Anda di halaman 1dari 10

Infeksi Neisseria Gonorrhoeae pada Genitalia

Novalia (10 2012 079), Silvyia Witarsih (10 2012 520), Kenneth Dermawan (10 2013 049),
Prisky Chriselawati (10 2013 139), Billy Danarto (10 2013 286), Inggrid Riama Tiopina
Hasibuan (10 2013 288), Desi Arisanti (10 2013 388), Angela Mitchelle Nyangan (10 2013
484), Muhammad Tawfiq Zamri (10 2013 525)
Kelompok C8
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana,
Jl Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat 11510.

Abstrak
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri gram negatif
Neisseria gonorrhoeae berbentuk diplokokus. Respons peradangan yang cepat disertai
dekstruksi sel menyebabkan keluarnya sekret purulen kuning-kehijauan khas dari urethra pada
pria dan dari ostium serviks pada perempuan. Gejala klinisnya secara umumnya kuman yang
masuk ke dalam uretra pada pria menimbulkan uretritis tetapi seringkali asimptomatis pada
wanita. Obat yang boleh diberikan adalah sefalosporin, spektinomisin, kanamisin, tiamfenikol,
kuinolon selain memberikan penyuluhan perilaku seks sehat.
Kata kunci: gonore, gram negatif, Neisseria gonorrhoeae, uretritis
Abstract
Gonorrhoea is a sexually transmitted disease caused by the diplococcus, negative Gram
bacteria known as Neisseria gonorrhoeae. Yellowish green secretion is produced by the
urethra in men and cervix in women. In men, the disease is manifested by urethritis but usually
asymptomatic in women. Among the medications that are believed to be effective in curing the
disease are cephalosporin, spectimomycin, canamycin, tiamphenicol and quinolone. Healthy sex
life should be introduced to patients.
Keywords: gonorrhoea, negative gram, Neisseria gonorrhoeae, urethritis

Pendahuluan
Gonore adalah penyakit menular seksual yang sangat tinggi insidensnya, dan
pengobatannya sekarang sudah terjadi perubahan karena Neisseria gonorrhoeae telah resisten
terhadap penisilin. Penyebab dari penyakit gonore ini adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae yang
berbentuk diplokokus gram negatif.1 Terdapat lebih dari 150 juta kasus gonore di dunia setiap
tahunnya, meskipun di beberapa megara cenderung menurun, namun negara lainnya cenderung
meningkat. Perbedaan ini menunjukkan bervariasinya tingkat keberhasilan sistem dan program
pengendalian IMS yang meliputi peningkatan informasi data, deteksi awal dengan menggunakan
fasilita diagnosis yang baik, pengobatan dini dan penulusuran kontak.1
Setelah tahun 1976 di Amerika dilaporkan temuan kasus gonore yang resisten terhadap
antibiotik yang dikenal sebagai Neisseria gonorrhoeae penghasil penisilinase ( NGPP ), penyakit
gonore kembali menjadi masalah.
Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru
diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4
spesies, yaitu N. Gonorrhoeae dan N. Meningitidis yang bersifat patogen serta N. Catarrhalis
dan N. Pharyngis ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.1,4
Makalah tinjauan pustaka ini akan membahas etiologi, epidemiologi, pathogenesis,
penatalaksanaan secara medika mentosa dan non medika mentosa, pemeriksaan fisik,
laboratorium dan penunjang yang dapat diakukan untuk menegakkan diagnosis.
Anamnesis
Hal pertama yang perlu dilakukan oleh seorang dokter ketika pasien datang adalah
melakukan anamnesis. Anamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien
dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit
pasien. Riwayat pasien merupakan suatu komunikasi yang harus dijaga kerahasiaannya, yaitu
segala hal yang diceritakan oleh penderita. Anamnesis atau medical history adalah informasi
yang dikumpulkan oleh seorang dokter dengan cara melakukan wawancara dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan spesifik baik itu terhadap pasien itu sendiri (auto-anamnesis) maupun
dari orang yang dianggap dapat memberikan keterangan yang berhubungan dengan keadaan
pasien (allo-anamnesis/hetero-anamnesis). Berdasarkan anamnesis yang baik, seorang dokter
biasanya akan menanyakan identitas dan keadaan pasien termasuk nama lengkap, jenis kelamin,

