Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FISIOLOGI HEWAN

“TINGKAH LAKU HEWAN”

Dosen Pengampu:

 Dr. Debby J. J Rayer, M.Si


 Dr. Livana Rawung, S. Pi, M.Si
 Dr. Iriani Satyawati, M. Si
 Johana Zusye Wantania, S. Pt, MP

Disusun Oleh:

Regina F.A Sasuang (21 502 012)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA, ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN KEBUMIAN

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tondano, November 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................................

DAFTAR ISI ....................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................

A. Latar Belakang ......................................................................................................................

B. Rumusan Masalah .................................................................................................................

C. Tujuan Rumusan Masalah .....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................

A. FAKTOR PENYEBAB PERILAKU HEWAN.....................................................................

B. POLA DAN JENIS PERILAKU HEWAN...........................................................................

C. MACAM MACAM BIORITME...........................................................................................

D. POLA ORIENTASI DAN NAVIGASI HEWAN.................................................................

BAB III PENUTUP .........................................................................................................................

A. Kesimpulan ...........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
. .Hewan adalah kelompok organisme yang diklasifikasikan dalam kerajaan Animalia atau
metazoa, adalah salah satu dari berbagai makhluk hidup di bumi. Telah banyak media
yang telah mengangkat tentang pengenalan binatang namun kebanyakan hanya berbentuk
buku-buku majalah atau poster.
................Perilaku Hewan adalah semua kondisi di mana gen yang mendasari perilaku itu
diekspresikan. Hal ini meliputi lingkungan kimiawi di dalam sel, semua kondisi
hormonal, dan kondisi kimiawi maupun fisik yang dialami oleh seekor hewan yang
sedang berkembang di dalam sebuah sel telur atau di dalam rahim. Perilaku juga meliputi
interaksi beberapa komponen sistem syaraf hewan dengan efektor, dan juga berbagai
interaksi kimia, penglihatan, pendengaran, atau sentuhan dengan organisme lain. Namun
demikian, perilaku juga memiliki suatu komponen genetik. Perilaku bergantung pada
gen-gen yang ekspresinya menghasilkan sistem hewan yang tanggap terhadap kemajuan
pembelajaran. Sebagian besar ciri perilaku adalah filogenik, dengan norma reaksi yang
keras.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja faktor penyebab perilaku hewan?
2. Bagaimana pola dan jenis perilaku hewan yang ada?
3. Apa saja macam-macam bioritme hewan?
4. Bagaimana pola orientasi dan navigasi hewan?

C. TUJUAN
1. Mampu memahami apa saja faktor penyebab perilaku hewan
2. Mampu memahami pola dan jenis perilaku hewan yang ada
3. Mampu memahami dan menjelaskan macam macam bioritme hewan
4. Mampu menguraikan pola orientasi dan navigasi hewan
BAB II

PEMBAHASAN

A. FAKTOR PENYEBAB PERILAKU HEWAN


Pada perkembangan ekologi perilaku terjadi perdebatan antara pendapat yang
menyatakan bahwa perilaku yang terdapat pada suatu organisme merupakan pengaruh
alami atau karena akibat hasil asuhan atau pemeliharaan, hal ini merupakan perdebatan
yang terus berlangsung. Diketahui bahwa terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh
keduanya, yaitu genetis dan lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi suatu
perkembangan sifat serta kematangan fisik dan fisiologi yang mempengaruhi munculnya
perilaku hewan.

Faktor-faktor Penentu tingkah laku hewan antara lain :

 Faktor Genetik

Behavior genetik berkaitan dengan derajat dan hakekat landasan hereditas


perilaku. Pakar genetika perilaku menganggap bahwa perilaku ditentukan bersama
sama oleh interaksi keturunan dan lingkungan. Teori genetika dikembangkan oleh
Gregor Mendel, yang mendemonstrasikan pewarisan sifat terjadi melalui gen. Gen
merupakan unit pewaris sifat yang mempertahankan identitas strukturalnya dari
generasi ke generasi. Sifat sifat gen antara lain mengandung informasi genetika, yang
merupakan bagian dari kromosom. Individu yang mempunyai pasangan indentik
sebuah gen dalam dua kromosom disebut sebagai individu homozigot, sedangkan
individu yang tidak memiliki pasangan yang cocok untuk gen disebut dengan
individu heterosizot. Beberapa gen ada yang bersifat dominan dan ada yang relatif.
Gen dominan menunjukan pengaruh yang kuat dalam kondisi homozigot maupun
heterozigot. Sedangkan gen relatif hanya menunjukan pengaruh pada keadaan
homozigot. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki satu gen mata coklat (dominan)
dan satu gen mata biru (resesif), maka ia akan memiliki mata berwarna coklat, tetapi
ia juga membawa sifat untuk gen mata biru yang akan diturunkan kepada generasi
berikut. Terdapat istilah genotipe dan fenotipe. Genotipe merupakan warisan genetika
yang merupakan bahan genetika sesungguhnya. Sedangkan fenotipe adalah
karakteristik seseorang yang dapat teramati. Fenotipe dipengaruhi oleh genotipe,
tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Fenotipe merujuk pada karakteristik
fisik dan psikologis.

