Anda di halaman 1dari 36

REFARAT ILMU KESEHATAN JIWA

GENETIKA PERILAKU

Pembimbing
Dr. Juwita Saragih, Sp.KJ
Disusun Oleh:
ZIA FARADILA, S.Ked
19174043

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. ZAINOEL ABIDIN
KOTA BANDA ACEH FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA 2020
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan yang Maha Esa,
karena atas anugerah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
referat ini dengan judul “ Genetika Perilaku”. Referat ini penulis
susun sebagai bagian dari proses belajar penulis selama masa
kepaniteraan klinik di SMF Ilmu kesehatan Jiwa di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya kepada dr.Juwita Saragih,Sp.KJ selaku pembimbing
karena telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga
dapat meyelesaikan referat ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa masih ada keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan dalam penulisan tugas referat ini. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun supaya karya
penulis dapat bermanfaat bagi kita semua kedepannya. Terima Kasih

Aceh Besar, 28 - September - 2020

Zia Faradila

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................... I


Daftar Isi ................................................................................ II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Perilaku ............................................................. 3
2.2 Definisi Genetika ........................................................... 3
2.3 Definisi Genetika Perilaku ............................................. 5
2.4 Bagaimana Peneliti Meneliti Genetika Perilaku .......... 7
2.5 Heritability/Heritabilitas .............................................. 11
2.6 Pengaruh Gen dan Lingkungan .................................. 11
2.7 Tempramen ..................................................................... 16
2.8 Gangguan Perilaku......................................................... 17
BAB III KESIMPULAN .............................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 33

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang gen, yaitu faktor yang menentukan
sifat-sifat suatu organisme. . Genetika merupakan ilmu tentang herditas dan variasi yang
terkait dengannya .Proses kehidupan secara biologi merupakan suatu proses metabolisme
yang berlangsung di dalam sel. Penentuan sifat organisme dilakukan oleh gen melalui
pengendalian reaksi-reaksi kimia yang menyusun suatu lintasan metabolisme. Di dalam
genetika dipelajari struktur, proses pembentukan dan pewarisan gen serta mekanisme
ekspresinya dan pengendalian sifat organisme. Perpindahan sifat dari suatu generasi ke
generasi selanjutnya dinamakan penurunan sifat yang lebih dikenal dengan istilah
hereditas. Mekanisme hereditas dan variasi mulai menjadi perhatian di abad ke-20, saat
genetika mulai berkembang.1
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas yang dilakuakn oleh manusia secara
keseluruhan terhadap respon terhadap dunia sekitarnya. Sebagai contoh: ketika anak-
anak mengejar bola ini adalah tindakan perilaku. Perilaku merupakan respon holistic
terhadap rangsangan dari dalam tubuh, sebagai contoh yaitu ketika tangan gemetar dan
gelisah setelah menghabiskan 4 gelas kopi, itu merupakan sebuah perilaku. 2,3
Genetika perilaku (behavior genetics) adalah studi mengenai kadar dan hakikat
landasan herediter suatu perilaku.Genetika perilaku adalah bidang studi ilmiah yang
secara khusus menyelidiki pengaruh genetika terhadap karakter individu khusunya
perilaku dalam suatu lingkungan.2,4 Hubungan genetika perilaku telah lama diteliti yaitu
sejak tahun 1920-an oleh seorang ilmuwan yang bernama Francis Galton, yang dipelajari
melalu studi anak kembar dan adopsi. Ilmuwan tersebut mengemukan ungkapan baru
yaitu nature vs nuture yang berarti adalah gen atau lingkungan. Para ahli genetika
berasumsi bahwa perilaku ditentukan oleh interaksi antars faktor herediter dan
lingkungan
Konsep ketewarisan banyak dipakai dalam penelitian mengenai anak kembar dan
anak angkat. Keterwarisan (heritability) adalah suatu perkiraan statistic mengenai

1
besarnya kadar atau seberapa jauh karakteristik fisik, kognitif dan social pada orang-
orang yang disebabkan oleh peradaban genetik. Tujuan dari para ilmuwan meneleti
tentang genetika perilaku adalah untuk menjelaskan bagaimana gen dan juga lingkungan
dapat menentukan sebuah perilaku. Sebenarnya, para ahli meneliti hal tersebut untuk
menemukan gen spesifik yang menyebabkan kondisi fisik atau psikologikal yang
berbahaya, dan kemudian para ahli mencari cara untuk mengubah pengaruh geentik
tersebut4

2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Definisi Perilaku


Perilaku adalah tindakan atau aktivitas yang dilakuakn oleh manusia secara
keseluruhan terhadap respon terhadap dunia sekitarnya. Sebagai contoh keitika anak-anak
mengejar bola ini adalah tindakan perilaku. Perilaku merupakan respon holistic
terhadap rangsangan dari dalam tubuh, sebagai contoh yaitu ketika tangan gemetar dan
gelisah setelah menghabiskan 4 gelas kopi, itu merupakan sebuah perilaku. 2,3
Sebagian besar orang mengira bahwa perilaku itu merupakan sesuatu yang
disadari, seperti ingin memilih untuk memakan sepotong kue. Tapi perilaku juga bisa
terjadi tanpa kita sadari, otomatis atau sebuah insting. Berbicara di dalam tidur adalah
sebuah perilaku, bersin merupakan sebuah perilaku. 2
Manifestasi fisik dari sebuah penyakit juga merupakan sebuah perilaku. Ketika
seseorang pria mengalami serangan epilepsi atau ketika seorang wanita yang diabetesnya
tidak terkontrol dan tiba-tiba jatuh pingsan, meskipun faktanya mereka tidak sadar
mengendalikan tindakan mereka.2
Perilaku individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari
adanya ransangan (stimulus) baik dari dalam dirinya (interal) maupun dari luar
(eksternal). Perilaku tidak hanya mengacu pada tindakan yang dapat diamati, tertapi juga
merupakan mencakup sebuah emosi dan suasana hati dan keadaan mental seseorang.
Perilaku manusia timbul akibat adanya interaksi antara rangsangan atau stimulus dengan
individu. Contohnya seseorang bisa saja tiba-tiba marah tanpa perlu melakukan aktifitas
seperti memukul atau berteriak. Walau demikian marah yang muncul merupakan sebuah
stimulus. Perilaku bisa terjadi secara tidak disadari, otomatis atau hanya sebuah naluri,
dalam arti yang lebih luas bahkan kepribadian merupakan bagian dari sebuah perilaku. 2

2.2 Definisi Genetic


Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang gen, yaitu faktor
yang menentukan sifat-sifat suatu organism. Proses kehidupan secara biologi merupakan
suatu proses metabolisme yang berlangsung di dalam sel.

3
Gambar 1 Substansi Genetik

Genetika adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang gen, yaitu faktor
yang menentukan sifat-sifat suatu organism. Genetika merupakan ilmu tentang herditas
dan variasi yang terkait dengannya. Proses kehidupan secara biologi merupakan suatu
proses metabolism yang berlangsung di dalam sel. Penentuan sifat organism dilakukan
oleh gen melalui pengendalian reaksi-reaksi kimia yang menyusun suatu lintasan
metabolisme. Di dalam genetika dipelajari struktur, proses pembentukan dan pewarisan
gen serta mekanisme ekspresinya dan pengendalian sifat organism. Perpindahan sifat
dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dinamakan penurunan sifat yang lebih dikenal
dengan istilah hereditas. Mekanisme hereditas dan variasi mulai menjadi perhatian di
abad ke-20, saat genetika mulai berkembang. 1,5
Setiap tubuh manusia terdiri dari ribuan sel-sel, yang sel tersebut terdiri dari
kromosom, Setiap manusia memiliki 23 pasang kromosom atau total 46 kromosom. 22
pasang disebut kromosom autosom, yang sama terdapat pada laki-laki dan perempuan.1
pasang disebut kromosom seks dan berbeda antara laki-laki dan perempuan. Wanita
memiliki 2 kromosom salinan yaitu XX sedangkan pia memiliki satu X dan satu Y. 5
Kedua orang tua memiliki sel produksi sperma dari ayah dan ovum dari ibu.
Sperma dan telur mengadung kromosom masing-masing 23 kromosom. Jadi seseorang
mewarisi genetic. Istilah kromosom berasal dari chroma yang berarti warna dan soma
yang berarti badan. Jadi, kromososm adalah benda-benda halus berbentuk lurus seperti
batang atau bengkok dan terdiri dari zat yang mudah mengikat warna di dalam nucleus.
Kromosom berfungsi membawa sifat individu dan membawa informasi genetic karena di
dalam kromosom terdapat gen.5