umur, tempat dan tanggal lahir, alamat tempat tinggal, status perkahwinan, pekerjaan, suku
bangsa, agama, dan pendidikan. 2
Hal pertama yang ditanyakan kepada pasien adalah mengenai riwayat pribadi pasien.
Riwayat pribadi adalah segala hal yang menyangkut pribadi pasien; mengenai peristiwa penting
pasien dimulai dari keterangan kelahiran, serta sikap pasien terhadap keluarga dekat. Termasuk
dalam riwayat pribadi adalah riwayat kelahiran, riwayat imunisasi, riwayat makan, riwayat
pendidikan dan masalah keluarga.2
Setelah mendapatkan data pribadi pasien, anamnesis selanjutnya adalah menanyakan
keluhan utama pasien, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga dan
riwayat sosial.2
Keluhan utama adalah gangguan atau keluhan yang terpenting yang dirasakan penderita
sehingga mendorong ia untuk datang berobat dan memerlukan pertolongan serta menjelaskan
tentang lamanya keluhan tersebut. Keluhan utama merupakan dasar untuk memulai evaluasi
pasien.2 Keluhan utama dalam kasus ini adalah kencing yang terasa nyeri sejak 3 hari yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang adalah penyakit yang bermula pada saat pertama kali
penderita merasakan keluhan itu. Tentang sifat keluhan itu yang harus diketahui adalah tempat
nyerinya, kualitas penyakit, kuantitas penyakit, urutan waktu, situasi, factor yang memperberat
atau yang mengurangi dan gejala gejala yang berhubungan. 2
Riwayat penyakit dahulu adalah riwayat penyakit yang pernah diderita di masa lampau
yang mungkin berhubungan dengan penyakit yang dialaminya sekarang. 2 Riwayat keluarga
merupakan segala hal yang berhubungan dengan peranan herediter dan kontak antar anggota
keluarga mengenai penyakit yang dialami pasien. Dalam hal ini faktor-faktor sosial keluarga
turut mempengaruhi kesehatan penderita.2 Riwayat sosial mencakup keterangan mengenai
pendidikan, pekerjaan dan segala aktivitas di luar pekerjaan, lingkungan tempat tinggal,
perkawinan, tanggungan keluarga, dan lain-lain. Perlu ditanyakan pula tentang kesulitan yang
dihadapi pasien.2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan adalah untuk mengidentifikasi keadaan umum pasien saat
pemeriksaan dengan penekanan pada tanda-tanda vital, keadaan sakit, gizi dan aktivitas pasien. 2
Setelah anamnesis selesai dilakukan, maka pemeriksaan fisik biasanya dimulai dengan
pemeriksaan objektif yaitu tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, suhu dan tingkat kesadaran,
3

serta pemeriksaan tanda-tanda vital dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Pemeriksaan fisik pada kasus ini dapat dilakukan dengan cara inspeksi, pada pria di bagian
uretra anterior sedangkan pada wanita pada serviks dan uretra. Pada pria terlihat orifum uretra
externa merah, udem, sedangkan pada wanita pada servik uteri dan uretra. Pada pria terlihat
orificium uretra exerna merah, udem, sedangkan pada wanita posia uteri merah, udem dengan
sekret mukupurulen. Ditemukan juga udem pada uretra, bengkak pada testikel, discharge kental,
kemerahan atau bengkak pada uretra.2 3
Pemeriksaan Penunjang
Pertama adalah sediaan langsung. Pada sediaan langsung dapat digunakan dengan
pewarnaan Gram akan ditemukan gonokok negatif-Gram, intraseluler dan ekstraseluler.
Bahannya diambil dari daerah fosa navikularis pada pria, sedangkan pada wanita diambil dari
rektum.1,4
Kedua adalah dengan melakukan kultur. Kultur digunakan untuk identifikasi juga dapat
dilakukan dengan pembiakan dengan menggunakan media transpor dan media pertumbuhan. 1,4
Media transport yang dapat digunakan adalah media Stuart; yang hanya berfungsi untuk
transport sahaja, sehingga perlu ditanam kembali pada media pertumbuhan. Media transport
yang lain adalah media transgrow; selektif dan nutritif untuk N. Gonorrhoeae dan N. Meningitis,
dalam perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media transpor dan
media pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan. Media ini
merupakan modifikasi Thayer-martin dengan menambahkan trimetoprim untuk mematikan
Protecus spp. 1, 4 Media pertumbuhan yang dapat digunakan adalah media Thayer Martin, yang
selektif untuk mengisolasi gonok. Media ini mengandung vankomisin untuk menekan
pertumbuhan kuman positive-Gram, kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatifGram, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur. 1,4
Pemeriksaan penunjang seterusnya adalah tes definitif. Pertama adalah tes oksidasi, di
mana reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin hodroksi 1%
ditambahkan pada koloni gonokok pasien. Semua Neisseria memberi reaksi positif dengan
perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah tua.
Tes kedua adalah tes fermentasi yang mengunakan glukosa, maltosa, dan sukrosa yang nantinya
hanya glukosa yang akan diragi. 1, 4
Tes Beta laktamse pula menggunakan menggunakan cefinase BBL 961192 yang
mengandung chromogenic

