Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PROSES EVOLUSI dan SIFAT POLYGENIS


Di susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Evolusi
Yang diampu oleh
Dr. Iwan Wicaksono, M.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 05

IFATUL HIKMAH NIM : T20188002


ZAHRIANA MAULIDA NIM : T20188021
WILDAN SAID SONDA R NIM : T20178007

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
2021

1
KATA PENGANTAR
‫ﻟﺮ ۡﺣ ٰ َﻤ ِﻦ ٱ ﱠ‬
‫ﻟﺮ ِﺣ ِيﻢ‬ ‫ِﺑ ۡﺴ ِﻢ ٱ ﱠ ِ ٱ ﱠ‬
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah ini yang berjudul “ Proses Evolusi dan Sifat Polygenis’’. Atas dukungan moral dan
materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada Bapak Dr. Iwan Wicaksono, M.Pd selaku dosen pengampu, yang telah
memberikan banyak materi pendukung, masukan, bimbingan kepada kami.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca untuk kedepannya, dan juga dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Atas pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 06 Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 4
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 4
B. Rumusan Masalah .................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan.................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 6


A. Pengertian Evolusi . .............................................................. 6
B. Proses atau Mekanisme Evolusi............................................ . 6
C. Sifat Poligenik ...................................................................... 12

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 17


A. Kesimpulan .......................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 18

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evolusi adalah salah satu cabang ilmu dalam biologi yang mempelajari
perubahan sifat populasi organisme di atas waktu. Dengan kata lain, populasi adalah
unit evolusi. Gen, individu, dan spesies juga berperan, tetapi itu adalah perubahan
populasi yang menjadi ciri evolusi.
Evolusi biologi adalah perubahan dari waktu ke waktu pada satu atau lebih sifat
terwariskan yang dijumpai pada populasi organisme. Evolusi hanya bisa terjadi bila ada
variasi sifat yang diwariskan dalam populasi. Sumber utama variasi adalah mutasi,
rekombinasi genetik, dan aliran gen (gene flow). Evolusi telah membentuk
keanekaragaman makhluk hidup dari nenek moyang yang sama. mendefinisikan
evolusi sebagai keturunan dengan modifikasi, istilah yang digunakan Darwin dalam
menjelaskan bahwa dari kejadian yang terjadi dibumi ini, banyak spesies keturunan dari
spesies leluhur yang dulu berbeda dari spesies masa kini.
Evolusi juga bisa didefinisikan sebagai perubahan komposisi genetik suatu
populasi turun-temurun. Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi
alam dan variasi genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan
sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme
menjadi lebih umum dalam suatu populasi dan sebaliknya, sifat yang merugikan
menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang
menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu
pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah
beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi
secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam.1

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Evolusi ?
2. Bagaimana Proses atau Mekanisme Evolusi ?
3. Apa yang dimaksud dengan Sifat Poligenik ?

1
Sastria Emayulia,. Evolusi. (Bandung: Alfabeta. 2013)

4
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Evolusi
2. Untuk mengetahui Proses atau Mekanisme Evolusi
3. Untuk mengetahui yang dimaksud Sifat Poligenik

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Evolusi

Evolusi biologi adalah perubahan dari waktu ke waktu pada satu atau lebih sifat
terwariskan yang dijumpai pada populasi organisme)2. Evolusi hanya bisa terjadi bila
ada variasi sifat yang diwariskan dalam populasi. Sumber utama variasi adalah mutasi,
rekombinasi genetik, dan aliran gen (gene flow). Evolusi telah membentuk
keanekaragaman makhluk hidup dari nenek moyang yang sama. Kita dapat
mendefinisikan evolusi sebagai keturunan dengan modifikasi, istilah yang digunakan
Darwin dalam menjelaskan bahwa dari kejadian yang terjadi dibumi ini, banyak spesies
keturunan dari spesies leluhur yang dulu berbeda dari spesies masa kini. Evolusi juga
bisa didefinisikan sebagai perubahan komposisi genetik suatu populasi turun-
temurun)3. Pikiran tentang evolusi sudah ada ratusan tahun sebelum masehi yang
muncul dari pemikiran ahli-ahli filsafat Yunani kuno dan belum didasarkan pada fakta
yang akurat serta belum dikaitkan dengan lingkungannya. Pemikiran tentang evolusi
kembali berkembang melalui tokoh evolusi organik zaman Renaisans pada abad 17
yang lebih banyak mendasari teori Darwin.

