Anda di halaman 1dari 11

JUDUL

TRAUMA DI MASA LALU

Dosen Pengampu:
Bpk. Alvin Koswanto

Nama Kelompok II:


- Efraim Nazar Tambubolon
- Dhian Kasiaban
- Ika Tuerni Sapalakkai

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI AGAMA EKUMENE JAKARTA PROGRAM STUDI


SARJANA PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Tahun 2023
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………………………………………. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… iii

BAB I PEMBAHASAN

A. Pengertian Trauma di Masa Lalu……………………………………………… 1


B. Jenis-jenis dan Sifat Trauma…………………………………………………… 2
C. Faktor-faktor Traumatis Yang Mempengaruhi Manusia Secara Negatif……… 3
D. Penyebab dan Ciri-ciri Trauma………………………………………………. 4
E. Pandangan Alkitab dan Pandangan Etika…………………………………….. 5
F. Pelayanan Konseling Mengenai Trauma di Masa Lalu……………………… 6
G. Peran Konselor Terhadap Trauma…………………………………………… 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………. 8

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………. 9


BAB I
PEMBAHASAN

A. Pengertian Trauma Dimasa Lalu.

Suatu peristiwa traumatis biasanya berawal dari keadaan stress yang


mendalam dan berkelanjutan yang tidak dapat diatasi sendiri oleh individu yang
mengalaminya. Trauma adalah tekanan emosional dan psikologis pada umumnya
karena kejadian yang tidak menyenangkan atau pengalaman yang berkaitan dengan
kekerasan.
Trauma adalah suatu ketidak keseimbangan menghalangi inforamsi yang
diterima sehingga terkunci oleh peristiwa traumatis yang dialami seseorang.Trauma
adalah suatu yang luar biasa,yang menimbulkan luka atau goresan sakit,namun juga
sering diartikan sebagai suatu luka atau rasa sakit yang diakibatkan oleh suatu
kejadian.
Trauma bisa saja dialami oleh siapa saja yang mengalami suatu kejadian yang
mengerikan seperti peperangan, atau terjadinya pemerkosaan. Seseorang yang
mengalami trauma akan merasakan kegelisahan didalam dirinya apabila suatu
peristiwa itu terus menerus terjadi didalam dirinya.

B. Jenis-jenis dan Sifat Trauma.

Dalam kajian psikologi dikenal beberapa jenis trauma sesuai dengan penyebabnya dan
sifatnya terjadinya trauma, yaitu:

1. Trauma Psikologis
Trauma ini terjadi akibat dari suatu peristiwa atau pengalaman yang luar biasa,
yang terjadi secara spontan (mendadak) pada diri individu tanpa berkemampuan untuk
mengontrolnya dan dapat merusak fungsi ketahanan mental individu secara umum.
Ekses dari jenis trauma ini dapat menyerang individu secara menyeluruh (fisik dan
psikis).
2. Trauma Neurosis
Trauma ini merupakan suatu gangguan yang terjadi pada saraf pusat (otak)
individu, akibat benturan-benturan benda keras, atau pemukulan di kepala.
Implikasinya, kondisinya, kondisi otak individu mengalami pendarahan, iritasi, dsb.
Penderita ini biasanya saat terjadi tidak sadarkan diri, hilang kesadaran, dsb yang sifat
sementara.

3. Trauma Psychosis
Trauma psikosis merupakan suatu gagasan yang bersumber dari kondisi atau
problem fisik individu, seperti cacat tubuh, amputasi salah satu anggota tubuh, dan
menimbulkan shock dna gangguan emosi. Pada saat tertentu gangguan kewajiban ini
biasanya terjadi akibat bayang-bayang pikiran terhadap pengalaman/peristiwa yang
pernah dialaminya, yang memicu timbulnya histeris atau fobia.

4. Trauma Diseases
Gangguan kejiwaan jenis ini oleh para ahli ilmu jiwa medis dianggap sebagai
suatu penyakit yang bersumber dari stimulasi-stimulasi luar yang dialami individu
secara spontan atau berulang-ulang, seperti keracunan, terjadi pemukulan, teror,
ancaman, dsb.

