Anda di halaman 1dari 29

MATA KULIAH : PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

DOSEN PENGAMPUH : 1. Dr. Dian Novita Siswanti, S.Psi., M.Si., M.Psi.,

Psikolog

2. Eka Sufartianingsih Jafar, S.Psi., M.Psi.,

Psikolog

MAKALAH
PERMULAAN BIOLOGIS, MASA PRENATAL DAN NEONATAL

Disusun Oleh Kelompok 1 :

Cinta Vivian 200701502030


Himmah Auliyah 200701501016
Nur Amalia Ramadhani 200701502086
Nurhaliza Ainun Aswar 200701500034
Para Fibrianti 200701502102

Psikologi B

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
‘‘Perkembangan Biologis, Masa Prenatal dan Neonatal’’. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
Psikologi Perkembangan Anak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eka Sufartianingsih Jafar, S.Psi., M.Psi.,
Psikolog., selaku dosen mata kuliah Psikologi Perkembangan Anak yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.

Kami juga menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 26 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Permulaan Biologis.......................................................................................3

B. Masa Prenatal..............................................................................................10

C. Masa Neonatal.............................................................................................18

BAB III PENUTUP...............................................................................................25

A. Kesimpulan.................................................................................................25

B. Saran............................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam siklus kehidupannya, manusia pasti mengalami proses


perkembangan baik dari segi fisik maupun psikologisnya. Ada lika-liku
perkembangan yang harus dilalui oleh masing-masing individu, terkadap
beberapa aspek tertentu sama dengan individu lainnya tetapi bisa juga
berbeda.
Seorang individu terdiri dari milyaran gen, yang setiap individunya
berbeda-beda. Pengaruh genetik pada perilaku berkembang dari waktu ke
waktu dan pada banyak spesies. Banyak sifat dan karakteristik yang
dipengaruhi secara genetik memiliki sejarah evolusi panjang yang
dipertahankan dalam DNA kita.
Perkembangan individu dimulai dari masa sebelum kelahiran atau
yang lebih sering disebut dengan masa pranatal. Dalam masa pranatal ini,
manusia mulai mengalami perkembangannya. Tahap pranatal merupakan
awal dan penentu tahapan perkembangan berikutnya. Penting bagi semua
orang tua untuk mengetahui perkembangan anak mulai dari masa pranatal
hingga ke masa-masa perkembangan berikutnya. Hal ini agar para orang
tua tau dampak fisik dan dampak psikologis apa saja yang bisa terjadi pada
anak mulai dari awal perkembangan.
Masa bayi dianggap sebagai masa dasar, karena merupakan dasar
periode kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola
perilaku, sikap, dan pola ekspresi emosi terbentuk. Masa bayi berlangsung
dua tahun pertama setelah periode bayi baru lahir.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana permulaan biologis seorang anak?


2. Apa saja yang terjadi selama masa prenatal?
3. Bagaimana perkembangan seorang anak pada masa neonatal?

1
C. Tujuan

1. Mengetahui bagaimana permulaan biologis seorang anak.


2. Mengetahui apa saja yang terjadi pada masa prenatal.
3. Mengetahui perkembangan seorang anak pada masa neonatal.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Permulaan Biologis
Organisme tidak seperti bola biliar, digerakkan oleh gaya eksternal
sederhana ke posisi yang dapat diprediksi di meja kehidupan. Pengalaman
lingkungan dan dasar biologis bekerja sama untuk membuat kita menjadi diri
kita sendiri. Cakupan tentang permulaan biologis kehidupan berfokus pada
evolusi, dasar genetik, tantangan dan pilihan terkait reproduksi, serta interaksi
keturunan dan lingkungan.
1. Landasan Genetik Perkembangan
a. Gen kolaboratif
Setiap manusia memulai hidup sebagai satu sel dengan berat
sekitar sepersepuluh juta ons. Materi ini menampung seluruh instruksi
kode genetic yang mengatur pertumbuhan dari sel tunggal itu menjadi
seseorang yang terdiri dari triliunan sel, dan masing-masing berisi
replika kode asli.
Aktivitas gen dipengaruhi oleh lingkungannya. Misalnya, hormon
yang bersirkulasi di dalam darah masuk ke dalam sel tempat mereka
dapat mengaktifkan dan menonaktifkan gen. Aliran hormon dapat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, seperti cahaya, panjang hari,
nutrisi, dan perilaku. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa
peristiwa eksternal di luar sel asli dan orang tersebut, serta peristiwa di
dalam sel, dapat merangsang atau menghambat ekspresi gen. Sebagai
contoh, sebuah penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa
peningkatan konsentrasi hormon stres seperti kortisol menghasilkan
peningkatan kerusakan DNA lima kali lipat. Penelitian lain
menunjukkan bahwa pengalaman di awal perkembangan dapat
mengubah ekspresi gen dan ekspresi ini terkait dengan perilaku di
kemudian hari.

3
b. Gen dan kromosom
Gen-gen tidak hanya berkolaborasi, gen-gen itu bersifat tahan
lama. Bagaimana gen-gen memiliki kemampuan untuk diwariskan dari
satu generasi kegenarasi berikutnya. Dan kemudian terkandung dalam
keseluruhan sel tubuh yang berjumlah triliunan.
1) Mitosis. Semua sel yang terdapat didalam tubuh anda, kecuali
sperma dan telur, memiliki 46 kromosom yang tersusun atas 23
pasang. Sel-sel ini dihasilkan melalui sebuah proses yang disebut
mitosis
2) Meiosis. Suatu jenis pembelahan sel yang berbedah-meiosis-
membentuk telur dan sperma (gamet) selama meiosis sebuah sel
dari testis (pada laki-laki) atau ovarium (pada perempuan) juga
menggandakan kromosomnya, membelah dua kali sehinggah
terbentuklah 4 sel, masing-masing hanya memiliki setengah materi
genetik dari sel orang tua. Pada akhir meiosis masing- masing telur
arau sperma memiliki 23 kromososm yang tidak berpasangan.
3) Pembuahan. Selama pembuahan (fertilization), sebuah telur dan
sebuah sperma bergabung untuk membentuk sebuah sel tunggal,
yang di sebut zigot. Di dalam zigot, 23 kromosom yang tidak
berpasangan dari telur dan 23 kromosom yang tidak berpasangan
dari sperma yang berkombinasi membentuk satu set 23 kromosom
berpasangan- dalam setiap pasangan terdapat 1 kromosom dari sel
telur ibu dan satu lagi dari sperma ayah. Melalui cara ini, setiap
orang tua berkontribusi sebesar setengah dari materi genetik
keturunannya.

c. Prinsip genetika
Sejumlah prinsip genetik telah ditemukan, di antaranya adalah gen
resesif dominan, gen terkait jenis kelamin, pencetakan genom, dan
karakteristik yang ditentukan secara poligenik.

