Anda di halaman 1dari 9

Trauma Healing

(Gambar ini buat apa yak?)

I. Definisi

Kata “trauma” berasal dari Yunani yang berarti “luka” (Makna tanda petik apa yak?).
Trauma adalah suatu pengalaman atau peristiwa yang tidak diharapkan terjadi yang
mengakibatkan seseorang mengalami gangguan mental atau emosi yang memberik
(memberik itu apa yak?) efek negatif terhadap kemampuan seseorang terkait dengan
peristiwa dan pengalaman trauma tersebut hingga jangka waktu tertentu. Walaupun trauma
tidak menyebabkan cedera fisik, trauma dapat meninggalkan efek psikologis atau emosi yang
serius pada individu dan juga pada pikiran atau perilakunya. Ia (Hal ini) juga dapat
mengakibatkan depresi, kegelisahan dan perilaku yang obsesif terhadap peristiwa yang
menyebabkan trauma tersebut. (Daftar pustakanya mana?)

Kata “healing” berasal dari Old English “haelan” yang bermaksud “mengembalikan
kesehatan menjadi lebih baik”. (makna tanda petik apa yak?) Dalam konteks ini, healing
bermaksud memulihkan atau mengurangi dampak negatif pada emosi atau psikologi dan/atau
fisik individu yang diakibatkan oleh peristiwa trauma. Trauma healing adalah urutan cara dan
metode yang digunakan untuk memulihkan orang yang mengalami trauma. (daftar
pustakanya mana yak?)

II. Etiologi (Daftar pustaka?)

Trauma dapat disebabkan oleh :


1. Kejadian yang terjadi satu kali – seperti kecelakaan, kecederaan, serangan ganas
dan bencana alam
2. Kejadian yang sedang terjadi dan masih berterusan – hidup di lingkungan yang
penuh dengan kekerasan rumahtangga (spasi nya?) samada fisik mahupun mental,
penderaan domestik, menghidap penyakit yang berpanjangan rawatannya (bahasa
indonesia nya apa?)
3. Penyebab yang sering diabaikan – efek selepas pembedahan (3 tahun pertama
selepas operasi), kematian mendadak seseorang yang dekat, putusnya hubungan
yang signifikan ataupun pengalaman yang memalukan dan mengecewakan

Suatu peristiwa dapat membawa kepada trauma jika:

1. Peristiwa tersebut terjadi berulang kali


2. Peristiwa berlaku secara tidak dijangka dan dengan mengejut
3. Pasien tidak bersedia menghadapi peristiwa tersebut
4. Pasien tidak berdaya untuk mencegahnya
5. Seseorang bertindak kejam dengan sengaja
6. Ia terjadi sewaktu kanak-kanak

III. Faktor Resiko

(makna gambarnya apa yak?)

Terdapat sejumlah faktor resiko yang menyebabkan orang menjadi rentan terhadap trauma
emosional dan psikologis seperti :

1. Pasien sudah lama menanggung beban stress berat ataupun baru sahaja mengalami
beberapa peristiwa kehilangan orang atau pemilikan yang tersayang
2. Pasien telah mengalami trauma sebelum ini – terutamanya pada usia kanak-kanak
Trauma pada usia kanak-kanak dapat meningkatkan kemungkinan untuk mengalami
trauma juga pada waktu dewasa. Jika pasien mengalami trauma pada waktu kecil, efek
traumanya lebih parah dan lama. Jika tidak dipulihkan ia akan berterusan hingga
menimbulkan rasa takut dan tidak berdaya dalam diri individu tersebut pada usia dewasa. Ini
akan menyebabkan individu tersebut lebih rentan terhadap trauma yang lain.

Trauma pada kanak-kanak adalah diakibatkan oleh peristiwa atau faktor yang menyebabkan
kanak-kanak berasa terancam antaranya :

1. Lingkungan yang tidak stabil atau tidak aman


2. Suasana keluarga yang kacau – pemisahan orang tua
3. Prosedur medis yang intrusif
4. Penyakit akut atau serius
5. Kekerasan fisik, seksual atau verbal
6. Kekerasan dalam rumahtangga
7. Diabaikan oleh orang tua sewaktu kecil
8. Bullying

IV. Diagnosis

Setiap orang mempunyai respon yang berbeda terhadap trauma yang dialami. Respon
emosional dan fisik yang berbagai tergantung kepada derajat trauma yang dialami.