4
Didalam tubuh manusia terdapat 2 materi genetik, yang terdiri dari 2 macam
Asam nukleat yaitu RNA (Ribonucleic acid) dan DNA (asam deoksiribonukleat). DNA
berfungsi sebagai pembawa informasi genetic dari satu generasi ke generasi lainnya.
DNA terdapat di dalam kromosom. Kromosom berada di dalam inti sel atau nucleus,
kromososm memiliki protein yang disebut histone dan akan mengikat DNA. Setiap
potongan kecil dari DNA terdapat gen, dan setiap gen menempati tempat tertentu di
dalam kromosom yang disebut lokus gen. DNA tersusun dari unit terkecil yang disebut
dengan nucleotide. Setiap dari nucleotia terdiri dari 3 komponen, yaitu basa nitrogen,
gula pentose dan gugus fosfat. Ada 4 macam nukleotida yaitu Adenin (A), cytosine (C),
thymine (T), dan guanine (G) yang nanti akan dihubungkan bersama dan membentuk
struktur helix ganda, yang kemudian akan membentuk sebuah kromosom. Rangkaian
nukleotida yang sangat panjang, yang terdiri dari ribuan pasangan basa, dan terdiri dari
satu gen, dan semua gen terdiri dari alel yang membentuk fisik dan perilaku manusia.
Ahli genetic percaya bahwa terdapat 20,000 sampai 25,000 gen didalam DNA manusia. 1,5
Gen adalah pembawa sifat. Alel adalah ekspresi alternative dari gen pada suatu lokus.
Setiap individu disomik selalu memiliki sepasang alel, yang berkaitan dengan suatu sifat
yang khas. Status dari pasangan alel dinamakan genotype. Apabila suatu individu
memiliki alel sama, genotype individu bergenotype homozigot, apabila pasangannya
berbeda, genotype individu yang bersangkutan dalam keadaan heterozigot. Genotype
terkait dengan sifat yang teramati. Sifat yang terkait dengan suatu genotype disebut
fenotype. Genotype adalah warisan genetik seseorang, material genetik actual yang
sebenarnya ada. Namun demikian, tidak semua material genetik tersebut jelas tampak
pada ciri-ciri yang tampil atau dapat diukur pada diri kita. Fenotype adalah bagaimana
genotype seseorang tampil dalam ciri-ciri yang diamati atau dapat diukur. Fenotip
meliputi cirri fisik, seperti tinggi dan berat badan, warna mata, warna pigmen kulit, serta
cirri-ciri psikologis seperti kecerdasan, krativitas, kepribadian dan berbagai
kencenderungan social. Setiap genotype dapat tampil dalam berbagai ragam fenotype. 1,4

2.3 Definisi Genetika Perilaku


Genetika perilaku (behavior genetics) adalah studi mengenai kadar dan hakikat
landasan herediter suatu perilaku. Genetika perilaku merupakan bagian dari cabang

5
psikologi yang mencba mengalokasikan dan menjelaskan kontribusi genetic dan
lingkungan terhadap perilaku seorang manusia. Genetika perilaku adalah bidang studi
ilmiah yang secara khusus menyelidiki pengaruh genetika terhadap karakter individu
khusunya perilaku dalam suatu lingkungan.2,4 Hubungan genetika perilaku telah lama
diteliti yaitu sejak tahun 1920-an oleh seorang ilmuwan yang bernama Francis Galton
yang dipelajari melalui studi anak kembar dan adopsi. Ilmuwan tersebut mengemukan
ungkapan baru yaitu nature and nurture yang berarti adalah gen dan lingkungan. Para
ahli genetika berasumsi bahwa perilaku ditentukan oleh interaksi antars faktor herediter
dan lingkungan. 6
Para ahli genetika terus meneliti variasi perilaku yang dipengaruhi oleh gen, yang
merupakan satuan keturunan yang diturunkan orang tua kepada keturunannya. Ilmuwan
menyadari bahwa gen sendiri tidak mengontrol perilaku. Tetapi gen memungkinkan
organism untuk merespon dan menggunakan apa yang ada disekitar lingkungannya. Pada
saat yang bersamaan, lingkungan menpengaruhi tindakan dari gen tersebut. 2
Sayangnya, istilah “lingkungan” sering menimbulkan kebingungan karena memiliki
arti yang berbeda dalam genetika perilaku dengan hal yang biasanya di pahami. Sebagai
istilah ekologis, lingkungan berarti dunia fisik. Sebagai istilah genetik, lingkungan adalah
semua pengaruh selain dari faktor yang diturunkan. 2
Faktor lingkungan yang pada tingkat tertentu mempengaruhi perilaku: keluarga,
teman, rumah, tempat kerja dan pengalaman khusus kehidupan sehari-hari, yang
merupakan aspek eksternal atau aspek social. Sedangkan faktor dari aspek internal yaitu
berasal dri dunia biologis : nutrisi, hormone, virus, bakteri, racun, dan berbagai elemen
lain yang dapat mempegaruhi tubuh selama perkembangan prenatal dan seumur hidup. 2
Para ilmuwan, mempercayai bahwa gen dan lingkungan adalah faktor yang saling
berhubungan dengan pembentukan perilaku seseorang. Penelitian-penelitian terus
dikemukakan, yang kemudian memberikan pemahaman bahwa selain dari faktor
lingkungan, genetika juga memiliki relasi dengan pembentukan sikap hidup seseorang.
Korelasi genetic dan pengalaman hidup tersebut lalu membentuk identitas diri dan
mempengaruhi perilaku seseorang dalam sebuah lingkungan. Korelasi selanjutnya
semakin dikembangkan seiring dengan bertambanya zaman. Salah satu pengembangan
lain tersebut adalah memfokuskan penelitian genetika perilaku pada identifikasi gen

6
spesifik yang dinilai dapat mempengaruhi dimensi perilaku individu. Beberapa contoh
dimensi perilaku individu yaitu kepribadian dan kecerdasan individu yang disertai
beberapa jenis disorders lain seperti autisme, hiperaktif, depresi dan skizofrenia. 2,4
Banyak terdapat kesalahpahaman antara kalimat perilaku dipengaruhi oleh gene.
Orang-orang sering mengartikan ungkapan tersebut dengan maksud bahwa terdapat jalur
yang khusus dan kuat secara langsung dari gene untuk mempengaruhi sebuah perilaku.
Faktanya, gen menghasilkan protein dan enzim yang melewati berbagai proses biokimia,
proses tersebut pada akhirnya dapat menghasilkan perubahan kecil dam struktur atau
fungsi sel, yang selanjutnya konteks lingkungan lah yang dapat mempengaruhi perilaku.
Lingkungan mencakup, keluarga, teman, sekolah, media, dan bahkan iklim dan
geografis. Namun pada genetika perilaku juga menekankan terdapat pengaruh yang kuat
gen pada semua jenis perilaku manusia, termasuk kecerdasan , kepribadian , kriminalitas
dan kepercayaan kepada tuhan. Tujuan akhir dari genetika perilaku ini sebenarnya, untuk
menemukan gen spesifik yang menyebabkan kondisi fisik atau psikologikal yang
berbahaya, dan kemudian para ilmuwan mencari cara untuk mengubah pengaruh geentik
tersebut.2

2.4 Bagaimana peneliti meneliti tentang genetika perilaku


Untuk mempelajari pewarisan sifat pada manusia, para ilmuan melakukan dari
tiga studi dasar:
1. Family Studies
Sebuah studi eksperimental dilakukan dengan melibatkan manusia. Penelitian
dimulai dari satu orang yang disebut sebagai probandus, pada orang tersebut difokuskan
pada sebuah sifat khusus yang dimiliki orang tersebut. Kemudian peneliti membuat
sebuah sisilah keluarga dari probandus tersebut yang dimulai dari keluarga tingkat
pertama (orang tua, saudara kandung, dan anak), kemudian ke keluarga tingkat kedua
(paman, tante, kakek, nenek, cucu, dan keponakan). Dari sisiliah keluarga tersebut,
peneliti memilihat ada atau tidak keterkaitan sifat pada probandus tersebut dengan
keluarganya. Jenis penelitian ini bisa menentukan apakah sifat tersebut diturunkan dari
keluarga atau bukan. Tetapi pada jenis penelitian ini tidak menjelaskan kenapa. Baik gen
maupun lingkungan sama- sama terlibat, karena anggota keluarga biologis serupa secara
genetic dan juga cenderung hidup dilingkungan yang serupa. 2,7

7
Contoh :
Gottesman (1991) melakukan metaanalisis family studi tentang skizofrenia.
Dalam studi keluarga ini, kecocokan dihitung antara penderita skizofrenia dan anggota
keluarga mereka. Hasil di bawah ini menunjukkan probabilitas seseorang akan menderita
skizofrenia berdasarkan hubungannya dengan orang yang telah didiagnosis (tingkat
skizofrenia pada populasi umum adalah 1%). Hasilnya tampaknya bahwa skizofrenia
memiliki beberapa dasar genetik. Ada hubungan yang kuat antara derajat keterkaitan dan
tingkat konkordansi untuk skizofrenia.7