4
1) Gen resesif dominan
Dalam beberapa kasus, satu gen dari suatu pasangan selalu
memberikan efeknya yang disebut dominan, mengesampingkan
pengaruh potensial dari gen lain, yang disebut gen resesif. Ini
adalah prinsip gen dominan-resesif. Gen resesif menggunakan
pengaruhnya hanya jika dua gen dari suatu pasangan resesif. Jika
individu mewarisi gen resesif untuk suatu sifat dari masing-masing
orang tua, maka invidu itu akan menunjukkan sifat tersebut. Jika
individu mewarisi gen resesif hanya dari satu orang tua, individu
tersebut mungkin tidak pernah tahu bahwa ia membawa gen
tersebut.
2) Gen terkait jenis kelamin
Kebanyakan gen yang bermutasi bersifat resesif. Ketika gen
yang bermutasi dibawa pada kromosom X, hasilnya disebut
pewarisan terkait-X. Implikasi bagi laki-laki mungkin sangat
berbeda dari perempuan. Ingatlah bahwa laki-laki hanya memiliki
satu kromosom X. Jadi, jika ada gen pembuat penyakit yang
berubah pada kromosom X, laki-laki tidak memiliki salinan
"cadangan" untuk melawan gen berbahaya tersebut dan oleh karena
itu dapat membawa penyakit terkait-X. Namun, wanita memiliki
kromosom X kedua, yang kemungkinan besar tidak akan berubah.
Akibatnya, mereka tidak mungkin mengidap penyakit terkait-X.
Jadi, kebanyakan orang yang memiliki penyakit terkait-X adalah
laki-laki. Wanita yang memiliki satu salinan gen X yang diubah
dikenal sebagai "pembawa," dan mereka biasanya tidak
menunjukkan tanda-tanda penyakit terkait-X.
3) Pencetakan gen
Pencetakan genetik terjadi ketika ekspresi gen memiliki
efek berbeda tergantung pada apakah ibu atau ayah mewariskan
gen tersebut. Misalnya, sebagai hasil dari pencetakan, hanya
salinan gen yang diekspresikan yang diturunkan dari ibu mungkin
aktif, sedangkan salinan yang diturunkan dari ayah dari gen yang

5
diekspresikan yang sama dibungkam atau sebaliknya. Saat
pencetakan berjalan serba salah, perkembangan terganggu, seperti
dalam kasus sindrom Beckwith-Wiedemann, gangguan
pertumbuhan, dan tumor Wilms, sejenis kanker.
4) Karakteristik yang ditentukan secara poligenik
Beberapa karakteristik gen mencerminkan pengaruh satu
gen atau pasangan gen. Sebagian besar ditentukan oleh interaksi
berbagai gen. Bahkan sifat sederhana seperti tinggi badan,
misalnya, mencerminkan interaksi banyak gen, serta pengaruh
lingkungan. Kebanyakan penyakit, seperti kanker dan diabetes,
berkembang sebagai akibat dari interaksi gen yang kompleks dan
faktor lingkungan.
Istilah interaksi gen-gen semakin sering digunakan untuk
menggambarkan studi yang berfokus pada saling ketergantungan
dua atau lebih gen dalam memengaruhi karakteristik, perilaku,
penyakit, dan perkembangan.

d. Abnormalitas kromosom dan gen


Abnormalitas kromosom terdiri atas:
1) Sindrom down, yaitu memiliki wajah bulat, tulang, tengkorak,
lipatan kulit tambahan sepanjang kelopak mata, lidah menonjol,
tungkai dan lengan pendek, serta keterbelakangan kemampuan
motorik dan mental. Disebebkan karena munculnya kromosom.
2) Sindrom Klinefelter, yaitu pria yang mengidap kelainan ini
memiliki testis yang tidak berkembang dan biasanya memiliki buah
dada yang besar dan tumbuh dengan tinggi.
3) Sindrom kelemahan kromosom X, yaitu kelainan ini sering kali
mengakibatkan defisiensi mental, namun juga dapat berupa
keterbelakangan mental, gangguan belajar atau rentang perhatian
yang pendek.
4) Sindrom turner, yaitu perempuan ini umunya pendek, dan lehernya
kuat. Mereka mungkin mandul dan megalami kesulitan di bidang

6
matematika, namun kemampuan ferbal mereka seringkali cukup
baik
5) Sindrom XYY, yaitu seorang laki-laki memiliki satu kromosom Y
Ekstra cendrung menjadi agresif dan kejam. Namun para peneliti
akhirnya menemukan bahwa laki-laki XYY tisak lebih melibatkan
diri dalam kejahatan di bandingkan dengan laki-laki XY

Abnormalitas gen terdiri atas:


1) Fenilketonuris/phenylketonuria (PKU) ialah sebuah kelainan
genetik yang menyebabkan individu tidak dapat secara sempurnah
menjalankan metabolisme fenilalanin, salah satu asam amino.
2) Anemia sel sabit (sickle-cell anemie) ini paling sering terjadi pada
orang afrika-Amerika, meruoakan suatu kelainan genetik yang
mempengaruhi sel darah merah, gaitu mengakibatkan sel-sel tubuh
menjadikekurangan oksigen sehingga menyebabkan anemia dan
kematian secara individu.
Adapun penyakit Abnormalitasi gen yang kain yaitu: cysti fibrosis,
diabetes, hemophilia, penyakit huntingtori, spina bifida dan penyakit
tay-sachh.
Menangani abnormalitas genetic mungkin bisa dilakukan dengan
memberikan hasil analisis genom yang mengungkap resiko penyakit
mengenai keturunan seseorang.

