Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengertian kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang
sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial dan bukan semata-mata
terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Sedangkan kesehatan
reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang
utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Definisi
kesehatan reproduksi menurut hasil ICPD 1994 di Kairo adalah keadaan
sempurna fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan tidak semata-mata
ketiadaan penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berkaitan dengan
sistem reproduksi dan fungsi dan proses. Penyakit menular seksual yang biasa
dialami seorang wanita meliputi: 1. Gonore, 2. Infeksi Genital Nonspesifik, 3.
Trikomoniasis, 4. Vaginosis Bakterial, 5. Kandidosis Vaginalis, 6. Herpes
Simpleks, 7. Sifilis, 8. Kondiloma Akuminata, 9. Ulkus Mole, 10.
Limfogranuloma Venereum, 11. AIDS.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kesehatan reproduksi?
2. Apa saja penyakit yang biasanya dialami dalam siklus reproduksi
wanita?
3. Bagaimana identifikasi dari setiap penyakit sistem reproduksi wanita?

C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa lebih mempelajari dan
memahami tentang Penyakit dalam Siklus Kehidupan Wanita (IMS).

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan Reproduksi
Pengertian kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesehatan yang
sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial dan bukan semata-mata terbebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya. Sedangkan kesehatan reproduksi menurut WHO
adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya. Definisi kesehatan reproduksi menurut hasil
ICPD 1994 di Kairo adalah keadaan sempurna fisik, mental dan kesejahteraan sosial
dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi dan proses.

B. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL


1. GONORE
Adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh neiseria gonorrhoeae ( N.
gonorrhoeae).

Patogenesi
Kuman N. gonorrhoeae paling mudah menginfeksi daerah denganmukosa
epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembanhg (imatur), misalnya pada
vagina sebelum pubertas.
Umumnya penularan melalui hubungan kelamin, yaitu secara genitor-genital, oro-
genital, dan ano-genital.

Manifestasi klinis
Masa tunas gonore sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5
hari, kadang-kadang lenih lama karena pengobatan diri sendiri tapi dengan dosis
yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan. Pada wanita
masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik.
Keluhan subjektif berupa ras gatal, panas dibagian distal uretra disekitar orifisium
uretra eksternum, disuria, polakisuria, keluar dari tubuh dari ujung uretra yang
kadang disertai darah, perasaan nyeri saat ereksi. Pada pemeriksaan tamoak ofisium
uretra eksternum merah, edema, dan ektropion. Tampak duh tubuh mukopurulen dan
dapat terjadi pembesarankelenjar getah benuing inguinal atau bilateral.

2
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda karena perbedaan
anatomi dan fisiologi alat kelamin keduanya. Pada wanita, baik akut maupun kronis,
jarang ada keluhan subjektif dan hamper tidak pernah kelainan objektif. Infeksi pada
mulanya hanya mengenai serviks uteri. Dapat asimtomatik, kadang-kadang keluhan
berupa rasa nyeri pada pinggul bawah. Pada pemeriksaan, serviks tampak merah
dengan erosi dan secret mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat lebih banyak bila
terjadi servisitis akut atau disertai vaginatis disebabkan oleh trichomonas vaginalis

Komplikasi pada wanita


1. Parauretritis. Kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi.
2. Kelenjar bartholin dan labiummayor pada sisi yang terkena membengkak,
merah, dan nyeri tekan, terasa nyeri sekali bila pasien berjalan dan pasien sukar
duduk. Abses dapat timbul dan pecah melalui mukosa atau kulit. Bila tidak
diobati dapat rekurens atau menjadi kista.
3. Salpingitis, dapat berifat akut, subakut, atau kronis. Ada beberapa faktor
predisposisi, yaitu masa puerpurium, setelah tindakan dilatasi dan kuretase, dan
pemakaian IUD. Infeksi langsung terjadi dari serviks melalui tuba fallopi
kedaerah salping dan ovum sehingga dapat menyebabkan penyakit radang
panggul (PRP). Gejalanya terasa nyeri didaerah abdomen. PRO yang
simtomatik atau asimtomatik dapat menyebabkan jaringanperut pada tuba
sehingga dapat mengakibatkan infertilitas atau kehamilan diluar kandungan.
4. Diagnosis banding yang perlu dipikirkan antara lain kehamilan diluar
kandungan, apendisitis akut, endometriosis, ileitis regional, dan divertikulitas,
penegakan diagnosis dilakukan denganpungsi kavum douglas, kultur, dan
laparoskopi.

Infeksi non-genital
Proktitis umumnya asimtomatik. Pada wanita dapat terjadi karena
kontaminasi dari vagina dan kadang-kadang karena hubungan anogenital seperti pada
pria. Keluhan pada wanita biasanya lebih ringan daripada pria, berupa rasa seperti
terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan tampak mukosa eritematosa,
edematosa, dan tertutup pusmukopurulen.
Orofaringitissebagai akibat hubungan seksual orogenital, sering bersifat asimtomatik.
Bila ada keluhan sukar dibedakan dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan
kiman lain. Pada pemeriksaan daerah orofaring tampak eksudat mukopurulen yang
ringan atau sedang.

3
Konjungtivitas dapat terjadi pada bayi baru lahir dari ibu yang menderita servisitis
gonore. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena penularan pada konjungtiva melalui
tangan atau alat-alat. Keluhannya berupa fotofobia, konjugtiva bengkak dan merah,
serta keluar eksudat mukopuluren. Bila tidak diobati, dapat berakibat terjadinya ulkus
kornea, panoftalmitis, sampai timbul kebutaan.
Gonore diseminata banyak terjadi pada pasien gonore asimtomatik, terutama pada
wanita. Gejalnya dapat berupa arthritis (terutama monoartritis), miokarditis,
endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis.

