Anda di halaman 1dari 22

KONSEP IPTEK, POLITIK, SOSIAL BUDAYA, EKONOMI,

LINGKUNGAN HIDUP DAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF


AGAMA

Arisa Widyaningrum (S22181), Asyifa Rizki Kurniabila (S22186), Esterlin


Fruaro (S22194), Iqbal Abi Hidayatullah (S22200), Josephine Nada Sastrynova
Sukamto (S22202), Muhammad Bagas Dwi Prasetyo (S22210), Surniati
(S22228), Uut Wahyuningsih (S22232), Yosepina Dumupa (S22234).

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

ABSTRACT

In this day and age, progress is unstoppable. The world is getting more
advanced and more modern. With these advances, science and technology are
increasingly advanced and developed even more modern. In Islam, science and
technology is a must and must be in accordance with Islamic views. Science and
technology without an Islamic view, there will be chaos both physically and
non-physically.
Younger generation holds a very important role in the development of science.

Indeed, the fast-growing science has positive and negative effects on them.

And, many young people lean on the mainstream view, embracing a hedonistic,

pragmatic, and consumptive lifestyle. On the other hand, as a reaction, not few

of them have involved in a new spiritual movement that tries to demonstrate

that human existence is more than the fulfillment of physical needs, and that

religion has important contribution in meeting “spiritual needs”. The question

here is what are the roles of religion and science in transforming youth morality
as integrated person, especially when some believe that religion is incompatible

with science, and some other even blame the fast-growing science as the main

cause of moral crisis among the youth.


ABSTRAK

Di zaman sekarang ini, kemajuan tidak bisa dibendung lagi. Dunia semakin
maju dan semakin modern. Dengan kemajuan tersebut, ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin maju dan berkembang bahkan semakin modern. Dalam
islam, ilmu pengetahuan dan teknologi adalah suatu keharusan dan harus sesuai
dengan pandangan islam. Ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa pandangan
islam, maka akan terjadi kekacauan baik secara fisik maupun secara nonfisik

Generasi muda memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan


ilmu pengetahuan. Memang, ilmu yang berkembang pesat memiliki efek positif
dan negatif pada mereka. Dan, banyak anak muda yang bersandar pada
pandangan mainstream, menganut paham hedonistik, pragmatis, dan gaya hidup
konsumtif. Di sisi lain, sebagai reaksi, tidak sedikit dari mereka telah terlibat
dalam gerakan spiritual baru yang mencoba untuk menunjukkan bahwa
keberadaan manusia lebih dari sekedar pemenuhan kebutuhan fisik, dan bahwa
agama memiliki kontribusi penting dalam memenuhi “kebutuhan spiritual”.
Pertanyaan inilah peran agama dan ilmu pengetahuan dalam
mentransformasikan moralitas pemuda sebagai orang yang terintegrasi,
terutama ketika beberapa orang percaya bahwa agama tidak sesuai
dengan sains, bahkan ada yang menyalahkan sains yang berkembang pesat
sebagai yang utama penyebab krisis moral di kalangan pemuda.
Kata Kunci : Konsep Iptek, Politik, Sosial Budaya, Ekonomi, Lingkungan
Hidup Dan Pendidikan DALAM PERSPEKTIF AGAMA

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK), Politik,


Sosial Budaya, Ekonomi, Lingkungan Hidup, dan Pendidikan yang
sedemikian pesat berdampak pada pengembangan sistem produksi,
transportasi dan komunikasi. Nyaris tidak ada bidang kehidupan yang
tidak dipengaruhi oleh kemajuan-kemajuan ini. Secara kasat mata,
perkembangan IPTEK dan social budaya dengan segala produk yang
dihasilkan memberi pengaruh terhadap gaya hidup. Perubahan gaya hidup
itu secara mencolok tampak di kalangan kaum muda.
Perkembangan IPTEK dan perubahan gaya hidup di kalangan kaum muda
berpengaruh terhadap cara pandang dan sikap kaum muda terhadap
agama.