Gejala emosional dan psikologis trauma :

1. Terkejut, reaksi penolakan dan tidak percaya


2. Lekas marah jika diingatkan tentang peristiwa, mood swing
3. Sering menyalahkan diri sendiri, kekesalan yang berat, malu
4. Merasa sedih atau putus asa
5. Kebingungan, kesulitan berkonsentrasi
6. Merasa cemas dan ketakutan
7. Kurang keyakinan pada diri dan sering menyendiri dari orang ramai
8. Tidak terhubung dengan orang ramai, mati rasa

Gejala fisik trauma :

1. Insomnia, mimpi buruk


2. Mudah terkejut
3. Detak jantung meningkat
4. Sering lelah
5. Kesulitan berkonsentrasi
6. Kegelisahan dan agitasi
7. Ketegangan otot
8. Sering berpeluh

Gejalanya bisa berlangsung beberapa hari sampai berbulan-bulan dan secara perlahan
bertambah atau berkurang tergantung bagaimana pasien tersebut mengatur untuk menghadapi
trauma itu. Walau begitu, efek dan dampak trauma bisa berulang dari waktu ke waktu jika
dipicu oleh memori dan perasaan yang menyakitkan dimana akan mengingatkan pasien
tentang trauma yang telah berlalu.

Berduka adalah suatu tindakan fisiologis normal yang berlaku pada individu yang baru
sahaja mengalami trauma. Ia berusaha mengatasi dengan cara menghilangkan rasa
kehilangan, terkejut atau kesedihan supaya ia merasa aman. Pasien juga dapat bercerita
kepada ahli keluarga atau orang yang terdekat untuk mendapatkan pengobatan emosi dan
mental.

Pasien yang mengalami trauma sering membayangkan situasi trauma dan kejadian-
kejadian yang telah berlalu, rasa menyesal yang berat, sering berhalusinasi, dan kelihatan
mengkhayal. Simulasi trauma yang berterusan di otak pasien akan menstimulasi saraf
simpatis di seluruh tubuh dan bagian otak amygdala dan seterusnya hipotalamus akan
merangsang fight-or-flight response yang akan menyebabkan gejala trauma emosional dan
fisik akan timbul seperti ketegangan otot, sering berpeluh dan mudah terkejut. Ini disebut
sebagai post-traumatic stress disorder atau PTSD.
IV. Tatalaksana

Langkah pemulihan trauma healing:

1. Banyakkan bergerak

Trauma mengganggu keseimbangan alami tubuh, menyebabkan tubuh pasien menjadi


tidak aktif dan rentan terhadap pikiran yang negatif dan bersikap pesimis. Sistem saraf
simpatis yang terlalu aktif dan ketegangan otot akibat kebanyakan hormon dapat dikurangkan
dengan memperbanyak aktivitas fisik, latihan dan olahraga. Ia juga dapat meningkatkan
mood dengan melepaskan hormon endorphin yang akan menstimulasi rasa gembira pada
pasien. Koordinasi dari pergerakan badan dapat menstimulasi kembali sistem saraf badan dan
otot yang sudah lama tidak bergerak dan ini akan mengaktifkan bagian-bagian otak yang
mengkoordinasi pergerakan, ucapan dan keseimbangan.

a. Pasien dapat melupakan semua pikiran negatif dan memori yang mengganggu
dan fokus terhadap pergerakan motor dan koordinasi badan ketika beraktivitas
dan ini akan membantu pasien untuk rasa hidup dan segar kembali.
b. Latihan yang ritmis yang melibatkan pergerakan kedua-dua lengan, tangan dan
kaki – seperti berjalan, berlari, berenang, bermain bola keranjang serta menari –
adalah aktivitas yang ideal untuk memulihkan pasien dari trauma.
c. Mendaki batu (rock climbing), tinju, latihan mengangkat beban, dan seni bela diri
adalah aktivias yang membantu pasien berkonsentrasi dalam mengawal
pergerakan badan.
d. Pasien boleh mencoba berolahraga selama 30 menit atau lebih – ataupun dalam
waktu 10 menit 3 kali latihan sehari. Frekuensi latihan boleh diubah sesuai
dengan keperluan dan kecukupan pasien.