Pemeriksaan Penunjang
a. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus
gram negativf, intraseluler dan ekstraseluler, leukosit PMN. Bahan duh tubuh
pada pria diambil dari daerah setlah setelah fosa navikularis, sedangkan pada
wanita diambil dari serviks, uertra, muara kelenjar bartholin, dan rectum.
b. Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan(kultur). Dua macam media
yang dapat digunakan :
1. Media transpor, misalnya media stuart dan media transgrow (merupakan
gabungan media transport dan pertumbuhan yang selektif dan nutritive
untuk N. gonorrhoeae dan N. meningitis)
2. Media pertumbuhan, misalnya Mc leod’s chocolate agar, media Thayer
Martin (selektif untuk mengisolasi gonokok), agar Thayer Martin yang
dimodifikasi.
c. Tes definitive
1. Tes oksidasi. Semua neisseria member reaksi positif.
2. Tes fermentasi. Kuman gonokok hanya meragiakn glukosa.
d. Tes blakmatase
Hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna dari kuning menjadi
merah apabila kuman mengandung enzim b-laktamase.
e. Tes Thomson
Dengan menampugn urin pagi dalam dua gelas, tes ini digunakan untuk
mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.
Pada sarana penatalaksanaan sarana kesehatan diluar rumah sakit(puskesmas,
klinik atau praktek pribadi, pemeriksaan gram sudak cukup memadai.

4
Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
 Pilihan pertama dan kedua adalah siprofloksasin 500 mg dan ofloksasin 400
mg. Berbagai rejimen yang dapat diberikan adalah :
 Siprofoksasin *500 mg peroral, atau
 Ofloksasin *400 mg peroral, atau
 Setriakson*250 mg injeksi imtramusiar, atau spektimomisin 2 g injeksi
intramuskuir, atau
 Spektimomisin 2 g injeksi intramuscular,
Dikombinasikan dengan :
 Doksisiklin 2 x 100 mg, selama 7 hari atau
 Tetrasiklin 4x 500 mg, sekama 7 hari atau
 Eritromisin 4x 500 mg, selama 7 hari
 Untuk daerah dengan insidens galur neisseria gonorrhoeae penghasil
penisilinase (NGPP) rendah, pilihan utamnya adalah penicillin G prokain akua
4,8 juta unit + 1 gram probenesid. Obat lain yang dapat dipakai antara lain:
 Ampisilin 3,5 gram + 1 gram probenesid atau
 Amoksillin 3 gram + 1 gram probenesid
 Pada kasus gonore dengan komplikasi dapat diberikan salah satu obat dibawah
ini :
 Siprofloksasin*500mg/hari peroral, selama 5 hari
 Ofloksasin*400gram/hari, injeksi intramuscular, selama 3 hari
 Kanamisin 2 g/hari, injeksi intramuscular, selama 3 hari
*Dikontraimdikasikan untuk wanita hamil, menyusui, dan anak-anak berusia kurang
dari 12 tahun.

2. nonmedikamentosa
 Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan tentang:
 Bahaya penyakit menular seksual (PMS) dan komlikasinya
 Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
 Cara oenularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
 Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tidak
dapat dihindarkan
 Cara-cara menghindari infeksi PMS dimasa dating
 Pengobatan pada pasangan seksual tetapnya

5
2. INFEKSI GENITAL NON-SPESIFIK
Pada pria sering disebut sebagai uretiritis nonspesifik (UNS) oleh karena
terutama mengenai uretra. Infeksi genital non-spesifik (IGNS) adalah penyakit
hubungan seksual berupa peradangan diuretra, rectum, atau serviks yang disebabkan
oleh mikroorganisme nonspesifik. Mikroorganisme spesifik adalah mikroorganisme
yang dengan fasilitas laboratorium biasa/sederhan dapat ditemukan seketika, yaitu
gonokok, candida albicans dan trichomonas vaginalis.

Etiologi
Penyebab paling sering ialah clamydiantrachomatis, ureaplasma urealyticum,
mycoplasma hominis.

Patogenesi
Setiap mikroorganisme penyebab mempunyai patogenesi yang berbeda. C.
trachomatis merupakan bakteri Gram negative dan parasit intraobligat yang dalam
perkembangannya mengalami 2 fase, yaitu fase noninfeksiosa dan fase penularan. U.
urealyticum sering bersamaan dengan C. trachomatis atau M. hominis.

Manifestasi klinis
Tersering terjadi di serviks. Umumnya tidak menunjukan gejala. Sebagian
kecil dengan keluhan keluarnya duh tubuh vagina, disuria ringan, sering kencing,
nyeri didaerah pelvis dan dipareunia. Pada serviks terlihat tanda servisitis, yang
disertai adanya folikel-folikel kecil yang mudah berdarah.

Pemeriksaan penunjang
Penting untuk menyingkirkan mikroorganisme spesifik. Dasar untuk
menegakkan diagnosis IGNS ialah pemeriksaan laboratorium berupa apusan skret
uertra/servils. Pada pemeriksaan secret uretra dengan pewarnaan Gram secara
mikroskopis ditemukan leukosit>5 per lapangan pandang dengan pembesaran 1000
kali. Sedangkan pada secret serviks ditemukan leukosit > 30 per lapangan pandang
dengan pembesaran 1000 kali. Tidak dijup[ai diplopokus Gram negatif, dan pada
pemeriksaan sediaan basahg tidak didapatkan parasit trichomoas vaginalis. Secara
mikroskopis dapat dilihat adanya benang-benang dalam urin. Jika memungkinkan
dapat dilakukan pembiakan untuk clamydia trachomatis pada kuning telur embrio
ayam atau dengan McCoy cell, biakan sel Hela 229, dilanjutkan dengan pemeriksaan
antigen. Dua cara pemeriksaan antigen secara langsung yang sudah dikenal adalah
pewarnaan imonofluoresensi dan ELISA.

6
Dapat pula dilakukan pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) dan
ligase chain reaction.

Komplikasi
Hampir sama dengan gonore pada wanita dapat terjadi bartolinitis, proktitis,
salpingitis, dan sistitis. Peritonitis dan hepatitis juga pernah dilaporkan.

