TEKNOLOGI KOMUNIKASI
Pemateri : Dr. Muhammad Faisal Hamdani, M.Ag
PEMBAHASAN
Untuk memperjelas, akan disebutkan dulu beberapa pengertian dasar. Ilmu pengetahuan (sains)
adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses yang disebut metode ilmiah
(scientific method) .Sedang teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan
ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala
langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek
Peran Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar
pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolak ukur
dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang
telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah
diharamkan syariah Islam.
Iptek merupakan dasar dan pondasi yang menjadi penyangga bangunan peradaban moderen
barat sekarang ini. Masa depan suatu bangsa akan banyak ditentukan oleh tingkat penguasaan bangsa itu
terhadap Iptek. Suatu masyarakat atau bangsa tidak akan memiliki keunggulan dan kemampuan daya
saing yang tinggi, bila ia tidak mengambil dan mengembangkan Iptek. Bisa dimengerti bila setiap bangsa
di muka bumi sekarang ini, berlomba-lomba serta bersaing secara ketat dalam penguasaan dan
pengembangan iptek, dan Diakui bahwa iptek disatu sisi, telah memberikan “berkah” dan anugrah yang
luar biasa bagi kehidupan umat manusia. Namun di sisi lain, Iptek telah mendatangkan “petaka” yang
pada gilirannya mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Kemajuan dalam bidang iptek telah menimbulkan
perubahan sangat cepat dalam kehidupan ummat manusia.
Perubahan ini, selain sangat cepat memiliki daya jangkau yang amat luas. Hampir tidak ada segi-
segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh perubahan. Perubahan ini pada kenyataannya telah
menimbulkan pergeseran nilai nilai dalam kehidupan umat manusia, termasuk di dalamnya nilai-nilai
agama, moral, dan kemanusiaan.
Di Eropa, sejak abad pertengahan, timbul konflik antara ilmu pengetahuan (sains) dan agama
(gereja). Dalam konflik ini sains keluar sebagai pemenang, dan sejak itu sains melepaskan diri dari kontrol
dan pengaruh agama, serta membangun wilayahnya sendiri secara otonom dalam perkembangannya
lebih lanjut, setelah terjadi revolusi industri di Barat, terutama sepanjang abad XVIII dan XIX, sains bahkan
menjadi “agama baru” atau “agama palsu”(Pseudo Religion). Dalam kajian teologi modern di Barat, timbul
mazhab baru yang dinamakan “saintisme” dalam arti bahwa sains telah menjadi isme ideologi bahkan
agama baru. Namun sejak pertengahan abad XX, terutama seteleh terjadi penyalahgunaan iptek dalam
perang dunia I dan perang dunia II, banyak pihak mulai menyerukan perlunya integrasi ilmu dan agama,
iptek dan imtak. Pembicaraan tentang iptek mulai dikaitkan dengan moral dan agama hingga sekarang
(ingat kasus kloning misalnya). Dalam kaitan ini, keterkaitan iptek dengan moral (agama) di harapkan
bukan hanya pada aspek penggunaannya saja (aksiologi), tapi juga pada pilihan objek (ontologi) dan
metodologi (epistemologi)-nya sekaligus.
Di negara ini, gagasan tentang perlunya integrasi pendidikan imtak dan iptek ini sudah lama
digulirkan. Profesor B.J. Habibie, adalah orang pertama yang menggagas integrasi imtak dan iptek ini. Hal
ini, selain karena adanya problem dikotomi antara apa yang dinamakan ilmu-ilmu umum (sains) dan ilmu-
ilmu agama (Islam), juga disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa pengembangan iptek dalam sistem
pendidikan kita tampaknya berjalan sendiri, tanpa dukungan asas iman dan takwa yang kuat, sehingga
pengembangan dan kemajuan iptek tidak memiliki nilai tambah dan tidak memberikan manfaat yang
cukup berarti bagi kemajuan dan kemaslahatan umat dan bangsa dalam arti yang seluas-
luasnya.Kekawatiran ini, cukup beralasan, karena sejauh ini sistem pendidikan kita tidak cukup mampu
menghasilkan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt sebagaimana diharapkan.
