Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PROYEK BOTANI

Pteridophyta
(Platycerium sp.)

oleh
Deas Maulidya Ashrini (215090107111019)
Kelompok 5

LABORATORIUM TAKSONOMI, STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
KATA PENGANTAR

Laporan Proyek Botani Pteridophyta ini merupakan laporan kegiatan terintegrasi dengan
konsep blok untuk kuliah dan praktikum Diversitas Flora serta Struktur dan Perkembangan
Tumbuhan yang dilaksanakan secara Team Based Project – Project Based Learning berbasis
proyek dalam hal ini didasarkan pada takson tumbuhan. Laporan ini sebagai prasyarat untuk
penuntasan mata kuliah dan praktikum Diversitas Flora serta Struktur dan Perkembangan
Tumbuhan pada semester genap 2021/2022.
Beberapa materi yang disampaikan adalah dengan pengamatan langsung dan pengamatan
tidak langsung melalui referensi baik dalam bentuk hardcopy maupun softcopy yang diambil dari
website yang relevan. Hal ini dikarenakan pelaksanaan kegiatan masih dalam masa pandemi virus
covid 19.
Semoga laporan proyek botani ini dapat bermanfaat bagi pemerhati botani.

Jakarta, 30 Maret 2022


Penyusun

Deas Maulidya Ashrini

i
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………………………………………………….. i
Daftar Isi …………………………………………………………………………………………………………………………………………. ii
I. Pendahuluan ……………………………………………………………………………………………………………………………… 1
II. Tujuan ……………………………………………………………………………………………………………………………………….. 1
III. Cara Kerja ………………………………………………………………………………………………………………………………….. 2
IV. Hasil dan Pembahasan ………………………………………………………………………………………………………………. 2
4.1. Struktur morfologi Platycerium sp. ………………………………………………………………………………….. 2
4.2. Struktur internal penyusun tubuh (anatomi) Platycerium sp. …………………………………………… 4
4.3. Siklus metagenesis Platycerium sp. ………………………………………………………………………………….. 5
4.4. Ciri takson: ciri kingdom, ciri divisio, ciri sub devisio, ciri kelas, ciri ordo, ciri familia, ciri 6
genus ………………………………………………………………………………………………………………………………………….
4.5. Filogeni dan klasifikasi ………………………………………………………………………………………………………. 8
4.6. Habitat ……………………………………………………………………………………………………………………………… 9
4.7. Distribusi/fitogeografi ……………………………………………………………………………………………………….. 10
4.8. Peran di alam/masyarakat ………………………………………………………………………………………………… 11
4.9. Kunci dikotom …………………………………………………………………………………………………………………… 12
V. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………………………………………… 13
VI. Daftar Pustaka …………………………………………………………………………………………………………………………… 14
VII. Lampiran …………………………………………………………………………………………………………………………………. 15