Penatalaksanaan
Obat yang paling efektif adalah golongan tetrasiklin dan eritrimisin. Indikasi
eritromisin adalah untuk pasien yang tidak tahan tetrasiklin atau wanita hamil. Dosis
tetrasiklin HCL dan eritromisin adalah 4 x 500 mg sehari selama 1 minggu atau 4 x
250 mg sehari selama 2 minggu. Alternatif lain adalah oksitetrasiklin 4 x 250 mg
sehari selalam 2 minggu, doksisiklin dan minisiklin dosis pertama 200 mg,
dilanjutkan dengan 2 x 100 mg sehari selama 1-2 minggu. Kontrimoksasol,
spiramisin, dan ofloksasin juga dapat digunakan.

Prognosis
Tanpa pengobatan, kadang-kadang penyakit dapat berkurang akhirnya
sembuh sendiri (50-70% dalam waktu kurang lebih 3 bulan). Setelah pengobatan,
kurang lebih 10% akan mengalami eksaserbasi atau rekurens.

3. TRIKOMONIASIS
Etimologi
Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital yang dapat bersifat akut atau
kromik dan disebabkan oleh trichcomonas vaginalis.

Patogenesis
T. vaginalis menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital dengan
cara invasi mencapai jaringan epitel dan sub epitel.

Manifestasi klinis
Masa tunasnya 4 hari sampai 3 minggu
Pada waktu penyakit ini terutama mengenai dinding vagina didaerah vorniks
posterior. Pada kasus akut terlihat duh tubuh vagina seropurulen berwarna kekuning-
kuningan atau juning hijau berbau tidak enak dan berbusa. Dinding vagina kemerahan
dan sembab, kadang-kadang terbentuk abses kescil yang tampak sebagai granunalasi
berwarna merah dikenal dengan strawberry appearance. Secret yang banyak dapat

7
menimbulkan iritasi pada lipat paha dan disekitar genetalia eksterna. Dapat pula
terjadi uretritis, bartolinitis, skenitis dan sintitis. Pada kasus kronik gejala lebih ringan
dan biasanya sekret tidak berbus.

Pemeriksaan penunjang
Dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopik sediaan basah, sediaan apus, serta
biakan. Pada sediaan basah dengan geram faal dapat terlihat pergerakan aktif parasit
yang masih hidup. Sediaan apus dipulas dengan giemsa atau gram dan bersifat gram
negative. Pembiakan menggunakan bermacam-macam perbenihan yang mengandung
serum.

Diagnosis
Diagnosis kurang tepat bila hanya berdasarkan gambaran klinis karna sering
asimtomatik. Diagnosis etiologig sangat penting.

Penatalaksanaan
Pengobatan dilakukan secara topical dan sistemik. Pengobatan secara topical
berupa irigasi dengan hydrogen peroksida 1-2 % dan larutan asam laknat 4 %, bahan
supositoria yang bersifat trikomoniasidal, atau gel dan krim. untuk pengobatan
sistemik, obat yang sering digunakan antara lain metronidazol peroral, dosis tunggal
2 g atau 3 x 200 mg perhari selama 7 hari, nimorozol dan tinidazol peroral dengan
dosis 2 g, dan ordinazol dosis tunggal 1,5 g. penderita sinyatakan sembuh bila
keluhan dan gejala telah menghilang, serta parasit tidak ditemukan lagi pada
pemeriksaan sediaan langsung. Kehamilan trimester pertama merupakan kontra
indsikasi pemberian metronidazol. Namun karena telah banyak bukti yang
menunjukan kaitan infeksiT. Vaginalis dengan pecahnya ketuban sebelum waktunya
serta tidak ada bukti bahwa metronidazol bersifat teratogenik pada manusia, maka
metronidazol dapat diberikan dalam dosis efektif terendah pada trimester kedua dan
ketiga. Perlu dianjurkan terhadap pasangan seksualnya untuk melakukan pemeriksaan
dan pengobatan, tidak melakukan hubungan seksual selama pengobatan sebelum
dinyatakan sembuh dan menghindari pemakaian barang-barang yang mudah
menimbulkan transmisi.

4. VAGINOSIS BAKTERIALIS
Etiologi :
Penyakit ini disebabkan oleh Gardenerella Vaginalis.

8
Patogenesis
Patogenesis masih belum jelas. G. Vaginalis termasuk flora normal dalam
vagina melekat pada dinding. Beberapa peneliti menyatakan terdapat hubungan yang
erat antara kuman ini dengan bakteri anaerob pada patogenesis penyakit vaginosis
bakterialis (VB).

Manifestasi Klinis
Pada wanita dengan VB, keluhan berupa adanya duh tubuh vagina ringan,
melekat pada dinding vagina, dan berbau amis. Bau lebih menusuk setelah senggama
dan darah menstruasi berbau normal. Dapat timbul rasa gatal dan terbakar akibat
iritasi pada vagina dan sekitarnya, serta kemerahan danedema pada vulva. Terdapat
50% kasus bersifat asimtomatik. Pada pemeriksaan terlihat adanya duh tubuh
bertambah, warna abu-abu homogen,berbau dan jarang berbusa. Gejala peradangan
tidak ada.

Pemeriksaan Penunjang
Dengan mikroskop, pada sediaan basah sekret vagina dengan larutan garam
faal terlihat leukosit sedikit atau tidak ada, sel epitel banyak dan adanya kokobasil
yang berkelompok. Terdapat Clue cell (sel epitel vagina yang diliputi oleh kokobasil
sehingga batas sel tidak jelas) adalah patogmonik.
Pada pewarnaan Gram dapat dilihat batang-batang Gram negatif atau variabel Gram
yang tak dapat dihitung jumlahnya dan banyak epitel dengan kokobasil tanpa
ditemukan laktobasil.
Dapat dilakukan tes Sniff (tes amin),yaitu duh tubuh vagina berbau amis
setelah ditambahkan 1 tetes larutan KOH 10%.
Dapat pula dilakukan pemeriksaan kromatografi dan biakan.