cephalosporin yang akan mengubah warna sediaan dari kuning


4

menjadi merah apabila mengandung enzim beta laktamase. Seterusnya adalah tes Thomson yang
hanya digunakan untuk menentukan sampai di mana infeksi sudah berlangsung. Tes ini
menggunakan urin dari penderita yang dibagi ke dalam dua gelas, dari hasil tes akan ditemukan
hasil seperti pada table di bawah.
Tabel No 1. Hasil Tes Thomson Menggunakan Urin dari Penderita 1, 4
Gelas I
Jernih
Keruh
Keruh
Jernih

Gelas II
Jernih
Jernih
Keruh
Keruh

Analisis Hasil
Tiada infeksi
Infeksi uretritis anterior
Panuretritis
Tiada kemungkinan infeksi

Diagnosis Kerja
Ditemukannya bakteri diplokokus negatif-Gram intreseluler pada pemeriksaan
mikroskopik sekret uretra seorang laki-laki dengan gejala yang spesifik, mempunyai nilai
sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi untuk menegakkan diagnosis gonore.4
Diagnosis Banding
Non spesifik uretritis adalah peradangan uretra yang lebih sering ditemukan pada laki-laki
daripada perempuan. Uretritis biasanya disebabkan oleh infeksi tapi juga dapat ditimbulkan oleh
reaksi alergi terhadap berbagai zat misalnya lateks dan losion. Uretritis diklasifikasikan sebagai
uretritis gonokokus dan uretritis nongonokokus (UNG), bergantung dengan pada organisme
penyebabnya. Uretritis gonokokus disebabkan oleh N. Gonorrhoeae dan ditandai oleh disuria
dan sekret mukopurulen. C. Trachomatis, Urea plasma urealyticum, Mycoplasma genitalium,
dan T. Vaginalis dapat menyebabkan UNG. Infeksi UNG kurang invasif dan gejalanya lebih
ringan daripada uretritis gonokokus. Penderita biasanya asimptomatik tapi bisa juga mengalami
disuria ringan dan sekret.5
Epidemiologi
Terdapat lebih dari 150 juta kasus gonore di dunia setiap tahunnya, meskipun di beberapa
megara cenderung menurun, namun negara lainnya cenderung meningkat. Perbedaan ini
menunjukkan bervariasinya tingkat keberhasilan sistem dan program pengendalian IMS yang
meliputi peningkatan informasi data, deteksi awal dengan menggunakan fasilita diagnosis yang
baik, pengobatan dini dan penulusuran kontak.1
5