Pertanyaan mengenai peran dan fungsi agama mulai menguat


karena tidak jarang agama menjadi sangat gagap mengantisipasi
kemajuan IPTEK. Kemajuan IPTEK dapat menyebabkan manusia
modern bersikap sedemikian optimis dan yakin dapat menerangkan
segala fenomena alam secara rinci, ilmiah dan rasional. Fakta telah
membuktikan bahwa teknologi yang merupakan implikasi dan aplikasi
dari ilmu pengetahuan, telah memberi sumbangan dan kemudahan yang
jelas bagi kemajuan dan kesejahteraan hidup manusia modern. Kalau
IPTEK bisa menjelaskan berbagai peristiwa kehidupan secara
meyakinkan, apakah agama masih diperlukan? Perkembangan IPTEK
merupakan penghadiran paling jelas akan kehendak dan kekuatan
manusia sebagai tuan atas alam semesta dan hidupnya. 1 Keberhasilan
IPTEK dalam memecahkan berbagai persoalan hidup menyadarkan
manusia akan otonomi dan daya kemampuannya sendiri. Banyak orang
modern merasa tidak memerlukan campur tangan yang ilahi untuk
memecahkan persoalan hidup di dunia ini. Bahkan, tidak sedikit orang
yang secara terus terang menyangkal yang ilahi karena menganggap
bahwa yang ilahi itu hanyalah khayalan manusia. Hal ini juga terjadi
dalam dunia akademis. Tidak sedikit mahasiswa yang meragukan peran
agama atau bahkan secara terang-terangan menyatakan bahwa iman dan
agama tidak lagi diperlukan. Manusia yang secara diam-diam atau terang-
terangan meninggalkan Allah telah merasuk suatu agama baru, yaitu
keyakinan terhadap teknologi mutakhir yang menjamin adanya masa
depan yang lebih cerah. Bahkan di negera-negara maju seperti Eropa,
agama tidak lagi diminati oleh mayoritas warga negara.2 Bagi orang
beriman, fenomena ini tentu menggelisahkan dan menjadi tantangan
untuk mempertanggungjawabkan iman mereka.
Perkembangan IPTEK adalah kenyataan yang bersifat ambivalen. Di satu
pihak, IPTEK membantu manusia untuk mengembangkan kehidupan
individu- individu dan bersama: tansportasi, komunikasi-multimedia,
peningkatan sarana dan mutu pendidikan, dan lain-lain. Di lain pihak, tak
dapat dipungkiri bahwa IPTEK juga berpotensi besar terhadap
penghancuran hidup dan alam semesta. Keganasan senjata nuklir dan
bom adalah bagian kecil dari akibat negatif dari perkembangan IPTEK
yang secara kasat mata bisa kita lihat. Selain itu, polusi udara
dan air serta kerusakan/kehancuran alam semesta (hutan) yang dari tahun
ke tahun sungguh semakin mengerikan adalah akibat negatif dari
perkembangan teknologi dan industrialisasi serta ambisi manusia untuk
menguasai (mengeksploitasi) alam semesta.
METODE DAN BAHAN

a. Penelitian Kepustakaan
Penelitian Kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan dan
mempelajari literatur yang berkaitan dengan metode TOPSIS dan Borda
untuk pemecahan masalah yang diterapkan dalam model decision GDSS.
Sumber literatur berupa buku teks, paper, journal, karya ilmiah,dan situs-
situs penunjang. Kegunaan metode ini diharapkan dapat mempertegas
teori serta keperluan analisis dan mendapatkan data yang sesungguhnya.
b. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengumpulkan data dengan melakukan
pengamatan secara langung dan sistematis terhadap objek atau proses
yang terjadi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsep Iptek Dalam Perspektif Agama

Dalam perspektif agama islam

Iptek merupakan dasar dan pondasi yang menjadi penyangga bangunan


peradaban moderen barat sekarang ini. Suatu masyarakat atau bangsa tidak akan
memiliki keunggulan dan kemampuan daya saing yang tinggi, bila ia tidak
mengambil dan mengembangkan Iptek. Diakui bahwa iptek disatu sisi, telah
memberikan “berkah” dan anugrah yang luar biasa bagi kehidupan umat
manusia. Namun di sisi lain, Iptek telah mendatangkan “petaka” yang pada
gilirannya mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Kemajuan dalam bidang iptek
telah menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan umat manusia.

Dalam perspektif agama Kristen.

Hubungan yang terkait antara iman orang Kristen terhadap perkembangan


teknologi dapat dilihat bahwa agama Kristen dengan perkembangan teknologi
sekarang dapat saling menopang atau mendukung dimana agama dapat
merasakan bahwa teknologi mempermudah orang Kristen dalam mencari
informasi-informasi yang terkait dengan agama yang membuat umat orang
Kristen semakin tau mengenai agama Kristen itu sendiri tetapi dibalik itu juga
teknologi dan agama Kristen bisa berlawanan dimana teknologi melawan
ajaran-ajaran fundamental dalam agama Kristen yang bisa mengakibatkan
goyahnya iman percaya Kristen. menurut pendapat Stendzer “ Teknologi
Agama”.Stendzer mengatakan bahwa ini merupakan sebuah tantangan tetapi
juga peluang yang sangat besar, di mana setiap jemaat dan para pelayan digereja
perlu memanfaatkan teknologi untuk membantu dan meningkatkan misi gereja.

