Anda di halaman 1dari 15

Spirometri Sebagai Metode Pemeriksaan Fungsi Sistem Respirasi

Abstrak
Sistem respirasi memiliki peranan yang sangat penting dalam menyokong kehidupan
manusia, yang utamanya adalah untuk memberi asupan oksigen dan membuang karbon
dioksida sebagai bahan dasar dan hasil sisa metabolisme tubuh. Organ respirasi dimulai dari
hidung hingga ke paru-paru, beserta seluruh bagian-bagian penyokong organ-organ respirasi.
Mekansime pernapasan melibatkan banyak sistem organ lainnya, terutama sistem sirkulasi
dan saraf. Secara biokimiawi, mekanisme pernapasan didukung oleh banyak faktor-faktor dan
terdiri dari banyak sekali reaksi-reaksi kimia yang saling menyeimbangkan satu sama lain.
Salah satu cara untuk mengukur kemampuan pernapasan paru-paru manusia adalah dengan
melaksanakan pemeriksaan spirometri, yang menggunakan alat yang disebut spirometer.
Dengan metode ini juga dapat dihitung volume dari masing-masing jenis kapasitas paru-paru
manusia.
Kata Kunci: Spirometri, Respirasi, Paru-Paru.

Abstract
The respiratory system holds a very important role in supporting humans life, which
mainly is to supply oxygen and to remove carbon dioxide as a basic material and bodys
metabolism residue. The respiratory organs begin from the mouth and nose to the lungs,
including the supports of the respiratory system. Respiratory mechanism involves a lot of
other organ systems, especially the circulatory system and the nervous system.
Biochemically, respiratory mechanism is supported by many factors and consists of
numerous chemical reactions that balance each other. One of the ways to measure the
respiratory ability of the human lungs is by conducting the spirometry examination, which
uses a device called spirometer. With this method, we can also measure the volume of each
type of lung capacities.
Keywords: Spirometry, Respiratory, Lungs.
Pendahuluan
Setiap kegiatan yang kita lakukan sehari-hari, baik saat kita sedang bekerja, belajar,
berolahraga, berbicara, bahkan beristirahat membutuhkan dukungan dari sistem respirasi agar
dapat berjalan dengan baik. Sistem respirasi memegang peranan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, gangguan pada sistem ini dapat menyebabkan gangguan pada kegiatan
sehari-hari hingga bahkan kematian.
1

Sistem respirasi bekerja setiap saat dalam keadaan apapun dan menyokong banyak
sistem lainnya. Sistem sirkulasi berhubungan sangat erat dengan sistem respirasi, karena
oksigen dan karbon dioksida yang dimasukkan dan dikeluarkan dari tubuh akan dibawa dari
dan ke paru-paru melalui sistem sirkulasi. Dapat dikatakan bahwa sistem sirkulasi merupakan
saluran perpanjangan sistem respirasi, yang bertugas menghantarkan zat-zat yang
dimasukkan dan akan dikeluarkan oleh sistem respirasi. Mekanisme kerja dari sistem ini juga
berhubungan erat dengan sistem saraf karena bagaimanapun juga seluruh kegiatan tubuh kita
dikendalikan oleh sistem saraf.
Sebagai mahasiswa kedokteran, kita adalah para calon dokter, para calon praktisi
kesehatan yang di masa depan nanti akan banyak sekali menangani permasalahanpermasalahan kesehatan yang semakin berkembang. Salah satu penyebab penyakit yang
sudah ada dan akan terus berkembang adalah gangguan-gangguan pada sistem pernapasan.
Saat ini kita dapat melihat banyak sekali gangguan pada sistem pernapasan yang membuat
kita tidak bisa beraktivitas dengan optimal. Salah satu cara dalam mendeteksi gangguangangguan tersebut adalah dengan melakukan pemeriksaan spirometri yang menggunakan
spirometer agar dapat mengetahui kemampuan paru-paru dan volume masing-masing
kapasitasnya.
Sistem pernapasan sangat terganggu oleh suatu kebiasaan yang sebenarnya dapat
dihindari yaitu merokok. Kebiasaan merokok berpengaruh terhadap hasil dari pemeriksaan
spirometri dan menunjukkan bahwa merokok mempengaruhi sistem respirasi.
Makalah tinjauan pustaka ini akan membahas mengenai susunan dari organ respirasi
secara makro (anatomi) dan mikro (histologi), mekanisme terjadinya pernapasan, transpor O2
dan CO2, macam-macam kapasitas paru-paru, cara melakukan pemeriksaan spirometri dan
menginterpretasi hasilnya, faktor-faktor yang mempengaruhi pernapasan, dan mekanisme
pengendalian keseimbangan asam basa.
Sistem respirasi
Organ sistem respirasi berawal pada cavum nasi (rongga hidung), dimana pada sisi
luarnya terdapat hidung. Hidung berbentuk seperti piramid dan tersusun atas tulang dan
tulang rawan. Pada bagian superior hidung dibentuk oleh tulang-tulang, yaitu os nasale,
processus frontalis os maxillaris, dan pars nasalis os frontalis. Sedangkan pada bagian inferior
hidung dibentuk oleh tulang-tulang rawan hialin, yaitu cartilago nasalis superior, cartilago
2