Di Swedia, dengan pengendalian IMS yang baik, insidens penyakit gonore terus menurun.
Di Inggris pada tahun 1962 ratio pria dibandingkan waniti 4:1, dan pada tahun1985 menjadi
1,5:1. Penuran rasio tersebut kemungkinan diakibatkan liberalisai seksual di kalangan wanita.
Sedangkan di AS terjadi peningkatan yang mencapi puncaknya pada tahun 1975 yaitu antara
473 per 100.000 penduduk pertahun kemudian menurun 324 per 100.000 penduduk pada tahun
1987. Rasio wanita dan pria yang semula sebesar 3 : 1 pada tahun 1966 berubah meenjadi 1,5 : 1
pada tahun 1974. Di Singapura juga terjadi penurunan insidens IMS yaitu 684 per 100.000
penduduk tahun 1979 menjadi 318 tahun 1985. Di Malaysia prevalensi gonore dikalangan WTS
20%, di Ethiopia pada kelompok wanita, prevalensi gonore sebesar 59%.1
Di Indonesia, dari data yang diambil dari beberapa RS bervariasi, di RSU Mataram tahun
1989 dilaporkan kasus gonore yang sangat tinggi yaitu sebesar 52,87% dari seluruh penderita
IMS. Di RS Dr. Pirngadi Medan 16% dari sebanyak 326 penderita IMS, sedangkan klinik IMS
Dr. Soetomo antara januari 1990-Desember 1993 terdapat 3055 kasus uretritis atau 25,22% dari
total penderita IMS dan 1853 atau 60,65% diantaranya menderita uretritis gonore, di RS.
Kariadi Semarang, gonore menmpati urutan ke-3 atau sebesar 17,56% dari seluruh penderita
IMS tahun 1990-1994, di RSUP Palembang prevalensi gonore sebesar 39% pada tahun 1990.
Data tersebut di atas menunjukkan bahwa insidens gonore sangat bervariasi akibat pengaruh
kondisi sosial budaya setempat, fasilitas pelayanan kesehatan dan metode penelitian yang
digunakan.1
Setelah tahun 1976 di Amerika dilaporkan temuan kasus gonore yang resisten terhadap
antibiotik yang dikenal sebagai Neisseria gonorrhoeae penghasil penisilinase ( NGPP ), penyakit
gonore kembali menjadi masalah. Pada tahun 1982 kasus-kasus NGPP meningkat menjadi 4500
kasus dan tahun 1987 diperkirakan menjadi 16.000 pertahun. Di Inggris jumlah NGPP sejak
tahun 1976 dengan cepat sebesar 2 kali lipat seyaip tahunnya. Demikian juga di Thailand
dilaporkan pertama kali pada tahun 1977, setelah 3 tahun menjadi 41,6%. Di Indonesia NGPP
pertama kali dilaporkan pada tahun 1980 di Jakarta yang kemudian diikuti laporan kasus di
Surabaya, Medan, Denpasar, dll. Prevalensi NGPP di Jakarta dari data yang di ambil dari lokasi
Kramat Tunggak, sebesar 52,7%. 1

Etiologi
6

Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879 dan baru
diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4
spesies, yaitu N. Gonorrhoeae dan N. Meningitidis yang bersifat patogen serta N. Catarrhalis
dan N. Pharyngis ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.1,4
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 u dan
panjang 1,6 u bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram bersifat
Gram negatif, terlihat diluar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas. Cepat mati
dalam keadaaan kering, tidak tahan suhu 390C, dan tidak tahan zat desinfektan.1,4
Secara morfologik gonokok ini terdiri atas 4 tipe yaitu, tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili
yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat non virulen. Pili
akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. Daerah yang paling
mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum
berkembang ( immatur ), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.1,4
Patofisiologi
Respons peradangan yang cepat disertai dekstruksi sel menyebabkan keluarnya sekret
purulen kuning-kehijauan khas dari urethra pada pria dari ostium serviks pada perempuan.
Gejala dan tanda pada laki-laki dapat muncul 2 hari setelah pajanan dan mulai dengan uretritis,
diikuti oleh sekret purulen, disuria dan sering berkemih serta malese. Sebagian besar laki-laki
akan memperlihatkan gejala dalam 2 minggu setelah bakteri masuk. Walaupun sebagaian besar
laki-laki memperlihatkan gejala, namun sampai 10% tidak, tetapi mereka tetap mampu
menularkan penyakitnya. Sebagian besar kasus, laki-laki akan segera berobat karena gejala yang
menggangu. Karena infeksinya cepat diketahui dan diterapi, maka jarang ada laki-laki yang
mengalami prostatis, epidimitis atau bakterimia. Infeksi gonokokus pada laki-laki yang tidak
diobati biasanya akan diatasi oleh pertahanan alami tubuh dalam beberapa minggu sampai
beberapa bulan.5
Pada perempuan, gejala dan tanda timbul dalam 7 sampai 21 hari, dimulai dengan sekret
vagina. Pada pemeriksaan, serviks yang terinfeksi tampak edematosa dan rapuh dengan drainase
mukopurulen dari ostium. Perempuan yang sedikit atau tidak memperlihatkan gejala menjadi
sumber utama penyebaran infeksi dan berisiko mengalami penyulit untuk sembuh. Apabila tidak
diobati, maka tanda-tanda infeksi meluas biasanya mulai timbul dalam 10 sampai 14 hari.
Tempat penyebaran yang paling sering pada perumpuan adalah uretra, dengan gejala uretritis,
disuria, dan sering berkemih serta kelenjar Bartholin dan Skene yang menyebabkan
7

