Anda di halaman 1dari 16

Pertemuan 8

Penentuan pH Larutan

8.1. Tujuan
Mempelajari cara penentuan pH suatu larutan.

8.2. Dasar Teori


Dalam kimia, pH adalah skala yang digunakan untuk menentukan keasaman atau
kebasaan suatu larutan. Larutan asam (larutan dengan konsentrasi ion H+ lebih tinggi)
memiliki nilai pH lebih rendah dari 7, sedangkan larutan basa (larutan dengan konsentrasi
ion OH– lebih tinggi) memiliki pH lebih besar dari 7. Derajad keasaman (pH) didefiniskan
sebagai minus logaritma dari aktifitas ion hidrogen dalam suatu larutan (pH = – log [H+]),
sebaliknya derajad kebasaan (pOH) didefiniskan sebagai minus logaritma dari aktifitas ion
hidroksida dalam suatu larutan (pOH = – log [OH–]). Hubungan antara pH dan pOH adalah
pH + pOH = 14.
Pengukuran pH suatu larutan sangat penting karena pH dapat mempengaruhi
kesetimbangan kimia, kestabilan dan distribusi spesi kimia dalam suatu larutan. Penentuan
pH juga dapat digunakan untuk memastikan nilai derajad keasaman secara eksperimental
misalnya memvalidasi hasil preparasi suatu larutan. Di beberapa reaksi, pH berpengaruh
secara signifikan sehingga kesalahan atau kekurangtelitian dalam pengukuran pH akan
berakibat pada hasil yang tidak sesuai atau tidak validnya data yang diperoleh. Penentuan
pH dapat diterapkan di industri kimia, biologi, fisika, farmasi/kedokteran, teknologi
pertanian/pangan, budidaya perairan dan kemaritiman, rekayasa/teknik, dll.
Berdasarkan urutan ketelitiannya dari yang paling rendah ke paling teliti, pH suatu
larutan dapat ditentukan dengan menggunakan kertas lakmus (litmus), larutan indikator,
indikator universal, dan alat pH-meter. Terdapat dua jenis kertas lakmus (litmus), yaitu
lakmus merah dan lakmus biru (Gambar 21). Warna kertas lakmus berbeda-beda dalam
larutan asam, netral, atau basa. Lakmus merah dalam larutan asam berwarna merah
sedangkan dalam larutan basa berwarna biru. Lakmus biru dalam larutan asam berwarna
merah sedangkan dalam larutan basa berwarna biru. Larutan netral tidak merubah warna
kertas lakmus merah maupun lakmus biru. Kertas lakmus hanya menunjukkan apakah
suatu sampel bersifat asam, netral, atau basa, tanpa menginformasikan secara pasti nilai
pH-nya.

Gambar 21. Contoh kertas lakmus merah dan lakmus biru.

47
Indikator universal memiliki ketelitian yang lebih baik daripada kertas lakmus dan
bahkan di beberapa produk memiliki ketelitian hingga ke satu angka desimal. Indikator
universal merupakan campuran dari bermacam-macam indikator yang dapat menunjukkan
pH suatu larutan dari perubahan warnanya. Indikator universal ada dua macam yaitu
indikator yang berupa kertas maupun berupa larutan indikator standar yang sudah diketahui
rentang pH-nya (Gambar 22). Indikator kertas berbentuk satu strip kertas dan tiap kotak
kemasan indikator jenis ini dilengkapi dengan peta warna yang menunjukkan nilai pH-nya.
Penggunaannya sangat sederhana, satu strip indikator dicelupkan ke dalam larutan yang
akan diukur pH-nya hingga tanda batas, kemudian dibandingkan dengan peta warna yang
tersedia untuk menentukan nilai pH-nya. Hal yang sama juga berlaku untuk larutan indikator
dimana warna larutan sampel dibandingkan dengan peta warna berupa sederetan larutan
standar dengan warna yang menunjukkan nilai pH tertentu. Larutan ini bisa dibuat dari
bahan alami atau bahan kimia di laboratorium. Rentang nilai pH asam-basa setiap larutan
indikator berbeda-beda, sebagaimana disajikan di tabel berikut:
Indikator Asam Basa Keterangan
Bayam merah Merah muda Kuning Warna asli merah
Bunga mawar Merah muda Hijau Warna asli merah muda
Bunga sepatu Merah Kuning Warna asli merah tua
Kubis merah Merah muda Hijau Warna asli ungu
Kunyit Kuning Merah Warna asli oranye
Bromtimol biru Merah Biru Rentang pH 6,0 – 7,6
Metil merah Merah Kuning Rentang pH 4,4 – 6,2
Metil jingga Merah Kuning Rentang pH 3,1 – 4,4
Fenolftalein Tidak berwarna Merah Rentang pH 8,3 – 9,8