nasalis inferior, dan cartilago septi nasi. Hidung memiliki bagian apex (puncak) yang
bergantung bebas dan bagian radiks (akar) yang berhubungan dengan os frontalis. Pada
bagian inferior terdapat dua nares nasi (lubang hidung), yang dibatasi oleh ala nasi (cuping
hidung) pada bagian lateral dan septi nasi pada bagian medial.1
Cavum nasi (lihat gambar no. 1) terbentang dari nares nasi pada bagian anterior dan
choana pada bagian posterior. Nares nasi terletak pada bagian tengah dan membagi cavum
nasi secara midsagittal menjadi dua bagian. Pada bagian superior cavum nasi berbatasan
dengan corpus sphenoidalis, lamina cribosa os ethmoidalis, os frontalis, os nasalis, dan
cartilagines nasale superior et inferior. Pada bagian inferior cavum nasi dibatasi oleh
processus palatinus os maxillaris dan
palatum durum. Pada bagian lateral
cavum nasi terdapat tiga buah tonjolan
yang disebut concha nasalis superior,
medius, et inferior. Di bagian bawah
masing-masing concha terdapat struktur
yang

disebut

meatus.

Pada

bagian

medial, cavum nasi dibatasi oleh septi


nasi.1
Gambar no. 1
Cavum Nasi2

Cavum nasi secara garis besar


dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

vestibulum nasi, regio respiratorius cavum nasi, dan regio olfaktorius cavum nasi. Vestibulum
nasi adalah rongga yang meluas pada cavum nasi dan terletak tepat pada bagian dalam dari
nares nasi. Regio respiratorius dan olfaktorius memiliki fungsi sesuai dengan namanya, regio
respiratorius merupakan bagian terbesar dari cavum nasi, yaitu sekitar dua per tiga inferior
yang dilapisi oleh lapisan mukosa respirasi. Sedangkan regio olfaktorius menempati satu per
tiga superior dari cavum nasi, yang dilapisi oleh lapisan mukosa olfaktori.3
Vestibulum nasi adalah bagian dari cavum nasi yang berhubungan langsung dengan
lingkungan luar. Bagian ini dilapisi oleh sel epitel gepeng bertingkat yang merupakan
perpanjangan dari kulit wajah. Ditemukan cukup banyak rambut-rambut halus atau vibrissae
ada lapisan ini yang berfungsi untuk menangkap benda-benda asing berukuran besar agar
tidak masuk ke saluran pernapasan. Pada lapisan ini juga terdapat glandula sebasea yang
sekretnya berfungsi untuk membantu kerja vibrissae dalam menangkap benda-benda asing.
3