Diagnosis
Diagnosis dibuat dasar ditemukannya clue cell, pH vagina diatas 4,5, tes amin
positif, dana adanya G. Vaginalis sebagia flora utama menggantikan laktobasilus.

Penatalaksaan
1. Secara Topikal, gunakan :
 Krim sulfonamida tripel sebagai acid crream base dengan pH 3,9 dipakai
setiap hari selama 7 hari. Namun, kesembuhan hanya sementara, yakni
selama penggunaan pengobatan topikal. atau
 Supositoria Vaginal berisi tetrasiklin atau yodium povidon 76%.

9
2. Secara sistemik, diberikan :
 Metronidazol 2-3 x 500 mg tiap hari selama 7 hari, atau
 Tinidazol 2 x 500 mg selama 5 hari, atau
 Amoksisilin atau ampisilin dengan dosis 4 x 500 mg per oral selama 5
hari. Pemberian ampisilin dan tetrasiklin merupakan prediposisi
timbulnya kandidosis vaginal.

5. KANDIDOSIS VAGINALIS
Kandidosis Vulvovaginal atau kandidosis vaginala adalah penyakit jamur
yang bersifat akut atau subakut pada vagina atau vulva dan disebabkan oleh kandida
biasanya oleh C.albicans.
Patogenesis
Infeksi kandida dapat terjadi jika terdapat faktor predisposisi baik endogen
maupun eksogen.
Faktor endogen yaitu :
 Perubahan fisiologik, seperti kehmilan, kegemukan, debilitas, endokrinopan
dan penyakit kronik.
 Umur, misalnya orang tua dan bayi lebih mudah terkena.
 Imunologik/ penyakit genetik.
Faktor Eksogen, antara lain :
 Iklim, panas dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat.
 Kebersihan kulit.
 Kontak dengan pasien.
 Latrogenik, misal dengan penggunaan antibiotik jangka panjang.

Manifestasi Klinis
Gejala khas adalah rasa gatal/iritasi disertai keputihan tidak berbau, atau
berbau asam. Keputihan bisa banyak, putih keju, seperti kepala susu/krim, atau
seperti susu pecah. Pada vulva dan atau vagina terdapat tanda-tanda radang, disertai
maserasi, psedomembran, fisura, dan lesi satelit papulopustular.

Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan mikroskopik sekret vagina dengan sediaan basah KOH
10% dapat terlihat adanya bentuk ragi (yeast form): blastospora dan pseudohifa yang
bersifat Gram positif dan blastospora.

10
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pada manifestasi klinis dan pemeriksaan
mikroskopik.

Penatalaksanaan
1. Secara Topikal, gunakan :
 Mikonazol/klotrimazol 200 mg intravaginal/hari selama 3 hari.
 Klotrimazol 500 mg intravaginal dosis tunggal.
 Nistatin 100.000 IU intravaginal/hari selama 14 hari.
 Untuk vulva dapat diberi krim klotrimazol 1% atau mikronazol 2%
selama 7-14 hari, atau salep tiojonazol 6,5% sekali oles.
Untuk wanita hamil hanya dapat diberikan preparat azol topikal 7 hari.
2. Secara sistemik dapat digunakan ketokonazol dengan dosis 2 x 200 mg
selama 5 hari (untuk dewasa).

6. HERPES SIMPLEKS
Herpes simpleks adalah infeksi akut oleh virus berpes simpleks (virus herpes
hominis) tipe I dan tipe II yang ditandai adanya vesikel berkelompok di atas kulit
yang eritematosa di daerah mukokutan. Dapat berlangsung primer maupun rekurens.
Herpes simpleks disebt juga fever blister, cold score, herpes febrilis, herpes labialis,
herpes progenitalis (genitalis).

Etiologi
Virus Herpes Simpleks (VHS) tipe I dan tipe II adalah virus Herpes hominis
yang termasuk virus DNA.

Manifestasi Klinis
Masa inkubasi umumnya berkisar antara 3-7 hari, tapi dapat lebih lama.

Infeksi Primer
Berlangsung kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya
demam,malaise, anoreksia, dan dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah
bening regional.
Tempat predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas terutama di daerah
mulut dan hidung, biasanya dimulai pada usia anak-anak. Inokulasi dapat terjadi
secara kebetulan. Misalnya kontak kulit pada perawat, dokter gigi, atau pada orang

11
yang sering mengigit jari (Herpetic Withlow). Virus ini juga penyebab Herpes
Esefalitis.
Tempat predileksi VHS tipe II di daerah pinggang ke bawah, terutama di daerah
genital, juga dapat menyebabkan herpes menigitis dan infeksi neonatus.
Cara hubungan seksual onogenital, dapat menyebabkan herpes pada daerah genital
yang disebabkan oleh VHS tipe I atau di daerah mulut atau rongga mulut yang
disebakan oleh VHS tipe II.
Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab
dan etitematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropululen, dapat
menjadi krusta dan kadang-kadang mengalami ulserasi yang dangkal, biasanya
sembuh tanpa siskaktriks. Pada perabaan tidak terdapat indurasi. Kadang-kadang
dapat timbul infeksi sekunder sehingga memberi gambaran yang tidak jelas.

Fase Laten
Tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif
pada ganglion dorsalis. Penularan dapat terjadi pada fase ini, akibat pelepasan virus
terus berlangsung meskipun dalam jumlah sedikit.