2. Studi kembar
Dalam sebuah penelitian mengeni anak kembar (twin study), kesamaan perilaku
anak kembar indentik dibandingkan dengan kesamaan perilaku anak kembar fraternal.
Kembar identik atau identical twins (satu zigot) tumbuh dari satu sel telur yang dibuahi
menjadi dua replika indentik, masing-masing menjadi satu anak. Kembar fraternal atau
fraternal twins (dua zigot) berkembang dari sel telur yang berbeda dan sperma yang
berbeda sehingga secara genetis keduanya kurang mirip satu sama lain dibandingkan
dengan kembar identik. Meskipun kembar franternal, dibesarkan bersama dalam rahim
yang sama, secara genetis mereka berbeda seperti halnya kakak dan adik. Dengan
membandingkan kelompok anak kembar indent dan franternal, para ahli genetika
perilaku menambahan keyakinan pada pengetahuaan dasar bahwa kembar identik secara
genetis lebih mirip satu sama lain ketimbang kembar franternal. 4,7
Dalam studi kembar, seorang peneliti akan mengukur kedua individu dari
pasangan kembar pada sifat tertentu. Hasil ini kemudian akan dibandingkan, dan tingkat
kecocokan dihitung. Para peneliti membandingkan tingkat kesesuaian antara kembar

8
identik dengan kembar non-identik. Dalam beberapa penelitian, tingkat kesesuaian
dibandingkan antara kembar yang dibesarkan bersama dan kembar yang dibesarkan
terpisah. Ini adalah format yang ideal untuk studi kembar, karena anak-anak yang
dibesarkan terpisah masih akan berbagi gen, tetapi tidak lagi berbagi lingkungan. Oleh
karena itu, lebih mudah untuk melihat pengaruh gen. 2
Peneliti akan membandingkan tingkat kesesuaian antara dua pasang kembar. Jika
tingkat kecocokan lebih tinggi untuk kembar identik, kemungkinan sifat tersebut
setidaknya sebagian bersifat genetik, karena hal ini mungkin disebabkan oleh gen mereka
yang sama. Hal ini terutama terjadi dalam penelitian yang menemukan tingkat
kesesuaian tinggi pada kembar identik yang dibesarkan terpisah. Studi kembar juga
dapat memberi tahu kita apa pengaruh lingkungan terhadap perilaku. Jika tingkat
kesesuaian untuk kembar identik tidak 100%, pasti ada pengaruh lingkungan, karena
perbedaan tidak dapat disebabkan oleh gen saja. 7
Contoh:
Bouchard dan McGue (1981) melakukan penelitian terhadap intelegensi. Mereka
memberikan tes IQ untuk kembar identik dan non-identik yang dibesarkan bersama dan
terpisah, dan menghitung tingkat kesesuaian. Mereka menemukan hasil sebagai berikut.

Hasil ini tampaknya menunjukkan bahwa kecerdasan ditentukan sebagian besar


oleh faktor genetik. Ini karena kembar identik (yang berbagi 100% gen mereka) memiliki
tingkat kesesuaian yang lebih tinggi daripada kembar non-identik, terlepas dari apakah
mereka dibesarkan bersama atau terpisah. Namun, kita juga dapat melihat bahwa
lingkungan berperan, karena untuk kedua jenis kembar tersebut, tingkat kesesuaian lebih
tinggi ketika mereka dibesarkan bersama. Namun, perlu dicatat bahwa bahkan untuk

9
kembar identik yang dibesarkan bersama, tingkat kecocokannya kurang dari 100%. Jika
kecerdasan ditentukan hanya oleh gen, tingkat kecocokan harus 100%. Fakta bahwa
nilainya lebih rendah dari ini berarti ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan.7

3. Study adopsi
Pada studi adopsi, peneliti menilai tingkat kesesuaian untuk suatu sifat yang
dinilai antara anak-anak yang diadopsi dan kedua orang tua kandung mereka dan orang
tua angkat mereka. Orang tua kandung seorang anak (oran tua biologis) adalah orang tua
yang gennya mereka bagi. Orang tua angkat membesarkan anak tersebut, tetapi sebagian
besar waktu tidak akan berbagi gen dengan mereka. 4
Dalam studi adopsi, seorang anak dibesarkan oleh orang tua yang biasanya tidak
terkait secara genetik sehingga memungkinkan kita untuk mengisolasi gen dan
lingkungan sebagai faktor terpisah. Jika anak yang diadopsi mirip dengan orang tua
kandungnya, kita dapat menganggap itu adalah sebuah pengaruh genetic. Jika mereka
mirip dengan orang tua angkatnya, kemungkinan besar itu karena lingkungan..7
Contoh:
Mednick et al (1987) tertarik pada dasar genetik dari perilaku kriminal. Mereka
mempelajari lebih dari 14.000 anak adopsi. Mereka mengumpulkan data tentang
persentase orang tua kandung dan angkat yang memiliki catatan kriminal, dan persentase
anak laki-laki yang juga memiliki catatan kriminal.

Hasil di sini tampaknya menunjukkan bahwa ada beberapa dasar genetik untuk
perilaku kriminal, karena anak laki-laki yang memiliki orang tua biologis dengan catatan
kriminal kemungkinan besar anak tersebut juga memilikinya. Masuk akal untuk
memperdebatkan penjelasan genetik karena tidak dapat disebabkan oleh lingkungan

10
bersama. Namun, beberapa pengaruh lingkungan juga dapat diperdebatkan karena anak
laki-laki dengan orang tua angkat dengan catatan kriminal juga lebih mungkin memiliki
anak dengan cacatan kriminal dari pada anak laki-laki tanpa orang tua dengan catatan
kriminal.7
2.5 Heritabilitas/Heritability
Para limuwan melakukan serangkaian penelitian tentang bagaimana gene dan
lingkungan dapat mempengaruhi perilaku seseorang dengan menggunakan formula
matematika yang dikenal dengan estimasi heritabilitas (keterwarisan). Keterwarisan
(heritability) adalah suatu perkiraan statistic mengenai besarnya kadar atau seberapa jauh
karakteristik fisik, kognitif dan social pada orang-orang yang disebabkan oleh peradaban
genetik. Heritibiltas memberikan infromasi bahwa tentang seberapa besar penagruh gen
tehadap perilaku dalam lingkungan tertentu.8
Heritabilitas adalah mengukur seberapa baik perbedaan pada genetic seseorang
yang menjelaskan perbedaan sifat mereka. Sifat yang dimaksud disini sperti, tinggi
badan, warna mata, kecerdasan, gangguan skizofrenia dan autisme. Dalam istilah illmiah,
heritibilitas adalah konsep statistic (dipresentasikan dengan H2) yang menjelaskan
seberapa banyak variasi dalam suatu sifat dapat dikaitkan dengan varisai genetic.
Parameter dari estimasi heritibilitas hanya berlaku pada satu populasi.8
Nilai estimasi heritibilitas dari 0 sampai 1. Apabila nilainya mendekati 0 (rendah),
mengindikasikan bahwa lingkunganlah yang berdampak pada perilaku seseorang. Jika
nilainya mendekati 1 (tinggi), maka artinya genetic lah yang memiliki dampak yang
besar terhadap perilaku manusia tersebut. Untuk meneliti tenteng heritibilitas, para
ilmuwan menggunakan study anak kembar yang dipisah dari lahir. 8
2.6 Bagaimanan gene dan lingkungan berpengaruh terhadap perilaku
Sebagai contoh kita nilai dari intelengesi manusia. Para ilmuwan berteori bahwa
banyak aspek yang berbeda dari fungsi otak manusia yang menjadi faktor dalam
kemampuan kita untuk bernalar dan belajar, seperti metabolisme energi dan kecepatan
transmisi saraf. Sejauh ini, gen memicu aktivitas protein yang membangun otak dan
penting untuk fungsinya, mereka berperan dalam kecerdasan. Tes yang digunakan untuk
mengukur kecerdasan individu disebut tes IQ (untuk kecerdasan kecerdasan).

