri bahwa kecepatan angin akan berpengaruh pada
banyak hal. Berikut ini adalah beberapa hal yang terjadi sebagai akibat pengaruh
kecepatan angin :
 Bidang Perhubungan
Kecepatan angin sangat mempengaruhi kelancaran jalur penerbangan.
Selain kecepatan angin, faktor cuaca dan iklim juga berperan dalam bidang
perhubungan terutama untuk transportasi. Selain mempengaruhi kelancaran jalur
penerbangan, kecepatan angin juga sangta berpengaruh pada transportasi laut.
 Bidang Telekomunikasi
Selain faktor iklim dan cuaca, kecepatan angin juga berpengaruh pada
bidang telekomunikasi. Kecepatan angin yang merupakan akibat dari proses-
proses yang terjadi di atmosfer atau lapisan udara bisa mempengaruhi lapisan
ionosfer yang mengandung partikel-partikel ionisasi dan bermuatan listrik dimana
dengan adanya lapisan ionosfer ini kita bisa mendengarkan siaran radio/menonton
televisi.
 Bidang Pariwisata
Kecepatan angin, banyaknya cahaya matahari, cuaca cerah, serta udara
yang sejuk/panas/kering sangat mempengaruhi pelaksanaan wisata, baik wisata
darat maupun laut. Dengan cuaca dan iklim yang bersahabat serta kecepatan angin
yang sedang maka pelaksanaan wisata akan semakin dinikmati
 Bidang Pertanian
Kecepatan angin yang ideal adalah 19-35 km/jam. Pada keadaan kecepatan
angin yang tidak kencang, serangga penyerbuk bisa lebih aktif membantu
terjadinya persarian bunga. Sedangkan pada keadaan kecepatan angin kencang,
kehadiran serangga penyerbuk menjadi berkurang sehingga akan berpengaruh
terhadap keberhasilan penangkaran benih.

2.7 Manfaat Angin


Manfaat angin adalah sebagai berikut :
 Angin untuk menggerakan perahu layar menelusuri nusantara, bahkan untuk
menembus batas lintas negara, misalnya seperti Orang Buton.
 Angin sebagai tenaga listrik pengganti bahan bakar diesel atau batubara, di
negara Australia angin digunakan sebagai tenaga listrik pengganti bahan bakar
diesel atau batubara.
 Angin sangat untuk perjalanan para nelayan pulang dan pergi.
 Angin berfungsi sebagai instrument untuk membantu take-off atau landing
pesawat di landasan pacu bandara.
 Angin juga bermanfaat untuk menghilangkan rasa panas dan gerah. seperti pada
alat kipas angin.Dibidang olahraga, ski air, paralayang , dan lain-lain.

2.8 pengaruh angin terhadap tanaman

28
Secara luas angin akan mempengaruhi unsur cuaca seperti suhu yang
optimum dimana tanaman tumbuh dan berproduksi dengan sebaik-baiknya,
kelembaban udara yang berpengaruh terhadap penguapan permukaan tanah dan
penguapan permukaan daun, maupun pergerakan awan, Membawa uap
air sehingga udara panas menjadi sejuk dan juga Membawa gas-gas yang sangat
dibutuhkan oleh pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Ditinjau dari segi keuntungannya angin sangat membantu dalam
penyerbukan tanaman. angin akan membawa serangga penyerbuk lebih aktif
membantu terjadinya persarian bunga dan pembenihan alamiah. Sedangkan pada
keadaan kecepatan angin kencang, kehadiran serangga penyerbuk menjadi
berkurang sehingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan penangkaran benih
dan akan menimbulkan penyerbukan silang.
Dari segi kerugiannya, angin yang kencang dapat menimbulkan bahaya
dalam Penyerbukan, karena angin bijinya tidak bisa menjadi murni sehingga
tanaman perlu diisolasi. Dan juga dapat menyebarkan hama penyakit seperti
perkembangan jamur.
Perkembangan panyakit sangat tergantung pada cuaca. Keadaan cuaca yang
sangat lembab sangat menguntungkan bagi perkembangan jamur. Serangan
patogen cenderung akan meluas bila kelembaban tinggi. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa patogen dipencarkan oleh angin. Dari hasil penelitian
Tantawi (2007) diketahui bahwa pemencaran konidium pada satu musim tanam
tembakau di Jember didukung oleh peningkatan kecepatan angin dan penurunan
kelembaban udara. Pada bulan kering maupun bulan lembab peningkatan
kecepatan angin yang diikuti dengan menurunnya kelembaban udara akan
mendukung pemencaran konidium. Berdasarkan data aktual untuk memencarkan
konidium hanya memerlukan kecepatan angin 0,28 m/det pada suhu 25ºC.
Selain sebagai penyebar patogen, angin juga mempengaruhi peningkatan
jumlah luka pada tanaman inang dan dapat pula mempercepat pengeringan
permukaan tanaman yang basah. Penyebaran penyakit yang sangat cepat
dimungkinkan karena adanya angin baik secara langsung atau tidak langsung
melalui vektor yang dapat terbawa angin dalam jarak jauh. Selain itu karena
hembusan keras angin atau karena saling bersinggungan antar tanaman atau
melalui pasir yang diterbangkan juga dapat menyebabkan permukaan tanaman
terluka dan hal ini memungkinkan terjadinya infeksi.
Banyak jamur parasit yang penyebarannya terutama dilakukan oleh angin
karena jamur membentuk dan membebaskan spora ke udara dalam jumlah yang
tidak terhitung, mempunyai ukuran yang kecil dan ringan sekali sehingga mudah
diangkut oleh angin dalam jarak jauh. Meskipun spora-spora jamur pada
umumnya terdapat dalam lapisan udara di dekat tanah, di lapisan udara yang
paling tingginya ribuan meter pun masih terdapat spora. Pada kenyataannya
penyakit tertentu hanya dapat disebarkan oleh angin pada jarak pendek, bahkan
sering sangat pendek. Pada umumnya spora akan mati karena kekeringan dan