 Faktor Lingkungan
Seperti ciri fenotipik lainnya, perilaku memperlihatkan suatu kisaran variasi
fenotipik yang bergantung pada lingkungan, di mana genotipe itu diekspresikan. Studi
kasus mengenai lovebird (sejenis burung) menujukkan perilaku dengan pengaruh
genetik yang kuat. Namun demikian terdapat suatu norma reaksi. Perilaku dapat
diubah oleh pengalaman di lingkungan. Pada sisi lainnya, bentuk penyelesaian
masalah yang paling berkembang ditandai oleh norma reaksi yang sangat luas.

Namun demikian, perilaku juga memiliki suatu komponen genetik, perilaku


bergantung pada gen-gen yang ekspresinya menghasilkan sistem neuron yang
tanggap terhadap kemajuan pembelajaran. Sebagian besar ciri perilaku adalah
filogenetik, dengan norma reaksi yang luas. Faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi perilaku adalah semua kondisi dimana gen yang mendasari perilaku
itu diekspresikan. Hal ini meliputi lingkungan kimiawi di dalam sel, dan juga semua
kondisi hormonal dan kondisi kimiawi dan fisik yang dialami oleh seekor hewan yang
sedang berkembang di dalam sebuah sel telur atau di dalam rahim. Perilaku juga
meliputi interaksi beberapa komponen sistem saraf hewan dengan efektor, dan juga
berbagai interaksi kimia, penglihatan, pendengaran, atau sentuhan dengan organisme
lain.

Dilakukan percobaan persilangan antara dua spesies yang berkerabat dekat, tetapi
mempunyai pola-pola perilaku bawaan yang berlainan, yaitu pada burung betet
Fischer. Burung betet Fischer yang menggunakan paruh untuk membawa bahan
sarangnya dikawinkan dengan burung betet dari Afrika yang membawa bahan sarang
dengan menyelipkan dalam bulubulunya. Pada F1, hanya dapat membawa bahan
sarang dengan paruhnya, tetapi burung itu selalu membuat gerakan mencoba
menyelipkan bahan pembuat sarang ke dalam bulu-bulunya dulu.

 Faktor Kematangan Fisik dan Fisiologis

Kematangan disebabkan karena perubahan “genes” yang menentukan


perkembangan struktur fisiologi dalam system saraf, otak dan indra sehingga semua
itu memungkinkan spesies matang untuk mengadakan reaksi-reaksi terhadap setiap
stimulus lingkungan.

Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa kematangan adalah keadaan atau
kondisi bentuk, struktur dan kondisi yang lengkap atau dewasa pada suatu organisme,
baik terhadap suatu sifat, bahkan seringkali semua sifat. Kematangan (maturity)
membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi dengan cara tertentu, yang
disebut “tingkah laku hewan”. Tingkah laku hewan yang dimaksud yaitu tingkah laku
hewan untuk bertingkah laku yang instingtif maupun tingkah laku yang dipelajari .
Dekat dengan telur-telur kamouflase tersebat tanpa pecahan kulit telur burung camar.
Ia kemudian mengamati, telur-telur mana yang mudah ditemukan oleh camar. Karena
camar-camar tersebut dapat mengidentifikasi atau mengenali warna putih pecahan
telurnya sebagai petunjuk atau penanda, ternyata burung-burung camar tersebut lebih
banyak memakan telur-telur ayam kamouplase yang dekat dengan pecahan kulit telur-
telurnya yang asli. Dari peristiwa ini, Timbergen menarik kesimpulan bahwa
pembuangan cangkang-cangkang telur oleh camar setelah menetas adalah perilaku
adaptif. Hal ini dilakukan oleh camar untuk mengurangi usaha pemangsaan (predator)
sehingga meningkatkan untuk tetap bertahan hidup (Sukarsono, 2009).

B. POLA DAN JENIS PERILAKU HEWAN

 Perilaku Bawaan
Merupakan perilaku atau suatu potensi terjadinya perilaku yang telah ada di dalam suatu
individu. Perilaku yang timbul karena bawaan lahir berkembang secara tetap/pasti.
Perilaku ini tidak memerlukan adanya pengalaman atau memerlukan proses belajar,
seringkali terjadi pada saat baru lahir, dan perilaku ini bersifat genetis (diturunkan).
 Insting
Adalah perilaku innate klasis yang sulit dijelaskan, walaupun demikian terdapat beberapa
perilaku insting yang merupakan hasil pengalaman, belajar dan adapula yang merupakan
factor keturunan. Semua maklhuk hidup memiliki beberapa insting dasar.

Pola Aksi Tetap (FAP = Fixed Action Pattern )

FAP adalah suatu perilaku steretipik yang disebabkan oleh adanya stimulus yang spesifik.
Contoh:

 Saat anak burung baru menetas akan selalu membuka mulutnya, kemudian
induknya akan menaruh makanan di dalam mulut anak burung tersebut.
 Anak bebek yang baru menetas akan masuk ke dalam air. Perilaku ini telah
“diprogram sebelumnya”, dengan kata lain, tidak diperlukan proses belajar.
 Pada perilaku kawin pada burung merak (Pavo muticus), burung jantan akan
menunjukkan keindahan warna ekor bulunya.
 Induk burung tidak perlu belajar untuk memberi makan anaknya yang baru
menetas, anak bebek tidak perlu belajar berenang. Perilaku Akibat Proses Belajar
Proses belajar seringkali didefinisikan sebagai suatu upaya untuk mendapatkan
informasi dari adanya interaksi, atau suatu perilaku yang memang telah ada pada
organisme (hewan) dan cenderung memberikan pengertian dari suatu upaya coba-
coba. Kita ketahui bahwa perilaku dipengaruhi oleh factor genetic, sehingga
organisme (hewan)