Gambar 22. Peta warna larutan indicator (atas), larutan indikator pada berbagai pH (kiri
bawah), dan contoh strip indikator kertas (kanan bawah).

Alat pH-meter merupakan alat ukur digital yang dapat mengukur derajad keasaman /
kebasaan suatu larutan dengan ketelitian yang lebih tinggi (hingga dua-tiga desimal). Alat
48
ini (Gambar 23) ada yang portabel (untuk keperluan di luar ruangan) dan ada juga yang
berukuran lebih besar (khusus untuk keperluan di dalam laboratorium). Sebelum digunakan,
pH-meter wajib dikalibrasi secara berkala sesuai standar dengan larutan penyangga yang
sudah diketahui nilai pHnya. Saat pengukuran dengan alat ini, pastikan nilai pH yang anda
pilih adalah nilai yang paling stabil.

Gambar 23. Contoh alat pH-meter.

8.3. Alat dan Bahan


Alat: kertas lakmus merah dan biru (1set), kertas pH universal (1 set), pH-meter (1), botol
semprot (1), gelas kimia 25 mL (10).
Bahan: larutan asam asetat 0,01 M, larutan HCl 0,01 M, larutan H2SO4 0,01 M, larutan
NaOH 0,01, larutan Na-asetat 0,01M, larutan NaHCO3 0,01 M, pelarut etanol, larutan
sampel (misalnya larutan sabun cuci piring, larutan minuman soda).

8.4. Prosedur Kerja


§ Siapkan 10 gelas kimia 25 mL yang masing-masing berisi: (a) 10 mL larutan asam
asetat 0,01M, (b) 10 mL larutan HCl 0,01M, (c) 10 mL larutan H2SO4 1M, (d) 10 mL
larutan NaOH 0,01M, (e) 10 mL larutan Na-asetat 0,01M, (f) 10 mL larutan NaHCO3
0,01M, (g) 10 mL larutan etanol, (h) 10 mL larutan sabun cuci piring, (i) 10 mL larutan
minuman soda, dan (j) 10 mL akuades!
§ Ukur setiap larutan tersebut pada suhu ruang dengan kertas lakmus, kertas pH
universal, dan pH-meter, kemudian catat hasil pengamatan dan pengukuran anda!

8.5. Latihan Soal/Pretes


1. Mengapa penentuan pH itu sangat penting dalam pekerjaan laboratorium kimia?
2. Mengapa nilai pH hanya memiliki rentang 0–14 saja?
3. Sebutkan masing-masing dua kelebihan dan kelemahan dari: (a) kertas lakmus, (b)
kertas pH universal, dan (c) alat pH-meter, dalam penentuan pH suatu larutan!
4. Apa yang dimaksud dengan kalibrasi pH-meter? Jelaskan!
5. Jelaskan dua faktor yang mempengaruhi pengukuran pH suatu larutan!