Paus Paulus VI menegaskan bahwa media modern akan menawarkan


cara-cara baru untuk menghadapkan manusia dengan pesan-pesan injil. Disini
Gereja akan merasa bersalah dihadapan Kristus jika gagal dalam menggunakan
media untuk tujuan evangelisasi. Teknologi sekarang maka gereja tidak dapat
menutup diri terhadap perkembangan teknologi yang ada karena dengan adanya
teknologi maka gereja akan mendapat atau merasakan dampaknya dan hasil
yang baik bagi gereja, dalam memanfaatkan perkembangan teknologi
multimedia kita juga perlu memikirkan peluang apa yang didapat dari teknologi
tersebut.

Dampak positif dan dampak negative dari perkembangan iptek:

Dampak positif dari iptek yaitu :

a. Kita akan lebih cepat mendapatkan informasi-informasi yang akurat dan


terbaru di bumi bagian manapun melalui internet.
b. Kita dapat berkomunikasi dengan teman, maupun keluarga yang sangat
jauh hanya dengan melalui handphone.
c. Kita mendapatkan layanan bank yang dengan sangat mudah. Dan lain-
lain.
Disamping keuntungan-keuntungan yang kita peroleh ternyata kemajuan
kemajuan teknologi tersebut dimanfaatkan juga untuk hal- hal yang negatif,
antara lain:

a. Pemanfaatan jasa komunikasi oleh jaringan teroris (Kompas).


b. Penggunaan informasi tertentu dan situs tertentu yang terdapat di internet
yang bisa disalah gunakan fihak tertentu untuk tujuan tertentu.
c. Kerahasiaan alat tes semakin terancam Melalui internet kita dapat
memperoleh informasi tentang tes psikologi, dan bahkan dapat
memperoleh layanan tes psikologi secara langsung dari internet.

Konsep politik dalam perspektif agama

Dalam perspektif agama islam

Politik adalah suatu proses pembentukan dan pembagian kekuasaan


dalam masyarakat, yang dapat berwujud berupa proses pembuatan keputusan
khususnya dalam bernegara. Selain itu, politik dapat diartikan sebagai seni
untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun non konstitusional.
Dalam kontek berpolitik, terdapat beberapa kunci seperti konsep polyik,
legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses bahkan
partai politik. Begitupula dengan islam, definisi politik dalam islam tidak jauh
berbeda dengan definisi politik secara umumnya, namun dengan
menitikberatkan pada sumbernya yaitu Al-Qur'an dan hadits sebagai sumber
utama.

Selain itu, adanya hukum-hukum atau yang disebut dengan syariat dan
pentingnya kepala negara berkonsultasi dengan dewan syura mengenai
permasalaha syariat dan adanya kewajiban menggulingkan kepala negara yang
tidak berbuat adil.
Sehingga politik dalam islam sangat dianjurkan bahkan diwajibkan untuk
sesuai dengan syariat islam dan bertujuan untuk memperbaiki ahlaq manusia
dengan cara memperkenalkan agama dalam politik, atau lebih tepatnya bukan
berdasarkan pada konsep sekulerisasi seperti konsep yang ditawarkan Barat.
Karena sifat manusia tanpa adanya agama seperti mufsidun fil-ard wa yusfiqu
dima' (Perusak di dunia dan penumpah darah).