11
Pada tahun 1987, seorang ilmuwan bernama James Flynn melaporkan bahwa,
berdasarkan data IQ dari banyak negara, nilai data mentah dari penilaian tersebut telah
meningkat pesat selama beberapa dekade. Dimana disini menunjukkan terdapatnya peran
lingkungan terhadap IQ anak. Jika IQ anak meningkat dari orang tua, bukan berarti anak
itu lebih pintar dari orang tuuannya.2
Banyak terori yang mengatakan bahwa ini berhubungan dengan lingkungan
manusia, adanya sesuatu yang mendukung kinerja belajar dari si anak . Beberapa
hipotesis telah diajukan untuk menjelaskan hal ini. Bisa jadi karena fakta bahwa orang
pada zaman sekarang, status gizi baik dan berpendidikan lebih baik, atau bahwa nilai-
nilai budaya modern yang mendukung keterampilan seorang individu, atau bahkan
perantara elektronik yang dapat merangsang otak.2
a. Gene/environmental interaction
Tanpa lingkungan, suatu organisme tidak akan ada karena dari lingkungan itulah
ia memperoleh bahan-bahan esensial yang memungkinkannya tumbuh dan bertahan
hidup, seperti nutrisi, oksigen, dan air. Tanpa gen, suatu organisme tidak dapat hidup
karena tidak memiliki mekanisme tersebut. Yaitu mekanisme untuk mengambil apa yang
dibutuhkannya dari lingkungan.
interaksi gen / lingkungan, keduanya bertindak atas dan dengan satu sama lain.
Genotipe yang sama di lingkungan yang berbeda dapat menyebabkan fenotipe yang
sama atau berbeda. Lingkungan yang sama yang beroperasi pada genotipe yang berbeda
juga dapat menyebabkan fenotipe yang serupa atau berbeda. Genotipe yang berbeda di
lingkungan yang berbeda dapat menyebabkan fenotipe yang sama atau berbeda. Itu
semua tergantung pada interaksi.2
Berikut adalah contoh bagaimana interaksi gen / lingkungan dapat berperan dalam
kehidupan nyata. Ada suatu gen, ALDH-2, yang produk proteinnya membantu dalam
memetabolisme alkohol. Beberapa orang memiliki alel untuk ALDH-2 yang kurang
efektif (produk sampingan alkohol tetap berada di jaringan tidak dapat dimetabolisme
dengan baik). Seseorang dengan alel ini lebih cenderung mukanya menjadi memerah,
pusing, dan mual saat minum. Diperkirakan bahwa 50 persen orang Asia memiliki alel
ALDH-2 yang tidak efektif.2

12
Secara keseluruhan, imigran Asia yang tinggal di Amerika meminum alkohol
jauh lebih sedikit daripada anak-anak mereka yang lahir dan besar di Amerika. Dua
generasi yang secara genetik serupa memiliki pola minum yang berbeda untuk alasan
budaya (yaitu, lingkungan), generasi muda dibesarkan dalam budaya yang lebih
menekankan pada alkohol. Studi menunjukkan bahwa orang Amerika keturunan Asia
dengan alel ALDH-2 yang kurang aktif, baik imigran dan generasi pertama, minum
lebih sedikit dari rekan mereka yang gen asli amerika. Namun ada sedikit perbedaan
dalam tingkat minum antara mereka yang memiliki dan tanpa alel khusus pada
generasi imigran dibandingkan dengan generasi anak-anak mereka, karena anggota
generasi imigran cenderung minum sedikit dalam hal apapun apakah itu membuat
mereka sakit atau tidak. . Baik gen maupun lingkungan memengaruhi konsumsi alkohol,
tetapi pada tingkat yang berbeda dalam keadaan yang berbeda.2
b. Gene/environmental correlation
Faktor lain yang membentuk perilaku adalah korelasi gen / lingkungan. Korelasi
gen / lingkungan terjadi ketika individu dengan kecenderungan genetik untuk suatu sifat
hidup di lingkungan yang mendukung dari sifat tersebut. Korelasi semacam ini dapat
terjadi dalam dua cara, pasif dan aktif.2
Orang tua tidak hanya memberi gen pada cetak biologis dari perkembangan
seseorang, mereka juga berperan penting dalam menentukan jenis lingkungan yang akan
dihadapi keturunannya. Ahli genetika perilaku Sandra Scarr percaya bahwa lingkungan
yang dipilihkan para orag tua untuk seorang anak , sampai kadar tertentu tergantung pada
genotip yang dimiliki orang tua itu sendiri. Para ahli genetika perilaku percaya bahwa
genetik dan lingkugan saling berhubungan dengan 3 cara yaitu pasif, evokatif dan aktif.
1) Hubungan pasif gen dan lingkungan
Hubungan pasif gen dengan lingkungan (passive genotype/ environment
correlations) terjadi saat orang tua, yang memiliki hubungan genetic dengan anak,
memberi lingkungan yang sesuai dengan bakat genetic anak anak. Misalnya, orang
tua memiliki predisposisi genetic yaitu cerdas dan rajin membaca dan menikmati
kegiatan membaca, karena mereka rajin membaca dan menikmati kegiatan membaca,
mereka menyediakan buku bagi anak mereka, sehingga anak mereka juga akan lebih
cenderung menjadi anak yang cakap membaca dan menikmati kegiatan membaca. 4,9

13
2) Hubungan evokatif gen dengan lingkungan
Hubungan genotip evokatif dengan lingkungan (evocative genotype/
environmrnt correlations) terjadi karena genotip anak akan menimbulkan jenis
lingkungan fisik dan social tertentu. Misalnya, anak yang aktif dan suka tersenyum
akan lebih banyak mendapat perangsangan social ketimbang dengan anak yang pasif
dan pendiam. Remaja yang mau bekerja sama, patuh dan penuh perhatian akan
memunculkan lebih banyak respon menyenangkan dan pembelajaran dari orang
dewasa di sekitarnya ketimbang remaja yang sukar diajak bekerja sama dan sulit
memusatkan perhatiannya.4,9
3) Hubungan aktif gen dan lingkunga
Hubungan aktif gen (active genotype/ environment correlations) dan
lingkungan terjadi saat anak dan remaja menjelajahi lingkungan yang mereka
pandang menarik dan menantang, mereka suka mencari lingkungan yang mereka
anggap sesuai dengan kemampuan yang ia miliki. Misalkan seorang anak laki-laki
yang secara genetik berbakat untuk musik dilahirkan dalam keluarga non musik.
Sebagai seorang anak muda, orang tuanya membawanya ke sebuah pawai. Dia sangat
senang dengan band yang sedang ditampilkan di acara pawai tersebut. sehingga dia
membujuk orang tuanya untuk membiarkan dia mengambil pelajaran drum. Di
sekolah menengah, dia bergabung dengan orkestra dan memilih musik pilihan. Dia
melamar dan menerima beasiswa ke sekolah musik elit. Anak laki-laki itu mencari
kegiatan yang mendukung perkembangan kemampuan musiknya. Ini adalah contoh
korelasi gen aktif / lingkungan.2

c. Pengaruh Shared and non-shared environmental


Pada ilmu genetika perilaku, pengaruh lingkungan terhadap perilaku di bagi
menjadi 2 tipe yaitu: shared environmental (berbagi lingkungan) dan non-shared
environmental (tidak berbagi lingkungan). Shared environmental didefinisikan sebagai
faktor lingkungan yang bertanggung jawab atas kemiripan antara anggota keluarga atau
kemiripan anggota keluarga yang tidak dijelaskan oleh genetika. 10 Shared environmental
adalah pengalaman yang di dapat dari lingkungan keluarga yang menjadikan individu
sama satu sama lain dengan anggota keluarganya. 9 Sedangkan non-shared environmental
didefiniskan sebagai pengaruh lingkungan yang berkontribusi pada perbedaan antara

14
anggota keluarga atau perbedaan yang tidak dijelaskan oleh genetika atau lingkungan
keluarga bersama.10 Non shared environtment dapat diartikan sebagai pengalaman unik
yang didapatkan individu yang tidak didapatkan pada saat dia bersama anggota
keluarganya.2 Maka akan timbul pertanyaan, Apakah tumbuh di rumah yang sama dengan
orang tua yang sama, lingkungan fisik yang sama, dan pengalaman sehari-hari yang sama
membuat Anda menjadi seperti saudara Anda? Apakah memiliki teman yang berbeda
membuat Anda berbeda dari saudara Anda?
Pada pertanyaan pertama, menjelaskan tentang shared environment yaitu tumbuh
dan besar bersama di rumah yang sama, dan orang tua yang sama serta lingkungan yang
serupa memang membuat saudara kandung serupa dalam hal tradisi budaya yang mereka
warisi: serupa dalam hal bahasa, cara berpakaian, pola makan, dan sebagainya Namun,
banyak penelitian menunjukkan bahwa shared environment tidak banyak membantu untuk
membuat saudara kandung mirip satu sama lain dalam hal kepribadian dan tindakan. Setiap
anak berubah menjadi karakter yang berbeda yang berperilaku dengan cara individual,
terlepas dari upaya orang tua untuk membesarkan semua anak mereka secara imparsial dan
meskipun kesamaan dalam genotipe dari saudara kandung (ingat bahwa saudara kandung
mewariskan setengah kesamaan genetik, berbeda dengan kembar indektik yang mewariska
100% genetic, kecuali beberapa perbedaan yang disebabkan oleh mutasi gen). 2
Berdasarkan penelitian para ahli genetika, untuk melihat pengaruh shared
environment terhadap perilaku yang dilakukan berdasarkan twin study. Pada study
tersebut para ahli genetika menemukan bahwa pada kembar indentik dan fraternal, mereka
memiliki tingkat intelegensi yang tinggi apabila mereka dibesarkan di lingkungan yang
sama (rumah dan orang tua yang sama) dari pada mereka yang tinggal di lingkungan yang
berbeda. Alasannya adalah, tinggal di lingkungan yang sama bisa meningkatkan
intelegensi dari anak. Karena orang tua mereka menerapkan cara dan metode belajar yang
sama untuk memicu tingkat kecerdasan dari anak tersebut.
Pertanyaan kedua, mengarah kepada non-shared environment. Dimana pada non-
shared environment kita mendapat pengalaman unik dan berbeda yang kita tidak lakukan
atau dapat dari saudara kandung kita, misalnya pengalaman saat bersama teman. Sebagai
sebuah contoh yang dilakukan peneliti genetika perilaku terhadap kembar identik, saudara
kembar yang dibesarkan bersama dan mewariskan 100% genetika yang sama dalam tubuh

15
mereka, tetapi mereka memiliki IQ yang berbeda. Kenapa hal ini bisa berbeda?. Perbedaan
yang timbul karena mereka mendapatkan pengalaman yang berbeda satu sama lain yang
tidak mereka dapatkan saat mereka bersama. Mungkin mereka diperlakukan berbeda oleh
temannya, atau memiliki cara dan gaya belajar yang berbeda yang mereka tidak bagi
bersama. Jadi hal ini terjadi akibat perbedaan pengalaman yang mereka dapatkan, dan
sebuah pengalaman yang mereka tidak bagi bersama.9.