Jenis – jenis perilaku dapat dibagi menjadi :


1. Perilaku tanpa mencakup susunan saraf
 Kinesis: yaitu gerak pindah yang diinduksi oleh stimulus, tetapi tidak diarahkan
dalam tujuan tertentu. Meskipun demikian, perilaku ini masih terkontrol.
 Tropisme: yaitu orientasi dalam suatu arah yang ditentukan oleh arah datangnya
rangsangan yang mengenai organisme, pada umumnya terjadi pada tumbuhan.
Meskipun tropisme menunjukan suatu perilaku yang agak tetap, tetapi tidak
mutlak. Tetapi tanggapan yang terjadi dapat berbeda terhadap intensitas rangsang
yang tidak sama. Misalnya : pada cahaya lemah terjadi fototropisme (+), tetapi
pada cahaya kuat yang terjadi fototropisme (-)
 Taksis : yaitu gerak pindah secara otomatis oleh suatu organisme motil
(mempunyai kemampuan untuk bergerak), akibat adanya suatu rangsangan.
Perbedaan antara tropisme dengan taksis adalah pada taksis seluruh organisme
bergerak menuju atau menjauhi suatu sumber rangsang, tetapi pada tropisme
hanya bagian organisme yang bergerak.
2. Perilaku yang mencakup susunan saraf.
 Perilaku bawaan atau naluri atau insting (instinct)
Perilaku terhadap suatu stimulus (rangsangan) tertentu pada suatu spesies, biarpun
perilaku tersebut tidak didasari pengalaman lebih dahulu, dan perilaku ini bersifat
menurun. Hal ini dapat diuji dengan menetaskan hewan ditempat terpencil,
sehingga apapun yang dilakukan hewan- hewan tersebut berlangsung tanpa
mengikuti contoh dari hewan-hewan yang lain. Tetapi hal tersebut tidak dapat
terjadi pada hewan-hewan menyusui, karena pada hewan-hewan menyusui selalu
ada kesempatan pada anaknya untuk belajar dari induknya. Contohnya:
 Pada pembuatan sarang laba-laba diperlukan serangkaian aksi yang
kompleks, tetapi bentuk akhir sarangnya seluruhnya bergantung pada
nalurinya. Dan bentuk sarang ini adalah khas untuk setiap spesies, walaupun
sebelumnya tidak pernah dihadapkan pada pola khusus tersebut.
 Pada pembuatan sarang burung, misalnya sarang burung manyar (Ploceus
manyar). Meskipun burung tersebut belum pernah melihat model sarangnya,
burung manyar secara naluriah akan membuat sarang yang sama.

Untuk melakukan perilaku bawaan kadang-kadang diperlukan suatu isyarat


tertentu, isyarat tersebut disebut release atau pelepas. Release (pelepas) ini dapat
berupa warna, zat kimia dll.

 Release berupa warna, misalnya pada ikan berduri punggung tiga. Selama
musim berbiak biasanya ikan betina akan mengikuti ikan jantan yang perutnya
berwarna merah ke sarang yang telah disiapkannya. Tetapi ternyata ikan
betina akan mengikuti setiap benda yang berwarna merah yang diberikan
kepadanya. Dan benda apapun yang menyentuh dasar ekornya, akan
menyebabkan ikan betina tersebut bertelur.
 Release berupa zat kimia misalnya feromon. Feromon berfungsi sebagai
release pada berbagai serangga sosial seperti semut, lebah dan rayap. Hewan-
hewan tersebut mempunyai berbagai feromon untuk setiap tingkah laku,
misalnya untuk perilaku kawin, perilaku mencari makan, perilaku adanya
bahaya dll.
 Release berupa bintang, Sauer seorang ornitolog dari Jerman mencoba sejenis
burung di Eropa (burung siul). Burung tersebut yang masih muda pada musim
gugur akan bermigrasi ke Afrika terpisah dari induknya. Migrasi tersebut
dilakukan pada malam hari dengan bantuan navigasi bintang-bintang. Sauer
memelihara burung siul yang masih muda, pemeliharaannya tidak mudah
karena burung tersebut hanya memakan serangga yang masih hidup dalam
jumlah banyak. Bila musim gugur tiba, burung-burung tersebut menjadi tidak
tenang. Bila burung tersebut dibawa ke dalam planetarium, melihat bintang-
bintang maka burung tersebut akan terbang ke arah tenggara, sepertinya bila
di alam benas burung tersebut menuju ke Afrika.

Dorongan berpindah pada musim gugur merupakan contoh perilaku bawaan pada
burung burung yang berulang-ulang pada interval tertentu. Perilaku demikian
disebut ritme atau periode, dan dapat berlangsung setiap 2 jam, 24 jam atau
bahkan satu tahun. Banyak hewan yang mempunyai ritme harian, seperti hewan
nocturnal yang aktif setiap 12 jam sekali. Ritme tersebut tidak akan persis sama,
dapat bergeser satu jam kedepan atau satu jam mundur. ritme yang demikian
disebut circadian. Perilaku yang dapat membedakan panjang relatif siang dan
malam diatur oleh perubahan dalam fotoperiode. Kemampuan bereaksi terhadap
fotoperiode menunjukkan bahwa hewan mempunyai mekanisme mengukur
jumlah jam siang dan jumlah jam malam atau salah satu diantaranya. Atau dengan
perkataan lain hewan tersebut mempunyai jam biologis.