ii
I. PENDAHULUAN
Pteridophyta atau tumbuhan paku merupakan salah satu ragam tumbuhan yang banyak
terdapat di Indonesia. Terdapat lebih dari 10.000 jenis paku di dunia dan 515 spesies terdapat di
Indonesia (Siska dkk., 2019). Pteridophyta berasal dari kata pteron yang berarti bulu dan phiton
tumbuhan yang dapat diartikan sebagai tumbuhan yang memiliki daun sepertu bulu burung.
Pteridophyta juga disebut sebagai Tracheophyta karena merupakan tumbuhan yang memiliki pembuluh
pengangkut. Pteridophyta adalah tumbuhan yang sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati.
Memiliki akar serabut berupa rizoma/rhizoid dengan ujung akar dilindungi oleh kaliptra. Sel – sel akar
membentuk epidermis, korteks, dan silinder pusat (xylem dan floem). Batang bervariasi dari panjang,
pendek, dan merambat. Batang tumbuhan paku tumbuh bercabang dengan banyak daun di setiap
cabangnya dan umumnya cabang – cabang baru tidak tumbuh dari ketiak daun melainkan tumbuh dari
akar rimpang yang akan membentuk tunas baru untuk memperluas wilayah. Daun muda pada paku
berbentuk melingkar atau menggulung. Tipe daun pada tumbuhan paku dibedakan menjadi dua, yaitu
daun sporofil (duan fertil) dan daun tropofil. Daun sporofil memiliki spora yang menempel pada
permukaan bawah daun dan daun tropofil berfungsi untuk fotosintesis. Berdasarkan ukurannya, daun
tumbuhan paku dibedakan menjadi dua, yaitu daun mikrofil dan makrofil. Daun mikrofil berbentuk
kecil – kecil seperti rambut atau sisik, tidak bertangkai dan tidak bertulang daun, belum memperlihatkan
diferensiasi sel, dan tidak dapat dibedakan antara epidermis, daging daun dan tulang daun. Daun
makrofil bentuknya besar, bertangkai dan bertulang daun, serta bercabang – cabang. Sel – sel
penyusunnya telah memperlihatkan diferensiasi, yaitu dapat dibedakan antara jaringan tiang, jaringan
bunga karang, tulang daun, serta stomata (mulut daun). Kumpulan sporangia yang terdiri dari
anteridium yang menghasilkan sel sperma dan arkegonium yang menghasilkan sel telur pada bagian
bawah permukaan daun disebut sorus. Sorus merupakan organ generative (seksual) yang digunakan
untuk mengidentifikasi tumbuhan paku berdasarkan bentuk, letak, dan ada tidaknya lapisan indisium
pada sorus. Sori adalah bentuk tunggal dari sorus yang merupakan kumpulan sekelompok sporangium.
Spora pada tumbuhan paku umumnya berbentuk bulat dan ada yang memanjang (Youxing dkk., 2013).
Menurut Walkowiak (2017), klasifikasi tumbuhan paku dibagi menjadi empat divisi, yaitu Psilotophyta
(Psilopsida), Lycopodophyta (Lycophyta, Lycopsida, Lepidophyta), Equisetophyta (Spenophyta,
Spenopsida, Calamophyta, Arthrophyta), dan Polypodiophyta (Pterophyta, Pteropsida, Filicophyta).
Tumbuhan paku berkembangbiak secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual dilakukan dengan
spora yang menghasilkan gamet jantan dan betina, sedangkan reproduksi aseksual dilakukan dengan
pembentukan gemmae (Youxing dkk., 2013).

II. TUJUAN
1. Mengenal beberapa jenis bryophyta seperti Platycerium sp.
2. Mengenal Struktur dan perkembangbiakan dari kelompok lichen untuk keperluan
identifikasi.

1
III. CARA KERJA
Adapun langkah – langkah dilaksanakannya praktikum proyek botani. Langkah pertama yang
dilakukan adalah diamatinya morfologi specimen dan bagian - bagiannya. Setelah itu siklus metagenesis
lichen diamati dan dideskripsikan tiap tahapan-tahapannya. Kemudian diamatinya struktur internal
penyusun tubuh dan dituliskan bagian – bagiannya yang meliputi susunan sel. Selanjutnya diamati tahap
siklus metagenegis dan dideskripsian tahapan metagenenis dari Platycerium sp. yang termasuk jenis Paku
homospora. Lalu ciri dari setiap takson dapat ditentukan oleh praktikan berdasarkan literasi yang telah
ada. Selanjutnya pohon filogeni digambarkan yang dapat digunakan sebagai penentu posisi dari
Platycerium sp. yang diteliti dan ditentukan klasifikasinya berdasarkan literasi. Setelah itu habitat dari
spesimen dijelaskan dan juga daerah distribusi dari Platycerium sp. digambarkan dan dijelaskan
berdasarkan kajian literasi, lalu peran Platycerium sp. di alam disebutkan berdasarkan kajian literasi.
Langkah terakhir yang dilakukan adalah dibuatnya tabel karakter yang digunakan sebagai acuan untuk
dibuatnya kunci dikotom.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Struktur morfologi Platycerium sp.
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum, Platycerium sp. memiliki tubuh yang tumbuh
menempel pada batang pohon dengan ciri khas bentuk daun yang mirip tanduk rusa. Daun pada
Platycerium sp. dibedakan menjadi dua, yaitu daun sporofil dan daun tropofil. Menurut Watson
(2013), akar pada Platycerium sp. tumbuh menempel langsung pada pohon atau tanah tempat
hidupnya. Akarnya berupa akar serabut yang terlihat berbulu dan berwarna coklat kekuningan.
Menurut Brown (2019), daun sporofil atau daun fertil pada Platycerium sp. tumbuh menjuntai kearah
luar bawah. Pada permukaan bawah daun terdapat kumpulan sporangium yang berisikan spora. Spora
pada Platycerium sp. berfungsi sebagai alat reproduksi secara generative dimana spora akan
menghasilkan anteridium dan arkegonium yang nantinya menjadi sel sperma dan sel telur.
Sporangium tertutup oleh rambut berbentuk bintang yang disebut trikoma. Menurut Aspiras (2012),
daun tropofil atau daun steril tumbuh keatas seperti mahkota. daun tropofil berfungsi untuk
fotosintesis, sementara daun sporofil untuk menghasilkan spora.