49
LEMBAR LAPORAN PERTEMUAN 8
Topik : Penentuan pH Larutan NILAI LAPORAN
Nama : ………………………………………………
NIM : ………………………………………………
Jurusan / Kelas : ………………………………………………
Kelompok : ……………………………………………… (nama asisten)

No Perlakuan Pengamatan

1. Warna dan suhu larutan CH3COOH = NaHCO3 =


(nilai = 10) HCl = Etanol =
H2SO4 = Air sabun =
NaOH = Air soda =
Na-asetat = Akuades =

2. Kategori pH dengan CH3COOH = NaHCO3 =


kertas lakmus*
HCl = Etanol =
(nilai = 10)
H2SO4 = Air sabun =
* asam, netral, basa (pilih
NaOH = Air soda =
salah satu)
Na-asetat = Akuades =

3. Nilai pH dengan kertas CH3COOH = NaHCO3 =


pH universal
HCl = Etanol =
(nilai = 10)
H2SO4 = Air sabun =
NaOH = Air soda =
Na-asetat = Akuades =

4. Nilai pH dengan alat pH- CH3COOH = NaHCO3 =


meter
HCl = Etanol =
(nilai = 10)
H2SO4 = Air sabun =
NaOH = Air soda =
Na-asetat = Akuades =

Apakah kertas lakmus atau kertas pH universal yang sudah dipakai dapat digunakan kembali?
Jelaskan mengapa demikian! (nilai 10)

NILAI

50
Dengan konsentrasi yang sama, apakah perbedaan jenis asam (CH3COOH, HCl, H2SO4)
mempengaruhi nilai pH? Bagaimanakah pengaruhnya? (nilai 10)

NILAI

Dengan konsentrasi yang sama, apakah perbedaan jenis basa (NaOH, NaCH3COO, NaHCO3)
mempengaruhi nilai pH? Bagaimanakah pengaruhnya? (nilai 10)

NILAI

Apabila larutan sampel berupa air sabun memiliki pH 14 dan harus diturunkan menjadi 12, apa yang
dapat saudara lakukan? (nilai 10)

NILAI

Apakah warna dan suhu suatu larutan dapat mempengaruhi nilai pH suatu larutan? Jelaskan!
Sebutkan pula dua faktor yang dapat mempengaruhi pengukuran pH suatu larutan! (nilai 20)