C. Faktor-faktor Trauma yang Mempengaruhi Manusia Secara Negatif.

Ada beberapa faktor trauma yang spesifik yang dapat mempengaruhi kita secara
negatif. Berbagai faktor trauma ini dapat mengakibatkan berbagai hal yang pada seseorang.
1. Penolakan
Penolakan adalah aksi karena tidak inginkan kehadirannya. Seseorang itu ada
tetapi tidak diharapkan sehingga timbullah penolakan. Penolakan adalah suatu trauma
yang dialami oleh manusia jika kita tidak diterima dan dikasihi oleh orang-orang lain
yang seharusnya menerima dan mengasihi kita.
Penolakan yang terjadi mengakibatkan hal-hal yang buruk khususnya bagi
korban penolakan. Seseorang yang tidak diterima dalam lingkungan keluarga akan
mengakibatkan trauma yang mendalam, konsep dirinya akan berubah. Ia akan
cenderung menyalahkan dirinya sendiri dan menyesal karena faktor yang tidak
diketahui atau bahkan ia ketahui mengapa ia ditolak dari lingkungan keluarganya
sendiri.

2. Pelecehan.
Pelecehan adalah tindakan yang dilakukan secara sepihak dan merugikan
korban. Pelecehan berdampak secara langsung bisa dirasakan oleh korban tetapi ada
juga terdapat dari akibat pelecehan yang tidak dilakukan oleh korban secara langsung.
Pelecehan berhubungan dengan fisik yang bisa dirasakan korban karena berhubungan
langsung terhadap fisik korban. Dampak dari pelecehan yaitu traumatis yang lebih
besar yang dirasakan oleh si korban yang telah dilecehkan secara fisik.
Pelecehan juga dapat dilakukan secara verbal. Pelecehan yang dilakukan
secara verbal mungkin banyak yang dialami oleh perempuan, yang menjadi tindakan
pelecehan yang tindak lanjuti karena mempunyai bukti yang kurang. Sehingga
pelecehan yang tidak dilanjutkan dapat dilakukan secara terus-menerus karena tidak
mempunyai banyak bukti.

3. Pengalaman yang Dramatis.


Pengalaman dramatis adalah pengalaman yang menakutkan. Pengalaman
yang menakutkan ini beberapa diantaranya ada kecelakaan, kerusuhan, kekerasan, dan
segala macam pengalaman yang menakutkan. Pengalaman ini membuat seseorang
merasa ketakutan jika berada pada tempat atau suasana yang mengingatkan si korban
dan pengalaman-pengalaman yang menakutkan bagi mereka. Dampak dari
pengalaman yang menakutkan ini membuat mereka kurang beriman sarta bisa
menjadi mimpi-mimpi buruk bagi mereka.

4. Disfungsi Gender
Disfungsi gender yaitu keluarga yang sehat yang berdampak terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anggota-anggotanya. Disfungsi gender adalah
perilaku yang tidak dewasa yang tidak dilakukan salah satu anggota keluarga yang
merusak pertumbuhan individu,keterampilan untuk membangun hubungan yang sehat
dalam keluarga.Anggota keluarga dilemahkan secara emosional.psikologis dan
Rohani.
Disfungsi gender yang terjadi dalam keluarga jelas melemahkan secara
emosi,psikologi dan rohani individu. Disfungsi gender ini kemudian menjadi keluarga
disfungsional. Dalam kehidupan seseorang pria dampak di fungsi ayahnya agar akan
berakibat buruk pada sang anak.pengalaman penganiayaan.ayah kepada anak prianya
akan menimbulkan reaksi menghakimi semua pria dan memisahkan diri dari mereka.