2
Tabel 1. Struktur morfologi Platycerium sp.
No Nama Spesimen Gambar Bentuk dan Struktur morfologi Platycerium sp.
1 Platycerium sp.

Perawakan dan Daun Daun


Habitat Sporofil Tropofil
A

Perawakan dan Daun Daun


Habitat Sporofil Tropofil

Perawakan dan Daun Daun


Habitat Sporofil Tropofil

(Brown, 2019) (Brown, 2019) (Aspiras, 2012).


C

Gambar 1. (A) Gambar Hasil Pengamatan; (B) Sketsa Praktikan; (C) Literatur

3
4.2. Struktur internal penyusun tubuh (anatomi) Platycerium sp.
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum, dapat diketahui anatomi dari Platycerium sp. yang
meliputi trikoma, spora, dan stomata. Menurut Taha dkk (2012), trikoma merupakan struktur yang
berbentuk seperti bintang dan berada di bagian bawah daun. Trikoma berfungis untuk
mempertahankan kelembaban dan gangguan hama serangga. Stomata adalah suatu lubang, pori, atau
celah berukuran sangat kecil yang diapit oleh dua sel penjaga (guard cell). Stomata terdapat pada
tumbuhan yang berwarna hijau, terutama pada bagian daun. Platycerium sp. termasuk dalam Famili
Polypodiaceae yang memiliki tipe stomata anomistik. Stomata digunakan dalam proses fotosintesis.
Menurut Aspiras (2012), spora pada Platycerium sp. adalah spora monolet yang memiliki bentuk
seperti kacang (red – bean) yang berwarna kuning kecoklatan dan memiliki annulus. Spora digunakan
sebagai alat reproduksi seksual.

Tabel 2. Struktur internal penyusun tubuh (anatomi) Platycerium sp.


No Nama Spesimen Gambar Bentuk dan Struktur internal (anatomi) Platycerium sp. serta
bagiannya
1. Platycerium sp.