2. Interaksi Herediter dan Lingkungan


a. Genetika perilaku
Genetika perilaku adalah bidang yang berusaha untuk menemukan
pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap perbedaan individu dalam
sifat dan perkembangan manusia. Genetika perilaku tidak menentukan
sejauh mana genetika atau lingkungan memengaruhi ciri-ciri individu.
Ahli genetika perilaku mencari tahu apa yang bertanggung jawab atas
perbedaan di antara orang-orang, yaitu, sejauh mana perbedaan orang
karena perbedaan gen, lingkungan, atau kombinasi dari semuanya.

7
b. Korelasi antara hereditas dan lingkungan
Korelasi antara hereditas dan lingkungan menunjukkan bahwa gen
individu dapat memengaruhi jenis lingkungan tempat mereka terpapar.
Dalam arti tertentu, individu "mewarisi" lingkungan yang mungkin
terkait atau terkait dengan "kecenderungan" genetik.
Berikut adalah tiga hal cara berkorelasi hereditas dan lingkungan yang
di jelaskan oleh ahli genetika perilaku Sandra Scarr (1993):
1) Korelasi genotip-lingkungan pasif (passive genotype-environment
correlation). Korelasi ini terjadi saat orang tua kandung
memberikan lingkungan pengasuhan tertentu untuk anaknya.
2) Korelasi genotip-lingkungan evokatif (evokative genotype-
environment correlation). Korelasi ini terjadi saat karakteristik
seorang anak membangkitkan jenis lingkungan tertentu.
3) Korelasi genotip-lingkungan aktif. Korelasi ini terjadi saat seorang
anak memilih sendiri lingkungan yang mereka anggap sesuai.

c. Lingkungan yang dialami bersama dan yang tidak dialami bersama


Pengalaman yang dialami bersama adalah pengalaman umum
saudara kandung, seperti kepribadian atau orientasi intelektual orang
tua, status sosial ekonomi keluarga, dan lingkungan tempat mereka
hidup. Sebaliknya, pengalaman lingkungan yang tidak dialami
bersama adalah pengalaman unik seorang anak, baik di dalam keluarga
maupun di luar keluarga, yang tidak dialami bersama dengan saudara
kandungnya. Bahkan pengalaman yang terjadi dalam keluarga dapat
menjadi bagian dari "lingkungan yang tidak dialami bersama".
Misalnya, orang tua sering berinteraksi secara berbeda dengan
setiap saudara kandung, dan saudara kandung berinteraksi secara
berbeda dengan orang tua. Saudara kandung sering kali memiliki
kelompok teman sebaya yang berbeda, teman yang berbeda, dan guru
yang berbeda di sekolah.

8
d. Pandangan epigenetic dan interaksi antara gen dan lingkungan
1) Pandangan epigenetic
Pandangan Epigenetik Sejalan dengan konsep gen
kolaboratif, yang menyatakan bahwa perkembangan adalah hasil
dari pertukaran dua arah yang sedang berlangsung antara hereditas
dan lingkungan.
Salah satu contohnya ialah seorang bayi mewarisi gen dari
kedua orang tuanya saat pembuahan. Selama perkembangan
prenatal, racun, nutrisi, dan stres dapat memengaruhi beberapa gen
untuk berhenti berfungsi sementara yang lain menjadi lebih kuat
atau lebih lemah. Selama masa bayi, pengalaman lingkungan yang
sama seperti racun, nutrisi, stres, pembelajaran, dan dorongan terus
mengubah aktivitas genetik dan aktivitas sistem saraf yang secara
langsung mendasari perilaku. Keturunan dan lingkungan bekerja
sama atau berkolaborasi untuk menghasilkan kecerdasan,
temperamen, tinggi badan, berat badan, kemampuan melempar
bola bisbol, kemampuan membaca, dan sebagainya.
2) Interaksi antara gen dan lingkungan
Interaksi antara gen dan lingkungan ialah interaksi antara
variasi spesifik dari DNA dan aspek spesifik dari lingkungan.
Contohnya pada salah satu penelitian menemukan bahwa
individu yang memiliki versi pendek dari genotipe berlabel 5-
HTTLPR (gen yang melibatkan neurotransmitter serotonin) hanya
memiliki risiko tinggi untuk mengembangkan depresi jika mereka
juga memiliki kehidupan yang penuh. Jadi, gen spesifik tidak
terkait langsung dengan perkembangan depresi, melainkan
berinteraksi dengan paparan lingkungan terhadap stres untuk
memprediksi apakah individu akan mengembangkan depresi.