Infeksi Rekurens
Reaktivitas VHS pada ganglion dorsalis mencapai kulit sehingga
menimbulkan gejala klinis. Dapat dipicu oleh trauma fisik (demam, infeksi, kurang
tidur, hubungan seksual, dan sebagainya), trauma psikis (gangguan emosional), obat-
obatan (kortikosteriod, imunosupresif) mestruasi, dan dapat pula timbul akibat jenis
makanan dan minuman yang merangsang.
Gejala klinis yang timbul lebih ringan daripada infeksi primer dan berlangsung kira-
kira 7-10 hari. Sering ditemukan gejala prodromal lokal sebelum timbul vesikel,
berupa rasa panas, gatal, dan nyeri. Dapat timbul pada tempat yang sama (loco) atau
tempat lain/tempat di sekitarnya (non loco).

Herpes Genitalis pada Kehamilan


Perlu diperhatikan yang serius, karena dapat menimbulkan kelainan atau
kematian janin terutama bila terjadi infeksi primer pada saat kehamilan. Kelainan
yang timbul pada bayi dapat berupa ensefalitis, kerakonjungtivis atau hepatitis; dapat
pula timbul lesi pada kulit. Sebaiknya dilakukan partus secara seksio Caessario bila
pada saat melahirkan sang ibu menderita infeksi ini Tindakan ini sebaiknya dilakukan
sebelum ketuban pecah atau paling lambat enam jam setelah ketuban pecah.
Bila transmisi terjadi pada trimseter I cenderung terjadi abortus; sedangkan bila pada

12
trimester II, teradi prematuritas. Selain itu dapat terjadi transmisi pada saat
intrapartum.

Pemeriksaan Penunjang
Virus herpes dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiak. Jika tidak ada
lesi dapat diperiksa antibodi VHS.

Diagnosis Banding
Impertigo Vesikobulosa, ulkus durum, ulkus mole, dan ulkus mikstrum.

Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
 Belum ada terapi radikal.
 Pada Episode pertama berikan :
 Asiklovir 200 mg per oral 5 kali sehari selama 7 hari atau,
 Asiklovir 5 mg/kg BB, intravena tiap 8 jam selama 7 hari (bila gejala sistemik
berat) atau
 Preparat isoprinosin sebagai imunomodulator, atau
 Asiklovir parenteral atau preparat adenin arabinosid (vitarabin) untuk penyakit
yang lebih berat atau jika timbul komplikasi pada alat dalam.
 Pada Episode rekurensi, umumnya tidak perlu diobati karena bisa
membaik, namun bila perlu dapat diobati dengan krim asiklovir.
2. Nonmedikamentrosa
Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagia
berikut :
 Bahaya PMS dan kompliasinya
 Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
 Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.
 Hindari hubungan seksual sebelum sembuh
 Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa datang.

Prognosis
Prognosis baik bila pengobatan dilakukan secara dini dan tepat, yakni masa
penyakit berlangsung lebih singkat dan rekurens lebih jarang.

13
7. SIFILIS
Sifilis ialah penyakit infeksi oleh Treponema Pallidum dengan perjalanan
penyakit yang kronis, adanya remisi dan eksaserbasi, dapat menyerang semua organ
dalam tubuh terutama sistem kardiovaskular, otak dan susunan saraf, serta dapat
terjadi sifilis kongenital. Disebut juga Mal De Naples, morbus gallicus, lues venerea
(prat), disease of the isle of espanole (dias), Spanish of French disease, Italian of
neopolitan disease, raja singa, dll.

Etiologi
Ireponema pallidum yang termasuk ordo Spirochaetaeas, family Treponemataceae.

Patogenesis
Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan lesi yang mengandung
treponema.Treponema dapat masuk melalui selaput lendir yang utuh atau kulit
dengan lesi, kemudian masuk ke peredaran darah dan semua organ dalam tubuh.
Infeksi bersifat sistemik dan manifestasinya akan tampak kemudian. Perkembangan
penyakit sifilis berlangsung dari satu stadium ke stadium berikutnya. 10 sampai 90
hari setelah terjadi infeksi, pada tempat masuk treponema pallidum timbul lesi primer
yang bertahan 1-5 minggu dan kemudian hilang sendiri.kurang lebih 6 minggu
setelah lesi primer terdapat kelainan kulit dan selaput lendir yang pada permulaan
menyeluruh, kemudian mengadakan konfluensi dan berbentuk khas. Kadang-kadang
kelainan kulit hanya sedikit atau sepintas lalu.

Manifestasi Klinis Klarifikasi


Pembagian menurut WHO ialah sifilis dini dan lanjut dengan waktu
diantaranya 2 tahun.Ada yang mengatakan 4 tahun.Sifilis dini dapat menularkan
penyakit karena terdapat troponema pallidum pada lesi kulitnya, sedangkan sifilis
lanjut tidak menular karena troponema pallidum tidak ada.Pada ibu hamil troponema
pallidum dapat masuk ke tubuh janin.
Pembagian sifilis secara klinis ialah sifilis kongenital dan sifilis didapat, atau dapat
pula digolongkan berdasarkan stadium I, II, III sesuai dengan gejala-gejalanya sifilis
kardiovaskular dan sifilis pada otak dan saraf.

Sifilis Stadium I
Tiap minggu (10-90 hari) setelah infeksi timbul lesi pada tempat troponema
pallidum masuk.lesi umumnya hanya satu. Terjadi efek primer berupa papul yang
erosive, berukuran beberapa millimeter sampai 1-2 cm, berbentuk bulat atau bulat

14
lonjong, dasarnya bersih, merah, kulit disekitarnya tidak ada tanda-tanda radang, dan
bila diraba ada pengerasan yang merupakan satu lapisan seperti sebuah kancing
dibawah kain atau sehelai karton yang tipis. Kelainan ini tidak nyeri.Gejala tersebut
sangat khas bagi sifilis stadium I afek primer.Erosi dapat berubah menjadi ulkus
berinding tegak lurus, sedangkan sifat lainnya seperti pada afek primer.Keadaan ini
disebut ulkus durum, yang dapat menjadi fagedenik bila ulkusnya meluas kesamping
dan kedalam.Kadang-kadang hanya terdapat edema induratif pada pintu masuk
troponema pallidum yang tersering pada labia mayora. 2 hal yang penting pada masa
sifilis stadium I adalah :
1. Bila pasien sudah mendapat pengobatan berupa apapun secara local atau sistemik
yang sfesifik, troponema pallidum akan menghilang pada tempat lesi, sehingga pasien
diduga tidak menderita sifilis. Secara akademik harus dicari troponema pallidum 3
kali berturut-turut.
2. Anamnesa yang cermat pada umumnya pada tiap lesi pada alat kelamin,meskipun
bukan sifilis bila diberi pengobatan local dapat terjadi indurasi palsu.