Trikoma Spora Stomata


A

Trikoma Spora Stomata

4
Trikoma Spora Stomata
(Taha dkk., 2012) (Aspiras, 2012) (Taha dkk., 2012)
C

Gambar 2. (A) Gambar Hasil Pengamatan; (B) Sketsa Praktikan; (C) Literatur

4.3. Siklus metagenesis Platycerium sp.


Metagenesis atau pergantian generasi/keturunan dapat didefinisikan sebagai pergantian fase
seksual dan aseksual dalam siklus hidup suatu organisme. Pada tumbuhan paku, metagenesis terdiri
dari dua fase, yaitu fase gametofit (haploid) dan fase sporofit (diploid) dimana fase yang dominan
dalam metagenesis lumut adalah fase gametofit (Britannica, 2022). Platycerium sp. termasuk dalam
golongan paku homospora. Tahap awal metagenesis dimulai oleh fase haploid (gametofit).
Sporangium yang sudah matang akan melepaskan spora (n). Spora (n) akan berkembang menajdi
protalium atau gametofit muda. Protalium akan berkembang menjadi anteridium yang menghasilkan
sel sperma dan arkegonium yang menghasilkan sel telur. Sel sperma akan bergerak menggunakan
flagella dari anteridium menuju sel telur di arkegonium dan terjadilah proses fertilisasi yang akan
menghasilkan zigot (2n). Setelah melewati proses fertilisasi, fase haploid akan berganti menjadi fase
diploid. Zigot (2n) berkembang menjadi sporofit muda yang tumbuh dari arkegonium pada gametofit.
Sporofit muda kemudia berubah menjadi sporofit dewasa (Jayanti, 2020).

(Jayanti, 2020).
Gambar 3. Siklus Metagenesis Platycerium sp.

5
4.4. Ciri takson: ciri kingdom, ciri divisio, ciri sub devisio, ciri kelas, ciri ordo, ciri familia, ciri
genus
Platycerium sp. termasuk dalam Kingdom Plantae yang memiliki ciri ciri eukariotik, memiliki
dinding sel, tersusun dari senyawa selulosa, bereproduksi secara seksual dan aseksual, serta
merupakan organisme multiseluler dan autotrof karena memiliki klorofit sehingga dapat
berfotosintesis. Platycerium sp. termasuk dalam Divisi Pteridophyta. Divisi Pteridophyta memiliki
ciri – ciri tubuh yang dapat dibedakan antara akar, batang, dan daunnya, memiliki pembuluh sejati,
bereproduksi seksual dengan spora, memiliki ukuran mulai dari beberapa centimeter hingga 20 meter,
dan hidup menempel di tanah atau pepohonan di lingkungan dengan kelembapan tinggi maupun
rendah (Renjana & Firdiana, 2020). Platycerium sp. termasuk termasuk dalam Kelas Polypodiopsida.
Kelas Polypodiopsida disebut juga sebagai paku leptosporangiate memiliki batang yang dapat
berukuran satu lengan dan tidak bercabang, daun mudanya menggulung dan merupakan daun
menyirip ganda, memiliki pembuluh vascular bercabang (Megafills) serta sorusnya ditutup
selaput/lapisan insidium. Platycerium sp. termasuk dalam Ordo Polypodiales. Ordo Polypodiales
bercirikan sporangia yang memiliki 1-3 lapisan sel dan sporanya memiliki annulus (Simpson, 2019).
Platycerium sp. termasuk dalam Famili Polypodiaceae. Famili Polypodiaceae memiliki ciri – ciri daun
tropofil berbentuk tegak menghadap keatas sedangkan daun steril berbentuk oval atau bulat serta
merupakan tumbuhan yang hidup secara epifit pada hutan hujan tropis (A Dictionary of Plant
Sciences, 2022). Platycerium sp. termasuk dalam Genus Platycerium. Genus Platycerium
teridentifikasi dengan ciri – ciri memiliki system vascular pada akar, batang, dan daun, daun sporofil
berbentuk seperti tanduk dengan daun tropifil tumbuh tegak keatas seperti mahkota, spora monolet
berwarna kuning-kecoklatas dan memiliki annulus, memiliki akar serabut, dan hidup secara epifit
pada hutan hujan tropis (Watson, 2013).

Tabel 4. Hasil pengamatan/kajian literatur ciri takson Platycerium sp.

No Nama Spesimen Ciri Kingdom


1. Platycerium sp. Kingdom: Plantae
• Organisme multiseluler
• Eukariotik
• Memiliki dinding sel
• Tersusun dari senyawa selulosa
• Autotrof (memiliki klorofil)
• Bereproduksi secara seksual dan aseksual

(Renjana & Firdiana, 2020).

6
Divisi: Pteridophyta
• Ukuran bervariasi mulai dari beberapa cm hingga 20 m
• Memiliki pembuluh sejati
• Dapat dibedakan antara akar, batang, dan daun
• Tidak menghasilkan bunga
• Bereproduksi secara seksual dengan spora
• Habitat ditanah atau menempel pada tumbuhan lain pada lingkungan
dengan tingkat kelembapan tinggi maupun rendah.