9
B. Masa Prenatal
Penting bagi semua orang tua untuk mengetahui perkembangan anak
mulai dari masa pranatal hingga ke masa-masa perkembangan berikutnya. Hal
ini agar para orang tua tau dampak fisik dan dampak psikologis apa saja yang
bisa terjadi pada anak mulai dari awal perkembangan hingga pada akhirnya.
Perkembangan manusia, tidak dimulai ketika dilahirkan di dunia, melainkan
dimulai dari masa sebelum kelahiran atau yang lebih sering disebut dengan
masa pranatal. Dalam masa pranatal ini, manusia mulai mengalami
perkembangannya. Tahap pranatal merupakan awal dan penentu tahapan
perkembangan berikutnya.
1. Masa Pra-Kelahiran
a. Perkembangan prenatal
Masa pranatal merupakan masa (waktu) dimana manusia
mengalami perkembangan untuk pertama kalinya atau biasa disebut
dengan awal perkembangan. Masa ini terjadi selama dalam rahim
seorang ibu, yaitu berkisar sekitar 9 bulan lebih 10 hari, ini merupakan
perkiraan rata-rata yang sering dialami oleh sebagian besar
perkembangan manusia di dalam rahim meskipun terkadang sering
juga ditemukan usia janin yang kurang dari usia tersebut yang biasa
disebut dalam ilmu kedokteran sebagai janin prematur (waktu yang
semestinya bayi belum bisa dilahirkan).
Perkembangan prenatal yang khas dimulai dengan pembuahan dan
diakhiri dengan kelahiran, berlangsung antara 266 dan 280 hari (dari
38 hingga 40 minggu). Ini dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu,
germinal, embrionik, dan janin.
1) Tahap germinal
Tahap germinal adalah tahap perkembangan prenatal yang
terjadi dalam dua minggu pertama setelah pembuahan. Ini
mencakup pembuatan sel telur yang telah dibuahi, yang disebut
zigot, pembelahan sel, dan pelekatan zigot ke dinding rahim. Zigot
membelah diri dan menjadi lebih kompleks kemudian menempel

10
pada dinding rahim menjadi tanda awal masa kehamilan. Dalam
waktu 36 jam setelah pembuahan, zigot memasuki masa
pembelahan dan duplikasi sel cepat (mitosis). 72 jam setelah
pembuahan, zigot membelah diri menjadi 16 dan kemudian 32 sel,
sehari kemudian menjadi 64 sel. Pembelahan ini terus berlangsung
sampai satu sel pertama berkembang menjadi 800 juta atau lebih
sel khusus yang membentuk tubuh manusia.
2) Tahap embrionik
Tahap embrio adalah tahap perkembangan prenatal yang
terjadi dari dua hingga delapan minggu setelah pembuahan.
Selama periode embrio, kecepatan diferensiasi sel meningkat,
sistem pendukung untuk bentuk sel, dan organ muncul. Ini adalah
masa kritis, saat embrio paling rentan terhadap pengaruh destruktif
dari lingkungan pranatal. Sistem atau struktur organ yang masih
berkembang pada saat terpapar lebih mungkin untuk terkena
efeknya. Cacat yang terjadi pada saat kehamilan tahapan
selanjutnya tidak lebih serius.
Janin laki-laki lebih memiliki kemungkinan untuk
mengalami keguguran secara spontan atau dilahirkan dalam
keadaan meninggal daripada janin perempuan. Walaupun sekitar
125 laki- laki di konsepsi untuk 100 perempuan, fakta yang fakta
yang dihubungkan dengan mobilitas sperma dalam membawa
kromosom Y yang lebih kecil, hanya 105 anak laki-laki yang
dilahirkan untuk setiap 100 perempuan. Kerentanan laki-laki
berlanjut setelah dilahirkan, lebih banyak dari mereka yang
meninggal di awal kehidupan, dan di setiap tahapan kehidupan
mereka lebih rentan terhadap berbagai macam penyakit. Hasilnya,
hanya ada 96 laki-laki untuk setiap 100 perempuan di AS.
3) Tahap janin/fetal
Tahap janin, berlangsung sekitar tujuh bulan, yaitu masa
kehamilan antara dua bulan setelah pembuahan dan kelahiran pada
kehamilan biasa. Selama masa ini, janin tumbuh dengan pesat

11
sekitar 20 kali lebih besar daripada ukuran panjangnya dan organ
sekaligus sistem tubuh menjadi lebih kompleks. Sentuhan akhir
seperti kuku jari tangan dan kaki tumbuh serta kelopak mata
terbuka.
Tingkat aktivitas dan pergerakan janin menunjukkan
perbedaan individual yang ditandai dengan kecepatan jantung
mereka yang berubah-ubah. Janin laki- laki, terlepas dari besar dan
ukurannya, lebih aktif dan cenderung lebih semangat saat bergerak
selama masa kehamilan. Dengan demikian, kecenderungan bayi
laki-laki untuk lebih aktif dibandingkan bayi perempuan mungkin
merupakan bagian dari pembawaan sejak lahir.

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi prenatal


1) Teratogen. Unsur-unsur yang menyebabkan adanya kelainan pada
kelahiran akibat dari proses kehamilan yang tidak optimal.
2) Dosis, kerentanan genetik, dan waktu paparan memengaruhi
keparahan kerusakan pada janin dan jenis cacat yang terjadi.
3) Obat resep yang bisa berbahaya termasuk antibiotik. Obat tanpa
resep yang bisa berbahaya termasuk pil diet, aspirin, dan kafein.
4) Obat psikoaktif legal yang berpotensi berbahaya bagi
perkembangan prenatal termasuk alkohol dan nikotin. Kelompok
gangguan spektrum alkohol janin adalah kelainan yang muncul
pada keturunan ibu yang banyak minum selama kehamilan.
Bahkan ketika wanita hamil minum secukupnya (satu sampai dua
gelas sedikit hari seminggu), efek negatif pada keturunan mereka
telah ditemukan.
5) Merokok oleh wanita hamil memiliki efek buruk yang serius pada
perkembangan prenatal dan anak (seperti berat badan lahir rendah).
Obat psikoaktif ilegal yang berpotensi berbahaya bagi keturunan
termasuk metamfetamin, mariyuana, kokain, dan heroin.
6) Ketidakcocokan golongan darah ibu dan ayah juga bisa
membahayakan janin. Bahaya lingkungan meliputi radiasi,

12
pencemar lingkungan, dan limbah beracun. Sifilis, rubella (campak
Jerman), herpes kelamin, dan AIDS penyakit menular yang dapat
membahayakan janin.
7) Faktor orang tua lainnya termasuk keibuan diet dan nutrisi, usia,
keadaan emosi dan stres, dan faktor ayah. Janin yang sedang
berkembang bergantung sepenuhnya pada ibunya untuk
mendapatkan nutrisi.
8) Usia ibu dapat berdampak negatif pada perkembangan keturunan
jika ibunya berusia remaja atau lebih dari 35 tahun.
9) Stres yang tinggi pada ibu dikaitkan dengan hasil prenatal dan
kelahiran yang kurang optimal.
10) Faktor ayah yang dapat mempengaruhi perkembangan prenatal
termasuk paparan timbal, radiasi, pestisida tertentu, dan
petrokimia.

