DARAH
Disusun oleh :
NIM : S22232
Kelompok/golongan : Individu
B. HIPERTENSI
a. Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah seseorang
mengalami kenaikan atau melebihi batas normal yaitu tekanan
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90
mmHg (Ferayanti, & Rizky, 2017).
Hipertensi atau darah tinggi merupakan penyakit dengan
kelainan jantung dan pembuluh darah yang dapat ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah. Tidak ada tanda-tanda khusus yang
dirasakan oleh pasien seketika darah menjadi tinggi ketika
dilakukan pemeriksaan tekanan darah (Dewi, & Sofia, 2010).
Hipertensi adalah suatu keadaan kronis dimana ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah pada pembuluh darah arteri. Keadaan
tersebut membuat jantung harus bekerja lebih keras untuk
mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah
(Sari, 2017).
b. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi hipertensi sesuai dengan JNC-VIII (The Eight Joint
National Committee)Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment on High Blood Pressure, adalah :
Hipertensi diklasifikasikan menurut penyebabnya ada hipertensi
primer atau esensial dan hipertensi skunder atau non esensial. Yang
pertama hipertensi primer biasa disebut hipertensi idiopatik
dikarenakan penyebab dari hipertensi ini belum diketemukan.
Hipertensi ini berhubungan dengan gaya hidup yang kurang sehat,
hipertensi primer ini paling banyak terjadi ada 90% kejadiannya.
Yang kedua ada hipertensi skunder yaitu hipertensi akibat komplikasi
penyakit lainnya, seperti penggunaan obat tertentu, penyakit ginjal,
dan kelainan hormonal (Sari, 2017).
Hiprtensi diklasifikasikan berdasarkan bentuknya, ada
hipertensi diastolik, hipertensi sistolik, hipertensi campuran.
Hipertensi diastolik terjadi karena adanya peningkatan tekanan darah
diastol dan tidak diikuti dengan sistolik. Hipertensi sistolik kebalikan
dari hipertensi diastolik yang naik hanya sistolik saja. Sedangkan
hipertensi campuran naiknya kedua tekanan darah dari diastolik
maupun dengan sistoliknya (Sari, 2017).
c. Etiologi hipertensi
Ada dua faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi:
1) Faktor yang tidak dapat diubah
a) Usia
Usia adalah salah satu faktor resiko yang dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi. Secara umum semakin bertambahnya usia
seseorang akan menyebabkan terkena hipertensi akan semakin besar.
Hal tersebut terjadi karena adanya perubahan dari struktur pembuluh
darah seperti penyempitan lumen, serta perubahan elastisitas dinding
pembuluh darah yang dapat meningkatkan tekanan darah. Ada
penelitian menyebutkan laki-laki dengan usia 45 tahun cenderung
lebih mudah terkena hipertensi dibandingkan wanita yang akan
mengalami peningkatan tekanan darah diatas usia 55 tahun (Sari,
2017).
b) Jenis Kelamin
Jenis kelamin dapat menjadikan faktor resiko terjadinya
hipertensi, dalam hal ini laki-laki lebih rentan terkena hipertensi
dibandikan dengan perempuan. Hal ini terjadi karena laki-laki
memiliki gaya hidup yang kurang sehat dibandingkan dengan
perempuan. Tetapi, tekanan darah pada perempuan akan mengalami
peningkatan ketika mereka berada dalam usia menopause,
dikarenakan adanya perubahan hormonal yang
dialami oleh perempuan yang sedang dalam masa menopause (Sari,
2017).
c) Keturunan (Genetik)
Keturunan atau genetik dapat menyebabkan terjadinya
hipertensi, karena akan lebih tinggi resiko terkena hipertensi pada
keluarga yang mempunyai riwayat hipertensi (Sari, 2017).
2) Faktor yang dapat diubah
a) Obesitas
Obesitas bisa menyebabkan hipertensi karena bisa menyebabkan
gangguan pada aliran darah. Orang yang obesitas biasanya
mengalamin peningkatan kadar lemak didalam darah
(hiperlipidemia) sehingga dapat menyebabkan terjadinya
penyempitan di dalam pembuluh darah (Sari,
2017).
b) Kebiasaa merokok dan konsumsi minuman beralkohol
Kebiasaan merokok menyebabkan 1 dari 5 kasus kematian setiap
tahun. Merokok salah satu penyebab kematian dan kesakitan yang
dapat dicegah. Dikarenakan zat kimia yang berasal dari tembakau
yang dibakar sangat berbahaya bagi organ tubuh seperti jantung,
pembuluh darah, mata, dan paru-paru. Selain itu, kebiasaan
meminum alkohol setiap hari dapat meningkatkan tekanan darah.
Penelitian menyebutkan bahwa mengonsumsi minuman beralkohol
kebih dari 3 gelas sehari dapat meningkatkan dua kali lipat resiko
terkena hipertensi (Prasetyaningrum, 2014).
d. Penatalaksanaan
Berdasarkan dalam penatalaksanaannya hipertensi dibagi
menjadi 2 yaitu:
1) Terapi non-farmakologi
Terapi non farmokologi merupakan pengobatan hipertensi tanpa
menggunakan obat-obatan. Terapi ini dilakukan dengan menjalankan
pola hidup sehat seperti : olahraga secara teratur, mengurangi atau
tidak merokok, menurunkan berat badan sampai batas ideal, tidak
minumminuman yang mengandung alkohol, pemberian aromaterapy,
hidroterapi, relaksasi musik (Junaedi, & Sufrida, 2013).
2) Terapi farmokologi
Selain terapi non farmokologi ada terapi farmokologi yang
menggunakan obat-obatan. Obat yang digunakan merupakan obat
anti hipertensi seperti golongan obat deuretik, beta bloker, antagonis
kalsium, dan penghambat konfrensi enzim angiotensi (Junaedi, &
Sufrida, 2013).
III. ALAT DAN BAHAN
1. Tensimeter manual/digital
2. Stetoskop
3. Pasien /probandus
IV. KERJA CARA
1. Temukan lokasi denyut nadi
Kamu bisa menemukan denyut nadi dengan sedikit menekan jari di
bagian dalam siku. Kalau Kamu tidak bisa mendeteksinya, tempelkan
kepala stetoskop (di monitor manual) atau arm cuff atau manset (di
monitor digital) di bagian yang sama.
2. Pasang Manset
Pasang manset di bagian atas lengan, pastikan kepala stetoskopnya
berada di atas arteri (saat menggunakan monitor manual). Biasanya, di
manset tersedia tanda panah untuk menunjukkan letak kepala stetoskop
seharusnya berada. Bagian bahwa manset harus berada sekitar 1 inci di
atas bagian dalam siku. Kemudian, pasang stetoskop di telinga.
3. Pompa Mansetnya