Anda di halaman 1dari 3

Prevalensi Infeksi Saluran Urinarius

pada Anak dengan Sindrom Nefrotik


Abstrak : Pengenalan : Sindrom Nefrotik adalah penyakit glomerulus kronis yang paling
umum terjadi pada anak. Infeksi yang sering terjadi pada anak dengan Sindrom Nefrotik
adalah infeksi Saluran Urinarius. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
prevalensi infeksi saluran urinarius pada anak dengan sindrom nefrotik serta untuk
mempersiapkan dan mengajukan protokol yang sesuai terkait dengan pentingnya
pemeriksaan dan cara pemeriksaan infeksi saluran urinarius pada anak – anak ini.

Bahan dan Metode Penelitian : Populasi dalam penelitian deskriptif ini meliputi anak – anak
berumur 6 bulan hingga 14 tahun dengan sindrom nefrotik yang dirawat di bangsal anak
Rumah Sakit Imam Ali di Di Zaheran, Iran tahun 2015. Untuk mengumpulkan dan
mendokumentasikan data yang dibutuhkan digunakan kuisioner yang berisi pertanyaan
mengenai riwayat penyakit dahulu, alasan dirawat dan pemeriksaan medis yang dilakukan
pada pasien. Data yang telah terkumpul kemudian diolah menggunakan aplikasi SPSS.

Hasil : Subjek penelitian berjumlah 124 anak yang menderita Sindrom Nefrotik (71 laki – laki
dan 53 perempuan) dengan rata rata berumur 6,21 3,1 tahun (paling kecil berumur 6 bulan
dan terbanyak berumur 14 tahun) telah diperiksa. Prevalensi dari infeksi dari sampel
penelitian diperkirakan sekitar 38% (n= 47). Dari 69,2% kasus ditemukan bahwa jika Ginjal
Ekografi tinggi, maka anak – anak akan memiliki infeksi. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa mikroorganisme yang terlibat dalam infeksi saluran urinarius adalah : Escherichia Coli
(13%), Klebsiella (13%), Enterococcus (6%), Proteus (4%), dan mikroorganisme lain (4%).

Kesimpulan : Ketika anak di diagnosis dengan sindrom nefrotik, penting untuk memeriksa
penyakitnya untuk menemukan dan mencegah risiko komplikasi potensial , terutama infeksi
saluran urinarius dengan memulai terapi yang sesuai.
Pengenalan : Sindrom Nefrotik adalah penyakit glomerulus kronis yang paling umum terjadi
pada anak. Insiden penyakit sindrom nefrotik pada anak adalah 2 – 7 kasus per 100.000
anak. Sebagian besar kasus sindrom nefrotik (90%) merupakan tipe idiopatik. 10% sisanya
menderita sindrom nefrotik idiopatik sekunder akibat gangguan glomerulus atau penyakit
sistemik.

Sindrom nefrotik dapat menjadi primer (meliputi penyakit dengan perubahan minor dan
fokal glomerulosklerosis segmental) atau sekuder dari penyakit sistemik seperti Lupus
Erythematosus. Pasien dengan Sindrom Nefrotik dapat menderita komplikasi yang berbeda
meliputi infeksi, hypovolemia, hyperlipidemia, efusi dan hiperkoagulability. Ketika anak
dengan sindrom nefrotik dirawat di bangsal pediatric, penting bagi dokter untuk memeriksa
pasien tersebut terlebih dahulu untuk menghindari komplikasi potensial atau infeksi dapat
ditemukan segera sehingga terapi yang sesuai dapat segera diberikan. Sindrom nefrotik
meningkatkan kerentana pasien terserang infeksi. IgG (sebuah tipe protein) dikeluarkan
Bersama urin sehingga kemampuan tubuh untuk melawan mikroorganisme berkurang dan
anak menjadi rentan terhadap infeksi karena supresi imun. Infeksi yang paling umum terjadi
pada anak dengan sindrom nefrotik adalah infeksi saluran urinarius. Infeksi saluran urinarius
adalah penyakit akibat bakteri kedua terbanyak pada anak setelah infeksi saluran
respiratorius atas. Penyakit ini merupakan penyakit bakteri umum yang mempengaruhi
manusia selama hidupnya. Gejala dari infeksi saluran urinarius berbeda berdasarkan umur
dan semakin muda umur pasien, gejala semakin tidak spesifik. Berdasarkan fakta dimana
kurangnya deteksi dini dari infeksi saluran urinarius dapat menyebabkan jaringan parut
pada ginjal dan meningkatkan tekanan darah serta progresifitas sindrom nefrotik sebagai
penyakit ginjal kronis yang paling umum pada anak, penting untuk mempertimbangkan
diagnosis sindrom nefrotik pada anak dengan penyakit infeksi ini.