(Renjana & Firdiana, 2020).


Class: Polypodiopsida
• Paku leptosporangiate
• Ukuran batang dapat mencapai satu lengan dan tidak bercabang
• Daun muda menggulung
• Daun menyirip ganda
• Memiliki pembuluh vascular bercabang (Megafills)
• Sorus ditutup selaput/lapisan insidium

(Simpson, 2019).
Order: Polypodiales
• Sporangia yang memiliki 1-3 lapisan sel
• Spora memiliki annulus
• Gametofit hijau

(Simpson, 2019).
Familia: Polypodiaceae
• Memiliki sori
• Daun tropofil berbentuk tegak menghadap keatas
• Daun steril berbentuk oval atau bulat
• Hidup epifit pada hutan hujan tropis

(A Dictionary of Plant Sciences, 2022)


Genus: Platycerium
• Memiliki system vascular pada akar, batang, dan daun
• Daun sporofil berbentuk sepert tanduk
• Daun tropifil tumbuh tegak keatas seperti mahkota
• Memiliki spora monolet berwarna kuning-kecoklatas
• Terdapat annulus pada spora
• Hidup secara epifit pada hutan hujan tropis

7
• Memiliki akar serabut

(Watson, 2013).

4.5. Filogeni dan klasifikasi


Filogeni merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui/memahami kekerabatan
mahluk hidup yang beragam. Di dalam filogenetika, sebuah kelompok organisme yang anggotanya
memiliki banyak kesamaan karakter atau ciri dianggap memiliki hubungan yang sangat dekat dan
diperkirakan diturunkan dari satu nenek moyang; nenek moyang dan semua turunannya akan
membentuk sebuah kelompok monofiletik. Oleh karena itu, anggota-anggota di dalam kelompok
monofiletik ini diasumsikan membawa sifat atau pola genetik dan biokimia yang sama (Hidayat &
Pancoro, 2012). Platycerium sp. merupakan spesies tumbuhan paku modern berdasarkan morfologi
tumbuh yang sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Platycerium sp. juga sudah memiliki
pembuluh angkut dan dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Dalam pohon filogeni juga
dapat dilihat bahwa Platycerium sp. memiliki kekerabatan yang dekat dengan spesies Pyrrosia (Kreier
& Schneider, 2012).

Tabel 5 . Hasil kajian literatur filogeni dan klasifikasi Platycerium sp.


No Nama Spesimen Gambar Skema Filogeni dan Klasifikasi
1. Platycerium sp.

(Kreier & Schneider, 2012).


Gambar 4. Literatur Skema Filogeni Platycerium sp.

8
(Sumber : Pribadi)
Gambar 4. Skema Filogeni Platycerium sp. oleh praktikan

Kingdom : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Classis : Polypodiopsida
Ordo : Polypodiales
Familia : Polypodiaceae
Genus : Platycerium
Species : Platycerium sp.
(NCBI, 2020).

4.6. Habitat
Platycerium sp. adalah tumbuhan paku yang dan habitat aslinya adalah hutan hujan dan hidup
secara epifit. Platycerium sp. tumbuh di dahan/cabang pohon, batang kayu tumbang, dan sejenisnya.
Meskipun hidup secara epifit, Platycerium sp. tidak mengambil air dan nutrisi dari pohon tempat
mereka hidup. platycerium sp. hidup pada lingkungan dengan kisaran suhu 30 – 75 °F. Platycerium
sp. juga dapat bertahan hidup pada musim panas dengan suhu 70 °F. Platycerium sp. dapat tumbuh
dengan baik pada tanah dengan kadar pH 6,2 – 6,4 dengan tingkat kelembapan 60% hingga lebih dari
70% (Siska dkk., 2019).