B. Proses atau Mekanisme Evolusi

1. Variasi yang dapat diwariskan: bahan baku evolusi

Hewan-hewan yang sifat-sifat turunan yang dikegendaki dikawinkan


diantara mereka dengan harapan bahwa:
a. Sebagian besar dari keturunan mereka akan mempunyai sifat itu dibandingkan
dengan populasi sebagai suatu keseluruhan.
b. Ekspresi sifat-sifat itu akan lebih menonjol pada keturunan mereka.

Dengan mengulang-uang proses penangkaran selektif ini, maka pada


akahirnya mungkin dapat mengembangkan galur individu jenis murni yang
memperlihatkan sifat-sifat baru. Hal pertama yang hrus kita cari dalam populasi

2
Munif Said Hasan. Pengantar Biologi Evolusi. (Jakarta: Erlangga. 2014)
3
Campbell. Biology (Eleventh Edition).( New York: Pearson. 2017)

6
organisme liar ialah variasi yang dapat diwariskan yang dipakai sebagai bahan baku
evolusi, dalam satu spesies dialam memang ada variasi. Ada dua variasi:
1. Variasi tak terputus
Banyak sifat yang ditemukan dalam suatu populasi tumbuhan atau hewan
bervariasi dalam suatu cara yang tak terputus dan halus dari satu ekstrem yang
lain. Berat tubuh, panjang tubuh, dan warna buku baru tiga sifat dari padanya
kita harapkan dapat ditemukan variasi yang sangat banyak.
2. Variasi terputus
Untuk sifat-sifat tertentu, individu-individu dari beberapa populasi dapat dibagi
dalam dua kelompok yang jelas tanpa adanya kelompok. Fakta bahwa semua
manusia mempunyai satu dari empat golongan darah ABO merupakan contoh
variasi yang terputus-putus. Variasi seperti itu disebut polimorfisme. 4

2. Seleksi Alam

Jika dalam kondisi-kondisi yang berubah, makhluk hidup memperlihatkan


perbedan-perbedaan individual dlam hampir tiap bagian dari strukturnya, dan hal
ini tidak dapat dibantah. Jika ada suatu perjuangan hebat untuk hidup dalam umur,
atau musim, atau tahun tertentu, dikarenakan oleh laju peningkatannya secara
geometris, dan hal ini jelas tidak dapat dibantah. Kemudian dengan memperhatikan
keadaan hubungan-hubungan semua makhluk hidup satu dengan yang lain dan
dengan kondisi-kondisi hidupnya yang sangat kompleks, yang menyebabkan
keanekaragaman yang tidak terbatas, akan merupakann fakta yang sangat istimewa
jika tidak ada terjadi variasi-variasi yang bermanfaat bagi kepentingan tiap makhluk
itu sendiri. Tetapi jika variasi-variasi yang berguna bagi setiap makhluk hidup
memang pernah terjadi,pastilah individual-individual yang mempunyai ciri
demikian akan mempunyai peluang terbaik untuk dilestarikan dalam perjuangan
hidupnya, dan dari prinsip pewarisan yang kuat, mereka cenderung untuk
memproduksi keturunan dengan ciri-ciri yang serupa. Tidak ada spesies hidup yang
ti9dak dapat mengisi penuh haitat dengan sejenisnya jika tersedia makan yang tak
terbatas dan faktor lain dalam lingkungannya itu menguntungkan.

4
Nur Kuncoro. Biologi Dasar. (Jember. Jember University Press. 2006)

7
Teori seleksi alamiah Darwin merupakan kesimpulan berdasrkan tiga faktor
alam yang dapat dialami dan dari satu kesimpulan penduluan. Ringkasan teori
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Semua spesies mempunyai potensi produksi yang tinggi. Dari bakteri
sampai gajah, mempunyai kemampuan itu untuk memenuhi dunia ini
dengan jenisnya.
b. Kecuali fluktasi yang kecil, populasi sspesies apapun dari tahun ketahun
agak konstan.
c. Terdapat variasi yang diturunkan diantara individu tiap spesies.