2.7 Tempramen
Tempramen adalah gaya perilaku dan cara respon yang khas yang ditampilkan
seseorang. Gaya perilaku sebagian orang teramat sangat aktif, sebagian yang lainnya lebih
tenang. Sekelompok orang memiliki sifat yang hangat kepada orang lain, sedangkan
sekelompok lainnya memiliki sifat yang malu-malu. Semua gaya perilaku diatas
mencerminkan termpramen seseorang. Tempramen itu adalah kepribadiaan yang lebih
bergantung pada keadaan badani. Ada 3 aspek dari tempramen, yaitu kelincahan
(kegesitan, motilitas atau motility), dan hidup atau vitalitas (vitality) dan daya rasa
(emosionalitas/ emotionality). Motilitas: ada orang yang bekerja dan bereaksi secara lincah
dan gesit; ada yang tenang-tenang saja, yang gerakannya seakan film gerakan lambat (slow
motion). Ada pula yang vitalitasnya sangat tinggi, baru bangun pagi sudah penuh gairah
hidup dengan rancangan usaha bermacam-macam; ada yang lekas bosan ,”tidak jadi, tidak
apa-apa”, kurang inovasi dan kreasi. Kemudian ada pula orang yang emosionalitasnya
besar, ia berekasi segera dan spontan secara emosional; sebaliknya ada juga yang tetap
tenang saja dan kurang menunjukkan perubahan emosi biarpun “rumahnya terbakar”.4
Thomas dan chess 1987, membagikan tempramen ke beberapa kelompok, yaitu
mudah, sulit, dan lambat.
a. Anak bertempramen mudah (easy child) biasanya memiliki suasana hati positif,
mudah mengikuti peraturan atau kegiatan keseharian umum, dan mudah
menyesuaikan diri terhadap pengalaman baru
b. Anak bertempramen sulit (difficult child) cenderung bereaksi negative dan banyak
mengeluh atau rewel, kegiatan rutin kesehariannya tidak teratur, dan lambat
menyesuaikan diri dengan pengalaman baru.

16
c. Anak bertempramen lambat-menghangat (slow to warm up child) menunjukkan
tingkat kegiatan yang rendah, agak bereaksi dan cenderung pemalu. Tidak mudah
beradaptasi dengan lingkungan baru.
Ketiga kelompok dasar tempramen tersebut diatas terbentuk dari dimensi-dimensi
yang berbeda. Dalam penelitian longitudinal Chess dan Thomas mereka menemukan
bahwa 40% anak yang diteliti dapat digolongkan sebagai “easy child”, 10 % “difficult
child” dan 15 % “anak lambat-menghangat”
Sejumlah peneliti, termasuk Chess dan Thomas, memandang tempramen sbagai
karakteristik stabil seornag bayi yang kemudian akan dibentuk atau diubah oleh
pengalaman anak dan remaja di masa selanjutnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan
mengenai peranann faktor bawaan terhadap termpramen. Penelitian anak kembar dan anak
adopsi untuk menjawab pertanyaan tersebut menghasilkan indeks keterwarisan dalam
rentang 0,50 sampai 0,60, yang menunjukkan bahwa faktor bawaan berpengaruh secara
moderat terhadap tempramen. Meski demikian, kekuatan hubungan biasanya menurun
sejalan dengan bertambah usianya bayi, yang mendukung keyakinan bahwa tempramane
menjadi lebih mudah diubah memalui pengalaman. Sebaliknya indicator perilaku yang
menunjukkan tempramen semakin suiy dilihat pada anak-anak yang berusia lebih tua.4

2.8 Gangguan Perilaku


Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM V),
Disruptive, Impulses Control dan Conduct Disorders merupakan kondisi yang melibatkan
masalah pada kontrol diri terhadap emosi dan perilaku. Penyakit yang termasuk bagian ini
adalah oppositional defiant disorder (OOD), intermitten explosive disorders, conduct
disorders (CD) dan antisocial personality disorders (ASPD), pyromania, kleptomania dan
penyakit spesifik dan tidak spesifik dari Disruptive, Impulses Control dan Conduct
Disorders Pada DSM-5, terdapat juga penyakit lain yang berhubungan dengan gangguan
perilaku.
Namun pada bagian ini, gangguan perilaku yang bermanifestasi melanggar hak
orang lain (seperti bertingkah agresif bahkan sampai dapai merusak berbagai property
yang ada) dan /atau akibat perilakunya dapat menimbulkan konflik yang signifikan
terhadap norma-norma social. Hal ini terjadi karena mereka tidak dapat mengontrol emosi

17
dan tingkah laku mereka. Distruptive behavior disorders adalah bentuk perilaku yang
negative seperti mengamuk, merengek atau menangis yang berlebihan, menuntut perhatian,
tidak patuh, melawan. Mereka susah untuk mengontrol emosi dan bisa melanggar segala
peraturan. Secara epidemiology, oppositional defiant disorder (OOD) dan conduct
disorders (CD) paling sering terjadi, prevalensi dari CD adlah 6% sampai 9% yang lebih
cenderung dijumpai pada laki-laki. Sebagai catatan, ADHD seringkali menjadi
komorbiditas dengan gangguan yang ada dalam kelompok gangguan ini.

1. Oppositional Deficiant disorder (OOD)


a. Kriteria diagnostic
Gejala pada gangguan ini dikelompokkan kepada tiga:
1. suasana hati mudah mara/mudah tersinggung
a. sering kehilangan kesabaran
b. mudah tersinngung/mudah kesal
c. mudah marah
2. perilaku menantang argemun/ bertengkar
a. sering berdebat dengan pemegang kekuasaan
b. sering menolak untuk mematuhi perintah atau peraturan
c. menyalahkan orang lain akan perilaku buruknya
3. pendendam
a. pernah dendam ke pada orang lain, setidaknya dalam waktu 6 bulan yang lalu

Perilaku-perilaku diatas membuat kesal individu atau orang lain di sekitarnya,


yang menyebabkan masalah di sekolah, pekerjaan atau kegiatan social. Untuk dapat
mendiagnosis penyakit ini, perilaku tersebut harus terjadi dengan setidaknya pada satu
individu yang bukan merupakan saudara kandung orang tersebut. Perilaku diatas bisa
didiagnosis apabila terjadi selama setidaknya 6 bulan dan setidaknya terdapat 4 dari
salah satu kategori diatas.
Untuk anak usia 5 tahun, perilaku tersebut terjadi hampir setiap hari selama
setidaknya dalam 6 bulan. Untuk anak yang berusia 5 tahun ke atas, perilaku tersebut
terjadi setidaknya sekali seminggu selama setidaknya dalam 6 bulan. 11,12 Gelaja
perilaku diatas, bukan merupakan perilaku yang terjadi pada saat pasien dibawah