9
Tabel 6. Hasil survey/kajian literatur habitat
No Nama Spesimen Habitat
1. Platycerium sp.
Habitat asli di hutan hujan tropis dan hidup epifit pada dahan pohon, batang
kayu tumbang, dan sejenisnya. Hidup pada lingkungan dengan suhu 30 – 75 °F,
kadar pH 6,2 – 6,4, dan kelembapan yang cukup tinggi (60% hingga lebih dari
70%)
(Siska dkk., 2019).

4.7. Distribusi/fitogeografi
Distribusi dan dari genus Platycerium sp. termasuk distribusi yang telah
direkonstruksi/pembaruan berdasarkan masing-masing leluhur (ancestor). Area abu-abu
menunjukkan distribusi genus saat ini. Daerah leluhur yang direkonstruksi diberikan kepada setiap
simpul, yaitu AA adalah Australasia, AM adalah wilayah Afro-Madagascan, AU adalah Australia, EA
adalah Afrika timur, IN adalah Indochina, IM adalah Indochina, Malesia Barat dan Tengah, JV adalah
Jawa, MD adalah Madagaskar, ME adalah Madagaskar dan Afrika Timur, NG adalah NewGuinea,
PH adalah Filipina, SA adalah Amerika Selatan, NA adalah New Guinea dan Australia, NT adalah
wilayah neotropics, TA adalah Afrika Tropis (Tropical Africa), WA adalah Malesia Barat. Pada peta
persebaran, probabilitas wilayah ancestor dihitung menggunakan pendekatan likelihood untuk node 1
hingga 14, tetapi bagan pai hanya diberikan untuk cabang nomor 1, 2, 5, 6, 7, 8, 10, dan 12. Dua versi
diberikan untuk tanda node 7 sebagai 7a dan 7b. Simpul bagan pai 1, 2, 7a, yaitu abu-abu untuk Afro-
Madagascar, hitam untuk Australasia. Simpul bagan pai 5, yaitu abu-abu untuk Afrika tropis atau
neotropics, hitam untuk Madagascar. Simpul bagan pai 7b, 8, 11, 12, yaitu abu-abu untuk Indochina,
Malesia barat dan tengah, Black untuk Australia dan Malesia timur. Secara singkat, menurut peta
persebaran Platycerium sp. dapat ditemukan di Afrika Tropis, Madagascar, Filipina, New Guinea,
Indochina, Jawa, Auntralia, Amerika Selatan (Kreiner & Schneider, 2012).

10
Tabel 7. Hasil survey/ kajian literatur distribusi/fitogeografi Platycerium sp.
No Nama Spesimen Distribusi/fitogeografi
1. Platycerium sp.

(Kreier & Schneider, 2012).


Gambar 5. Peta persebaran Platycerium sp.

4.8. Peran di alam/masyarakat


Platycerium sp. memiliki banyak peran bagi alam dan masyarakat. Salah satu peran
Platycerium sp. bagi masyarakat adalah sebagai tanaman hias, awetan herbarium yang dikembangkan
dalam proses pembelajaran, bahan pangan dan obat – obatan (Siska dkk., 2019). Bagi alam,
Platycerium sp. berperan sebagai penghasil oksigen bagi lingkungannya yang berasal dari hasil
fotosistesis, agen biofertilizer yang membantu menyuburkan tanah dengan menghasilkan humus, dan
sebagai produsen dalam rantai makanan (Demirel dkk., 2019).

Tabel 8. Hasil pengamatan/survei/kajian literatur peran Platycerium sp. di alam /masyarakat


No. Peran di alam Peran untuk masyarakat
1 Penghasil dan penyuplai oksigen Tanaman Hias
2 Biofertilizer (pembentuk humus) Awetan herbarium dalam pembelajaran
3 Produsen pada rantai makanan Obat
4 Bahan Pangan