c. Komplikasi prenatal
1) Kemandulan
Kemandulan terjadi apabila tidak terjadi pembuahan setelah 1
tahun melakukan hubungan suami istri secara teratur. Kemandulan
dapat terjadi dari ayah maupun ibu.
2) Kehamilan beresiko tinggi
Beberapa ibu mengalami kehamilan beresiko ketika mengandung
yang mengharuskan mereka bedrest dan perlu minum banyak obat
penguat rahim.
3) Hamil anggur
Mola Hidatidosa atau hamil anggur adalah kehamilan dengan
kondisi rahim yang berisi gelembung-gelembung cairan yang
bentuknya seperti buah anggur.
4) TORCH
TORCH, atau Toksoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan
Herpes. Toksoplasma disebabkan parasit toxoplasma gondi yang
hidup di organisme lain sebagai induk seperti kelinci, kucing,

13
anjing, kambing, atau babi. Janin bisa beresiko tertular melalui
darah atau plasenta dan dapat menyebabkan cacat bawaan seperti
hidrosefalus, mikrosefalus, pengapuran otak, pembesaran hati dan
tuli.
5) Kehamilan kosong
Kehamilan kosong terjadi apabila sel telur yang telah dibuahi tidak
berkembang sempurna melainkan membentuk plasenta berisi
cairan. Plasenta tetap ada sehingga seolah-olah ada janin padahal
kosong. Bisa disebabkan karena kromosom ibu, TORCH, diabetes
melitus, usia suami istri tua sehingga kualitas sperma dan ovum
menurun.
6) Miom dan kista
Miom adalah sel otot dinding rahim yang berubah menjadi tumor.
Perkembangannya ada yang perlahan dan ada yang cepat, tidak
berbahaya dan jarang berubah menjadi kanker. Sedang kista adalah
kantong berisi cairan. Biasanya terdapat pada ovarium atau indung
telur selain di paru-paru, otak maupun kulit. Pertumbuhannya
sangat pelan. Kista bisa berubah menjadi kanker ganas di usia 45
tahun ke atas.
7) Hamil di luar kandungan Hamil ektopik atau hamil di luar
kandungan adalah kondisi di mana janin tidak berkembang di
dalam rahim melainkan di luar rahim seperti di saluran telur.
8) Mual dan muntah berlebihan
Saat kehamilan terjadi terkadang beberapa ibu mengalami gejala
hyperemesis gravidarum seperti morning sickness atau muntah di
pagi hari. Namun muntahnya ini tidak biasa melainkan berlebihan
dan terus menerus sepanjang hari yang bisa menyebabkan berat
badan ibu turun dan mengalami dehidrasi.
9) Pra-eklampsia
Pra-eklampsia terjadi dengan gejala tekanan darah tinggi lebih dari
140/90 mmhg, kaki bengkak, bahkan seluruh tubuh, ada kadar
protein di urine akibat gangguan ginjal. Disebabkan oleh hamil

14
bayi kembar, kehamilan pertama, riwayat hipertensi, hamil di atas
usia 35, diet buruk, gangguan ginjal. Bisa menyebabkan stroke,
kejang bahkan kematian. Untuk kasus ini biasanya persalinan
dilakukan dengan Caesar.
10) Anemia zat besi
Anemia akibat kekurangan zat besi dapat dilihat tanda-tandanya
seperti letih, lesu, dan lemah. Anemia bisa disebabkan karena jarak
kehamilan yang dekat, mengandung janin kembar, pola makan
buruk, mual muntah berlebihan, dan menderita tuberkulosis.

d. Bahaya psikologis pada masa prenatal


Seperti bahaya fisik yang dihubungkan dengan periode prenatal,
bahaya psikologis dapat menimbulkan akibat yang tetap ada pada
perkembangan individu dan dapat mempengaruhi lingkungan sesudah
dilahirkan dan perlakuan yang diterima anak dari orangorang yang
berarti selama tahun-tahun pertumbuhan awal ada tiga bahaya
psikologis yang penting berupa kepercayaan tradisional tentang
perkembangan pranatal, tekanan yang diterima ibu selama periode itu,
dan sikapsikap yang kurang menyenangkan kepada anak yang belum
lahir dari orang-orang yang akan memegang peranan penting dalam
kehidupan.

2. Kelahiran
Bagi sebagian besar wanita, kelahiran merupakan proses alami
setelah melalui masa kehamilan selama berbulanbulan. Walaupun proses
melahirkan pada dasarnya sama bagi semua calon ibu, pengalaman
masing-masing ibu sering kali unik. Proses persalinan dan melahirkan
dapat terjadi lebih dini, tepat waktu, atau melebihi perkiraan tanggal lahir,
berdurasi panjang atau pendek, dianggap cukup mudah atau sulit, terjadi
dengan atau tanpa komplikasi.
Studi psikologi tentang kelahiran relatif baru dibandingkan dengan
studi medis. Studi ini dimulai sekitar pertengahan abad sekarang dan

15
hingga kini hingga kini merupakan fokus utama penelitian ilmiah. Titik
perhatian utama dalam studi ini berfokus pada bagaimana pengaruh
kelahiran pada perkembangan pasca lahir anak-anak, berdasarkan studi
medis dari tipe kelahiran, kondisi dalam lingkungan pralahir, dan sejumlah
faktor lain yang mempengaruhi perkembangan sebelum dan sesudah lahir.
Titik perhatian utama lainnya adalah prematuritas dan pengaruhnya
langsung dan jangka panjangnya terhadap perkembangan anak. Sebagai
perhatian psikologis dalam kelahiran, terlihat jelas bahwa proses kelahiran,
seperti halnya pembuahan, adalah saat yang penting dalam kehidupan
individu.