NILAI

51
Pertemuan 9
Destilasi Larutan Biner

9.1. Tujuan
Mempelajari teknik pemisahan dan pemurnian suatu larutan biner dengan destilasi.

9.2. Dasar Teori


Destilasi merupakan metode yang umum untuk memisahkan atau memurnikan zat-
zat dalam suatu larutan. Proses ini meliputi penguapan cairan dengan pemanasan, lalu
pengembunan uap dalam kondensor. Cairan hasil pengembunan uap disebut destilat.
Pemisahan zat-zat akan lebih efektif melalui proses destilasi kontinu yang merupakan
sederatan penguapan, pengembunan, penguapan ulang, dan pengembunan ulang. Metode
ini biasanya menggunakan kolom fraksinasi yang merupakan sarana interaksi antara uap
yang bergerak ke atas dan cairan yang menetes ke bawah, sehingga pengembunan dan
penguapan cairan terjadi berulang-ulang. Metode ini dikenal sebagai destilasi fraksional.
Destilasi fraksional sangat berguna untuk memisahkan komponen-komponen larutan yang
mempunyai titik didih berdekatan dengan hasil destilasi yang mempunyai kemurnian tinggi.
Dalam larutan ideal, sifat setiap komponen akan saling mempengaruhi sehingga sifat
larutan berada di antara keduanya. Suatu larutan akan bersifat ideal bila mempunyai sifat
sebagai berikut: (1) homogen pada seluruh sistem mulai dari fraksi mol satu; (2) tidak ada
perubahan entalpi pada saat pencampuran komponen membentuk larutan (∆Hpencampuran =
0); (3) volume campuran sama dengan jumlah volume komponen yang dicampurkan; (4)
Memenuhi hukum Raoult, yaitu P = X1 . Po, dengan P adalah tekanan larutan, Po adalah
tekanan uap pelarut murni, dan X1 adalah fraksi mol pelarut.
Sifat larutan non-ideal dapat digolongkan menjadi dua kelompok:
1. Larutan non-ideal deviasi positif yang memiliki volume ekspansi. Sistem campuran ini
akan menghasilkan titik didih maksimum. Contoh dari campuran ini adalah sistem aseton –
karbon disulfida dan sistem HCl – air.
2. Larutan non-ideal deviasi negatif yang memiliki volume kontraksi. Sistem campuran ini
akan menghasilkan titik didih minimum. Contoh dari campuran ini adalah sistem bensena -
etanol dan sistem aseton – kloroform.
Proses yang terjadi pada destilasi adalah perubahan fasa cair menjadi fasa uap atau
gas dengan pendidihan, kemudian uap tersebut diembunkan/dikondensasi. Tahap penting
pada destilasi ialah pendidihan dan pengembunan, tetapi destilasi bukan merupakan dua
urutan proses penguapan dan kondensasi. Sebagian besar zat cair menunjukkan
kecenderungan untuk berubah menjadi fasa uap atau gas. Kecenderungan tersebut secara
kuantitatif dapat dinyatakan dengan tekanan uap. Tekanan uap merupakan sifat fisika zat
cair yang dipengaruhi oleh suhu. Tekanan uap selalu bertambah besar dengan kenaikan
suhu. Suhu pada saat tekanan uap sama dengan dengan tekanan luar/atmosfer disebut titik
didih. Pada suhu ini, molekul-molekul zat cair mempunyai energi yang cukup untuk berubah
menjadi fasa uap, dan penguapan tidak hanya pada permukaan tetapi juga di seluruh
bagian. Keadaan ini disebut mendidih. Temperatur pada saat tekanan uap zat cair sama
dengan satu atmosfer disebut titik didih normal.
52
Untuk memisahkan atau memurnikan zat cair, terdapat beberapa cara destilasi yang
didasarkan pada perbedaan titik didih cairan yang dipisahkan, di antaranya yaitu destilasi
biasa, destilasi uap, dan destilasi vakum. Cara destilasi biasa digunakan untuk memisahkan
campuran zat cair yang mempunyai perbedaan titik didih cukup besar. Destilasi uap
digunakan untuk memisahkan zat yang larut dalam air yang mempunyai tekanan uap relatif
rendah (5-10 mmHg) pada suhu 100 ºC. Sedangkan destilasi vakum digunakan untuk zat
yang mudah terurai / terdekomposisi sebelum mencapai titik didih normal.
Skema sederhana peralatan destilasi disajikan di Gambar 24. Untuk memanaskan
labu berisi larutan, bisa digunakan pembakar Bunsen, mantel pemanas, atau oil/sand bath
(dengan pemanas listrik). Destilasi dapat dihentikan apabila sudah tidak diperoleh lagi
penambahan volume destilat. Cara paling sederhana untuk mengetahui zat atau senyawa
destilat, selain dengan mengevaluasi titik didihnya, adalah dengan membandingkan nilai
indeks bias (n) dari destilat dengan data standar atau zat murni dengan kondisi pengukuran
yang sesuai.

Gambar 24. Skema sederhana peralatan destilasi

9.3. Alat dan Bahan


Alat: satu set peralatan destilasi (lihat gambar 24), refraktometer, gelas ukur 10 mL (1), pipet
tetes (2), batu didih (2).
Bahan: aseton (CH3COCH3), etanol (C2H5OH), akuades (H2O).