18
pengaruh pengobatan obat antipshycotic, penggunaan zat, depresi atau gangguan
bipolar dan juga buka pada dysregulation mood disorders. Tentukan tingkatan
keparahan dari gejala; mild: perilaku terjadi hanya di satu tempat (contoh: rumah,
sekolah, atau tempat kerja) moderate: beberapa gejala muncul pada dua tempat yang
berbeda, severe: beberapa gejala muncul pada 3 tempat atau lebih. 11
b. Fitur diagnostic
Ciri penting dari oppositional defiant disorder adalah pola mood marah / mudah
tersinggung yang sering dan terus-menerus, perilaku argumentatif / menantang, atau
perla pendendam. Gejala oppositional defiant disorder mungkin terbatas hanya pada
satu tempat saja dan ini paling sering di rumah. Individu yang menunjukkan gejala
yang cukup untuk dapat menegakkan diagnosis, meskipun hanya di rumah dapat
mengalami gangguan fungsi sosial secara signifikan. Namun, dalam kasus yang lebih
parah, gejala gangguan ini muncul di beberpa tempat . Mengingat bahwa gejala yang
tersebar luas merupakan indikator tingkat keparahan gangguan, perilaku individu perlu
dinilai di berbagai pengaturan dan hubungan. Karena perilaku ini umum terjadi di
antara saudara kandung, mereka juga harus diamati selama interaksi dengan orang
selain saudara kandung. Selain itu, gejala gangguan biasanya lebih jelas ketika
pasien berinteraksi dengan orang dewasa atau teman sebaya, gejala tersebut mungkin
tidak terlihat selama pemeriksaan klinis.
Gejala oppositional defiant disorder dapat terjadi pada individu yang tanpa
mengalami gangguan ini. Ada beberapa pertimbangan utama untuk menentukan
apakah perilaku tersebut merupakan gejala oppositional defiant disorder.
1. Pertama, untuk mendiagnostik penyakit ini, harus terdapat setidaknya empat atau
lebih gejala dari kategori diata, yang berlangsung dalam 6 bulan sebelumnya
2. Kedua, persistensi dan frekuensi gejala harus melebihi normatif untuk usia, jenis
kelamin, dan budaya individu. Misalnya, tidak jarang anak-anak prasekolah
menunjukkan amarah setiap minggu. Ledakan amarah untuk anak prasekolah akan
dianggap sebagai oppositional defiant disorder hanya jika terjadi hampir setiap hari
selama 6 bulan sebelumnya.10

19
c. Faktor yang mendukung diagnostic
Pada anak-anak dan remaja, oppositional defiant disorder. lebih umum terjadi
dalam keluarga yang pola asuh terganggu. Seperti diasauh oleh pengasuh yang
berbeda-beda atau gonta-ganti pengasuh, dan bisa juga tejadi dalam keluarga yang
pola mengasuh anak yang keras, tidak konsisten, atau lalai. 11

d. Prevalensi
Prevalensi oppositional defiant disorder berkisar dari 1% sampai 11%, dengan
perkiraan prevalensi rata-rata sekitar 3,3%. Tingkat kejadia oppositional defiant
disorder dapat bervariasi tergantung pada usia dan jenis kelamin anak. Gangguan ini
tampaknya lebih umum terjadi pada pria daripada wanita (1.4: 1) yang terjadi
sebelum masa remaja.11

e. Faktor risiko
1) Tempramen
Faktor temperamental yang terkait dengan masalah dalam regulasi
emosional (misalnya, tingkat reaktivitas emosional yang tinggi, toleransi
frustrasi yang buruk) telah menjadi prediksi gangguan tersebut.
2) Lingkungan
Pola asuh anak yang keras, tidak konsisten, atau lalai dan gangguan ini biasa
terjadi dalam keluarga anak-anak dan remaja dengan oppositional defiant
disorder juga. faktor pola asuh anak ini memainkan peran penting dalam
terjadinya gangguan tersebut.
3) Genetikal dan fisiologis
marker neurobiologis (misalnya, detak jantung yang lebih rendah dan
reaktivitas konduktansi kulit; reaktivitas kortisol basal berkurang; kelainan
pada korteks pre-frontal dan amigdala) telah dikaitkan dengan gangguan ini..
Namun, sebagian besar penelitian tidak memisahkan anak-anak dengan
oppositional defiant disorder dari anak-anak dengan conduct disorders.
Dengan demikian, tidak jelas apakah ada hubungan yang khusus untuk
gangguan ini. 11

20
1. Intermitten explosive disorders
a. Kriteria Diagnostik
 Ledakan perilaku berulang yang menunjukkan kegagalan untuk mengontrol impuls
agresif seperti yang ditunjukkan oleh salah satu dari berikut ini;
1. Agresif verbal (misalnya, amarah, omelan, pertengkaran atau perkelahian
verbal) atau agresi fisik terhadap harta benda, hewan, atau individu lain, yang
terjadi rata-rata dua kali seminggu selama jangka waktu 3 bulan. Agresfi fisik
tidak mengakibatkan kerusakan atau perusakan harta benda dan tidak
mengakibatkan cedera fisik pada hewan atau individu lain.
2. Tiga ledakan perilaku yang melibatkan kerusakan atau perusakan properti dan /
atau serangan fisik yang melibatkan cedera fisik terhadap hewan atau individu
lain yang terjadi dalam jangka waktu 12 bulan.
 Besarnya agresivitas yang diekspresikan selama ledakan berulang diluar dari
provokasi atau pemicu stres psikososial.
 Ledakan agresif yang berulang tidak direncanakan (yaitu, impulsif dan / atau
berbasis kemarahan) dan tidak berkomitmen untuk mencapai beberapa tujuan yang
nyata (misalnya, uang, kekuasaan, intimidasi).
 Intermitten explosive disorders tidak di diagnosis pada anak yang usianya di bawah
6 tahun. Mereka yang mengalami trauma fisik dan emosional pada waktu anak-
anak atau remaja merupakan faktor risiko terbesar untuk mengalami gangguan ini. 11

b. Fitur Diagnosis
Serangan impuls perilaku agresif (atau berdasarkan kemarahan) pada
Intermitten explosive disorders memiliki onset yang cepat dan biasanya sedikit atau
tanpa periode prodromal. Serangan biasanya berlangsung kurang dari 30 menit dan
biasanya terjadi sebagai respons terhadap provokasi kecil oleh teman dekat atau rekan.
Intermitten explosive disorders sering mengalami episode yang tidak terlalu parah dari
serangan verbal dan/ agresi yang tidak merusak, atau tidak membahayakan.
Kriteria 1 didefinisikan dengan serangan agresif yang sering (yaitu, rata-rata
dua kali seminggu, untuk periode waktu 3 bulan) ditandai dengan amukan, omelan,

21
argumen atau perkelahian verbal, atau penyerangan tanpa merusak objek atau tanpa
melukai hewan atau individu lain.
Kriteria 2 didefinisikan sebagai serangan agresif impulsif yang jarang (yaitu,
tiga dalam periode 1 tahun) yang ditandai dengan merusak atau menghancurkan suatu
objek, atau dengan menyerang / memukul atau menyebabkan cedera fisik pada hewan
atau individu lain.11

c. Prevalensi
Data prevalensi gangguan Intermitten explosive disorders di Amerika Serikat
adalah sekitar 2,7% (definisi sempit). Gangguan Intermitten explosive disorders lebih
umum terjadi pada individu yang lebih muda (misalnya, lebih muda dari 35-40 tahun),
dibandingkan dengan individu yang lebih tua (lebih tua dari 50 tahun), dan pada
individu dengan pendidikan sekolah menengah atau kurang.

d. Faktor risiko
1. Lingkungan
Individu dengan riwayat trauma fisik dan emosional selama dua dekade
pertama kehidupan memiliki faktor risiko yang tinggi pada gangguan ini.

2. Genetic dan biologis


Kerabat tingkat pertama dari individu dengan gangguan Intermitten explosive
disorders memiliki peningkatan risiko untuk terjadi gangguan ini, dan twin
study telah menunjukkan pengaruh genetik yang substansial untuk agresia
impulsif. Penelitian memberikan dukungan neurobiologis untuk adanya
kelainan serotonergik, secara global dan di otak, khususnya di area sistem
limbik (anterior cingulate) dan korteks orbitofrontal pada individu dengan
intermitten explosive disorders. Respons amigdala terhadap rangsangan
kemarahan, selama pemindaian pencitraan resonansi magnetik fungsional, lebih
besar pada individu dengan intermitten explosive disorders dibandingkan pada
individu sehat.11

22
3. Conduct Disorders
a. kriteria diagnosis
1. Pola perilaku yang berulang dan terus-menerus di mana hak-hak dasar
orang lain atau norma atau aturan utama masyarakat yang sesuai dengan
usia dilanggar, seperti yang ditunjukkan dengan ada setidaknya tiga dari
15 kriteria berikut dalam 12 bulan terakhir dari salah satu kategori di
bawah ini , dengan setidaknya satu kriteria yang ada dalam 6 bulan
terakhir:
a) Agresif terhadap Manusia dan Hewan
 Seringkali menindas, mengancam, atau mengintimidasi orang
lain.
 Sering memulai perkelahian fisik.
 Pernah menggunakan senjata yang dapat menyebabkan cedera
fisik yang serius bagi orang lain (mis., Tongkat pemukul, batu
bata, botol pecah, pisau, pistol).
 kejam secara fisik terhadap orang.
 kejam secara fisik terhadap hewan.
 Telah mencuri saat menghadapi korban (misalnya,
penjambretan, perampasan dompet, pemerasan, perampokan
bersenjata)
 Telah memaksa seseorang melakukan aktivitas seksual
b) Penghancuran Properti
 Sengaja terlibat dalam pembakaran dengan tujuan menyebabkan
kerusakan serius.
 Sengaja merusak harta benda orang lain (selain dengan cara
membakar).
c) Penipuan atau Pencurian
 Telah membobol rumah, gedung, atau mobil orang lain.
 Sering berbohong untuk mendapatkan barang atau bantuan atau
untuk menghindari kewajiban.