3. Pasca Kelahiran
Minggu-minggu setelah melahirkan menghadirkan tantangan bagi
banyak orang tua baru dan keturunan mereka. Inilah masa nifas, masa
setelah melahirkan atau melahirkan itu berlangsung selama sekitar enam
minggu atau sampai tubuh ibu menyelesaikan penyesuaiannya dan telah
kembali ke keadaan hampir sebelum hamil. Ini adalah saat wanita
menyesuaikan diri, baik secara fisik maupun psikologis, hingga proses
melahirkan anak. Periode nifas melibatkan banyak penyesuaian dan
adaptasi. Itu penyesuaian yang dibutuhkan adalah fisik, emosional, dan
psikologis.
a. Penyesuaian fisik
Penyesuaian fisik selama periode pasca melahirkan dipengaruhi
oleh apa yang terjadi sebelumnya. Selama kehamilan, tubuh
perempuan secara bertahap menyesuaikan diri terhadap perubahan
fisik, tetapi kini tubuh dipaksa untuk bereaksi dengan cepat. Metode
kelahiran dan lingkungan di sekitar proses kelahiran mempengaruhi
kecepatan tubuh ibu untuk menyesuaikan diri kembali. Setelah
melahirkan, tubuh perempuan mengalami perubahan yang tiba-tiba dan
dramatis dalam produksi hormon. Saat plasenta dilepaskan, tingkat
estrogen dan progesteron menurun drastis dan tetap rendah sampai
ovarium mulai memproduksi hormon kembali.

16
b. Penyesuaian psikologis
Fluktuasi emosional di pihak ibu sering terjadi pada periode ini,
dan mereka dapat sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya.
Depresi pascapartum mencirikan wanita yang memiliki perasaan sedih,
cemas, atau putus asa yang begitu kuat bahwa mereka mengalami
kesulitan dalam menghadapi tugas sehari-hari pada masa nifas. Depresi
pascapartum terjadi pada sekitar 10 persen ibu baru. Ayahnya juga
pergi melalui penyesuaian pascapersalinan.
1) Baby blues dan depresi pasca melahirkan. Sekitar 70% ibu
yang telah melahirkan anaknya, mengalami baby blues sekitar
dua hingga tiga hari, mereka mulai merasa depresi, cemas, dan
marah. Perasaan seperti ini bisa datang dan pergi selama
beberapa bulan. Perasaan ini seringnya memuncak sekitar tiga
hingga lima hari setelah melahirkan. Bahkan tanpa perawatan,
perasaan ini biasanya hilang setelah satu atau dua minggu.
Salah satu studi baru-baru ini, menemukan bahwa depresi
pasca melahirkan tidak hanya dapat mempengaruhi ibu tetapi
juga bayinya.
2) Penyesuaian ayah. Ayah juga melalui banyak penyesuaian
dalam periode pasca melahirkan, bahkan saat mereka bekerja
jauh dari rumah setiap hari. Salah satu reaksi suami yang paling
umum adalah perasaan bahwa bayinya adalah nomor satu dan
mendapat seluruh perhatian. Dalam beberapa perkawinan, laki-
laki dapat memiliki hubungan yang sama dengan istrinya dan
kini merasa bahwa bayi mereka telah menggantikan posisinya.
Salah satu strategi yang dapat berguna untuk mengatasi reaksi
pasca melahirkan pada ayah adalah dengan menyisihkan waktu
khusus untuk berada bersama pasangannya. Bagi ayah dan ibu,
penting untuk menyediakan waktu dan pikiran untuk menjadi
orang tua yang kompeten bagi anaknya. Keduanya perlu
menyadari kebutuhan anak secara fisik dan psikologis serta

17
emosional. Baik ibu dan ayah perlu mengembangkan hubungan
yang peka dan nyaman dengan anak.
c. Ikatan
Ikatan merupakan bentukan hubungan yang erat, terutama ikatan
fisik antarorang tua dan bayi baru lahir segera setelah lahir. Ikatan
awal belum ditemukan menjadi penting dalam perkembangan bayi
yang kompeten. Beberapa dokter percaya bahwa selama periode
singkat setelah kelahiran, orang tua dan bayi yang baru lahir perlu
membentuk kedekatan emosional sebagai landasan bagi perkembangan
optimal di tahun-tahun mendatang

C. Masa Neonatal
Masa bayi dianggap sebagai masa dasar, karena merupakan dasar periode
kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku,
sikap, dan pola ekspresi emosi terbentuk. Masa bayi berlangsung dua tahun
pertama setelah periode bayi baru lahir.

1. Aspek-Aspek yang Berkembang pada Bayi


a. Fisik
Pada masa bayi, perkembangan isik secara jelas dapat diamati,
pada enam bulan pertumbuhannya terus bertambah dengan pesat.
Tahun pertama peningkatan lebih kepada berat dan tinggi. Selama
tahun kedua terjadi penurunan. Selain itu, yang berkembang ialah
proporsi, tulang, otot dan lemak, bangun tubuh, gigi, susunan saraf,
dan organ perasa.
b. Psikologis
Secara psikologis, pada masa bayi terjadi pembentukan polapola
fundamentalis dan kebiasaan mengenali wajah orang-orang yang
berarti bagi dirinya. Menurut Piaget, anak hingga umur 2 tahun belum
tampak adanya mediasi dalam arti “aktivitas pikir yang intern”. Oleh
karena itu, Piaget membedakan dua tahap perkembangan inteligensi
pada manusia yaitu sensori motor dan tahap konseptual.