2. Jangan mengasingkan diri

Selepas kejadian trauma, pasien akan merasa cenderung untuk mengasingkan diri, tidak
mahu terlibat dalam kegiatan orang ramai dan sering melayan perasaan sendiri. Tindakan
mengisolasikan diri hanya akan menambah beban dan efek trauma. Pasien yang selalu
berhubungan dengan orang sekeliling dan keluarga akan melalui proses penyembuhan trauma
yang lebih cepat.
a. Pasien tidak perlu berbicara tentang trauma. Berhubungan dan bergaul dengan
orang ramai tidak harus berarti pasien membincangkan perihal trauma dan
menambah beban trauma yang sedia ada. Perasaan senang itu datang jika pasien
melibatkan diri secara langsung dengan orang ramai melalui perbualan atau
perbuatan dan merasa diri diterima oleh masyarakat.
b. Meminta dokongan. Meskipun pasien tidak harus berbicara tentang trauma,
penting bagi pasien untuk memiliki seseorang untuk mendengarkan keluhan dan
masalah atau peristiwa trauma itu sendiri dengan penuh perhatian dan tidak
menghakimi pasien.
c. Beralihlah kepada anggota keluarga, teman yang dipercayai atau kanselor.
Berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Pasien mungkin merasa berat dan terpaksa
untuk melakukan sesuatu selepas mengalami trauma. Melakukan kegiatan-
kegiatan harian yang normal yang tidak mempunyai kaitan dengan pengalaman
traumatis akan menolong pasien untuk sembuh.
d. Bergabung dengan kelompok pendokong bagi korban trauma. Berdamping dengan
korban trauma, mendengar kisah trauma mereka dan bagaimana cara mereka
mengatasi efek dari trauma akan menginspirasi pasien untuk terus semangat.
Pasien juga harus tahu ada ramai yang mengalami kisah yang sama dan pasien
tidak perlu mengisolasikan diri dari orang ramai.
e. Menjadi relawan. Selain dapat membantu orang lain, menjadi relawan adalah cara
yang bagus untuk melawan rasa tak berdaya yang sering datang daripada trauma.
Menjadi relawan juga mengingatkan pasien tentang kelebihan yang ada pada diri
dan membantu orang akan menolong pasien untuk melupakan kejadian trauma.
f. Membuat teman baru. Jika pasien hidup sendiri atau jauh dari keluarga dan teman-
teman, penting bagi pasien untuk menjangkau dan membuat teman baru. Pasien
boleh mendaftarkan diri di kelas-kelas atau bergabung dengan kelab untuk
bertemu orang-orang dengan minat yang sama. Pasien juga boleh berhubung ke
pertubuhan alumni, tetangga yang dekat atau rakan kerja.

3. Mengawal emosi
Biarpun seberapa cemas, gelisah dan susah untuk mengawal diri, penting bagi pasien
untuk melatih diri mengawal tekanan emosi dan perasaan dan mencari jalan untuk
menenangkan diri.

a. Melakukan pernafasan sadar. Jika pasien merasa bingung, cemas atau detak
jantung tidak menentu, cara yang pantas untuk menenangkan diri adalah mengatur
ritma pernafasan. Tarik nafas (inspirasi) dengan dalam dan tenang, tahan, dan
lepaskan kembali (ekspirasi) dengan perlahan. Ulang latihan ini sehingga
pernfasan menjadi teratur kembali. Latihan pernafasan ini dapat membantu
oksigenasi optimal ke seluruh jaringan tubuh dan ini akan mengurangkan rasa
cemas dan pusing.
b. Masukan sensorik (sensory input). Apakah pemandangan tertentu, bau atau rasa
cepat membuat pasien merasa tenang? Atau mungkin membelai hewan atau
mendengarkan musik bekerja dengan cepat dalam menenangkan pasien? Respon
setiap orang terhadap masukan sensorik adalah berbeda, pasien digalakkan untuk
mencoba apa yang mendatangkan efek yang terbaik untuk diri mereka.
c. Sadar dengan keadaan sekeliling. Untuk meingkatkan tingkat kesadaran minda
dengan keadaan sekeliling, pasien duduk menyandar di kursi dengan kaki menetap
di tanah atau lantai. Seterusnya, pasien memerhatikan keadaan sekitar dan
memilih enam objek yang memiliki warna merah atau biru ataupun membilang
objek yang mempunyai warna merah atau biru. Proses membedakan warna ini
dapat menghindarkan pasien dari memikirkan hal trauma dan menolong pasien
untuk fokus.
d. Jangan menghalang perasaan yang hadir. Emosi jika dihalang akan semakin
menguat, tapi jika diberikan ruang untuk diakui dan diekspresikan lama kelamaan
akan hilang dengan sendiri.