Dalam perspektif agama Kristen

Pandangan gereja yang menganggap bahwa politik itu kotor dan jahat,
politik itu menghalalkan segala cara, politik tidak rohani, politik itu kawan
dapat mengubah lawan menjadi kawan karena sama kepentingan politiknya,
sebaliknya bisa kawan menjadi musuh jika berbeda kepentingan politiknya.
Dalam konteks pandangan politik menurut kitab Injil dan kitab Roma
dimana Paulus menempatkan posisi gereja terhubung dengan pemerintah atau
negara.
Karen L.B. menyatakan ada tiga cara hubungan antara gereja dan
pemerintah yang membawa kepada langkah yang salah. Pertama, Gereja dan
pemerintah adalah dua hal yang terpisah yang seharusnya tidak saling
mempengaruhi satu sama lain. Tipe ini menggambarkan suatu pemisahan yang
pasti antara keduanya: gereja berhubungan dengan sesuatu yang hal-hal bersifat
“rohani” dan pemerintah dengan hal-hal yang bersifat material. Ini barangkali
disampaikan oleh seorang pietis yang melihat dunia sebagai yang jahat dan
untuk dihindari sebisa mungkin. Atau barangkali dikembangkan oleh gagasan
bahwa iman adalah sematamata hubungan khusus “antara Allah dan saya” dan
tidak ada hubungannya dengan pemerintah. Tipe ini umumnya digambarkan
dengan frase, “Agama dan politik tidak bercampur”. Kedua, Pemerintah
mengendalikan gereja. Melalui paksaan, praktek tradisional atau kerelaan
bekerjasama, gereja menjadi tunduk kepada pemerintah atau barangkali bahkan
bawahan dari pemerintah. Tahta dan altar kelihatanya satu; Presiden dan
Pimpinan Tertinggi Gereja berjalan bergandengan tangan, dan hadir untuk
menghormati satu sama lain dalam kegiatan-kegiatan khusus. Dalam tipe ini,
gereja memberikan dukungan tanpa syarat kepada pemerintah, apa yang
pemerintah lakukan, gereja gemakan dan berkati. Gereja mungkin memperoleh
kuasa dan perlakuan khhusus tetapi kehilangan jarak kritis dari pemerintah.
Gereja menjadi corong (mouthpiece) atau binatang piaraan (lapdog) pemerintah
dan kebijakannya. Ketiga, Gereja mengendalikan pemerintah. Agama
menggunakan kekuasaannya untuk memperlakukan pemerintah sebagai
bawahannya bagi dirinya dan kepentingannya. Dalam tipe ini, “otoritas rohani
(spiritual authority)” pemerintah yang superior memberinya hak untuk
memimpin dan memerintah “otoritas sementara (temporal authority)” yang
lebih kecil.

Konsep social budaya dalam perspektif agama

Dalam perspektif agama islam

Islam sebagai agama wad’un ilāhiyyun, senantiasa sejalan dengan budaya


masyarakat selama budaya tersebut tidak bertentangan dengan doktrin Islam,
karena doktrin tersebut memasuki masyarakat dan mewujudkan diri dalam
konteks sosial budaya (Islamicate) pada masing-masing wilayah atau kawasan.
Hasil budaya tersebut menjadi kekayaan umat Islam dan menjadi peradaban
yang spesifik. Agama merupakan sebuah sistem nilai yang memuat sejumlah
konsepsi mengenai konstruksi realitas, yang berperan besar dalam menjelaskan
struktur tata normatif dan tata sosial serta memahamkan dan menafsirkan dunia
sekitar.

Sementara kebudayaan merupakan ekspresi cipta, karya, dan karsa


manusia yang berisi nilai-nilai dan pesan-pesan religiusitas, wawasan filosofis
dan kearifan lokal (local wisdom). Agama maupun kebudayaan, keduanya
memberikan wawasan dan cara pandang dalam menyikapi kehidupan sesuai
kehendak Tuhan dan kemanusiaannya.

Agama melambangkan nilai ketaatan kepada tuhan, sedangkan


kebudayaan mengandung nilai dan simbol supaya manusia bisa dinamis dalam
kehidupannya. Keberadaan sistem agama yang melingkupi masyarakat,
mengandung makna kolektifitas yang saling memberi pengaruh terhadap
tatanan sosial keberagamaan secara totalitas, namun tidak dapat dipandang
sebagai sistem yang berlaku secara abadi di masyarakat.

Namun, terkadang dialektika antara agama dan budaya berubah menjadi


ketegangan karena budaya sering dianggap tidak sejalan dengan agama sebagai
ajaran ilahiyat yang bersifat absolut. Islam secara teologis, merupakan sistem
nilai dan ajaran yang bersifat ilahiyah dan transenden. Sedangkan dari aspek
sosiologis, Islam merupakan fenomena peradaban, kultural dan realitas sosial
dalam kehidupan manusia. Dialektika Islam dengan realitas kehidupan sejatinya
merupakan realitas yang terus menerus menyertai agama sepanjang sejarahnya.

Keanekaragaman budaya lokal merupakan potensi sosial yang dapat


membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah,
serta merupakan bagian penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya
suatu daerah.

Keanekaragaman merupakan kekayaan intelektual dan kultural sebagai


bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan. Seiring dengan peningkatan
teknologi dan transformasi budaya ke arah kehidupan modern serta pengaruh
globalisasi, warisan budaya dan nilai-nilai tradisional masyarakat adat tersebut
menghadapi tantangan terhadap eksistensinya.
Budaya lokal ini muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola
pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga menjadi suatu kebiasaan yang
membedakan mereka dengan penduduk yang lain. Berpijak pada keragaman
budaya di sejumlah daerah tersebut maka munculah kesatuan budaya yang
disebut budaya nasional, yang pada dasarnya digali dari kekayaan budaya lokal.
Budaya lokal merupakan nilai-nilai lokal hasil budi daya masyarakat suatu
daerah yang terbantuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari
waktu ke waktu.