18
c. Motoric
Perkembangan masa bayi pada aspek motorik ini dapat diamati dan
terlihat reaksi-reaksi spontan yang berulang dilakukan dan tidak
dikoordinasi. Namun lama-kelamaan terjadi secara efektif. Hal ini
terlihat pada merangkak, berjalan, dan memainkan benda-benda.
d. Perkembangan Bicara
Sebelum mampu berbicara, bayi lebih dahulu dapat mengerti apa
yang dikatakan tanpa dapat bereaksi dengan kata hanya dengan
ekspresi dan gerakan. Menurut Terman dan Merril, rata-rata bayi dapat
bereaksi terhadap perintah-pe rintah pada usia kurang lebih dua tahun.
Bentuk-bentuk prabicara ini antara lain menangis, berceloteh, isyarat,
dan ungkapan-ungkapan emosi.
e. Perkembangan Emosional
Pada bayi terdapat pola emosi tertentu yang bersifat umum seperti
kemarahan (menjerit, meronta, menendang, mengibaskan tangan,
memukul), ketakutan (takut terhadap ruang gelap, tempat tinggi, dan
binatang), rasa ingin tahu tentang mainan baru, menjulurkan lidah,
membuka mulut, memegang, melempar, membolak-balik),
kegembiraan (tersenyum, tertawa, menggerakkan lengan serta
kakinya), afeksi (memeluk mainan kesayangannya, mencium
barangbarang kesayangannya).
f. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif merupakan hasil asosiasi dari benda dan
orang-orang sekitar. Pada akhir masa perkembangan ini bayi mulai
menyusun kata-kata menjadi kalimat sederhana yang dimulai dengan
(siapa) (apa) dan (di mana).
g. Perkembangan Moral
Bayi belum memiliki nilai dan suara hati. Lambat laun bayi
mempelajari kode moral dari orang tuanya dan orang-orang yang dekat
dengannya. Bayi menilai benar atau salah suatu perbuatan berdasarkan
kesakitan atau kesenangan yang dirasakannya.

19
2. Masalah-Masalah dalam Periode Bayi
Masalah-masalah yang dapat membahayakan secara fisik dan yang
perlu menjadi perhatian orang tua dan lingkungannya ialah: kematian,
penyakit, kecelakaan, kurang gizi, menjadi gemuk. Masalah-masalah yang
berhubungan dengan psikologis perkembangan motorik: bahaya dalam
berbicara dan emosi dan bahaya sosial serta bahaya bermain, pengertian,
moralitas, hubungan keluarga, dan perkembangan kepribadian.

3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bayi Manusia dalam


Kehidupannya
Menurut Piaget pertumbuhan mental mengandung dua macam proses
yaitu perkembangan dan belajar. Perkembangan adalah perubahan
struktur, sedangkan belajar adalah perubahan isi. Proses perkembangan
dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu: heriditas, pengalaman, transmisi sosial
dan ekuilibrasi.
a. Hereditas
Heriditas tidak hanya menyediakan fasilitas kepada anak yang baru
lahir untuk menyesuaikan diri dengan dunianya, lebih dari itu heriditas
akan mengatur waktu jalannya perkembangan pada tahun-tahun
mendatang. Inilah yang dikenal dengan faktor kematangan internal.
Kematangan mempunyai peranan penting dalam perkembangan
kognitif, akan tetapi faktor ini saja tidak mampu menjelaskan segala
sesuatu tentang perkembangan kognitif.
b. Pengalaman
Pengalaman dengan heriditas fisik merupakan dasar perkembangan
struktur kognitif. Dalam hal ini sering kali disebut sebagai pengalaman
fisis dan logika matematis. Kedua pengalaman ini secara psikologi
berbeda. Pengalaman fisis melibatkan obyek yang kemudian membuat
abstraksi dari obyek tersebut. Sedangkan pengalaman logika matematis
merupakan pengalaman dimana diabstraksikan bukan dari obyek
melainkan dari akibat tindakan terhadap obyek (abstraksi reflektif).

20
c. Transmisi Sosial
Transmisi sosial digunakan untuk mempresentasikan pengaruh
budaya terhadap pola berfikir anak. Penjelasan dari guru, penjelasan
orang tua, informasi dari buku, meniru, merupakan bentuk-bentuk
transmisi sosial. Kebudayaan memberikan alat-alat yang penting bagi
perkembangan kognitif, seperti dalam berhitung atau membaca, dapat
menerima transmisi sosial apabila anak ada dalam keadaan mampu
menerima informasi. Untuk menerima informasi itu terlebih dahulu
anak harus memiliki struktur kognitif yang memungkinkan anak dapat
mengasimilasikan dan mengakomodasikan informasi tersebut.
d. Ekuilibrasi
Ekuilibrasi merupakan suatu keadaan dimana pada diri setiap
individu akan terdapat proses ekuilibrasi yang mengintegrasikan ketiga
faktor tadi, yaitu heriditas, pengalaman dan transmisi sosial. Alasan
yang memperkuat adanya ekuilibrasi yaitu dimana anak secara aktif
berinteraksi dengan lingkungan. Sebagai akibat dari interaksi itu anak
berhadapan dengan gangguan atau kontradiksi, yaitu apabila situasi
pada pola penalaran yang lama tidak dapat menanggapi stimulus.
Kontradiksi ini menimbulkan keadaan menjadi tidak seimbang. Dalam
keadaan ini individu secara aktif mengubah pola penalarannya agar
dapat mengasimilasikan dan mengakomodasikan stimulus baru yang
disebut ekuilibrasi.

4. Peran Lingkungan terhadap Perkembangan Bayi


a. Keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama yang diharapkan
dapat,
b. Memberikan rangsangan agar sensomotoriknya dapat bereaksi.
c. Memerhatikan kesehatan dan gizi karena bayi belum dapat menolong
diri sendiri.
d. Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk berkembangnya
kemampuan berbicara.

21
e. Memberikan model tentang konsep moral dan nilai yang benar dan
salah.
f. Memberikan pujian atas kemajuan yang mereka capai.
g. Memberikan kebiasaan bermain yang konstruktif.