4. Jaga kesehatan

Tubuh yang sehat akan meningkatkan kemampuan pasien untuk mengatasi stres dari
trauma.

a. Tidur secukupnya. Setelah pengalaman traumatis, perasaan khawatir atau takut


dapat mengganggu pola tidur pasien. Kurangnya tidur dapat membuat gejala
trauma pasien semakin buruk dan membuat pasien lebih sulit untuk menjaga
keseimbangan emosionalnya. Pasien dinasihatkan untuk tidur dan bangun pada
waktu yang sama setiap hari dan mencukupkan durasi tidur selama 7 atau 9 jam
setiap hari.
b. Hindari alkohol dan narkoba karena dapat memperburuk gejala trauma dan dapat
memperburuk perasaan depresi, cemas, dan isolasi.
c. Makan diet seimbang. Makan dengan porsi yang sesuai dengan kebutuhan badan
dan makan diet seimbang sepanjang hari akan membantu pasien menjaga energi
dan meminimalisir terjadinya perubahan mood secara tiba-tiba. Hindari gula dan
makanan berminyak tetapi makanlah makanan yang banyak mengandungi omega-
3 seperti salmon dan kedelai. Pasien juga digalakkan untuk mendapatkan nasihat
dari pakar nutrisi untuk porsi dan makanan yang sesuai untuk kebutuhan badan
per hari pasien.
d. Mengurangi stres. Pasien disarankan untuk mencoba teknik relaksasi seperti
meditasi, yoga, atau latihan pernapasan dalam. Pasien juga boleh meluangkan
waktu dengan hobi untuk mengurangi stress dan meningkatkan mood ceria.

V. Referensi

1. National Collaborating Centre for Mental Health (UK) (2005). “Post-Traumatic


Stress Disorder: The Management of PTSD in Adults and Children in Primary and
Secondary Care” NICE Clinical Guidelines, No. 26. Gaskell (Royal College of
Psychiatrists).
2. “The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders” (PDF). World
Health Organization. pp. 120–121. Diperolehi tanggal 2014-01-29. (???????????)
3. Lawrence Robinson, Melinda Smith, M.A., and Jeanne Segal, Ph.D. (Mei 2016)
“Emotional and Psychological Trauma: Symptoms, Treatment, and Recovery”
4. Carlstedt, Roland (2009). Handbook of Integrative Clinical Psychology,
Psychiatry, and Behavioral Medicine Perspectives, Practices, and Research. New
York: Springer Pub. Co. p. 353. ISBN 9780826110954.
5. Herman, Judith (2015). Trauma and Recovery: The Aftermath of Violence--From
Domestic Abuse to Political Terror. Basic Books. p. 9. ISBN 9780465098736.
6. “Assessment and Management of Conditions Specifically Related to Stress”
(PDF). Geneva: World Health Organization. 2013. ISBN 978-92-4-150593-2.
Diperolehi tanggal 2014-01-29.
7. Trauma healing institu http://thi.americanbible.org/
8. Polatin, Betsy (2013). The Actor's Secret: Techniques for Transforming Habitual
Patterns and Improving Performance. North Atlantic Books. pp. 14–15. 
9.  Curren, Linda (2009). Trauma Competency: A Clinician's Guide (1st ed.).
Premier Publishing & Media. p. 205.
10. Heller, Diane Poole with Heller, Laurence S.: Crash Course. A Self-Healing
Guide to Auto Accident Trauma & Recovery. North Atlantic Books, Berkeley,
CA, 2001

(Pakai cara penulisan daftar pustaka yang baik dan benar)

VI. Algoritma Penatalaksanaan (sumber?)

Korban

Pengalaman menakutkan Gangguan mental & emosi

Kenalpasti jenis & penyebab trauma

Gejala fisik
Kenalpasti simptom dan gejala trauma
Gejala psikologis

Tempoh masa korban mengalami gejala trauma

Mendapatkan bantuan & nasihat dari dokter pakar


(therapist & psychologist)

Melaksanakan langkah pemulihan

Anda mungkin juga menyukai