3. Ukuran Kemampuan

Kemampuan sebagai konsep biologi hanya dapat diukur dalam kemampuan


menghasilkan keturunan dewasa. Individu dalam suatu populasi yang dapat
menghasilkan keturunan dewasa dalam jumlah yang paling besar itulah disebut
paling mampu. Dalam hal ini beberapa mekanisme memegang peranan.
a. Kelangsungan hidup
Unsur yang paling penting dalam kemampuan hanyalahkelangsungan hidup
sampai masa produksi. Jika tiap sifat yang dapat meningkatkan kesempatan
organisme untuk tetap hidup dan melalui reproduksi ini membuat organisme
itu lebih mampu daripada individu lain dalam spesies itu. Kita namakan
sifat-sifat demikian itu adaptasi. Sifat ini dapat menyangkut perubahan
struktur tubuh, perubahan dalam fisiologi, perubahan dalam perilaku, atau
perubahan semua sifat tertentu.
1. Adaptasi perilaku
2. Adaptasi dengan penyamaran warna (kolorasi)
3. Adaptasi fisiologis
b. Selesksi seksual
Faktor lain yang mempengaruhi “kemampuan” adalah seleski seksual.
Tiap sifat yang diwariskan, yang membuuat beberapa individu lebih
menarik bagi lawan jenisnya daripada individu lain, akan menyebabkan
mereka lebih berhasil dalam perkawinan. Akibatnya pada generasi
berikutnya proporsi sifat yang diturunkan akan lebih besar.

8
Penelitian mengenai beberapa sifat yang menyangkut seleksi seksual
mengungkapkan bahwa dampak evolusi seksual tidak selamanya searah
dengan seleski ketahanan hidup individu. Sifat-sifat yang terseleksi secara
seksual, dan akan terus meningkat pada generasi-generasi berikutnya,
mungkin dapat meningkatkan hewan itu kurang beradaasi dengan keadaan
lingkungannya.
c. Ukuran keluarga
Setiap sifat yang menyebabkan hewan mempunyai keturunan dewasa
dalam jumlah besar juga merupakan ukuran kemampuan. Perlu ada
penekanan pada keturunan dewasa karena hanya mereka yang dapat
mewariskan sifatt-sifat itu pada generasi berikutnya.
Evolusi menyangkut perubahan secara perlahan dalam sifat-sifat suatu
spesies. Tetapi sifat itu merupakan ekspresi genotipe, sehingga evolusi juga
menyangkut perubahan-perubahan dalam genotipe individu dalam spesies
tersebut.

4. Genetika Sumber Variabilitas

Genetika membeberkan pada kita sarana untuk mengerti asal-usul


variabilitas yang diwariskan dalam populasi. Proses reproduksiseksual
menciptakan kombinasi gen baru, genotipe baru, dan akibatknya timbul fenotipe
atau varian baru didalam populasi. Kombinasi gen baru ini terjadi dengan tiga cara
yaitu:

a. Pada waktu pembentukan gamet, pindah silang dari kromosom homolog


pada wkatu meiosis menghasilkan kombinasi gen baru.
b. Pada waktu metafase dari meiosis, peranekaan secara acak dari kromosom
homolog dari sisi manapun dibidang ekuatorial akan menyebabkan
penyusunan kembali lebih lanjut gen-gen yang diwariskan dari tetua
individu tersebut.
c. Penyatuan gamet-gamet dari individu yang secara genetik berbeda,
tangkar luar, juga merupakan sumber variabilitas karena gen-gen tetua

9
saling berinteraksi sehingga menghasilkan fenotipe baru, yaitu individu
5
yang unik.