9.4. Prosedur Kerja


§ Tentukan indeks bias awal masing-masing zat: aseton, etanol, dan akuades.
§ Buatlah campuran biner dengan komposisi sesuai tabel berikut:
Bahan Komposisi (volume)
Aseton : air 12 mL : 8 mL 8 mL : 12 mL
Etanol : air 12 mL : 8 mL 8 mL : 12 mL

53
§ Tentukan indeks bias masing-masing larutan biner tersebut.
§ Lakukan destilasi untuk setiap campuran (jangan lupa gunakan batu didih), catat titik
didih masing-masing destilat. Tentukan indeks bias destilat serta residu yang anda
peroleh. Ulangi langkah ini untuk setiap campuran.

9.5 Latihan Soal/Pretes


1. Sebutkan lima peralatan utama dalam menyiapkan peralatan destilasi!
2. Jelaskan dua perbedaan destilasi satu tahap dengan destilasi bertingkat!
3. Sebutkan masing-masing dua sifat fisika dan sifat kimia dari aseton dan etanol!
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan refraktometer! Bagaimana prinsip kerjanya?
5. Selain dengan mengamati indeks bias, sebutkan metode lain untuk mengidentifikasi
zat / bahan kimia yang diperoleh sebagai destilat, jelaskan!
6. Sebutkan masing-masing satu manfaat penerapan konsep destilasi di dunia industri
dan kehidupan sehari-hari!

54
LEMBAR LAPORAN PERTEMUAN 9
Topik : Destilasi Larutan Biner NILAI LAPORAN
Nama : ………………………………………………
NIM : ………………………………………………
Jurusan / Kelas : ………………………………………………
Kelompok : ……………………………………………… (nama asisten)

No Perlakuan Pengamatan

1. Indeks bias aseton, etanol, Aseton =


dan air (cari di pustaka)
Etanol =
(nilai = 6)
Air =

2. Indeks bias* larutan biner a. Aseton : air (12:8) =


b. Aseton : air (8:12) =
(nilai = 4)
c. Etanol : air (12:8) =
d. Etanol : air (8:12) =

3. Titik didih* larutan destilat saat a. Aseton : air (12:8) = ºC


destilasi berlangsung b. Aseton : air (8:12) = ºC
c. Etanol : air (12:8) = ºC
(nilai = 4)
d. Etanol : air (8:12) = ºC
4. Volume* dan rendemen a. Aseton : air (12:8) à ……… mL
destilat Rendemen = %
b. Aseton : air (8:12) à ……… mL
Rendemen = Vdestilat : Vawal zat
Rendemen = %
yang menjadi destilat x 100%
c. Etanol : air (12:8) à ……… mL
(nilai = 8) Rendemen = %
d. Etanol : air (8:12) à ……… mL
Rendemen = %

5. Indeks bias* destilat a. Aseton : air (12:8) à


b. Aseton : air (8:12) à
(nilai = 4)
c. Etanol : air (12:8) à
d. Etanol : air (8:12) à
*) data diberikan oleh asisten

Sebutkan satu faktor yang mempengaruhi nilai indeks bias suatu zat campuran! Apakah indeks bias
suatu zat juga dipengaruhi oleh kemurniannya? Jelaskan! (nilai 12)

NILAI

55
Jelaskan dua faktor yang mempengaruhi titik didih destilat dari suatu larutan biner! Apakah untuk
campuran yang sama namun berbeda rasio volume akan memberikan titik didih destilat yang sama,
atau berbeda? (nilai 20)

NILAI

Apakah rendemen yang diperoleh dipengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh komposisi zat penyusun
larutan biner dan rasio volume? Jelaskan! (nilai 15)

NILAI

Bagaimana cara mengetahui bahwa destilasi sudah selesai atau destilat yang diperoleh sudah
optimal? (nilai 15)

NILAI

Selain dengan mengamati indeks bias, sebutkan metode lain untuk mengidentifikasi zat / bahan
kimia yang diperoleh sebagai destilat, jelaskan! (nilai 12)