11
4.9. Kunci dikotom
Kunci dikotom menuju spesies Platycerium sp.
Tabel 9 disusun kolektif dari data satu kelas.
Takson
Karakter/
No. Equisetum Platycerium
Ciri Asplenium sp. Pyrrosia sp. Belvisia sp.
sp. sp.
1 Siklus hidup homospora homospora homospora homospora homogen
menyerupai memanjang Seperti tanduk panjang
2 Bentuk daun lanset
sisik obovate rusa seperti pita
monolet monolet monolet
bulat mulus
3 Bentuk spora bulat mulus (seperti (seperti (seperti
tidak bergerigi
kacang) kacang) kacang)
tidak ada kuning
4 Warna sori merah coklat merah
sorus kecoklatan
Letak sisi bawah sisi bawah
5 strobilus daun sporofil diujung daun
sporangium daun daun sporofil
Pelengkap elater
6 polos polos polos polos
spora berjumlah 4
kuning
7 Warna spora hijau kuning kuning kuning
kehijauan
akar akar
8 Bentuk sisik akar berserabut oval berongga
berserabut berserabut

1. Paku Homospora …………………………………………………….. 2


1. Paku Homogen ………………………………………………………. Belvisia sp.
2. Sporangium berada pada strobilus …………………………………… Equisetum sp.
2. Sporangium berada pada sisi bawah daun sporofil …………………... 3
3. Akar Oval ……………………………………………………………. Pyrrosia sp.
3 Akar Serabut …………………………………………………………. 4
4 Sori Berwarna Merah ………………………………………………... Asplenium sp.
4 Sori Berwarna Coklat ……………………………………………….. Platycerium sp.

12
V. Kesimpulan
Pteridophyta atau tumbuhan paku adalah tumbuhan yang sudah memiliki akar, batang, dan
daun sejati serta memiliki pembuluh pengangkut. Pteridophyta dikasifikasikan menjadi emapt divisi,
yaitu Psilotophyta (Psilopsida), Lycopodophyta (Lycophyta, Lycopsida, Lepidophyta), Equisetophyta
(Spenophyta, Spenopsida, Calamophyta, Arthrophyta), dan Polypodiophyta (Pterophyta, Pteropsida,
Filicophyta). Salah satu spesies tumbuhan paku yang digunakan sebagai salah satu specimen dalam
praktikum adalah Platycerium sp.
Platycerium sp. memiliki akar, batang, dan daun sejati. Platycerium sp. memiliki tubuh yang
tumbuh menempel dengan akar pada pepohonan. Daun pada Platycerium sp. dibedakan menjadi daun
sporofil dan daun tropofil. Daun sporofil atau daun fertil berbentuk seperti tanduk rusa yang tumbuh
menjuntai kearah bawah. Pada bagian bawah permukaan daun sporofil terdapat sorus yang merupakan
sekumpulan sporangia. Daun tropofil atau daun steril tumbuh tegak kearah atas seperti mahkota. daun
tropofil digunakan dalam proses fotosintesis, sedangkan daun sporofil dalam proses reproduksi.
Platycerium sp. berkembangbiak secara seksual dengan peleburan sel sperma dengan sel telur dan
aseksual dengan pembentukan gemmae. Platycerium sp. diklasifikasikan kedalam Kingdom Plantae,
Divisi Pteridophyta, Kelas Pteridopsida, Ordo Polpodiales, Famili Polypodiaceae, dan Genus
Platycerium. Platycerium sp. hidup di menempel pada cabang pohon, batang pohon tumbang, dan
sejenisnya pada lingkungan dengan suhu 30 – 75 °F, kadar pH tanah 6,2 – 6,4, dan tingkat kelembapan
60% - lebih dari 70%. Platycerium sp. dapat ditemukan tersebar di negara Afrika Tropis, Madagascar,
Filipina, New Guinea, Indochina, Jawa, Auntralia, Amerika Selatan. Di alam, Platycerium sp. berperan
sebagai penyuplai oksigen bagi lingkungan, biofertilizer, dan sebagai produsen dalam jalinan rantai
makanan. Sementara di masyarakat, Platycerium sp. berperan sebagai tanaman hias, awetan herbarium,
obat, dan bahan pangan.