5. Hukum Hardy-Weinberg

Hukum ini menyatakan dalam istilah matematika sederhana, bahwa


frekuensi alel-alel dalam populasi dapat distabilkan dan tetap berada dalam
kesimbangan dari satu generasi kegenerasi lain. Mekanisme yang digambarkan oleh
hukum itu bukan suatu mekanisme evolusi. Akan tetapi hukum hardy weinberg ini
dapat mengakibatkan perubahan evolusioner. Hukum hardy weinberg ini terjadi
dikarenakan beberapa hal yaitu:
a. Mutasi
Mutasilah bahan mentah evolusi. Mutasi menimbulkan variasi genetik
dan dalam perkawinan terjadi berbagai rekombinasi antara gen-gen yang
bervariasi itu. Mutasi tidak dapat dihindarkan tetapi mungkin tidak
mempunyai pengaruh yang besar terhadap frekuensi gen. Hal ini disebabkan
oleh timbulnya gen yang merugikan pada umumnya diimbangi oleh
lenyapnya gen-gen itu dari lungkang gen melalui seleksi alamiah. Hanya
dengan mutasi dapat dihasilkan alel-alel baru sehingga evolusi bertumpu
pada mutasi.
b. Penyimpangan (Drift)
Penyimpangan genetik menghasilkan perubahan dalam lungkang gen
populasi, dan karena itu menghasilkan perubahan evolusioner. Akan tetapi,
tidak seperti gagasan evolusi Darwin, individu-individu baru ini dapat juga
tidak lebih mampu daripada moyangnya. Evolusi melalui penyimpangan
adalah tanpa tujuan, dan tidak progreif.
c. Reproduksi diferensial
Hukum hardy weinberg terjadi apabila reproduksi diferensial
berlangsung. Jika individu yang mempunyai gen-gen tertentu lebih mampu
menghasilkan keturunan dewasa dibandingkan dengan individu yang tidak
memiliki gen tersebut, maka frekuensi terwujudnya gen itu dalam populasi
akan meningkat. Reproduksi diferensial disebabkan oleh mortalitas
diferensial dan kesuburan diferensial.

5
Ibid.

10
6. Seleksi Kerabat

Seleksi alamiah yang bekerja pada tingkat keluarga dan bukan pada tingkat
individu ini dinamakan selesksi kerabat. Gagasan seleski kerabat menyatakan
bahwa gen-gen yang menuntun perilaku yang tampaknya altruistik itu telah
diseleksi untuk itu menghasilkan suatu genotipe tertentu, karena gen-gen itu lebih
mungkin diteruskan pada generasi berikutnya yang jumlahnya bertambah dibanding
dengan keturunanya sendiri.

7. Pengaruh Seleksi pada Populasi

Tekanan seleksi alamiah dapat memengaruhi distribusi fenotipe dalam suatu


populasi dalam berbagai cara, yaitu:
a. Seleksi penstabilan
Seleksi alamiah bekerja untuk menyingkirkan individu dari kedua
fenotipe ekstrem tersebut, disamping meningkatkan keberhasilan produksi
fenotipe yang mendekati nilai rata-rata. Dalam hal yang demikian, seleksi
alamiah merupakan kekuatan yang bekerja untuk memelihara suatu keadaan
tetap pada saat tertentu.
b. Seleksi berarah
Suatu populasi mungkin dapat berada dalam keadaan dimana individu-
individu yang menempati satu ekstrem dari kisaran fenotipe lebih disukai
daripada yang lain-lain. Hal ini dapat terjadi sebagia akibat perubahan pada
lingkungan fisiknya. Jadi seleksi berarah adalah kekuatan dinamis, yang
menyebabkan perubahan progresif dalam fenotipe dan perubahan evolusioner.
6

c. Seleksi deskriptif
Arti penting evolusionernya terapat pada kenyataan bahwa seleksi
diskriptif itu dapat menimbulkan terpecahnya lungkang (pool) gen tunggal
menjadi lungkang gen yang berbeda. Hal ini merupakan satu cara
7
pemebentukan spesies baru.