Berbagai tindak kejahatan sering terjadi dan banyak dilakukan, justru oleh orang-orang yang secara
akademik sangat terpelajar, bahkan mumpuni. Ini berarti, aspek pendidikan turut menyumbang dan
memberikan saham bagi kebangkrutan bangsa yang kita rasakan sekarang. Kenyataan ini menjadi salah
satu catatan mengenai raport merah pendidikan nasional kita. Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan
imtak dan iptek ini diperlukan karena empat alasan.
Pertama, sebagaimana telah dikemukakan, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang
sangat besar bagi kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan takwa kepada
Allah swt. Sebaliknya, tanpa asas imtak, iptek bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat
destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya absah secara
metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi.
Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan pola dan
gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat berlawanan dengan
nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa kita.
Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan sepotong roti (kebutuhan jasmani),
tetapi juga membutuhkan imtak dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh karena itu, penekanan
pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan berat sebelah, dan
menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir
dan bathin, dunia dan akhirat.
Keempat, imtak menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar manusia
menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtak, segala atribut duniawi, seperti harta, pangkat, iptek,
dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam
semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Tuhan, hanya akan mengahsilkan fatamorgana yang tidak
menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu (Q.S. An-Nur:39). Maka integrasi imtak dan iptek harus
diupayakan dalam format yang tepat sehingga keduanya berjalan seimbang (hand in hand) dan dapat
mengantar kita meraih kebaikan dunia (hasanah fi al-Dunya) dan kebaikan akhirat (hasanah fi al-akhirah)
seperti do’a yang setiap saat kita panjatkan kepada Tuhan (Q.S. Al-Baqarah :201)
3. Pengaruh Iptek
Perkembangan dunia iptek yang demikian pesatnya telah membawa manfaat luar biasa bagi
kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik
cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Sistem kerja robotis
telah mengalih fungsikan tenaga otot manusia dengan pembesaran dan percepatan yang menakjubkan.
Begitupun dengan telah ditemukannya formulasi-formulasi baru aneka kapasitas komputer, seolah sudah
mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia.
Ringkas kata, kemajuan iptek yang telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan
memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia.
Bagi masyarakat sekarang, iptek sudah merupakan suatu religion. Pengembangan iptek dianggap
sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara orang bahkan memuja iptek sebagai liberator yang
akan membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan dunia. Iptek diyakini akan memberi umat manusia
kesehatan, kebahagiaan dan imortalitas. Sumbangan iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan
manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri akan kenyataan bahwa
iptek mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia.
Dalam peradaban modern yang muda, terlalu sering manusia terhenyak oleh disilusi dari dampak
negatif iptek terhadap kehidupan umat manusia. Kalaupun iptek mampu mengungkap semua tabir rahasia
alam dan kehidupan, tidak berarti iptek sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek hanya mampu
menampilkan kenyataan. Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan obyektif.
Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan. Tentu saja iptek tidak mengenal moral kemanusiaan,
oleh karena itu iptek tidak pernah bisa mejadi standar kebenaran ataupun solusi dari masalah-masalah
kemanusiaan
Sikap kita sebagai muslim dalam menanggapi IPTEK, tentunya kita harus menanggapi dengan
bijak. cara menaggapi IPTEK diantaranya :
Resesif, kita harus menerimanya dengan bijak. jangan sampai kita menolaknya terhadapperkembangan
IPTEK. Kemajuan IPTEK itu tidak bisa kita tolak.
Selektif, setelah menerima kita harus memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang tidak. Dengan
dasar Al-Quran, hadits dan sunnah tentu kita bisa melakukan hal ini.
Digesif,IPTEK itu perlu kita arahkan, tentunya untuk amal ma,ruf nahi munkar.
Adaftif, perlu juga kita sesuaikan dengan dengan jati diri kita sebagai muslim yang pasti sesuai dengan
dasar islam.
Transmitif, kembangkanlah IPTEK untuk menyiarkan agama islam. Sebagai contoh dengan adanya
alquran seluler, quran digital dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
http://akharil.blogspot.com/2010/03/iptek-menurut-pandangan-islam.html
http://nurul-muhajirin.web.id/berita-116-pandangan-islam-terhadap-iptek.html
http://www.scribd.com/doc/25468096/Pengaruh-Iptek
http://filsafat.kompasiana.com/2011/10/18/sikap-muslim-terhadap-iptek/