Sifilis Stadium II
Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II muncul, sifilis I sudah
sembuh.Waktu antara sifilis stadium I dengan sifilis stadium II umumnya 6-8
minggu.Kadang-kadang terjadi masa transisi yakni sifilis stadium I masih ada saat
timbul gejala sifilis stadium II.

Sifilis Stadium III


Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3-7 tahun setelah
infeksi.Guma umumnya satu, dapat multiple, ukuran miliar sampai berdiameter
beberapa sentimeter.Guma dapat timbul pada semua jaringan dan organ, membentuk
nekrosis sentral dikelilingi jaringan granulasi dan pada bagian luarnya terdapat
jaringan fibrosa yang bersifat destruktif.Guma mengalami supurasi dan memecah
serta meninggalkan suatu ulkus dengan dinding curam dan dalam, dasarnya terdapat
jaringan nekrotik berwarna kuning putih.

a. Sifilis Kardiovaskular
Umumnya bermanifestasi 10-20 tahun setelah infeksi. Sejumlah 10% pasien
sifilis akan mengalami fase ini. Pria dan orang kulit berwarna lebih banyak
terkena.Jantung dan pembuluh darah, yang terkena ter walaupun utama yang
besar.Kematian pada sifilis terjadi akibat kelainan sistem ini.

15
Neurosifilis
Penyakit ini umumnya bermanifestasi dalam 10-20 tahun setelah
infeksi.Walaupun troponema pallidum langsung bergerak setelah infeksi ke sistem
otot dan saraf. Neurosifilis dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
1. neurosifilis asimtomatik
2. neurosifilis meningovaskular
3. neurosifilis parenkimatosa

Diagnosis
Diagnosis berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis, pemeriksaan
mikroskop lapangan gelap atau pewarnaan burri, pemeriksaan darah (TTS),
pemeriksaan likuor serebsopinalis dan pemeriksaan rontgen.

Penatalaksanaan
1. Medikamentosa:
 Sifilis primer dan sekunder
 Sifilis laten
 Silis III
2. Pemantauan serologic dilakukan pada bulan I, II, VI dan XII tahun pertama, dan
setiap 6 bulan pada tahun kedua.
3. Nonmedikamentosa:
 Bahaya PMS dan komplikasinya
 Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
 Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
 Hindari hubungan seksual sebelum sembuh
 Cara-cara menghindari infeksi PMS dimasa datang.

8. KONDILOMA AKUMINATUM
Kondiloma akuminatum adalah vegetasi oleh virus papilloma humanus (VPH) tipe
tertentu, bertangkai dan permukaannya berjonjot.

Etiologi
Virus papilloma humanus (VPH), virus DNA yang tergolong dalam family
papova.Tipe yang pernah ditemui adalah tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39, 41, 42,
44, 51, 52, dan 56.Tipe 6 dan 11 tersering dijumpai pada kondiloma akuminatum dan

16
neoplasia intraepithelial serviks ringan.Tipe 16 dan 18 mempunyai potensi keganasan
yang tinggi dan sering dijumpai pada kanker serviks.Sampai saat ini sudah dapat
diidentifikasikan 80 tipe virus papilloma humanus.

Patogenesis
VPH masuk kedalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit sehingga kondiloma
akuminatum sering timbul pada daerah yang mudah mengalami trauma pada saat
hubungan seksual.

Manifestasi klinis
Masa inkubasi berlangsung antara 1-8 bulan.Terutama mengenai daerah lipatan
yang lembab, misalnya daerah genetalia eksterna.Kelainan yang masih baru berupa
vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan.Jika agak lama telah menghitam,
permukaanya berjonjot dan jika benar dapat dilakukan percobaan sondase. Bila
timbul infeksi sekunder warna akan menjadi keabu-abuan dan berbau tidak enak

Diagnosis banding
Veruka vulgaris, kondiluma latum dan karsinoma sel skuamosa.

Penatalaksanaan
Dapat dilakukan dengan kemoterapi, bedah listrik, bedah beku, bedah scalpel, laser
CD, interferon dan imunoterapi. Pemilihan cara pengobatan bergantung pada besar,
lokalisme jenis dan jumlah lesi serta keterampilan dokter yang melakukan
pengobatan.

Prognosis
Prognosis baik walaupun sering residif.

9. ULKUS MOLE
Ulkus mole adalah penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut, setempat,
disebabkan oleh Haemophilus ducreyi dengan gejala klinis yang khas berupa ulkus
yang multiple, nyeri pada tempat inokulasi dan sering disertai penanahan kelenjar
getah bening regional.

Etiologi
Basil H Ducreyi merpakan basil negative gram. Karena lesi terbuka didaerah

17
genital tertutup oleh infeksi sekunder,basil H ducreyi lebih mudah dicari bila bahan
pemeriksaan berupa nanah diambil dengan cara aspirasi abses kelenjar inguinal.
Patogenesis
Tempat masuk kuman adalah daerah yang sering atau mudah mengalami abrasi,
erosi atau eks koriasi yang disebabkan oleh trauma. Infeksi lain atau iritasi yang
berhubungan dengan kurangnya hygiene perorangan. Pada lesi, organisme terdapat
dalam makrofag atau bebas berkelompok dalam jaringan intertisial.