Budaya lokal tersebut bisa berupa hasil seni, tradisi, pola pikir, atau
hukum adat. Karena itu, pada dasarnya setiap komunitas masyarakat memiliki
budaya lokal (local wisdom), ini terdapat dalam masyarakat tradisional
sekalipun terdapat suatu proses untuk menjadi pintar dan berpengetahuan (being
smart and knowledgeable). Budaya lokal berisi berbagai macam kearifan lokal
(pengetahuan lokal) yang digunakan oleh kelompok manusia menyelenggarakan
penghidupannya.

Dalam perspektif agama Kristen

Kebudayaan berasal dari Allah dijalankan sesuai tata nilai dari Allah dan
dan harus kembali kepada Allah, itulah esensi iman Kristen. Budaya tidak dapat
dipisahkan dari keberadaan Allah, baik asal mulanya, prosesnya hingga kepada
tujuan akhirnya. Walau demikian, kebu-dayaan tidak terlepas dari pergumulan
tertua manusia, yaitu dosa. Keberadaan dosa juga mengambil andil dalam
perkembangan kebudayaan manusia ke berbagai bidang, sehingga ada yang
melecehkan dan mengganggap bahwa Allah bukanlah yang tertinggi dan harus
dimu-liakan, bahkan menolak keberadaan Allah. Ajaran iman Kristen
memaparkan konsep pene-busan yang akhirnya memampukan kebudayaan itu
mengakui keberadaan Allah sebagai Pribadi yang tertinggi, dan menyatakan
kemuliaan-Nya. Tulisan ini mengungkapkan berbagai pergumulan orang
Kristen dalam menyikapi keberadaan maupun perkembangan kebudayaan
manusia dari sudut pandang iman Kristen, dan mengembalikannya pada posisi
maupun tujuan awal Allah bagi manusia

Konsep ekonomi dalam perspektif agama

Dalam perspetif agama islam

Ekonomi Islam mengalami banyak kemajuan, baik dalam praktik

operasional kajian akademis di perguruan tinggi maupun dalam bentuk

kegiatan pengajaran. Ekonomi Islam telah dikembangkan di beberapa

perguruan tinggi baik di negara-negara Muslim, maupun di negara-negara

barat. Dalam konteks Indonesia, perkembangan pembelajaran dan

implementasi ekonomi Islam telah mengalami kemajuan cukup signifikan.

Dibuktikan dengan pembelajaran tentang ekonomi Islam telah diajarkan di

beberapa perguruan tinggi negeri maupun swasta. Hal ini membuktikan

bahwa peningkatan sumber daya manusia dan ekonomi pembangunan

Islam terus berkembang.

Diskursus mengenai pembangunan dalam ekonomi Islam

merupakan hal yang pokok untuk dibahas. Bagian ini menjadi penting

karena faktanya seiring dengan perkembangan perekonomian di berbagai

negara, mengalami dinamika dan permasalahan seperti inflasi, krisis

nasional, krisis moneter internasional, problematika pangan, problematika

hutang negara yang terus berkembang dan kesenjangan ekonomi yang


berkelanjutan. Menurut Michael Todaro, dalam “Economic Development”

(1997), penyebab utamanya adalah negara tersebut menggunakan model

pembangunan negara barat yang tidak selalu sesuai dengan kondisi

ekonomi, sosial dan politik di negaranya, sehingga negara-negara pada

masa dunia ketiga tidak akan pernah dapat menyelesaikan permasalahan

yang ada. Hipotesa penulis menyakinkan bahwa banyak faktor dan

penyebabnya, karena kebijakan serta pengaruhnya ekonomi di suatu

negara selalu bersinergi dengan kebijakan ekonomi, sosial dan politik di

negara, sehingga saling mempengaruhinya.

Definisi pembangunan ekonomi yang lazim kita pahami adalah

sebagaimana yang termuat dalam kamus ekonomi bermakna proses

peningkatan taraf hidup sebuah masyarakat atau Negara mengikut

peningkatan dalam tingkat pendapatan, konsumsi untuk makanan,

kesehatan, perumahan, pendidikan, serta peningkatan dalam berbagai

alternatif barang dan sumber pendapatan masyarakat tersebut.