6
Ibid.
7
Ibid.

11
C. Sifat Polygenik

Sifat poligenik yaitu sifat tahan yang diatur oleh banyak gen yang saling
menambah dan masing-masing gen memberikan reaksi yang berbeda sehingga timbul
ketahanan dengan spectrum luas. Ketahanan genetik dibedakan menjadi beberapa tipe:
(1) vertikal, yaitu bersifat sangat tahan namun mudah patah (menjadi tidak tahan) oleh
munculnya biotipe/patotipe baru, (2) horizontal, yaitu memiliki tingkat ketahanan
dengan status “agak tahan”, dan (3) ganda/multilini, yaitu campuran beberapa galur
dengan komponennya masing-masing memiliki fenotipe yang sama namun gen yang
berbeda memiliki ketahanan terhadap beberapa jenis hama/patogen.8
Beberapa sifat polygenik antara lain:
1. Sifat Kualitatif
a. Pengertian sifat kualitatif

Sifat kualitatif merupakan sifat yang dapat dibedakan dan


dikelompokkan secara tegas tetapi tidak diukur dalam satuan. Contohnya
bentuk kepala, bentuk tubuh, dan bentuk telinga. Sifat tersebut dikontrol oleh
lebih sedikit pasangan gen dibandingkan dengan gen yang mengendalikan sifat
kuantitatif. Selain itu, sifat kualitatif hanya sedikit dipengaruhi bahkan sama
sekali tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sifat kualitatif memiliki
ekonomis yang rendah.
Pengelompokan atau klasifikasi kedalam suatu rumpun pada sifat
kualitatif, antara lain pada warna kepala, tubuh, ekor, dan bentuk kepala.
Produktivitas dapat diduga atau diestimasi berdasarkan penampilan sifat
kualitatif. Sifat kualitatif diwariskan pada keturunannya tetapi angka
pewarisannya tidak dapat diukur secara kuantitatif seperti halnya pada sifat-sifat
kuantitatif.

b. Manfaat sifat kualitatif

Sifat kualitatif bermanfaat dalam menghitung frekuensi gen dan genotip


guna mengetahui apakah suatu sifat kualitatif sekelompok dalam keadaan
keseimbangan genetik atau tidak. Genotip merupakan susunan gen yang

8
Yuliani, Dini dan Wage Ratna Rohaeni. Heritabilitas dan Sumber Gen, (Jurnal Litbang Pertanian), Vol.36
No.2 Hlm 99-108

12
mengontrol suatu sifat, baik sifat yang diinginkan maupun yang tidak
diinginkan. Seleksi dan penyingkiran (culling) mengubah frekuensi gen sifat
yang terdapat dalam sekelompok individu dalam populasi.
Sifat kualitatif dikelompokkan menjadi sifat luar, cacat genetik, dan
polimorfisme genetik. Sifat luar atau karakteristik eksterior seperti halnya
warna tubuh, warna kepala, dan bentuk menunjukkan kemurnian bangsa
sehingga secara tidak langsung dapat menunjukkan produktivitas. Cacat genetik
biasanya dikendalikan oleh gen resesif sehingga hanya muncul pada
keturunannya apabila individu tersebut kawin secara inbreeding dengan
individu yang memiliki gen resesif pembawa cacat. Polimorfisme genetik
merupakan keragaman genetik yang disebabkan oleh adanya mutasi pada basa
nitrogen penyusun DNA sehingga terjadi keragaman genotip pada satu sifat.
c. Identifikasi gen pengendalian sifat kualitatif

Warna kulit/bulu mamalia merupakan salah satu contoh sifat kualitatif.


Gen Melanocyte Stimulating Hormone Receptor (MSHR) terlibat dalam
penentuan warna kulit/bulu pada mamalia dengan mengontrol banyaknya
eumelanin (hitam/coklat) dan phaeomelanin (merah/kuning). MSHR diaktivasi
oleh Alpha melanocyte stimulating hormone (a-MSH). Alel gen MSHR yang
mengkode reseptor aktif menghasilkan produksi eumelanin dan reseptor
nonfungsional yang menghasilkan produksi phaeomelanin.
Keragaman pada pewarnaan kulit/rambut manusia disebabkan oleh
banyakya eumelanin (melanin coklat/hitam) dan phaeomelanin (melanin
merah/kuning) yang diproduksi oleh melanocytes. Melanocortin 1 receptor
(MCIR) merupakan pengatur produksi eumelanin dan phaeomelanin dalam
melanocytes. Mutasi MC1R menyebabkan perubahan warna. Perbandingan
tingkat substitusi gen pada family reseptor melanocortin menunjukkan bahwa
MC1R mengalami evolusi sangat cepat.

d. Polimorfisme gen pengendali sifat kualitatif

Polimorfisme dalam biologi molekuler diartikan sebagai mutasi pada


titik tertentu dalam untai nukleotida yang mengakibatkan adanya lebih dari satu
kelompok fenotip dari spesies yang sama dalam satu populasi. Kejadian tersebut
merupakan hasil proses evolusi dan diwariskan pada keturunannya.