 Perilaku Yang Diperoleh Dengan Belajar (Animal reasoning and learning)

Perilaku yang diperoleh dengan belajar adalah perilaku yang diperoleh atau sudah
dimodifikasi karena pengalaman hewan yang bersangkutan yang mengakibatkan
suatu perubahan yang tahan lama dan dapat juga bersifat permanen.

 Kebiasaan (habituation); Hampir semua hewan mampu belajar untuk tidak


bereaksi terhadap stimulus berulang yang yang telah dibuktikan tidak
merugikan. Mis: membuat suara aneh dekat anjing, pertama-tama hewan
tersebut akan terkejut dan mungkin juga takut, tetapi setelah lama dan merasa
bahwa suara tersebut tidak berbahaya, maka bila ada suara tersebut hewan
tersebut tidak akan berreaksi lagi.
 Perekaman (imprinting); Lorenz (1930) menemukan semacam cara belajar
pada burung yang bergantung pada satu pengalaman saja. Hanya pengalaman
ini harus berlangsung tepat setelah telur burung tersebut menetas. Mis: Angsa
akan mengikuti benda bergerak pertama yang dilihatnya dan benda tersebut
dianggap sebagai induknya. Karena yang pertama dilihat adalah Lorenz, maka
dia dianggap sebagai induknya.
 Reflex bersyarat; Pavlov (seorang ahli fisiologi) mempelajari sistem syaraf
hewan menyusui. Yaitu mempelajari reflex yang menyebabkan anjing
memproduksi air liur, dan menemukan bahwa melihat atau mencium bau
daging saja sudah menyebabkan anjing mengeluarkan air liur. Pavlov mencoba
rangsangan lain yang dapat menghasilkan tanggapan mengeluarkan air liur,
yaitu dengan bunyi bel. Pavlov menemukan bahwa rangsangan pengganti harus
datang sebelum rangsangan asli, supaya tanggapannya berhasil dipindahkan.
Juga semakin pendek jangka waktu antara kedua rangsangan, semakin cepat
reaksi itu melekat pada rangsangan pengganti. Hal tersebut dapat juga terjadi
pada ayam atau merpati dengan tanda bunyi kentongan (kul-kul).

 Metode coba-coba (trial & error learning)


Misalnya yang dilakukan Skinner dengan membuat sekat dalam kotak yang
akan mengeluarkan makanan bila ditekan. Tikus yang lapar dimasukan ke
dalam kotak. Dalam waktu singkat tikus dapat mengetahui cara mendapatkan
makanan tersebut. Dalam suatu kotak ada dua titik cahaya, yang satu lebih
terang dari yang lain. Bila yang terang dipatuk pada bagian bawahnya akan
keluar makanan. Merpati dengan cepat akan mematuk cahaya yang lebih
terang.
 Perilaku dengan menggunakan akal
Pada umumnya dianggap bahwa suatu ciri yang membedakan hewan dengan
manusia adalah dari bahasanya. Banyak hewan yang memiliki mekanisme
pemberian isyarat yang mendekati ciri bahasa, misalnya pada lebah dengan
tariannya. Sedangkan Ann dan David meneliti simpanse betina bernama Sarah
dengan menggunakan simbol-simbol dari plastik sebagai bahasa. Setelah 6
tahun, Sarah mempunyai perbendaharaan kata sekitar 130 buah. Penggunaan
simbol-simbol yang dapat dimanipulasi sebagai pengganti bahasa lisan itu,
merupakan bukti kecakapan simpanse tetapi tidak mampu mengeluarkannya.
Sedangkan Garner menyelidiki kemampuan simpanse betina bernama Washoe
dengan menggunakan bahasa isyarat orang tuli di Amerika Utara. Setelah 22
bulan, Washoe sudah memahami lebih dari 30 bahasa isyarat tersebut.
Walaupun kemampuan Sarah dan Washoe belum sempurna, tetapi
kemampuannya sama baiknya dengan kemampuan seorang anak berumur 2
tahun.

PERILAKU SOSIAL
Perilaku yang dilakukan oleh satu individu atau lebih yang menyebabkan
terjadinya interaksi antar individu dan antar kelompok. Perilaku Sosial bisa dibagi
menjadi : Perilaku Affiliative; adalah perilaku yang dilakukan bertujuan untuk
mempererat ikatan social, koordinasi antar individu dan kebersamaan antar atau di
dalam kelompok

Perilaku Agonistic

• Perilaku aggressive: Perilaku yang bersifat mengancam atau menyerang.

• Perilaku submissive: Perilaku yang menunjukkan ketakutan atau kalah.

Vokalisasi; Adalah suara yang dikeluarkan oleh satu atau lebih individu untuk
berkomunikasi dan koordinasi diantara anggota kelompoknya

Perilaku maternal / mothering; Perilaku induk yang bertujuan melindungi dan


memelihara anaknya.