Definisi pembangunan ekonomi yang lazim kita pahami adalah


sebagaimana yang termuat dalam kamus ekonomi bermakna proses peningkatan
taraf hidup sebuah masyarakat atau Negara mengikut peningkatan dalam tingkat
pendapatan, konsumsi untuk makanan, kesehatan, perumahan, pendidikan, serta
peningkatan dalam berbagai alternatif barang dan sumber pendapatan
masyarakat tersebut. Pandangan hidup Islam didasarkan pada tiga konsep
fundamental, yaitu: tauhid (ke-esaan Allah), khilafah, dan ‘adalah (keadilan).
Terdapat korelasi antara ekonomi dalam pandangan Islam, serta perannya dalam
peningkatan sumber daya manusia dan ekonomi pembangunan Islam. Islam
memandang ekonomi dan harta diimplementasikan dengan sikap basic terhadap
kepemilikan harta, pemilik dan kepemilikan mutlak terhadap segala sesuatu
yang ada di muka bumi, termasuk isinya adalah milik Allah SWT. Kemudian
status harta dalam Islam adalah amanah atau titipan (as a truth) dari Allah SWT
kepada manusia yang berkapasitas sebagai makhluk-Nya. Kepemilikan oleh
manusia hanya bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan amanah mengelola
dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuan-Nya.

Dalam perspektif agama Kristen

Ada kesamaan antara sikap dan ajaran Yesus dengan prinsip-prinsip


ekonomi yang telah kita pelajari sebelum ini. Bila Yesus mengajarkan para
pengikut-Nya untuk tidak kehilangan kesukaan hidup karena harta (Luk. 6:24-
25;18:24-25) dan mendorong hidup yang murah hati (Luk. 18:22), itu
disebabkan Yesus menerima ajaran Taurat tentang kepemilikan mutlak Allah
atas harta dan tanggung jawab penatalayanan manusia atas hartanya. Namun
yang radikal ialah Yesus menyatakan bahwa di dalam diri-Nya, yaitu hidup,
ajaran dan karya-karya-Nya seluruh maksud Allah dan segala kuasa di langit
dan di bumi bertumpu dan beroperasi, mewujudkan Ekonomi Allah dalam
penciptaan suatu umat baru. Umat Perjanjian Baru itu adalah bagian dari
Kerajaan Allah, orang- orang yang menikmati berlakunya pemerintahan Allah
yang memerdekakan, yang membuat mereka menikmati hidup seutuhnya
sepenuhnya, mensyukuri setiap pemberian Allah dalam sikap murah hati,
menatalayan, dan karena itu tidak terikat melainkan merdeka. Di dalam Yesus,
Ekonomi Allah memungkinkan ekonomi manusia tidak menjadi perhambaan
materi, pemberhalaan hartabenda, perbudakan keserakahan, melainkan merdeka
penuh syukur, kesemarakan yang saling menumbuhkan dan yang menyukakan
hati Allah. Itulah kehidupan ekonomi yang berkualitas penuh harkat sejati
karena diporosi oleh Ekonomi Allah.
Konsep lingkungan hidup dalam perspektif agama

Dalam perspektif agama islam

Dalam pandangan Islam, manusia ialah makhluk terbaik diantara semua


ciptaan Tuhan dan berani memegang tanggungjawab mengelola bumi, maka
semua yang ada di bumi diserahkan untuk manusia. Oleh karena itu manusia
diangkat menjadi khalifah di muka bumi. Sebagai makhluk terbaik, manusia
diberikan beberapa kelebihan diantara makhluk ciptaan-Nya, yaitu kemuliaan,
diberikan fasilitas di daratan dan lautan, mendapat rizki dari yang baik-baik, dan
kelebihan yang sempurna atas makhluk lainnya.

Bumi dan semua isi yang berada didalamnya diciptakan Allah untuk
manusia, segala yang manusia inginkan berupa apa saja yang ada di langit dan
bumi. Daratan dan lautan serta sungai-sungai, matahari dan bulan, malam dan
siang, tanaman dan buah-buahan, binatang melata dan binatang ternak.

Sebagai khalifah di bumi, manusia diperintahkan beribadah kepada-Nya


dan diperintah berbuat kebajikan dan dilarang berbuat kerusakan. Selain konsep
berbuat kebajikan terhadap lingkungan yang disajikan Al-Qur’an seperti
dipaparkan di atas, Rasulullah SAW memberikan teladan untuk
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat diperhatikan
dari Hadist-Hadist Nabi, seperti Hadist tentang pujian Allah kepada orang yang
menyingkirkan duri dari jalan; dan bahkan Allah akan mengampuni dosanya,
menyingkirkan gangguan dari jalan ialah sedekah, sebagian dari iman,dan
merupakan perbuatan baik.

Lingkungan merupakan bagian dari integritas kehidupan manusia.