5. Tahap-Tahap Tugas Perkembangan Bayi Manusia


Perkembangan merupakan suatu proses perubahan yang kompleks,
melibatkan berbagai unsur yang saling berpengaruh satusama lain.3
Menurut Piaget, membagi perkembangan kognisi anak-anak dan remaja
menjadi empat tahap: sensorimotor, praoperasi, operasi konkret, dan
operasi formal
a. Tahap sensorimotor, yaitu pada saat lahir hingga 2 tahun. Di tahapan
perkembangan ini kemampuan anak sangat terbatas, namun ia bisa
belajar mengenai sekitarnya dengan reflek dan rangsangan, misalnya
suka memerhatikan suatu objek dalam waktu lama, rangsangannya
melalui suara dan sinar lampu.
b. Tahap praoperasional, yaitu pada sekitar umur 2 hingga 7 tahun. Pada
tahap ini, anak-anak mulai mengembangkan daya ingat dan imajinasi.
Di tahap perkembangan ini anak juga mulai memahami sesuatu secara
simbolik, misalnya dengan mengumpulkan benda-benda berdasarkan
kriteria. Lalu memasuki usia 4-6 tahun, anak juga sudah mulai bisa
mengutarakan pemikirannya.
c. Tahap operasional konkrit, yaitu usia sekitar 7 hingga 11 tahun. Di
tahap ini anak mulai memahami konsep sebab-akibat secara rasional dan
sistematis. Sikap egosentrisnya perlahan mulai berkurang, dan mulai
memahami jika tidak semua orang dapat mengutarakan pemikiran, dan
perasaannya.
d. Tahap operasional formal, yaitu pada usia sekitar 11 tahun hingga
dewasa. Pada tahap ini, Anak sudah memiliki kemampuan menggunakan
logikanya untuk menyelesaikan permasalahan, menarik kesimpulan dari
informasi yang didapatnya, dan merencanakan masa depannya.

22
6. Keterkaitan Faktor Perkembangan Bayi dan Tugas-Tugas
Perkembangan Bayi dalam Kehidupannya
Isu perkembangan yang paling penting dalam studi perkembangan
anak mencakup perkembangan bawaan (nature) dan perkembangan
pengaruh lingkungan (nurture), kontinuitas dan diskontiunitas, serta
pengalaman awal (early experiences) dan pengalaman lanjutan (later
experiences).
a. Nature dan Nurture
Isu nature - nuture (nature – nurture issue) melibatkan perdebatan
tentang apakah perkembangan sangan dipengaruhi oleh nature dan
nurture. Tetapi, beberapa menyatakan bahwa pengaruh yang terpenting
terhadao perkembangan adalah warisan biologis, dan yang lainnya
menyatakan bahwa pengalaman lingkungan adalah pengaruh yang
terpenting. Menurut pendukung nature, sebagaimana bunga matahari
tumbuh dengan cara yan teratur kecuali dikalahkan oleh lingkungan
yang tidak bersahabat begitu pulalah manusia. Cakupan lingkungan
bisa jadi sangat luas, tetapi cetak biru genetik menghasilkan kesamaan
dalam pertumbuhan dan perkembangan. Sebaliknya, para psikolog lain
menekankan pentingnya nurture, atau pengalaman lingkungan, untuk
perkembangan.
b. Kontinuitas dan Diskontinuitas
Pada isu ini, berfokus pada sejauh mana perkembangan melibatkan
perubahan kumulatif dan bertahap (kontinuitas) atau tingkatan yang
berbeda. Seringnya para ahli perkembangan sebagai proses yang
berkelanjutan dan bertahap, seperti pertumbuhan biji menjadi pohon.
Mereka menekankan nature sering mendeskripsikan perkembangan
sebagai serangkaian tingkatan yang berbeda, seperti perubahan ulat
menjadi kupu-kupu.
c. Pengalaman Awal dan Lanjutan
Isu ini berfokus pada sejauh mana pengalaman awal atau
pengalaman lanjutan menjadi faktor utama penentu perkembangan
anak. Beberapa ahli perkembangan berpendapat bahwa, bila bayi

23
kurang mendapatkan perhatian dan perawatan yang hangat selama
kurang lebih satu tahun pertama kehidupan, maka perkembangan
mereka tidak pernah optimal.
Mereka mengangap bahwa pengalaman awal merupakan kontributor
penting untuk perkembangan, tetapi tidak lebih penting daripada
pengalaman lanjutan.
d. Mengevaluasi Isu Perkembangan
Perkembangan tidak semuanya nurture atau semuanya
nurture, tidak semuanya konuitas atau semuanya diskontinuitas, serta
pengalaman awal dan yang akan datang. Nature dan
nuture, kontinuitas dan diskontinuitas, serta pengalaman awal dan yang
akan datang semuanya memainkan peranan di dalam perkembangan
sepanjang rentang kehidupan manusia.
Beberapa tugas perkembangan yang muncul dan harus dikuasai
oleh anak pada masa ini, adalah:
1) Belajar berjalan
2) Belajar mengambil makanan
3) Belajar berbicara
4) Belajar mengontrol cara-cara buang air
5) Belajar mengetahui jenis kelamin
6) Menguasai stabilitas jasmaniah
7) Memiliki konsep sosial dan fisik walaupun masih sederhana
8) Belajar hubungan sosial yang baik dengan orang tua, serta
orang-orang dekat lainnya.
9) Belajar membedakan mana yang baik dan tidak baik serta
pengembangan hati Nurani.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

D. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Santrock, J., W. (2011). Life-span development (13th ed.). New York: The

McGraw-Hill Companies Inc

Santrock, John W. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Penerbit Salemba

Humanika

Slavin, Robert E. (2011). Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik. Jakarta : PT

Indeks

Aprilia, W. (2020). Perkembangan pada Masa Pranatal dan Kelahiran. Yaa

Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 39-56.

Jannah, W., & Mirta, L. 2018. Periodesasi Perkembangan Masa Prenatal Dan Post

Natal. Periodesasi Perkembangan Masa Prenatal Dan Post Natal, 1-7

Fahriyatul, Eni F. dan Istikomah. 2016. Psikologi Belajar dan Mengajar : Kunci

Sukses Guru dan Peserta Didik dalam Interaksi Edukatif. Sidoarjo : Nizamia

Learning Center

26

Anda mungkin juga menyukai