13
Polimorfisme berhubungan dengan biodiversitas, keragaman genetik, dan
adaptasi serta berfungsi mempertahankan keragaman performa dalam populasi
pada lingkungan yang bervariasi.
Polimorfisme nukleotida tunggal atau A single-nucleotide
polymorphism (SNP) merupakan keragaman sekuen DNA akibat perubahan
nukleotida tunggal di dalam genom yang menyebabkan adanya perbedaan
pasangan kromosom individu dalam populasi. Sebagai contoh, dua sekuens
fragmen DNA dari individu yang berbeda, masing-masing AAGCCTA menjadi
AAGCTTA. Alel C dan T terdapat dalam contoh tersebut dan hampir seluruh
SNPs hanya memiliki dua alel.
Keragaman sekuens DNA dapat dideteksi sejak ditemukannya enzim
restriksi, antara lain dengan teknik RFLP. Restriction fragment length
polymorphism atau RFLP merupakan teknik pengujian keragaman sekuens
DNA homolog berdasarkan kemampuan enzim restriksi untuk mengenali sisi
fragmen yang harus dipotong. Sampel DNA yang diuji dipecah menjadi
potongan oleh enzim restriksi dan menghasilkan fragmen restriksi. Fragmen
restriksi dipisahkan berdasarkan ukuran panjangnya melalui gel electrophoresis
(elektroforesis gel). Teknik dasar untuk mendeteksi RFLP melibatkan
pembentukan fragmen sampel DNA oleh enzim restriksi. Enzim restriksi dapat
mengenali dan memotong DNA dimana saja terjadi sekuens pendek yang
spesifik dalam proses digesti restriksi (restriction digest). Fragmen DNA yang
dihasilkan selanjutnya dipisahkan berdasarkan ukuran panjang DNA melalui
proses yang disebut elektroforesis gel agaros (agarose gel electrophoresis). Dan
kemudian ditransfer kedalam membrane dalam proses hibriditasi melalui
prosedur southern blot.
Hibriditasi (gybridization) dari membran diberi label DNA probe dan
kemudian dilakukan penentuan ukuran panjang fragmen yang merupakan
pelengkap probe. Suatu RFLP terjadi apabila panjangnya fragmen yang
terdeteksi bervariasi antarindividu. Setiap fragmen dipertimbangkan sebagai
suatu alel dan dapat digunakan untuk analisis genetik. Sampai saat ini, teknik
RFLP masih digunakan dalam marker assinted selection.

14
2. Sifat Kuantitatif
a. Pengertian sifat kuantitatif

Sifat kuantitatif merupakan sifat yang dapat diukur dalam satuan,


contohnya bobot badan, pertambahan bobot badan harian, produksi susu, dan
produksi telur. Sifat-sifat tersebut bersifat ekonomis, artinya memiliki nilai jual
yang tinggi. Gen-gen aditif merupakan gen yang mengontrol sifat kuantitatif.
Jumlah gen yang mengontrol sifat kuantitatif lebih banyak daripada jumlah gen
yang mengendalikan sifat kualitatif. Sifat kuantitatif sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan.