D. Penyebab dan Ciri-ciri Trauma

Trauma terjadi akibat individu tidak mampu mengenal suatu peristiwa yang
dialaminya. Secara psikologi trauma mengacu pada pengalaman-pengalaman yang
menegangkan dan menyakitkan serta melebihi situasi stres yang dialami manusia dalam
kondisi wajar.
Secara umum, kondisi trauma yang dialami individu disebabkan oleh berbagai situasi
dan kondisi, diantaranya:
a. Pengalaman atau kejadian alam (bencana alam), seperti gempa bumi, tsunami, tanah
longsor, angin topan.
b. Pengalaman di kehidupan sosial (psiko-psiko), seperti pola asuh yang salah, ketidak
adilan, penyiksaan (secara fisik atau psikis), teror, kekerasan, perampokan.
c. Pengalaman langsung atau tidak langsung, seperti melihat sendiri, mengalami sendiri
(langsung dan pengalaman orang lain (tidak langsung).

Untuk memberikan konseling terhadap penderita trauma maka terlebih dahulu harus
diketahui ciri-ciri seseorang yang mengalami trauma. Ciri-ciri utama trauma di antaranya:
1. Sering mengalami mimpi buruk.
2. Merasakan pikiran-pikiran yang menakutkan tentang kejadian yang pernah dialami.
3. Merasa dingin secara emosional.
4. Tidak peduli atau sulit untuk percaya pada orang lain.
5. Sulit tidur.
6. Kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya dilakukan.
7. Perasaan bersalah.
8. Mudah marah atau agresif.
9. Sulit berkonsentrasi.
10. Cemas.
11. Suasana hati berubah-ubah dengan cepat.
Dari cirir-ciri trauma di atas dapat dipahami bahwa trauma merupakan momok
menakutkan dalam perkembangan kehidupan.

E. Pandangan Alkitab dan Pandangan Etika.

Dalam pandangan Alkitab dengan jelas menuliskan dan tidak menutup kejahatan-
kejahatan yang dilakukan manusia. Beberapa peristiwa yang dituliskan secara eksplisit adalah
kejahatan yang sangat mengganggu jiwa seseorang. Seperti yang tertulis dalam kitab (Yesaya
43:4, Zakharia 2:8) yang mengatakan siapapun kamu, apa pun pengalaman hidupmu, engkau
berharga di mata Allah, serta pengalaman buruk, sakit penyakit, bahkan kematian sekalipun,
tidak akan pernah menceraikan diri dari kasih Allah tertulis dalam kitab (Roma 8:38-39) dan
harapan kita untuk hari kedepannya tertulis dalam kitab Yeremia 31:17.

Pandangan etika perlu dipahami bahwa dalam beretika tidak hanya berbicara soal baik
buruknya tindakan seseorang, etika perlu mempertahankan dasar dibalik prinsip moral
tersebut dan etika juga memiliki hubungan dengan refleksi atas tindakan dalam relasi antara
nilai kebaikan diperoleh dari realitas yang dari padanya kemudian ditarik prinsip buruk dari
tindakan-tindakan yang deskriptif, evaluative, maupun normative. Karena itulah penting
memahami etika dengan baik sehingga setiap manusia yang berakal budi dapat
mempertanggungjawabkan tindakannya secara rasional tetapi juga berdiri atas dasar
kebenaran.

Etika Kristen didasarkan pada kebenaran Alkitab sebagai Firman Allah. Setiap
perkataan, tindakan dan emosi perlu disesuaikan dengan Firman Tuhan. Alkitab menjadi
dasar setiap orang dalam bertindak dan berperilaku dengan benar (Fil 4:8). Dalam dosa
manusia suka memikirkan apa yang jahat dan tidak benar dimata Tuhan. Dalam ayat tersebut
Paulus mengajak jemaat Filipi belajar mengontrol dan melatih untuk hal-hal yang baik.
banyak hal yang dilakukan dipicu dan dikendalikan oleh pikiran. Apabila pemikiran yang
benar, adil dan suci maka manusia juga melakukan hal-hal yang benar. Karena itulah pikiran
perlu diterangi oleh kebenaran.