29
sinar matahari pada waktu disebarkan jarak jauh itu, sedangkan pada waktu
mengendap tidak tepat jatuh pada tumbuhan atau bagian yang rentan. Semakin
cepat anginnya maka spora yang akan tersebar pun akan semakin jauh
keberadaannya.
Angin hampir tidak bisa dikendalikan. Perlu adanya suatu pengelolaan
lingkungan karena adanya pengaruh angin yang sangat komplek ini. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan yaitu menghindari adanya pengaruh yang tidak
dikehendaki misalnya penanaman tanaman sejenis agar tidak terjadi penyerbukan
silang. Namun jika permasalahan penyebaran patogen maka usaha yang dapat
dilakukan yaitu pengendalian sedini mungkin agar mengurangi jumlah patogen
yang dapat disebarkan oleh angin. Selain itu dapat pula menggunakan tanaman
pematah angin agar laju dan arah angin dapat sedikit dikendalikan seperti
menanam pohon penahan angin yang dapat menjamin perlindungan sejauh 15 –
20 kali tinggi pohon pelindung. Misalnya tinggi pohon 10 meter, tanaman sejauh
150 – 200 meter dapat dilindungi sehingga memperlambat kecepatan angin.
Dengan adanya pematah angin maka laju dan arah angin menuju pertanaman
dapat sedikit ditekan sehingga penyebaran patogen akan lebih kecil.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan
juga karena adanya perbedaantekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari
tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Apabila dipanaskan,
udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik.
Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya berkurang. Udara
dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara
menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Di atas tanah udara menjadi
panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara
dingin ini dinamanakan konveksi.
Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan
suhu udara pada suatu daerah atau wilayah. Hal ini berkaitan dengan besarnya
energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah,
daerah yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu
udara yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Sehingga
akan terjadi perbedaan suhu dan tekanan udara antara daerah yang menerima

30
energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi
panas, akibatnya akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut.
Ditinjau dari segi keuntungannya angin sangat membantu dalam
penyerbukan tanaman. angin akan membawa serangga penyerbuk lebih aktif
membantu terjadinya persarian bunga dan pembenihan alamiah. Sedangkan pada
keadaan kecepatan angin kencang, kehadiran serangga penyerbuk menjadi
berkurang sehingga akan berpengaruh terhadap keberhasilan penangkaran benih
dan akan menimbulkan penyerbukan silang.
3.2 Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini mudah-mudahan dapat memenuhi
tugas mata kuliah ini. Dan apa bila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan, saya mohon kritik dan sarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Tjasyono, Bayon. 2004. Klimatologi. Bandung : ITB.


http://fahrizayusroh.wordpress.com
http:// Himaperta.universitasyudhartapasuruan.blogspot.com
maestroyer.blogspot.com/
www.wisdoms4all.com/ind

Diposting 12th November 2012 oleh yedi prasetio

0
Tambahkan komentar

FORESTER

 Klasik

 Kartu Lipat

 Majalah

31
 Mozaik

 Bilah Sisi

 Cuplikan

 Kronologis

NOV
12

MAKALAH KLIMATOLOGI (ANGIN)


MAKALAH

KLIMATOLOGI

“Angin”

Oleh

YEDI PRASETIO

L131 11 020

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Massa udara yang bergerak disebut angin. Angin dapat bergerak secara horizontal
maupun secara vertikal dengan kecepatan yang bervariasi dan berfluktuasi secara
dinamis. Faktor pendorong bergeraknya massa udara adalah perbedaan tekanan udara
antara satu tempat dengan tempat yang lain. Angin selalu bertiup dari tempat dengan
tekanan udara tinggi ke yang tekanan udara lebih rendah. Jika tidak ada gaya lain yang
mempengaruhi, maka angin akan bergerak secara langsung dari udara bertekanan tinggi
ke udara bertekanan rendah.

NOV
12

32
Bab I.

SURVEI, PEMETAAN DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

A. Pendahuluan

Seringkali para peneliti dan atau para surveyor dalam melaksanakan pekerjaannya

dihadapkan pada pertanyaan sederhana, seperti; di mana lokasi/letak sesuatu objek


yang

diamati atau ditelitinya, atau berapa luas obyek yang akan disurvei, atau bagaimana bisa

mencapai objek tersebut.

NOV
12

ETIKA RIMBAWAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

FAO dalam Suhendang menyebutkan pada tahun 2000 luas hutan dunia sekitar 3,87
miliar hektar. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki hutan seluas 3,1 % dari
luas hutan dunia, sehingga tidak mengherankankalau pada era orde baru sektor
kehutanan di Indonesia merupakan sektor idola di mana sektor ini menyumbang devisa
terbesar ke dua setelah migas. Namun kebanggaan ini tidak berlangsung lama.

Memuat
Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.

33

Anda mungkin juga menyukai