NILAI

56
Pertemuan 10
Analisa Kolorimetri

10.1. Tujuan
Mempelajari teknik analisa kolorimetri untuk penentuan kadar tembaga(II) sulfat dalam
larutan sampel.

10.2. Dasar Teori


Metode analisis kimia yang didasarkan pada pengukuran absorpsi (penyerapan)
radiasi gelombang elektromagnetik disebut absorpsimetri. Istilah kolorimetri digunakan
untuk metoda analisis dimana absorpsi terjadi pada bagian sinar tampak (visibel) dari
spektrum gelombang elektromagnetik, yakni pada panjang gelombang 400-700 nm. Bila
absorpsi radiasi pada panjang gelombang tertentu terukur, metode ini disebut
spektrofotometri.
Konsentrasi dari bahan berwarna dalam suatu larutan dapat ditentukan secara
langsung dengan analisis kolorimetri dan spektrofotometri. Bila bahan yang ditentukan tidak
berwarna, zat tersebut harus diubah dahulu menjadi senyawa berwarna dengan pereaksi
kimia yang sesuai.
Analisis kolorimetri merupakan metode analisis yang sederhana, cepat dan
mempunyai ketepatan 1-2%. Metode ini dapat digunakan untuk memberikan ilustrasi
mengenai prinsip-prinsip kinetika kimia, kesetimbangan kimia, maupun stoikiometri reaksi.
Kolorimetri juga dikembangkan penggunaannya dalam industri kimia, kimia klinik, dan kimia
lingkungan untuk analisis dan monitoring.
Bila radiasi elektromagnetik mengenai suatu bahan, maka radiasi tersebut
kemungkinan akan: a. diserap (absorbed), b. diteruskan (transmitted), c. dihamburkan
(scattered), atau d. dipantulkan (reflected). Pernyataan ini dapat dituliskan dalam
persamaan:
Io = Ia + It + Is + Ir
dengan Io, Ia, It, Is, dan Ir berturut-turut adalah intensitas sinar datang, sinar yang diserap,
sinar yang diteruskan, sinar yang dihamburkan, dan sinar yang dipantulkan. Walaupun
semua pengaruh tersebut pada umumnya ada, namun efek penghamburan dan pemantulan
dapat diminimalkan, sehingga pengamatan dapat dibatasi pada sinar yang diserap dan
diteruskan saja.
Rumus yang digunakan dalam analisis kolorimetri adalah berdasarkan hukum
Lambert-Beer:
log (Io/It) = −log T = A = e.ℓ.C
dengan It adalah intensitas sinar yang diteruskan, Io adalah intensitas sinar datang, T adalah
Transmitasi, A adalah absorbansi, e adalah absorpsivitas molar / koefisien ekstingsi molar,
ℓ = tebal media atau sel, dan C = konsentrasi larutan. Nilai koefisien ekstingsi molar
bergantung pada sifat absorpsi molar spesies dan panjang gelombang yang digunakan.
Adapun penyimpangan hukum Lambert-Beer dapat ditimbulkan oleh: a) sifat fisika maupun

57
kimia bahan, b) variasi indeks refraksi dengan konsentrasi, dan c) batas lebar pita sinar
datang.
Kolorimeter terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: a) sumber radiasi, b) sel (tabung)
tempat larutan, dan c) detektor. Skema sederhana prinsip kerja alat kolorimeter disajikan di
Gambar 25. Sebagai sumber sinar datang dapat digunakan dioda pemancar cahaya (LED).
Sinar yang dihasilkan oleh LED dinyatakan sebagai cukup monokromatis. Sedangkan
resistor yang nilainya bergantung pada cahaya (LDR) dapat digunakan sebagai cahaya.
Dioda pemancar cahaya adalah suatu dioda yang memancarkan radiasi elektromagnetik
dan merupakan suatu alat yang padat. Alat ini memungkinkan arus cahaya mengalir satu
arah dan bukannya dari arah yang lain. LED menggunakan bahan semitrasparan yang
dapat menyebabkan cahaya keluar. Dengan menggunakan unsur seperti gallium, arsenik,
dan fosfor. Kesenjangan energi dapat dikendalikan untuk menghasilkan radiasi dalam
daerah cahaya warna merah, kuning dan hijau dari bagian visible spektrum elektromagnetik.