Sehingga lingkungan harus dipandang sebagai salah satu komponen ekosistem
yang memiliki nilai untuk dihormati, dihargai, dan tidak disakiti, lingkungan
memiliki nilai terhadap dirinya sendiri. Integritas ini menyebabkan setiap
perilaku manusia dapat berpengaruh terhadap lingkungan disekitarnya. Perilaku
positif dapat menyebabkan lingkungan tetap lestari dan perilaku negatif dapat
menyebabkan lingkungan menjadi rusak. Integritas ini pula yang menyebabkan
manusia memiliki tanggung jawab untuk berperilaku baik dengan kehidupan di
sekitarnya.

Manusia mempunyai peranan penting dalam menjaga kelestarian alam


(lingkungan hidup). Islam merupakan agama yang memandang lingkungan
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keimanan seseorang terhadap
Tuhannya, manifestasi dari keimanan seseorang dapat dilihat dari perilaku
manusia, sebaha khalifah terhadap lingkungannya. Islam mempunyai konsep
yang sangat detail terkait pemeliharaan dan kelestarian alam (lingkungan
hidup).

Dalam perspektif agama Kristen

Kebesaran Tuhan yang Mahaagung bagi karya ciptaan-Nya (dalam artian


lingkungan hidup) tampak dalam Mazmur 104. Perikop ini menggambarkan
ketakjuban pemazmur yang telah menyaksikan bagaimana Tuhan yang tidak
hanya mencipta, tapi juga menumbuh kembangkannya dan terus memelihara
ciptaan-Nya. Ayat 13, 16, 18, dan 17 misalnya, menggambarkan pohon-pohon
diberi makan oleh Tuhan, semua ciptaan menantikan makanan dari Tuhan.
Yang menarik adalah bukan hanya manusia yang menanti kasih dan berkat
Allah, tapi seluruh ciptaan (unsur lingkungan hidup). Di samping itu,
penonjolan kedudukan dan kekuasaan manusia atas ciptaan lainnya di sini tidak
tampak. Itu berarti bahwa baik manusia maupun ciptaan lainnya tunduk pada
kemahakuasaan Allah. Dalam ayat 30, secara khusus dikatakan: “Apabila
Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka
bumi.” Kata “roh” sering kali dikaitkan dengan unsur kehidupan, atau hidup itu
sendiri. Ini berarti seluruh makhluk ciptaan di alam semesta ini diberikan unsur
kehidupan oleh Tuhan. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa bukan hanya
manusia yang diberi kehidupan, tapi juga ciptaan lainnya. Betapa berharganya
seluruh ciptaan di hadapan Tuhan. Roh Allah terus berkarya dan memberikan
kehidupan.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa sebagai Pencipta, Allah sesuai


rencana-Nya yang agung telah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan
maksud dan fungsinya masing-masing dalam hubungan harmonis yang
terintegrasi dan saling memengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya. Jadi,
sikap eksploitatif terhadap alam merupakan bentuk penodaan dan perusakan
terhadap karya Allah yang agung itu.

Konsep pendidikan dalam perspektif agama

Dalam perspektif agama islam

Pendidikan harus berbentuk usaha yang sistematis yang ditunjukkan


kepada pengembangan seluruh potensi anak didik dengan berbagai aspeknya
baik ranah kognitif, afektif,dan psikomotor sehingga tujuan akhirnya adalah
kesempurnaan hidup. Adapun Pendidikan islam adalah usaha sadar secara
sistematis yang mendorong terjadinya proses belajar dan penyesuaian individu-
individu secara terus-menerus terhadap nilai-nilai budaya dan cita-cita
masyarakat berdasarkan nilai-nilai islam. Pendidikan islam adalah Proses
transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai islami pada
peserta didik melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya untuk
mencapai keseimbangan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspek. Tujuan
Pendidikan dalam perspektif agama adalah untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki manusia supaya menjadi manusia yang mulia, memiliki karakter
kepribadian yang terlihat dari pola piker dan pola sikap yang baik, menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi berikut keahlian yang memadai dalam rangka
menjalankan tugasnya.

Dalam perspektif agama kristen

Pendidikan Agama Kristen merupakan perintah dari Tuhan Yesus


Kristusyang disebut Amanat Agung dalamMatius 28:18-20. Pendidikan Agama
Kristen ituunik, berbeza dengan pendidikan umum kerana prosesnya tidak
hanya dikerjakanmanusia, tetapi juga melibatkan Allah. Penglibatan-Nya
mutlak diperlukan karena Pendidikan Agama Kristian bukan hanya mendidik
secara ilmu pengetahuan, namun juga membentuk peribadi seseorang.
Pendidikan dalam Agama Kristian bermaksud untukmeningkatkan
potensi spiritual dan membentuk individu agar menjadi manusia yangberiman
dan taat kepada Tuhan dan berahklak mulia, mencakup etika, budi pekerti
danmoral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi
spiritualmencakupi pengenalan, pemahaman dan penanaman nilai-nilai
keagamaan sertapengenalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individu
ataupun kolektif kemasyarakatan.
KESIMPULAN