MENGHINDARI PREDATOR

Ada sekelompok kecil hewan yang termasuk super predator yang tidak takut pada
predator yang lain, tetapi pada akhirnya musuhnya adalah manusia. Pada
umumnya cara utama hewan menghindari musuh adalah dengan berlari atau
terbang. Pada hewan tingkat tinggi, melarikan diri dari predator adalah merupakan
perilaku belajar, mis : kucing dengan anjing. Tetapi pada lalat rumah merupakan
perilaku bawaan, mis : bila lalat akan dipukul dapat menghindar, karena adanya
perubahan udara di sekitarnya.

Tanda adanya bahaya itu diterima berbeda antara satu spesies dengan spesies
yang lain. Pada sejenis burung gelatik mempunyai naluri takut terhadap burung
hantu tetapi tidak takut terhadap ular, tetapi pada spesies burung yang lain sejak
lahir sudah takut terhadap ular, tetapi tidak takut terhadap predator yang lain. Juga
respon terhadap predator bervariasi, karena meskipun predatornya sama akan
memberikan tanda yang berbeda pada waktu yang tidak sama. Misalnya antelop
tidak akan melarikan diri bila melihat singa yang berjalan ke arahnya, tetapi
antelop baru bereaksi kalau singa mengendap-endap pada semak-semak.

CARA MENGHINDARI PREDATOR

1. Perilaku Altruistik
Perilaku ini lebih mementingkan keselamatan kelompok daripada dirinya
sendiri.
• Rusa (Muskoxen) di daerah tundra di Antartika, bila tidak bisa melarikan
diri dari predator (serigala) akan mengirimkan bau dari jari kakinya yang
disebut karre.
• Kera (Baboon) di Afrika bila ada bahaya misalnya dengan datangnya singa
atau leopard, maka akan membentuk formasi kera yang yang tua, betina dan
anak-anak ditengah dikelilingi oleh kera-kera muda jantan. Sedangkan kera
jantan yang menjadi raja akan berusaha mengusir atau menyerang predator
tersebut.
• Induk ayam akan bersuara ribut sebagai tanda bahaya bila dilihat ada burung
elang yang datang, anaknya dipanggil untuk disembunyikan.
• Semut yang sarangnya terganggu akan mengeluarkan feromon (asam
formiat) dari taringnya, untuk memberi tanda kepada semut-semut yang lain,
bila keadaan sudah reda asam formiat tidak dikeluarkan lagi dan kembali lagi
ke sarang.
2. Kamuflase (penyamaran) Yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
• Burung Ptarmigan pada musim dingin berbulu putih, dan pada musim panas
bulunya berbintik membuat tidak menarik perhatian karena warnanya sangat
sesuai dengan lingkungan. Burung Ptarmigan ; Atas : Pada saat Musim Panas;
Bawah; Pada Saat Musim Dingin Kupu-kupu daun mati (Kallima) dari
Amerika Selatan sayapnya sangat mirip dengan daun yang dihinggapi
sehingga dapat terhindar dari burung pemangsanya, tetapi karena sangat mirip
dengan daun maka kadang-kadang ada insekta lain yang bertelur di atas
sayapnya.
3. Mimikri Yaitu menyerupai hewan yang lain, dapat dibagi menjadi mimikri
Miller, mimikri Bates dan mimikri agresif.
• Mimikri Miller adalah hewan yang dapat dimakan sangat mirip dengan
hewan yang tidak dapat dimakan. Misalnya kupu-kupu pangeran tidak
mengandung racun dalam tubuhnya dan enak dimakan seperti roti bakar,
sangat mirip dengan kupu-kupu raja yang mempunyai racun dalam tubuhnya.
• Mimikri Bates adalah hewan yang tidak berbahaya menyerupai hewan lain
yang berbahaya. Misalnya sejumlah ular di AS yang tidak berbahaya memiliki
warna seperti ular tanah yang sangat berbisa.
• Mimikri agresif adalah mengembangkan alat untuk mengelabui mangsanya.
Ikan anglerfish (Antennarius) dari Filipina mempunyai satu pemikat yang
mirip ikan kecil untuk memikat mangsanya, pemikat tersebut adalah
perkembangan dari duri pada sirip punggung pertama. Kunang-kunang jantan
dan betina saling tertarik dengan cahaya kelap-kelipnya, pola kelap-kelip ini
berbeda untuk setiap spesies. Tetapi ada suatu spesies kunang-kunang betina
yang dapat meniru kelap-kelip spesies yang lain, bila jantan spesies yang lain
itu datang akan dimakan.
Banyak hewan yang mempunyai adaptasi melindungi dirinya terhadap
serangan pemangsa, misalnya :
• Duri pada landak
• Bau pada celurut
• Spirobolus (kaki seribu) mensekresi asam hidrosianat yang beracun jika
diganggu.

Bila hewan telah mempunyai senjata tetapi tidak ada pemangsa yang tahu,
maka hewan tersebut berevolusi sehingga mempunyai warna yang mencolok
tanpa penyamaran sedikitpun, disebut aposematik. Misalnya pada larva kupu-
kupu raja berwarna mencolok tanpa penyamaran sedikitpun, dan di dalam
badannya terdapat zat kimia yang beracun untuk predator yang memangsanya.
Zat beracun tersebut berasal dari tumbuhan (milkweed) yang biasa dimakan.
Racun tersebut tetap disimpan sampai larva mengalami metamorfosis. Maka
burung yang memakan kupu-kupu raja akan memuntahkannya dan tidak akan
makan lagi.