b. Karakteristik sifat kuantitatif

Sifat kuantitatif ditampilkan dalam bentuk angka yang memiliki satuan,


berkisar dari nilai yang rendah sampai tinggi. Oleh karena itu, karakteristik sifat
kuantitatif berbeda dengan sifat kualitatif yaitu tidak dapat dikelompokkan
dengan tegas. Identifikasi karakteristik sifat kuantitatif dalam populasi
dilakukan dengan menggunakan metode biometri dan statistika dengan asumsi
bahwa sifat kuantitatif dalam populasi membentuk kurva yang terdistribusi
normal.
Ukuran keragaman kinerja kuantitatif dalam populasi memiliki
probabilitas (kemungkin). Sifat kualitatif lebih mudah digunakan untuk
menjelaskan probabilitas. Keragaman sifat kualitatif dalam populasi dapat
dilakukan dengan memasukkan masing-masing individu ke dalam kelompok
tertentu. Diagram frekuensi menunjukkan proporsi populasi yang memiliki
kualitas tertentu. Contoh teori kemungkinan dapat diberikan melalui
pelemparan mata uang logam yang memiliki dua permukaan. Kemungkinan
untuk mendapatkan satu permukaan uang dalam satu pelemparan adalah ¼.
Kemungkinan untuk mendapatkan satu permukaan mata uang logam dalam dua
kali pelemparan mata uang adalah (1/2)(1/2)=1/4.

c. Polimorfisme pada sifat kuantitatif

Polimorfisme gen yang mempengaruhi sifat-sifat poligenik seperti


halnya produksi daging dan produksi susu tidak diketahui dengan pasti namun

15
sejumlah gen kandidat (candidate gene) dapat digunakan sebagai pendekatan
untuk mengidentifikasi gen-gen yang bertanggung jawab terhadap keragaman
sifat-sifat poligenik. Proses tersebut meliputi seleksi gen kandidat berdasarkan
gubungan antara proses fisiologis atau biokemis yang terlibat dalam ekspresi
penotip, selanjutnya menguji gen-gen terseleksi sebagai putative quantitative
trait loci (QTL).9

9
Dima Iqbal Hamdani dan Sulastri, Prinsip-prinsip Dasar dan Hereditas Manusia, (Bandar Lampung: Aura
Anugrah Utama Raharja, 2018) Hlm 3-9

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Sebagai cabang ilmu Biologi kajian evolusi terfokus pada perubahan


struktur organisme yang terjadi secara berangsur menuju kesesuaian fungsi dengan
waktu dan tempat hidupnya. Bertolak dari batasan tersebut, banyak muncul
anggapan bahwa evolusi hanya terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama.
Evolusi sendiri memiliki arti penting pada perkembangan dan pertumbuhan
makhluk hidup, dikarenakan tanpa proses evolusi makhluk hidup tidak dapat
menyesuaikan diri pada perubahan lingkungannya. Perubahan-perubahan ini
disebabkan oleh kombinasi proses utama yakni seleksi alam dan variasi genetik.
Pada pewarisan sifat, kita dapat menemukan adanya variasi sifat yang
diturunkan, hal ini disebabkan oleh gen ganda (multiple gen/poligen). Poligen
merupakan suatu seri gen ganda yang menentukan sifat secara kuantitatif. Dalam
hal ini, pewarisan sifat dikendalikan oleh lebih dari satu gen pada lokus yang
berbeda dalam kromosom yang sama atau berlainan.
Pewarisan sifat yang dikendalikan oleh poligen dapat terjadi baik pada
tumbuhan, hewan, maupun manusia. Contoh poligen pada tumbuhan adalah warna
biji pada tanaman gandum,panjang bunga tembakau serta berat buah tomat.
Contoh poligen pada manusia adalah perbedaan pigmentasi kulit, jumlah rigi
dermal dan tinggi badan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2017. Biology (Eleventh Edition). Pearson. New York

Dima Iqbal Hamdani, Sulastri. 2018. Prinsip-prinsip Dasar dan Hereditas Manusia, Aura
Anugrah Utama Raharja. Bandar Lampung

Munif Said Hasan. 2014. Pengantar Biologi Evolusi. Erlangga. Jakarta

Nur Kuncoro. 2006. Biologi Dasar. Jember University Press. Jember

Sastria Emayulia. 2013. Evolusi. Alfabeta. Bandung

Yuliani, Dini dan Wage Ratna Rohaeni. 2017. Heritabilitas dan Sumber Gen, Jurnal
Litbang Pertanian Vol. 36 No. 2 Desember 2017 Vol.36 No.2

18

Anda mungkin juga menyukai