Di tengah perkembangan IPTEK dan mentalitas pragmatis-instrumental


yang ditandai oleh kecenderungan berkembangnya cara hidup konsumtif,
materialistis dan hedonis, pola hidup asketis penuh pengorbanan yang diajarkan
oleh agama-agama akan membangun peradaban dan identitas pribadi yang
memampukan manusia bersikap lepas bebas dari segala kecenderungan tak
teratur. Hal ini terjadi karena refleksi iman di dalam agama membantu untuk
menemukan makna hidupdan mengarahkan pada nilai-nilai abadi. Dengan
demikian kepercayaan pada Tuhan memberikan kekuatan pada orang beriman
untuk bertahan tidak hanya dalam suka, tetapi juga dalam duka, sehat atau sakit,
keberhasilan atau kegagalan. Dengan kata lain, iman pada Tuhan memberikan
kebebasan dalam pelbagai keadaan.

Para pemeluk agama harus melakukan refleksi dalam horizon dan dialog
dengan ilmu-ilmu, bahkan dengan keyakinan-keyakinan agama dan budaya lain.
Agama memerlukandialog dan kerjasama interdisipliner dalam memberi
pencerahan terhadap manusia di dalam memecahkan persoalan-persoalan
aktual.

Di tengah mentalitas modern yang sangat menekankan instrumentalisasi


akal budi bagi pemenuhan kesejahteraan kekinian, pendidikan agama tidak
cukup hanya memberikan pemahaman dan pengenalan terhadap doktrin (ajaran)
serta hal-hal ritual yang tidak bersentuhan dengan bermacam-macam persoalan
hidup nyata. Pembelajaran agama kepada orang muda perlu bertolak dari
pengalaman pergulatan hidup dan bergerak menuju penemuan makna dan nilai-
nilai yang mendorong pelaksanaan tanggungjawab sosial. Nilai-nilai
kemanusiaan yang unggul seperti keadilian, persaudaraan, solidaritas,
tanggungjawab sosial dan per- damaian merupakan dasar moralitas hidup
pribadi dan bersama. Nilai-nilai tersebut memotivasi hidup (menjadi aspek
spiritual) yang menggerakkan pilihan tindakan nyata di tengah masyarakat.
Dengan demikian, pendidikan agama menjadi
tempat untuk membentuk karakter dan moralitas kaum muda yang ditandai oleh
pemahaman terhadap nilai-nilai manusiawi yang memotivasi hidup, kepekaan
ter hadap situasi sosial, dan keterlibatan atau tindakan nyata untuk menjawab
per-soalan hidup bersama. Budaya kehidupan ditandai oleh hadirnya nilai-nilai
persaudaraan, hormat pada sesama dan alam, keadilan serta perdamaian di
dalam hidup bersama.

Dengan demikian, pendidikan agama membantu para mahasiswa dan


generasi muda untuk mengembangkan karakter iman mereka sebagai pribadi
yang peduli, solider dan peka terhadap persoalan hidup bersama.

Perkembangan iptek, politik, social budaya, ekonomi, lingkungan


hidupdan pendidikan adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek. Dari uraian di atas
dapat dipahami, bahwa peran agama yang utama dalam perkembangan iptek
setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan agama sebagai paradigma
pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan agama sebagai standar
penggunaan iptek .

DAFTAR PUSTAKA

Sapada, Andi Ombong. Arsyam, Muhammad. 2020. “Ilmu Pengetahuan Dan


Teknologi Menurut Pandangan Islam” dalam https://osf.io/vdkge/download

Hamdani, Muhammad Faisal. 2017. Diskusi Dosen. Medan

https://fis.uinsu.ac.id

https://jurnal.iainponorogo.ac.id

https://www.researchgate.net

https://www.harian7.com/2019/12/dampak-teknologi-bagi-agama-kristen.html
https://www.researchgate.net/publication/
342684326_Iman_Kristen_Dan_Kebudayaan

https://reformed.sabda.org/perspektif_kristen_tentang_ekonomi_1

https://binus.ac.id/character-building/2020/05/pandangan-alkitab-tentang-
lingkungan-hidup-dan-pengenalan-akan-allah-melalui-alam-semesta/

https://id.scribd.com/doc/136407123/Pengertian-Dan-Tujuan-Pendidikan-Dari-
Perspektif-Agama-Kristian

Anda mungkin juga menyukai