Gambar 25. Skema sederhana prinsip kerja alat kolorimeter.

Puncak panjang gelombang dari berbagai warna adalah sebagai berikut: merah (LED)
635 nm, kuning (LED) 585 nm, dan hijau (LED) 565 nm. Suatu LDR disebut juga photo-
resistor. Resistensi dari LDR tergantung pada intensitas dan panjang gelombang sinar yang
jatuh padanya. Photo-resistor terbuat dari bahan seperti CdS, CdSe, dan Bi2Se3.

10.3. Alat dan Bahan


Alat: satu set alat kolorimeter (1), pipet ukur 5 mL (2), bola hisap (1), pipet tetes (2), labu
ukur (2), gelas kimia 50 mL (2).
Bahan: larutan tembaga(II) sulfat (CuSO4) 0,1M, larutan sampel CuSO4 yang belum
diketahui konsentrasinya, akuades (H2O).

10.4. Prosedur Kerja


§ Siapkan larutan CuSO4 0,1 M sebanyak 100 mL.
§ Encerkan larutan CuSO4 0,1 M tersebut menjadi CuSO4 0,09 M; 0,08 M; 0,07 M; 0,06
M; 0,05 M; 0,04 M; 0,03 M di dalam labu ukur 10 mL dan tempatkan masing-masing
larutan tersebut di wadah yang berbeda.
§ Ukur resistansi setiap larutan CuSO4 (0,09 – 0,03 M) dengan alat kolorimeter (pada
cahaya warna merah) dengan meletakkan setiap larutan di dalam tabung kuvet yang
tersedia secara bergantian, pastikan letakkan tutup di atas tabung sampel sebelum
dilakukan pembacaan.

58
§ Rekap hasil pengukuran sesuai tabel berikut dan buatlah kurba kalibrasi dengan
menggambar log dari resistensi terhadap konsentrasi larutan baku CuSO4.
Konsentrasi (mol/L) Resistensi Log resistensi
0,09
0,08
0,07
0,06
0,05
0,04
0,03
§ Siapkan dua seri larutan sampel CuSO4 yang belum diketahui konsentrasinya,
masing-masing larutan diukur resistensinya dengan kolorimeter pada cahaya warna
merah dan nilai resistensi yang digunakan adalah nilai rata-rata.
§ Gunakan kurva kalibrasi untuk menentukan konsentrasi larutan CuSO4 yang belum
diketahui konsentrasinya tersebut.

10.5 Latihan Soal/Pretes


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan analisa kolorimetri dan spektrofotometri!
2. Sebutkan masing-masing dua kelebihan dan kelemahan kolorimetri!
3. Jelaskan satu syarat utama suatu larutan dapat diukur konsentrasi dengan
kolorimeter! Apabila syarat tersebut tidak terpenuhi, berikan satu solusinya supaya
larutan tersebut tetap bisa ditentukan konsentrasi dengan kolorimetri!
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hukum Lamber-Beer!
5. Jelaskan tiga penyimpangan hukum Lambert-Beer!
6. Gambarkan skema sederhana dari prinsip kerja kolorimetri!
7. Bagaimanakah pengaruh pemilihan panjang gelombang (warna LED) pada alat
kolorimeter terhadap hasil pengukuran yang diperoleh?
8. Hitunglah berapa mL larutan CuSO4 0,1M yang diambil untuk diencerkan ke dalam
labu ukur 10 mL sehingga diperoleh larutan CuSO4 0,05M!