C. MACAM MACAM BIORITME

Bioritme merupakan mekanisme internal yang dapat menghasilkan aksi perilaku


secara ritmik (teratur). Bioritme berupa irama perilaku hewan yang selalu berulang,
terpola dan terjadi secara periodik mengikuti irama tertentu (matahari atau bulan) baik
berupa irama harian, bulanan, atau tahunan. Munculnya Bioritme dipengaruhi oleh:
a. Kombinasi kontrol perilaku jangka pendek (sistem saraf) dan jangka panjang (sistem
hormon).
b. Pengaruh lingkungan secara alamiah yang mempunyai siklus (daily light, dark cycle,
reasonal)
c. Pengembangan variasi fisiologis endogen dan ritme perilaku yang secara periodik
selaras dengan ritme perlakuan yang terjadi pada spesies selama rentang evolusinya.

Berdasarkan irama pemicu eksternal (zeitgebres), Bioritme dibagi atas:

1. Ritme Harian (Circadian rhythms).


Istilah sirkadian berasal dari bahasa Latin circa, yang berarti "sekitar" (atau "kira-
kira"), dan diem atau dies, yang berarti "hari". Ilmu formal mengenai ritme
biologis sementara, seperti ritme harian, pasang surut, mingguan, musiman, dan
tahunan, disebut kronobiologi. Meskipun ritme sirkadian terjadi secara endogen
(tetap dan mandiri), ritme ini disesuaikan dengan lingkungan sekitar oleh isyarat
eksternal yang disebut zeitgebers, biasanya yang paling penting adalah pada siang
hari.
Untuk dapat disebut sirkadian, suatu ritme/irama biologis harus memenuhi empat
kriteria umum:
 Ritme tersebut berulang satu kali sehari (suatu ritme memliliki periode 24
jam). Agar dapat melacak waktu dalam sehari, jam harus berada di titik yang
sama pada waktu yang sama setiap hari, misalnya berulang setiap 24 jam.
 Ritme tersebut bertahan tanpa adanya isyarat eksternal (endogen). Ritme
tersebut tetap dalam kondisi konstan dengan jangka waktu sekitar 24 jam.
Alasan dari kriteria ini adalah untuk membedakan ritme sirkadian dari
tanggapan sederhana ke isyarat eksternal sehari-hari. Suatu ritme tidak dapat
dikatakan endogen, kecuali telah diuji dalam kondisi tanpa masukan/input
periodik eksternal.
 Ritme tersebut dapat disesuaikan agar sesuai dengan waktu setempat
(entrainable). Ritme tersebut dapat direset dengan pemaparan terhadap
rangsangan eksternal (seperti cahaya dan panas), sebuah proses yang disebut
entrainment. Alasan dari kriteria ini adalah untuk membedakan ritme
sirkadian dari ritme 24 jam endogen bayangan lainnya yang kebal pengaturan
ulang terhadap isyarat eksternal, dan dengan demikian tidak memenuhi tujuan
memperkirakan waktu setempat.
 Ritme tersebut mempertahankan periodisitas sirkadian pada rentang suhu
fisiologis, ritme tersebut menunjukkan kompensasi suhu. Beberapa organisme
hidup dalam berbagai suhu, dan perbedaan energi panas akan mempengaruhi
kinetika dari semua proses molekul dalam sel. Guna melacak waktu, jam
sirkadian pada organisme harus mempertahankan periodisitas sekitar 24 jam
meskipun kinetiknya berubah, suatu hal yang dikenal sebagai kompensasi
suhu.
2. Ritme Bulanan dan Pasang Surut (Circalunar dan Circatidal).
Mengikuti siklus rotasi bulan, ex: reproduksi cacing paolo. Siklus rotasi bulan
menimbulkan pasang-surut, pasang surut tidak secara langsung menjadi pemicu
ritme circatidal, tetapi fluktuasi antara paparan air laut dengan udara terbuka yang
dominan, ex: perilaku filtrasi bivalvia dan perilaku polychaeta.
3. Ritme Tahunan (Circanual).
Irama jangka panjang, berkaitan dengan perilaku migrasi, reproduksi, dan
dormansi, ex: burung migrasi, dormanis tupai gunung Alpen, perilaku bersarang
berang-berang.
Dalam banyak burung, reproduksi, meranggas, migrasi dan kegiatan musiman
lainnya dikendalikan oleh endogen rhythmicity circannual. Dalam kondisi
konstan, irama ini terus berlanjut selama bertahun-siklus dengan periode yang
menyimpang dari 12 bulan. Apakah atau tidak ritme dinyatakan tergantung pada
panjang hari (penyinaran), yang dengan demikian merupakan faktor permisif
penting dalam proses pembuatan irama. Di alam, irama circannual biasanya
disinkronisasi oleh perubahan musiman dalam penyinaran. Namun, burung
khatulistiwa dapat menggunakan intensitas cahaya siang hari, yang berubah
dengan siklus tahunan musim kemarau dan hujan, sebagai zeitgeber sinkronisasi.
Penyinaran juga memodulasi tingkat kemajuan fase berturut-turut rhythmicity,
sehingga penyesuaian yang optimal untuk siklus lingkungan tahunan dijamin.
Populasi spesies tertentu mungkin berbeda dalam respon mereka terhadap
penyinaran dengan cara yang dapat digambarkan sebagai 'adaptif populasi tertentu
reaksi norma'. Dalam penyanyi muda bermigrasi program circannual menentukan
perubahan arah bermigrasi dan, setidaknya sebagian, perjalanan waktu dan jarak
migrasi. Mekanisme circannual ini diganti atau ditambah pada burung yang lebih
tua dengan mekanisme yang dibentuk atas dasar pembelajaran dan memori.
Secara umum, irama circannual sangat erat terlibat dalam organisasi musiman
perilaku burung, menyediakan substrat ke mana faktor lingkungan musiman
bertindak.