F. Pelayanan Konseling
Pelayanan konseling terhadap trauma pada prinsipnya dibutuhkan oleh semua korban
selamat yang mengalami stres dan depresi berat, baik itu orang tua maupun anak-anak. Anak-
anak perlu dibantu untuk bisa menatap masa depannya dan membangun harapan baru dengan
kondisi yang baru pula. Bagi orang tua, layanan konseling trauma akan membantu mereka
memahami dan menerima kenyataan hidup saat ini; untuk selanjutnya mampu melupakan
semua tragedi dan memulai kehidupan baru.

Pelayanan konseling trauma bagi orang tua idealnya juga memberikan keterampilan
yang dapat dijadikan modal awal memulai kehidupan baru dengan pekerjaan-pekerjaan baur
sesuai kapasitas yang dimiliki dan daya dukung lingkungan. Dengan demikian, mereka bisa
sesegera mungkin menjalani hidup secara mandiri sehingga mereka tidak terus-menerus
menyandarkan kehidupannya pada orang lain. Termasuk pada pemerintah. Untuk mencapai
pelayanan, konseling trauma dilakukan dengan dua format, yaitu format individual (untuk
korban yang tinggi stres dan depresinya berat), dan format kelompok (individu yang beban
psikologisnya masih pada derajat sedang).

G. Peran Konselor

Sebagai konselor dalam melaksanakan tugasnya di sekolah atau di masyarakat,


tentunya tidak lepas dari kegiatan sosial. Layanan bimbingan dan konseling adalah upaya
sistematis, objektif, logos, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor
untuk memfasilitasi individu untuk mencapai kemandirian, dalam wujud kemampuan
memahami, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan, dan merealisasikan diri secara
bertanggung jawab sehingga mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hidupnya.

Kegiatan konseling tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, karena untuk
melakukan kegiatan tersebut dituntut keahlian khusus atau kemampuan sebagai konselor atau
ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Konselor di didik secara khusus untuk
memperoleh kompetensi sebagai konselor, yaitu meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai,
dan sikap atau kepribadian serta pengalaman dalam bidang bimbingan dan konseling.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Trauma bisa saja membekas di dalam diri seseorang yang mengalami Syok hebat,kecepatan
seseorang untuk melupakan masa lalunya yang kelam sangat bergantung pada seberapa
dalam ia tersakiti,maka trauma bisa membekas seumur hidupnya.setiap orang tentunya harus
memiliki pendekatan untuk menyelesaikan masalahnya. Untuk itu ia perlu lebih dekat lagi
dengan Tuhan serta berpegang teguh pada Tuhan,karena setiap persoalan yang kita hadapi di
dalam hidup ini Tuhan sudah mempersiapkan Yang terbaik. Serta harus memfokuskan diri
serta perasaan pada hal yang positif dan menumbuhkan semangat.

DAFTAR PUSTAKA
Afni Bar, A. (2017). KONSELING TRAUMATIK UNTUK KORBAN GEMPA DAN

RESILIENSI DI KALANGAN MASYARAKAT MINANGKABAU. PROCEEDING

IAIN Batusangkar, 1(1), 46–56.

Webster, Noah. 1979. Webster’s New Universal Unabridged Dictionary, New

York: World Publishing Co.

Meyer, Joyce. 1994. Perhiasan Kepala Ganti Abu Bebas Dari Kenangan

Menyakitkan, Jakarta:Metanoia.

Susabda, David. & Bates, Marilyn. Pastoral Konseling, Jilid 1. Malang: Penerbit Gandum
Mas, 1983

Deyong, Deyong. Apa Yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan Mengenai


Homoseksualitas? Surabaya: Momentum, 2016.

George, R.L dan Cristiani, T.S. 1995 Counseling: Theory and practice. Needham Heights,
Massachusetts: Allyn and Bacon.

Drummond, Robert J. 2000. Appraisal procedures For Counselor and Helping Professionals
Fourth Edition. Merril an Imprint of Prentice Hall Upper Saddle River, New Jersey,
Columbus, Ohio

Anda mungkin juga menyukai