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengevaluasi prevalensi dari infeksi traktus urinarius
dengan anak dengan sindrom nefrotik dan untuk merencanakan serta mengajukan protocol
yang sesuai terkait dengan pentingnya dan metode pemeriksaan infeksi saluran urinarius
pada anak – anak ini.

Bahan dan Metode : Populasi dalam penelitian deskriptif ini meliputi anak – anak berumur 6
bulan hingga 14 tahun dengan sindrom nefrotik yang dirawat di bangsal anak Rumah Sakit
Imam Ali di Di Zaheran, Iran tahun 2015. Spesimen urin (setelah membersihkan perineum)
pada anak dengan kontrol kandung kemih dikumpulkan menggunakan urin pertengahan dan
pada anak tanpa kontrol kandung kemih, spesimen dikumpulkan menggunakan kateter atau
metode suprapubik dan jika gagal, spesimen dikumpulkan dari kantung urin dan segera
dikirimkan ke laboratorium untuk dilakukan urinalisis lengkap dan kultur urin. Jika hasil
urinalisis menyatakan pyuria positif atau positif nitrit, pemeriksaan pertama dianggap aktif
dan ketika jumlah mikroorganisme yang ditemukan dalam spesimen urin pertengahan lenih
dari 104, kultur urin dinyatakan positif dan jika ditemukan mikroorganisme lebih dari 10 3 dari
spesimen kateter, setiap pertumbuhan bakteri di kultur maupun dari sampel suprapubic
dinyatakan positif. Jelaslah, diagnosis infeksi saluran urinarius dikonfirmasi ketika urinalisis
konsisten dengan hasil kultur urin. Kriteria inklusi meliputi anak berusia 6 bulan hingga 14
tahun dengan sindrom nefrotik, menghindari penggunaan antibiotic oral atau injeksi apapun
48 jam sebelum pemeriksaan laboratorium. Kriteria ekslusi meliputi anak berumur kurang
dari 6 bulan atau lebih dari 14 tahun dan penggunaan antibiotik sebelumnya. Untuk
mengumpulkan dan mendokumentasikan data yang dibutuhkan, digunakan kuisioner yang
menanyakan tentang riwayat penyakit, alasan dirawat, dan pemeriksaan laboratorium. Data
yang telah terkumpul kemudian diolah menggunakan aplikasi SPSS dan diagram dipakai
untuk menggambarkan data, tabel frekuensi, indikator statistik. Untuk menganalisis
hubungan antar variabel, tes terkait yang digunakan meliputi chi-square test 2, t-test dan
ANOVA.

Hasil :

124 anak dengan sindrom nefrotik (71 laki – laki dan 53 perempuan) dengan rata rata umur
6,21 ± 3,1 tahun (setidaknya 6 bulan dan paling tua berumur 14 tahun) telah diperiksa.
Prevalensi infeksi dari sampel penelitian diperkirakan sekitar 38% (n=47). Umur rata – rata
anak tanpa infeksi adalah 6,57 ± 3,18 tahun dan kelompok anak yang terinfeksi adalah 5,48
± 3,36 tahun. Berdasarkan tabel 1 tidak ada perbedaan signifikan yang diobservasi mengenai
hitung leukosit, kadar hemogblobin, erythrocyte sedimentation rate (ESR), jumlah kreatinin,
Nitrogen, BUN (Blood Urea Nitrogen), serum total protein dan protein urin.

Anda mungkin juga menyukai