Manifestasin klinis
Masa inkubasi berkisar antara 1-4 hari.Lesi kebanyakan multiple, biasanya pada
daerah genital.Mula-mula kelainan kulit berupa papul, kemudian menjadi vesiko-
pustul pada tempat inokulasi, cepat pecah menjadi ulkus.Gambaran ulkus mole pada
wanita bervariasi.Ulkus tidak senyeri pada pria, dan keluhan dapat berupa dysuria,
nyeri waktu defekasi, dispaurenia atau tubuh vagina.Lesi ekstragenital terdapat pada
lidah, jari tangan, bibir, payudara, umbilicus dan konjungtiva.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sediaan apus diambil dari permukaan tepi ulkus yang bergaung
dengan pewarnaan gram, unna-pappenheim, wright atau giemsa ditemukan basil
berkelompok atau berderet seperti rantai. Biakan kuman dengan bahan diambil dari
pus bobo atau lesi kemuidian ditanam pada perbenihan /plat agar khusus yaitu agar
gonokok dan muller hinton.Dan dapat dilakukan tes imunofluoresensi, biopsi, tes
kulit ito-reenstierna dan autoinokulasi.

Komplikasi
Dapat timbul mixed chancre, abses kelenjar inguinal, fimosis, parafimosis, fistula
uretra dan infeksi campuran. Bila terjadi infeksi campuran denga treponema pallidum
disebut ulkus mikstum, mulanya menunjukan gambaran ulkus mole tapi semakin
berkurang nyerinya dan lebih berindurasi.

Diagnosis
Berdasarkan pada riwayat pasien, pemeriksaan fisis serta pemeriksaan
laboratorium untuk menentukan agen penyebabnya.Harus dipikirkan juga
kemungkinan infeksi campuran.Pemeriksaan serologic dapat dilakukan dengan
menyingkirkan sifilis.

Penatalaksanaan

18
1. Medikamentosa
Sebagai pengobatan local dapat dilakukan kompres, rendam atau irigasi dengan
larutan salin yang akan membantu menghilangkan debris nekrotik dan mempercepat
penyembuhan ulkus. Antiseptic local merupakan kontradinasi karena dapat
mengganggu pemeriksaan untuk diagnosis dini sifilis dengan mikroskop lapangan
gelap.Aspirasi jarum dianjurkan untuk bubo berukuran 5 cm atau lebih dengan
fluktuasi dibagian tengah untuk mencegah pecahnya bubo.
2. Nonmedikamentosa
Berikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
 Bahaya penyakit menular seksual (PMS) dan komplikasinya
 Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
 Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
 Hindari hubungan seksual sebelum sembuh
 Cara-cara menghindari infeksi PMS dimasa datang

10. LIMFOGRANULOMA VENEREUM


Limfogranuloma venereum (LGV) adalah penyakit menular seksual yang
mengenai saluran pembuluh limfe dan kelenjar limfe, terutama pada daerah
genital,inguinal , anus dan rektum.

Etiologi
Chlamydia trachomatis

Manisfetasi klinis
LGV adalah penyakit sistemik yang primer menyerang sistem limfatik,
manisfetasi klinis dapat akut, sub akut, atau kronik, dengan komplikasi pada stadium
lanjut. Stadium dini terdiri dari lesi primer genital dan sindrom genital.Stadium lanjut
dapat berupa sindrom ano-rektal dan elefantiasis genital (esthiomene).
1. Lesi primer genital
Setelah masa inkubasi antara 3-20 hari, akan terjadi lesi primer di genital yang
bersifat tidak sakit, tidak khas, dan cepat hilang. Lesi primer dapat berbentuk
erosi atau ulkus dangkal, papul papul gerombolan vesikel kecil mirip lesi erpes,
atau sebagai uretritis nonspesifik. Pada wanita lebih sering terjadi pada dinding
posterior vagina, portio,bagian posterior serviks, dan vulva.
2. Sindrom Inguinal

19
Biasanya beberapa hari smpai minggu setelah lesi primer menghilang.Pada
2/3 kasus terjadi limfadenitis inguinal yang unilateral. Gejala sistemik seperti
demam, menggigil, noreksia, nausea, sakit kepala , sering menyertai sindrom
ini. Pada pemeriksaan klinis didapatkan :
 Kelenjar inguinal membesar, nyeri dan teraba padat kemudia berkembang
menjadi peradangan sekitar kelenjar atau perilimfadenitis.
 Perlekatan antar kelenjar sehingga terbentuk paket, juga perlekatan kelenjar
dengan kulit di atasnya, kulit tampak merah kebiruan , panas dan nyeri.
 Perlunakan kelenjar yang tida serentak ditandai dengan fluktuasi pada 75%
kasus, dan terbentuk abses multipel.
 Abses pecah menjadi sinus dan fistel mutifel pada 1/3 kasus,sedangkan yang
lain mengalami involusi secara perlahan dan membentukmasapada kenyal di
daerah inguinal.
3. Sindrom anorektal
Terutama pada wanita akibat penyebaran langsung dari lesi primer di
bagina ke kelenjar limfe perirektal.Gejala awal adalah pendaarahan anus yang
diikuti oleh anal purulen disertai febris, nyeri saat defekasi, sakit perut bawah,
konnstipasi, dan diare.Bila tidak diobati dapat terjadi proktokolitis berat yang
gejalanya mirip kolitis ulserosa dengan tanda tanda fistel anal, abses
perirektal, dan abses rektovagina/rektovesikal.
4. Sindrom genital
Dapat berupa edema vulva sepanjang klitoris sampau ke anus (elefantiasis
labis) sebagai akibat peradangan kronis sehngga terjadi kerusakan saluran dan
kelenjar limfe timbulnya edema limfe didaerah vulva.Pada permukaan
elefantiasis dapat terjadi tumor polipoid dan verukosa, dan karena tekanan
paha dapat berbentuk pipih.Dapat pula terjadi pistel akibat ulserasi yang
destruktif dan pecah ke daam vagina atau vesika urinaria.