pembengkakan dan nyeri. Infeksi yang menyebar ke endometrium dan tuba fallopi
menyebabkan perdarahan abnormal vagina, nyeri panggul dan abdomen, gejala-gejala PID
progesif apabila tidak diobati.5
Infeksi ekstragenital lebih sering dijumpai karena berubahnya praktik-praktik seks. Infeksi
ekstragenital di faring, anus, dan rektum dapat dijumpai pada kedua jenis kelamin. Untuk dapat
menular, harus terjadi kontak langsung mukosa ke mukosa. Infeksi gonokokus di faring sering
asimptomatik tetapi dapat menyebabkan faringitis dengan eksudat mukopurulen, demam dan
linfadenopati leher. Infeksi gonokokus di perianus dan rektum mungkin asimtomatik,
menimbulkan rasa tidak nyaman, dan gatal ringan, atau menimbulkan ekskoriasi dan nyeri
perianus, serta sekret mukopurulen yang melapisi tinja dan dinding rektum.5
Manifestasi klinik
Gejala klinisnya secara umumnya kuman yang masuk ke dalam uretra pada pria
menimbulkan uretritis. Paling sering adalah uretritis anterior akuta dan dapat menjalar ke
proximal, dan mengakibatkan komplikasi lokal, asendens serta diseminata. Keluhannya adapat
berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra disekitar orifisium uretra eksternum, kemudian
disusul disuria, polakidarah, dan dapat pula disertai nyeri pada waktu ereksi. Saat pemeriksaan
akan tampak orifisium uretra eksternum kemerahan, edema, dan ektropion dan tampak pula duh
tubuh yang mukopurulen. Beberapa kasu terdapat pula pembesaran kelenjar getah bening
inguinal unilateral atau bilateral.1
Pada wanita gambaran klinis dan perjalanan penyakitnya berbeda dengan pria, hal ini
disebabkan perbedaan dari struktur anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Pada
wanita penyakit aku ataupun kronik gejalanya jarang ditemmukan atau asimptomatik dan
hampir tidak pernah didapati kelainan objektif. Kebanyakan wanita datang kedokter untuk
berobat apabila sudah tejadi komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada waktu
pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana. Pada awalnya infeksi pada wanita
hanya mengenai serviks uteri. Dapat simptomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada
panggul bawah. Pada pemeriksaan serviks akan tampak merah dengan erosi dan sekret
mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat banyak apabila terjadi sevisitis akut atau diserta vaginitis
yang disebabkan oleh kuman Trichomonas vaginali.1