23
 Telah mencuri barang-barang yang tidak berharga tanpa
mengkonfrontasi korban (misalnya, mencuri di took tetapi
tanpa membongkar dan melakukan pemalsuan)
d) Pelanggaran Serius terhadap Aturan
1. Sering keluar pada malam hari meskipun ada larangan orang
tua, dimulai sebelum usia 13 tahun.
2. Telah melarikan diri dari rumah semalamn, setidaknya dua kali
saat tinggal di rumah orang tua atau orang tua pengganti, atau
sekali tanpa kembali untuk waktu yang lama.
3. Sering bolos sekolah, dimulai sebelum usia 13 tahun
2. Gangguan perilaku menyebabkan gangguan yang signifikan secara
klinis dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan.
3. Orang dengan conduct disorders mungkin menyangkkal atau
meremehkan perilaku mereka. Gangguan ini hanya didiagnosis pada
anak-anak dan remaja hingga usia 18 tahun. Orang dewasa dengan
gejala serupa dapat didiagnosis dengan antisocial personality
disorders.11

b. Fitur diagnosis
Ciri penting dari conduct disorders adalah pola perilaku yang berulang
dan terus-menerus di mana hak-hak dasar orang lain atau norma atau aturan
sosial utama yang sesuai dengan usia dilanggar. Tiga atau lebih perilaku
karakteristik harus ada selama 12 bulan terakhir, dengan setidaknya satu
perilaku dalam 6 bulan terakhir. Gangguan perilaku menyebabkan gangguan
yang signifikan secara klinis dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan
Pola tingkah laku biasanya bisa terjadi dimana saja, seperti di rumah, di
sekolah, atau di masyarakat. Karena individu dengan conduct disorders
cenderung meminimalkan masalah tingkah lakunya, dokter sering harus
mengandalkan orang lain untuk memberkan informasi tambahan. Namun,
pengetahuan informan tentang masalah perilaku individu mungkin terbatas jika

24
mereka tidak mengawasi individu secara memadai atau individu tersebut
menyembunyikan gejala perilaku.11
c. Prevalensi
Perkiraan prevalensi populasi dalam satu tahun berkisar dari 2% hingga
lebih dari 10%, dengan median 4%. Prevalensi conduct tampaknya cukup
konsisten di berbagai negara yang memiliki perbedaan ras dan etnis. Tingkat
prevalensi meningkat dari masa kanak-kanak hingga remaja dan lebih tinggi di
kalangan pria daripada di kalangan wanita. Beberapa anak dengan gangguan
perilaku menerima pengobatan.

d. Faktor risiko
1. Temperamental
Faktor risiko temperamen termasuk temperamen pada waktu bayi
yang sulit terkendali dan kecerdasan yang lebih rendah dari rata-rata,
terutama yang berkaitan dengan IQ verbal.
2. Genetic dan biologis
Gangguan perilaku dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
Risiko meningkat pada anak-anak yang orang tua kandung atau angkat atau
saudara kandung dengan conduct disorders. Gangguan tersebut juga
tampaknya lebih umum pada anak-anak dari orang tua kandung dengan
gangguan penggunaan alkohol yang parah, gangguan depresi dan bipolar,
atau skizofrenia atau orang tua biologis yang memiliki riwayat ADHD atau
gangguan perilaku.
Riwayat keluarga secara khusus mencirikan individu dengan subtipe
gangguan perilaku yang dimulai pada masa kanak-kanak. Perbedaan
struktural dan fungsional di area otak yang terkait dengan regulasi dan
memengaruhi pemeprosesan, terutama koneksi frontotemporallimbik yang
melibatkan korteks prefrontal ventral dan amigdala, telah secara
konsisten dicatat pada individu dengan gangguan perilaku dibandingkan
dengan mereka yang tidak memiliki gangguan. Namun, temuan
neuroimaging tidak mendiagnosis gangguan tersebut.

25
e. Antisocial personality disorders (ASPD)
Pada DSM-5 gangguan ini digolongkan kepada ganguan kepribadian.
1. Kriteria Diagnosis
A. Pola perilaku tidak peduli dan melanggar hak orang lain yang meluas, terjadi
sejak usia 15 tahun, seperti yang ditunjukkan oleh tiga (atau lebih) hal berikut
ini:
1. Kegagalan untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial, yang ditunjukkan
dengan berulang kali melakukan tindakan yang menjadi alasan penangkapan.
2. Penipuan, seperti yang ditunjukkan dengan berbohong berulang berulang kali.
Menggunakan alasan, atau menipu orang lain untuk keuntungan atau
kesenangan pribadi.
3. Impulsivitas atau kegagalan merencanakan sesuatu untuk kedepan.
4. Lekas marah dan agresivitas, seperti perkelahian fisik atau serangan berulang
kali.
5. Mengabaikan keselamatan diri sendiri atau orang lain.
6. Tidak bertanggung jawab secara konsisten, seperti gagal berulang kali untuk
mempertahankan perilaku kerja yang konsisten atau mengatur keuangan.
7. Kurangnya penyesalan, seperti sikap acuh tak acuh atau secara rasional
menyakiti, menganiaya, atau mencuri milik orang lain.
B. Individu tersebut minimal berusia 18 tahun.
C. Terdapat bukti gangguan perilaku dengan onset sebelum usia 15 tahun.
D. Terjadinya perilaku antisosial tidak selama pengobatan terhadap skizofrenia
atau gangguan bipolar.11
2. Prevalensi
Tingkat prevalensi pada gangguan kepribadian antisosial selama dua belas
bulan, menggunakan kriteria dari DSM sebelumnya, adalah antara 0,2% dan
3,3%. Prevalensi tertinggi dari gangguan kepribadian antisosial (lebih dari 70%)
adalah di antara sampel pada laki-laki dengan gangguan penggunaan alkohol dan
penyalahgunaan zat, pernah dipenjara. Prevalensi lebih tinggi pada sampel yang
dipengaruhi oleh faktor sosioekonomi (yaitu, kemiskinan) atau sosiokultural
(yaitu, migrasi).11

26
3. Faktor Risiko
Gangguan kepribadian antisosial lebih umum terjadi pada rang yang
keluarga tingkat pertamanya pernah mengalami hal yang serupa dibandingkan
pada populasi umum. Pada keluarga yang anggota keluarganya memiliki latar
belakang gangguan Kepribadian Antisosial, maka dijka terjadi pada anak laki-laki
lebih sering mengalami Gangguan Kepribadian Antisosial dan Gangguan
Penggunaan Narkoba, sedangkan pada perempuan lebih sering mengalami
Gangguan Gejala Somatik.
Pada Studi adopsi menunjukkan bahwa faktor genetik dan lingkungan
berkontribusi terhadap risiko terjadinya gangguan kepribadian antisosial. Baik
pada Anak angkat dan anak kandung dari orang tua dengan Gangguan
Kepribadian Antisosial mengalami peningkatan risiko mengembangkan gangguan
kepribadian antisosial, gangguan gejala somatik, dan gangguan penggunaan zat.
Anak angkat lebih mirip orang tua kandung mereka daripada orang tua angkat
mereka, namun lingkungan keluarga angkat mempengaruhi risiko terjadinya
gangguan kepribadian dan psikopatologi terkait.11

f. Attention deficit dan Hiperactive deficit


Pada DSM-5, ADHD digolongan pada bagian neurodevelopment disorders
ADHD merupakan penyakit gangguan perilaku yang paling sering terjadi pada
anak-anak, ADHD ditandai oleh 3 gejala yaitu inatensi, hiperaktivitas dan
impulsivitas. Gejala yang satu bisa menonjol dari gejala yang lain atau bisa terjadi
akibat kombinasi dari keduanya.13
a. Kriteria Diagnosis
1. Inattention: Enam (atau lebih) dari gejala berikut telah bertahan setidaknya
Selama 6 bulan yang berdampak negatif langsung pada kegiatan sosial dan
akademik / pekerjaan:
a. Sering gagal memberikan perhatian yang detail atau membuat
kesalahan yang ceroboh di sekolah, di tempat kerja, atau selama
aktivitas lain (misalnya, mengabaikan atau melewatkan detail,
pekerjaan tidak akurat).