D. POLA ORIENTASI DAN NAVIGASI HEWAN

Perilaku hewan merupakan bentuk strategi adaptasi bagi keberlangsungan hidup


hewan yang meliputi semua gerakan motorik dan semua sensasi yang dialami oleh hewan
sebagai respon atas perubahan internal milieu dan lingkungan eksternal (fisik, biotis,
sosial). Terdapat beragam jenis perilaku pada hewan. Sallah satuperilaku yang menarik
untuk di pelajari sistem navigasi alami yang dimiliki oleh hewan.
Ketika sistem navigasi otomatis di mobil dan kendaraan lainnya adalah inovasi
terbaru dan masih sangat mahal harganya, tanpa kita sadari ternyata ada beberapa
makhluk hidup di bumi yang memiliki sistem navigasi alamiah yang unik dan sangat luar
biasa sekali dalam lingkaran kehidupan makhluk-makhluk itu. Ternyata di balik mahal
dan gemerlapnya pengembangan sistem navigasi untuk manusia, Tuhan telah
menganugerahkan sistem navigasi tersendiri untuk beberapa hewan di bumi, murah dan
gratis.
Sudah menjadi naluri hewani bahwa ada beberapa hewan yang melakukan
migrasi. Migrasi adalah perpindahan tempat dari satu tempat ke tempat lainnya.
Contonya terdapat pada dunia burung, serangga, ikan dan beberapa mamalia. Fenomena
migrasi ini menghasilkan jalur-jalur perpindahan yang dilewati oleh hewan-hewan
tersebut. Sebut saja burung, pada burung jalur migrasi ada dua, yaitu jalur pergi dan jalur
pulang, dan bahkan jalur-jalur ini akan berubah-ubah setiap kali musim migrasi berganti

Prinsip Orientasi Dan Pola Orientasi

Orientasi adalah prilaku hewan dimana hewan tersebut akan memutar tubuhnya
menjauhi atau mendekati diri / kerarah sumber rangsangan. Dalam orientasi,seekor
hewan dapat menentukan arah kompas dan berjalan dalam lintasan yang lurus untuk
menempuh jarak tertentu atau hingga sampai di tempat tujuan.Perilaku ini sangat
mendasar pada setiap hewan untuk mencari makan, minum, sinar matahari lawan jenis,
interaksi, interaksi dengan anggota kelomponya.

 Kinesis merupakan salah satu tingkah laku orientasi yang sederhana dimana
organisme-organisme akan merespon secara tidak langsung terhadap rangsangan.
 Taksis juga merupakan tingkah laku orientasi untuk hewan-hewan yang dapat
menentukan jarak dengan sumber rangsang. Respon yang banyak dilakukan
antara lain fototaksis yaitu pengaruh rangsang cahaya terhadap suatu organisme,
termotaksis yaitu pengaruh suhu terhadap organisme, geotaksis biasanya diamati
dengan menjauhi atau mendekati bumi dan kemotaksis pengaruh zat kimia
terhadap organisme.

Sistem Navigasi Hewan

Sistem navigasi adalah suatu sistem yang dapat mempermudah untuk mengetahui
suatu tempat dengan kata lain Navigasi atau pandu arah adalah penentuan kedudukan
(position) dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya dan oleh sebab itulah
pengetahuan tentang pedoman arah (compass) dan peta serta teknik penggunaannya
haruslah dimiliki dan dipahami.Wikelski mengungkapkan, sejumlah hewan memiliki apa
yang dinamakan built-in magnetic system layaknya kompas pada umumnya. Namun
demikian, banyak hal yang masih belum diketahui mengenai bagaimana cara hewan
tersebut melakukan proses navigasi.

Beberapa penelitian lebih lanjut merujuk kepada peranan bau dalam navigasi. Ini
sebagai salah satu mekanisme yang sangat penting bagi navigator untuk memberitahu di
mana keberadaan dan membawa Anda pulang.

Setiap hewan yang kembali ke tempat yang tepat setelah melakukan perjalanan
yang panjang atau kembali ke tempat semula lagi dan lagi, merupakan suatu kemampuan
navigasi yang dimiliki oleh hewan.