Pemeriksaan Penunjang
1. pewarnaan pus bubo dengan giemsa untuk menemukan badan inklusi
Chlamydia yang khas.
2. tes frei yang berdasarkan pada reaksi lambat intradermal yang spesifik
terhadap Chlamydia sehingga dapat memberi postif Chlamydia jenis lain.
3. tes serologi terdiri atas complement fixation test, radioisotop precipation, dan
micro immunofluorescent typing.
4. kultur jaringan untuk konfirmasi diagnosis, bahan pemeriksaan dari aspirasi
pus bubo yang pecah.

20
5. Diagnosis
6. Diagnosis LGV dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pewarnaan
giemsa pus bub , tes frei , tes serologis dan kultur jaringan.

7. AIDS
AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan
tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi human imuniodeficiency Virus
(HIV). Penyakit ini dicirikan dengan timbulnya berbgai penyakit infeksi
bakteri,jamur, parasit dan virus yag bersifat oportunistik atau keganasan seperti
sarkoma kaposi dan limfoma primer di otak.

Etiologi
HIV merupakan retrovirus penyebab penyakit defisiensi imun ini.HIV
ditemukan oleh montagnier dkk pada tahun 1983.

Epidemiologi
Di Indonesia kasus AIDS pertama kali ditemukan pada tanggal 5 april1987 di
bali pada seorang wisatawan belandaa. Menurut dirjen pemberantasan penyakit
menular dan penyehatan lingkungan pemukiman depkes RI jumlah kumulatif kasusu
HIV/AIDS (+) per januari 2000 adalah 1080 kasus yang terdiri dari 794 kasus HIV
(+) dan 286 kasus AIDS.

Patogenesis
HIV masuk tubuh manusia terutama melalui darak, semen dan secret vagina
serta transmisi dari ibu ke anak. Tiga cara penularan HIV sebagai berikut :
1. Hubungan seksual baik secara vaginal, oral, maupun anak dengan seorang
pengidap.
2. Kontak langsung dengan darah, produk darah atau jarum suntik.
Pemakaian jarum suntik tidak steril dan spuitnya.
3. Transmisi secara vertikal dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya
melalui plasenta.
Setelah masuk tubuh , virus menuju ke kelenjar limfe dan berada dalam dendritik
selama beberapa hari. Dan kemudian terjadi sindrom retroviral akut seperti flu
disertai viremia hebat dengan keterlibatan berbagai kelenjar limfe.Pada tubuh tumbuh
respon imun humoral maupun selular. Sindrom ini akan hilang setelah 1-3 minggu.
Manisfetasi klinis
Kondisi yang ditetapkan sebagai AID (CDC, 1993 revisi):

21
1. keganasan:
 Sarkoma kaposi
 Limfona burkitt
 Limfona imunoblastik
 Limfona primer pada otak
 Kanker leher rahim invasif
 Ensefalopati yang berhubungan dengan infeksi HIV
 Sindrom kelelahan karena infeksi HIV
 Penurunan imunitas yang hebt
2. infeksi opurtunistik :
 Kandidosis pada bronkus, trakea, paru
 Kandidosis pada esofagus
 Koksidiodomikosis diseminata atau ekstrapulmoner
 Kriptokokosis ekstrapulmoner
 Kriptosporidiosis pad usus bersifat kronis (lebih dari 1 bulan)
 Infeksi cytomegalovirus (selain herpes, limfa atau kelenjar limfe)
 Herpes simpleks (ulkus kronis lebih dari 1 bulan, bronkhitis, pneumonitis,
atau esofagitis)
 Histoplasmosis (diseminata atau ekstrapulmoner)
 Isosporiasis pada usus bersifat kronis (lebih dari 1 bulan)
 Mycobacterium avium complex atau M .kansasii diseminata atau
ekstrapulmoner
 Mycobacterium tuberculosis
 Pneumocystis carinii pneumonia
 Pneumonia rekurens
 Leukoensenfalopati multikofal progresif
 Salmonella septikemia rekurens
 Toksoplasmosis pada otak.

Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan 2 caea, yaitu :
1. cara langsung, yaitu isolasi virus dari sampel. Umumnya dengan
menggunakan mikroskop elektron dan deteksi antigen virus.
2. cara tidak langsung, yaitu dengan melihat respons zat anti spesifik tes.

Diagnosis

22
1. Diagnosis dini infeksu HIV
Diagnois dini ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium dengan
petunjuk gejala klinis atau adanya perilaku berisiko tinggi. Untuk diagnosisi
HIV , yang lazim diapaki adalah ELIS, Western blot, dn PCR
2. Diagnosis AIDS
3. AIDS merupakan stadium akhir infeksi HIV.Pasien dinyatakan sebagai AIDS
bila dalam perkembangan infeksi HIV selanjutnya menunjukkan infeksi dan
kanker opurtunistik yang mengancam jiwa penderita.

Penatalaksaan
1.medikamentosa
Peningkatan survival pda pasien dengan manisfetasi klinis dapat dicapai
dengan diagnosis dini, pemberian zidovudin, pengobatan komplikasi, serta
penggunaan antibiotuik sebagai profilaksis secara luas , khususnya untuk pneumonia
karena P carinii.

2. nonmedikamentosa
Mengingat hingga saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat mencegah
serta obat yang dapat mengatasi masalah ini, maka upaya pencegahan merupakan
cara yang paling tepat untuk menurunkan insiden penyakit ini.upaya pencegahan ini
dapat dilakukan sebagai berikut :
 Pendidikan kepada kelompok yang berisiko terkena AIDS
 Anjuran bagi yang telah terinfeksi vrus ini untuk tidak menyumbangkan darah
organ atau cairan semen dan mengubah kebiasaan seksualnya guna mencegah
penularan
 Skrining darah donor terhadap adanya antibodi HIV.

23

Anda mungkin juga menyukai