27
b. Sering mengalami kesulitan untuk mempertahankan perhatian dalam
tugas atau aktivitas bermain (misalnya, mengalami kesulitan untuk
tetap fokus selama ceramah, percakapan, atau membaca yang lama).
c. Seringkali tidak mendengar ketika diajak bicara secara langsung
(misalnya, pikiran tampak di tempat lain, bahkan tanpa adanya
gangguan yang jelas).
d. Seringkali tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas
sekolah, pekerjaan rumah, atau tugas di tempat kerja (misalnya,
memulai tugas tetapi dengan cepat kehilangan fokus dan mudah
teralihkan).
e. Sering mengalami kesulitan dalam mengatur tugas dan aktivitas
(misalnya, kesulitan mengelola tugas yang berurutan; kesulitan
menjaga bahan dan barang bawaan; pekerjaan yang berantakan dan
tidak teratur; memiliki manajemen waktu yang buruk).
f. Seringkali menghindari, tidak suka, atau enggan untuk terlibat dalam
tugas-tugas yang membutuhkan usaha berkelanjutan (misalnya, tugas
sekolah atau pekerjaan rumah; untuk remaja dan orang dewasa yang
lebih tua, menyiapkan laporan, mengisi formulir, meninjau makalah
yang panjang).
g. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas atau
kegiatan (mis. Bahan sekolah, pensil, buku, peralatan, dompet, kunci,
kertas, kaca mata, telepon genggam).
h. Seringkali dengan mudah terganggu oleh stimulus eksternal (untuk
remaja yang lebih tua dan orang dewasa, mungkin termasuk pikiran
yang tidak berhubungan).
i. Seringkali pelupa dalam aktivitas sehari-hari (mis.Melakukan
pekerjaan rumah, menjalankan tugas; pada remaja dan orang dewasa
yang lebih tua dalam menjawab telepon, membayar tagihan,
memenuhi janji temu).11
2. Hiperaktif dan impulsif: Enam (atau lebih) dari gejala berikut telah bertahan
setidaknya selama 6 bulan hingga derajat yang tidak sesuai dengan tingkat

28
perkembangan dan yang berdampak negatif langsung pada kegiatan sosial
dan akademik / pekerjaan.
a. Sering gelisah atau mengetuk tangan atau kaki atau menggeliat di kursi.
b. Seringkali meninggalkan tempat duduk dalam situasi di mana tetap
harus duduk (misalnya, meninggalkan tempat duduk atau tempatnya di
kelas, di kantor atau tempat kerja lain, atau di situasi lain yang
mengharuskan tetap di tempat).
c. Sering berlari atau memanjat dalam situasi yang tidak pantas.
d. Seringkali tidak dapat bermain atau melakukan aktivitas waktu luang
dengan tenang.
e. Sering "dalam perjalanan", bertindak seolah-olah "menggoyangkan
motor" (misalnya, tidak bisa atau tidak nyaman diam untuk waktu yang
lama, seperti di restoran, rapat) .
f. Sering berbicara berlebihan.
g. Sering melontarkan jawaban sebelum pertanyaan diselesaikan
(misalnya, melengkapi kalimat orang; tidak sabar menunggu giliran
percakapan).
h. Sering mengalami kesulitan menunggu gilirannya (misalnya saat
mengantri).
i. Sering menyela atau mengganggu orang lain (misalnya, menyela
percakapan, permainan, atau aktivitas; dapat mulai menggunakan barang
orang lain tanpa meminta atau menerima izin; untuk remaja dan orang
dewasa, dapat mengganggu atau mengambil alih apa yang dilakukan
orang lain)
3. Beberapa dari gejala diatas dapat muncul sebelum usia 12 tahun
4. Beberapa gejala dari AHD hadir pada dua tempat atau lebih (misalnya, di
rumah, sekolah, atau tempat kerja; dengan teman atau kerabat; dalam
aktivitas lain).11
b. Prevalensi
Survei populasi menunjukkan bahwa ADHD terjadi di sebagian besar
budaya pada sekitar 5% anak-anak dan sekitar 2,5% orang dewasa.11

29
c. Faktor risiko
1. Genetik
Tingkat Heritabilitas ADHD sangat besar. Meskipun gen tertentu telah
dikorelasikan dengan ADHD, Para peneliti memperkirakan bahwa ADHD 70
hingga 80 persen diwariskan. Family study menjelaskan bahwa seorang anak
lebih mungkin didiagnosis dengan ADHD jika saudara kandung atau orang tua
telah didiagnosis.(keluarga tingkat pertama).6,11
2. Lingkungan
Berat badan lahir sangat rendah (kurang dari 1.500 gram) membawa risiko
dua hingga tiga kali lipat untuk ADHD, tetapi kebanyakan anak dengan berat
badan lahir rendah tidak mengembangkan ADHD. Meskipun ADHD
berkorelasi dengan merokok selama kehamilan, beberapa dari hubungan ini
mencerminkan risiko genetik yang umum. Sebagian kecil kasus mungkin
terkait dengan reaksi terhadap aspek. Mungkin ada riwayat pelecehan anak,
penelantaran asuh, paparan neurotoksin (misalnya timbal), infeksi (misalnya,
ensefalitis), atau paparan alkohol. Paparan racun lingkungan telah berkorelasi
dengan ADHD , tetapi tidak diketahui apakah kausal dri hubungan ini. 6,11

30
BAB III
KESIMPULAN

Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang gen, yaitu faktor yang

menentukan sifat-sifat suatu organism. Perilaku adalah tindakan atau aktivitas yang

dilakuakn oleh manusia secara keseluruhan terhadap respon terhadap dunia sekitarnya.

Perilaku merupakan respon holistic terhadap rangsangan dari dalam tubuh.

Genetika perilaku (behavior genetics) adalah studi mengenai kadar dan hakikat

landasan herediter suatu perilaku. Genetika perilaku adalah bidang studi ilmiah yang

secara khusus menyelidiki pengaruh genetika terhadap karakter individu khusunya

perilaku dalam suatu lingkungan. Para ilmuan di bidang genetika terus meneliti variasi

perilaku yang dipengaruhi oleh gen, yang merupakan satuan keturunan yang diturunkan

orang tua kepada keturunannya. Ilmuwan menyadari bahwa gen sendiri tidak mengontrol

perilaku. Tetapi gen memungkinkan organism untuk merepon dan menggunakan apa

yang ada disekitar lingkungannya. Pada saat yang bersamaan, lingkungan menpengaruhi

tindakan dari gen tersebut.

Para ilmuwan melakukan 3 study yatu: Twin study, Family study dan adoption

study. Study tersebut digunakan untuk menilai bagaimana pengaruh gene dan lingkungan

terhadap perilaku manusia. Gen dan lingkungan dapat mempengaruhi perilaku melalui

beberapa cara yaitu: gene/ environtmen interaction dan gene/environtment correlation,

dan shared and non-shared environment. Pada ilmu psikiatrik, hampir seleruh gangguan

yang terjadi berefek pada perilaku seseorang. Pada refarat ini yang termasuk gangguan

perilaku yang penulisa bahas seperti Disruptive, Impulses Control dan Conduct

Disorders, yang merupakan kondisi yang melibatkan masalah pada kontrol diri terhadap

31
emosi dan perilaku. Gangguan pada bagian ini adalah oppositional defiant disorder

(OOD), intermitten explosive disorders, conduct disorders (CD) dan antisocial

personality disorders (ASPD. Attention deficit dan Hiperactive deficit ADHD juga

merupakan yang berefek pada perilaku. Pada DSM-5 ADHD termasuk dalam bagian

neurodevelopment disorders. Dari beberapa gangguan perilaku yang dijelaskan diatas,

dimana terbukti bahwa faktor genetik dan lingkungan bekerja sama dan berpengaruh

pada perilaku seseorang.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Burns G. The Sciences of Genetics. 6th ed.; 1984.


2. Baker C. Behavioral Genetics: An Introduction to How Genes and Environtment Interact
through Development to Shape Differences in Mood, Personality Dan Intelegence.
American Association for the Advancement of science Directorate of Science and Policy
Program; 2005.
3. Propescu G. Human Behavior, from psychology to transdisciplinary insight. Soc Behav
Sci. 2014;442-446.
4. John WS. Adolescence, Pekembangaan Remaja. 6th ed. Erlangga; 2003.
5. Nusantari E. Genetika, Belajar Genetika Dengan Mudah Komprehensif. Deepublish;
2014.
6. Plomin R. Behaviour Genetics. Accessed October 1, 2020.
https://www.britannica.com/science/behaviour-genetics
7. Minaker N. Evaluating Twin, Family and Adoption Studies. Psychol Factsheet. Published
online 2013.
8. Medline plus. What is heritability. U.s National Library of Medicine. Published 2013.
Accessed October 1, 2020.
https://medlineplus.gov/genetics/understanding/inheritance/heritability/
9. Shaffer DR, Kipp K. Developmental Psychology. 8th ed.; 2010.
10. Torgesen AM, Janson H. Why do Indentical Twins Differ in Personality: Shared
Enviromental Reconsidered. Dep Pshycology, Univ Oslo, Norw. Published online 2002.
11. American Psychiatric Association. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental
Disorders. 5th ed.; 2013.
12. Association AP. what are Disruptive, impulse-control and conduct disorders? Accessed
October 1, 2020. ttps://www.psychiatry.org/patients-families/disruptive-impulse-control-
and-conduct-disorders/what-are-disruptive-impulse-control-and-conduct-disorders
13. American Psychiatric Association. What is ADHD? Published 2017. Accessed October 1,
2020. https://www.psychiatry.org/patients-families/adhd/what-is-adhd

33

Anda mungkin juga menyukai