59
LEMBAR LAPORAN PERTEMUAN 10
Topik : Analisa Kolorimetri NILAI LAPORAN
Nama : ………………………………………………
NIM : ………………………………………………
Jurusan / Kelas : ………………………………………………
Kelompok : ……………………………………………… (nama asisten)

No Perlakuan Pengamatan

1. Preparasi seri larutan CuSO4 0,09 M à mL 0,05 M à mL


(0,09 – 0,03M).
0,08 M à mL 0,04 M à mL
Volume yang diambil dari
0,07 M à mL 0,03 M à mL
CuSO4 0,1M adalah:
0,06 M à mL
(nilai =14)

2. Nilai resistensi* dan log 0,09 M à resistensi = ; log resistensi =


resistensi setiap larutan
0,08 M à resistensi = ; log resistensi =
(nilai = 14)
0,07 M à resistensi = ; log resistensi =
0,06 M à resistensi = ; log resistensi =
* data diberikan oleh asisten
0,05 M à resistensi = ; log resistensi =
0,04 M à resistensi = ; log resistensi =
0,03 M à resistensi = ; log resistensi =

3. Persamaan kurva kalibrasi Sumbu x adalah [CuSO4], sumbu y adalah log resistensi.
(nilai 16) Persamaan à

4. Pengukuran larutan sampel Sampel à resistensi* = ; log resistensi =


(nilai = 6) Konsentrasi sampel = M.
* data diberikan oleh asisten

Apakah dalam pembuatan kurva kalibrasi harus pada kisaran 0,09 – 0,03 M ataukah bisa pada
kisaran lainnya? Jelaskan! (nilai 15)

NILAI

60
Apakah kurva standar yang diperoleh dapat digunakan untuk sampel lainnya misalkan sampel
larutan tembaga(II) klorida atau sampel nikel(II) sulfat? (nilai 15)

NILAI

Apa yang harus dilakukan apabila resistensi sampel berada pada konsentrasi di luar konsentrasi
kurva standar yang dibuat? (nilai 10)

NILAI

Berapakah konsentrasi sampel yang diperoleh di percobaan ini bila diubah dalam satuan ppm
(disertai perhitungannya)! (nilai 10)

NILAI

Secara umum, apakah analisa kolorimetri dapat digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa sampel
yang digunakan adalah tidak murni, misalkan larutan mengandung CuSO4 dan CuCl2? Jelaskan!
(nilai 10)

NILAI

61
PUSTAKA YANG DISARANKAN UNTUK DIGUNAKAN
(urutan tahun)

Prananto, Y.P. 2019. Modul Penunjang Praktikum Kimia Dasar, Laboratorium Kimia
Dasar, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Brawijaya, Malang.
National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine. 2016. Chemical Laboratory
Safety and Security: A Guide to Developing Standard Operating Procedures.
Committee on Chemical Management Toolkit Expansion: Standard Operating
Procedures. Washington, DC: The National Academies Press.
Brown T.E., et al. 2014. Laboratory Experiments for Chemistry: The Central Science.
London, UK: Pearson Education Limited.
Housecroft, C.E. & Constable, E.C. 2010. Chemistry: An Introduction to Organic,
Inorganic, and Physical Chemistry, 4th ed. New Jersey: Prentice-Hall.
Lide, D.R., (ed.). 2010. CRC Handbook of Chemistry and Physics, 90th ed. (CD-ROM
Version 2010). Boca Raton: CRC Press/Taylor and Francis.
Petrucci, R.H., Harwood, W.S., Herring, G.E. & Madura, J. 2007. General Chemistry:
Principles and Modern Application. New Jersey: Prentice Hall.
Chang, R. 2006. Chemistry, 9th ed., New York: McGraw-Hill inc.
Carson, P. & Mumford, C. 2002. Hazardous Chemicals Handbook, 2nd ed. Oxford:
Butterworth-Heinemann.
Oxtoby, D.W., Gillis, H.P. & Nachtrieb, N.H. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern, Ed. 4
(Penterjemah: Suminar Setiati Achmad), Jakarta: Erlangga.

62

Anda mungkin juga menyukai