13
VI. Daftar Pustaka
1. Aspiras, R. A. 2012. Sporophyte and gametophyte development of Platycerium coronarium
(Koenig) Desv. and P. grande (Fee) C. Presl. (Polypodiaceae) through in vitro propagation.
Saudi Journal of Biological Sciences, 17:13–22.
2. Britannica, T. Editors of Encyclopaedia. 2020. Alternation of Generations.
https://www.britannica.com/science/annual. Diakses
3. Brown, S. P. 2019. Staghorn Fern at A Glance. ENH36/MG015: Staghorn Ferns at a Glance
(ufl.edu). Diakses 30 Maret 2022.
4. A Dictionary of Plant Sciences. 2022. Platycerium.
https://www.encyclopedia.com/science/dictionaries-thesauruses-pictures-and-press-
releases/platycerium. Diakses 2 Maret 2022.
5. Hidayat, T., Pancoro, A. 2012. Kajian Filogenetika Molekuler dan Peranannya Dalam
Menyediakan Informasi Dasar untuk meningkatkan Kualitas Sumber Genetika Anggrek.
Jurnal AgroBiogen, 4(1):35-40.
6. Jayanti, D.A.N.U. 2020. Keanekaragaman Tumbuhan: Modul Inkuiri Berbasis Potensi dan
Kearifan Lokal. Ahlimedia Book. Malang.
7. Krier, H. P & Schneider, H. 2012. Phylogeny and Biogeography of the Staghorn Fern Genus
Platycerium (Polypodiaceae, Polypodiidae). American Journal of Botany, 93(2): 217-225.
8. NCBI. 2020. Platycerium. Taxonomy browser (Platycerium) (nih.gov). Diakses 1 Maret 2022.
9. Renjana, E & Firdiana, E. R. 2020. Inventarisasi dan Strategi Penataan Koleksi Pteridophyta
di Rumah Kaca Kebun Raya Purwodadi. Bioeksperimen, 5(1): 89-100
10. Simpson, M. G. 2019. Plant Systematics. Germany: Elsevier Science
11. Siska., Marwiyah., Santi., Hasdar., Adiyanto, M. 2019. Karakter Morfologi dan Tipe Stele
Tumbuhan Paku Terestrial di Hutan Lindung Juwata Kerikil Kota Tarakan Sebagai Sumber
Belajar Biologi. Biopedagogia, 1(2): 79-86.
12. Taha, R. M., Haron., N. W., Nurashikin, S. 2012. Morphological and Tissue Culture Studies
of Platycerium coronarium, a Rare Ornamental Fern Species from Malaysia. American Fern
Journal, 101(4):241–251.
13. Walkowiak, R. J. 2017. Classification of Pteridophyte. Plant Science Buletin, 1-16.
14. Watson, W. 2013. Plants-Ferns, Palms and Cycads. Read Books Limited. New York.
15. Youxing, L., Libing, Z., Xianchun, Z., …., & Masuyama, S. 2013. Pteridophytes: Lycophytes
and Ferns. Flora of China, Vol. 2–3: 1-13.

14
VII. Lampiran (Jawaban Pertanyaan dan LPS)

Lampiran 1. Jawaban Pertanyaan

1. Mengapa Psilotum dianggap paku paling sederhana?


Karena Psilotum termasuk kedalam kelas Psilophytinae atau kelas Paku purba yang
tidak memiliki akar, hanya terdapat rhizoid dengan tunas – tunas tanah, daun pada batang bertipe
mikrofil, yaitu daun berukuran kecil seperti rambut atau sisik, tidak bertangkai dan tidak bertulang
daun, belum memperlihatkan diferensiasi sel, dan tidak dapat dibedakan antara epidermis, daging
daun dan tulang daun.
2. Apa yang disebut sorus dan indusium?
• Sorus: Sekumpulan sporangia yang berwarna merah-kecoklatan yang berada di bagian
bawah permukaan daun (ditengah atau tepi helai daun).
• Indusium: Lapisan penutup yang merupakan pelindung sorus pada sporangium yang
sedang tumbuh

15
Lampiran 2. Lembar Pengamatan Sementara (LPS)

16
17
18
19
20
21

Anda mungkin juga menyukai