Macam- Macam Navigasi Hewan

Setiap hewan memiliki sistem navigasi yang berbeda-beda. Kemampuan navigasi hewan
dengan memanfaatkan bau, cahaya matahari, gelombang ultrasonik, galaksi bima sakti
seperti rasi bintang. Ada beberapa contoh hewan yang memiliki kemampuan navigasi
diantaranya yaitu sebagai berikut:

 Belut atau ikan zidat. Hewan pemilik tubuh panjang, termasuk dalam kelompok
ikan bertulang, membentuk lintasan yang hebat di seluruh lautan. Belut Eropa
sebagai contohnya, lahir di sungai-sungai Eropa kemudian melakukan perjalanan
melintasi Laut Sargasso dengan jarak ribuan mil untuk bertelur.
 Bar-tailed godwit. Sejenis burung pantai yang mampu terbang dalam satu kali
perjalanan dari peternakan asal mereka di Alaska melintasi dunia sampai ke
Selandaia Baru. Pada tahun 2007, bar-tailed godwit betina melakukan migrasi
terpanjang yang pernah dilakukan secara non-stop. Jika diukur dari Alaska hingga
Selandia Baru, burung ini kurang lebih menmpuh jarak 11.500 kilometer.
 Blackpoll warbler. Burung penghuni hutan di Amerika Tengah telah menemukan
jalan keluar untuk mendapatkan perlindungan saat musim dingin tiba di
Venezuela. Burung ini menggemukkan tubuh mereka sebelum naik di atas angin
dan terbang berlayar dari utara Amerika Serikat menuju Amerika Selatan dalam
waktu seratus jam, melintasi angin di atas laut terbuka.
 Kelelawar mexican free-tailed. Kelelawar merupakan mamalia terbang yang
sangat umum dijumpai di Texas, di mana mereka membentuk koloni hingga
jutaan. Dalam sebuah studi, peneliti menemukan bahwa mereka dapat terbang
sejauh 70 kilometer dari sebuah gua yang menjadi rumah mereka, hanya untuk
mencari ngengat atau nyamuk.
 Semut gurun sahara. Semut gurun Sahara ini merupakan serangga yang mampu
melakukan perjalanan yang lumayan hingga mencapai 0,5 kilometer dari sarang
mereka untuk mencari makan. Meskipun semut-semut ini berlari berantakan
dengan berbagai, mereka mampu mengingat seberapa jauh mereka pergi dengan
menghitung langkah. Serta menavigasi dengan menggunakan pola cahaya yang
terpolarisasi dari matahari.
 Kumbang. Binatang ini terlihat sangat kecil, tetapi kumbang kotoran memiliki
pandangan yang sangat tegas terhadap bintang. Kumbang adalah serangga
pertama yang terbukti menggunakan bintang dari galaksi Bima Sakti untuk
membantu mengarahkan jalan. Meskipun mata mereka terlalu lemah untuk
membedakan rasi bintang tetapi para ilmuwan meyakini bahwa serangga ini
menggunakan cahaya Bima Sakti untuk menavigasi arah jalan mereka agar lurus.
Dan juga untuk memastikan agar mereka tidak berputar kembali ke tumpukan
bola kotoran si pesaing. "Bahkan pada malam tak berbulan, kumbang kotoran
masih berhasil menunjukkan arah di sepanjang jalan lurus," kata Dr Marie Dacke
dari Universitas Lund, Swedia. Menurutnya, ini mendorong mereka untuk
membuktikan bahwa kumbang tersebut mengeksploitasi langit berbintang sebagai
arah orientasi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Faktor Penyebab Perilaku Hewan terdiri dari 3 bagian yakni :


1. Faktor Genetis : Gen merupakan unit pewaris sifat yang mempertahankan identitas
strukturalnya dari generasi ke generasi.
2. Faktor Lingkungan : Seperti ciri fenotipik lainnya, perilaku memperlihatkan suatu
kisaran variasi fenotipik yang bergantung pada lingkungan, di mana genotipe itu
diekspresikan
3. Kematangan fisik dan fisiologis : kematangan adalah keadaan atau kondisi bentuk,
struktur dan kondisi yang lengkap atau dewasa pada suatu organisme.
Pola dan jenis perilaku hewan dibedakan menjadi 2 : Perilaku bawaan : Innate ,
Insting , Pola Aksi Tetap dan Perilaku akibat Proses Belajar : Habituation , imprinting ,
Reflex bersyarat Cara menghindari Predator : Perilaku Alturistik, Mimikri, Kamuflase.
Bioritme merupakan mekanisme internal yang dapat menghasilkan aksi perilaku
secara ritmik (teratur) Munculnya bioritme dipengaruhi oleh : kombinasi kontrol perilaku
jangka pendek dan jangka panjang , pengaruh lingkungan secara alamiah yang
mempunya siklus , Pengembangan variasi fisiolofis endogen dan ritme perilaku yang
secara periodic selaras dengan ritme perlakuan Berdasarkan irama pemicu eksternal ,
bioritme dibagi atas ritme harian , ritme bulanan dan ritme tahunan
Orientasi adalah prilaku hewan dimana hewan tersebut akan memutar tubuhnya
menjauhi atau mendekati diri / kerarah sumber rangsangan. Sistem navigasi adalah suatu
sistem yang dapat mempermudah untuk mengetahui suatu tempat Contoh hewan yang
memiliki kemampuan navigasi yakni belut , kumbang , bar-tailed godwit
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, J. 2007. Studi Perilaku Harian Burung Kasturi Merah (Eos bornea) Di Penangkaran Bidang Zoologi
Pusat Penelitian Biologi LIPI Cibinong Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Brotowidjoyo, M. D. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Crain , William . 2007 . Teori Perkembangan : Konsep dan Apikasi . Jakarta : Pustaka Belajar

Sukarsono. 2009. Pengantar Ekologi Hewan; Konsep, Perilaku, Psikologi dan Komunikasi. Malang: UMM
Press

Anda mungkin juga menyukai