Penatalaksanaan
Medika Mentosa
8

Secara epidemiologi pengobatan yang dianjurkan adalah pengobatan dengan dosis


tunggal. Obat penisilin dan ampisilin sekarang sudah tidak dianjurkan lagi karena sudah banyak
yang resisten. Sefalosporin generasi ke 3 ada;ah cukup efektif dengan dosis 250mh i.m.m.
Sefoperazon dengan dosis 0,50 sampai 1,00g secara intramuskular Sefiksim 400mg merupakan
obat pilihan baru dari golongan sefalosporm yang dapat diberikan secara oral. Seterusnya dapat
diberikan spektinomosin. Dosisnya adalah 2 gram i.m baik untuk penderita yang alergi penisilin,
yang mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang juga
memiiliki penyakit sifilis. Obat ini tidak efektif untuk infeksi gonore pada farings. Obat lain
adalah kanamisin dengan dosis 2g i.m.m, kegunaannya adalah sama dengan spektinomisin dan
tidak boleh diberikan pada ibu hamil, tiamfenikol dengan dosis 2,5 3,5 g yang diberikan secara
oral dan tidak dianjurkan pada ibu hamil, dan ofloksasin 400mg dan siprofloksasin 500mg dari
golongan kuinolon. Levofloksasin adalah generasi terbaru yang dapat dianjurkan untuk
pengobatan gonore dengan dosis 250mg peroral dosis tunggal. Kuinolon tidak boleh diberikan
untuk wanita hamil ataupun menyusui dan orang yang berusia dibawah 17 tahun. 1, 4
Non Medika Mentosa
Non medikamentosanya dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang
perilaku seksual yang sehat dan bertanggung jawab dan pendidikan mengenai penularannya dan
pencegahannya.5
Komplikasi
Komplikasi wanita dan pria pada penyakit ini dilihat dari struktur anatomi dan faal
genitalia. Komplikasi lokal yang dapat terjadi pada pria bisa berupa tisonitis atau radang
kelenjar Tyson, parauretritis, littritis atau radang kelenjar Littre, dan cowperitis (radang kelenjar
Cowper). Infeksi dapat pula menjalar ke atas (asendens) sehingga terjadi prostatitis, vesikulitis,
funikulitis, epididimitis, yang dapat menimbulkan infertilitas.1
Pada wanita dapat terjadi infeksi pada serviks dapat menimbulkan komplikasi salpingitis,
ataupun penyakit radang panggul (PRP). PRP yang simptomatik ataupun asimptomatik dapat
mengakibatkan jaringan parut pada tuba sehingga menyebabkan infertilitas atau kehamilan
ektopik. Tidak hanya itu bila infeksi mengenai uretra dapat terjadi parauretritis, sedangkan pada
kelenjar Bartholin akan menyebabkan terjadinya bartholinitis.1
Komplikasi diseminta juga dapat terjadi pada pria dan wanita yang berupa arthritis,
miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis. Sedangkan kelainan yang
9

timbul akibat hubungan kelamin selain secara genitoogenital dapat berupa infeksi nogenital
yaitu orofaringitis, proktitis, dan konjungtivitis.1
Prognosis
Prognosis pasien gonore akan lebih baik apabila terapi dilakukan sejak awal terutama pada
pria karena infeksinya cepat diketahui yaitu 2 hari setelah pajanan dan cepat dilakukan terapi
Pada wanita prognosisnya kurang baik karena wanita sedikit atau tidak memperlihatkan gejala.
Apabila tidak diobati maka tanda-tanda infeksi akan meluas dan baru terlihat gejalanya 10-14
hari.5
Kesimpulan
Gonore merupakan salah satu penyakit menular yang bisa terlalur melalui hubungan
seksual dengan penderita gonore. Penyakit ini sangat sering ditemukan. Penyakit ini
menginfeksi saluran kemih sehingga membuat rasa nyeri pada saat berkemih. Biasanya gejala
yang ditemukan adalah keluarnya cairan putih pada saat berkemih.
Daftar Pustaka
1. Daili SF, Makes WIB, Zubier F. Infeksi menular seksual Ed 4. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.h.6-8, 65-71.
2. Santoso M. Pemeriksaan fisik diagnosis. Jakarta:Universitas Kristen Krida Wacana;
2013.h.1-5.
3. Siregar RS. Saripati penyakit kulit. Ed 3. Jakarta: EGC; 2014.h.301.
4. Djuanda A, Mochtar H, Siti A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed 6. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Indonesia; 2013.h.369-74.
5. Price SA. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Ed 6. Vol 2. Jakarta:
EGC.h.1334-7.

10

Anda mungkin juga menyukai