Pada bagian posterior dari vestibulum nasi, sel epitel gepeng bertingkat berangsur-angsur
menipis dan berubah menjadi sel epitel bertingkat semu pada regio respiratorius.3
Regio respiratorius cavum nasi dilapisi oleh mukosa respirasi yang tersusun dari sel
epitel silindris bertingkat semu bersilia pada permukaannya, dan lamina propria yang ada di
lapisan bawahnya yang berikatan dengan tulang atau tulang rawan. Sel epitel silindris
bertingkat semu bersilia terbentuk dari lima jenis sel, yaitu sel silia, sel goblet, sel sikat, sel
granula kecil (sel Kulchitsky), dan sel basal. Concha yang terdapat pada bagian ini berfungsi
untuk menambah luas permukaan sehingga fungsi untuk menghangatkan dan menyaring
udara yang dihirup lebih efektif. Lapisan mukosa dari regio respiratorius cavum nasi
berfungsi untuk menghangatkan, melembapkan, dan menyaring udara yang dihirup, untuk itu
terdapat banyak pembuluh yang dialiri darah. Pada reaksi alergi atau infeksi virus seperti
yang terjadi pada flu biasa, pembuluh-pembuluh ini dapat membesar dan bocor, sehingga
menyebabkan lamina propria membesar karena cairan. Peristiwa ini menyebabkan lapisan
mukosa membengkak dan menghambat aliran udara dan menyebabkan kesulitan bernapas.3
Regio olfaktorius (lihat gambar no. 2) terletak
pada puncak dari cavum nasi dan berlanjut ke dinding
lateral dan medial cavum nasi. Bagian ini dilapisi oleh
mukosa olfaktori yang berwarna coklat kekuningan
karena pigmen yang ada pada sel epitel olfaktori dan
glandula olfaktorius. Pada manusia luas permukaan
lapisan mukosa olfakori adalah sekitar

10 cm

namun pada binatang yang memiliki penciuman yang


tajam luas permukaan tersebut jauh lebih besar, yaitu
sekitar
Gambar no. 2
Regio Olfaktorius Cavum Nasi3 mukosa

150 cm2

pada anjing. Lamina propria

olfaktori

diikat

secara

langsung

pada

periosteum tulang yang ada di bawahnya oleh jaringan ikat yang mengandung banyak
pembuluh darah dan limfe, saraf olfaktori tidak bermielin, saraf bermielin, dan glandula
olfaktorius. Sel epitel olfaktori merupakan sel epitel yang bertingkat semu, yang tersusun
atas sel reseptor olfaktori, sel penyokong/sustentakuler, sel basal, dan sel sikat.3

Dari cavum nasi, organ sistem


respirasi berlanjut ke faring dan laring
(lihat gambar no. 3). Faring berada tepat
di belakang cavum nasi, cavum ori, dan
laring. Faring terletak pada bagian
bawah dari tengkorak dan bersambung
ke

kerongkongan

pada

bagian

bawahnya. Faring terdiri dari tiga bagian


yang dinamai berdasarkan struktur yang
ada

di

bagian

anteriornya,

yaitu

Gambar no. 3
Faring dan Laring3

nasofaring, orofaring, dan laringofaring.

Nasofaring berada tepat pada bagian posterior dari cavum nasi, orofaring berada pada bagian
posterior dari cavum ori, dan laringofaring berada pada bagian posterior dari laring. Pada
laringofaring terdapat dua pintu, satu menuju kerongkongan dan satu lagi menuju laring yang
disebut aditus laryngis.1
Faring menghubungkan cavum nasi dan ori ke
laring dan kerongkongan. Faring dilewati oleh udara
pernapasan dan makanan, serta berfungsi sebagai media
resonansi suara. Pada nasofaring terdapat sambungan dari
telinga tengah yang disebut tuba eustachii. Pada faring
juga terdapat tonsilla pharyngea yang merupakan tempat
berkumpulnya noduli lymphatici.3 Melewati aditus
laryngis, udara pernapasan masuk ke laring yang
merupakan bagian yang terbentuk dari tulang rawan.
Tulang-tulang rawan yang terdapat bada bagian ini antara
lain cartilago thyroidea, cartilago circoidea, cartilago
arytenoidea,

cartilago

corniculatum,

cartilago

cuneiforme, dan cartilago epiglotica (lihat gambar no. 4).


Gambar no. 4
Tulang-Tulang Rawan Laring4 Selain itu, laring juga berfungsi untuk menghasilkan
suara melalui dua buah tonjolan mukosa laring ke arah lumen laring yang disebut plica
vocalis dan plica ventricularis. Permukaan kedua bangunan ini dilapisi oleh epitel gepeng
bertingkat yang berfungsi sebagai pelindung terhadap abrasi karena pergerakan udara yang
terus menerus.1,3
5

Laring akan berlanjut menuju trachea, yaitu suatu bangunan seperti pipa dengan
diameter sekitar

2,5 cm

dan panjang sekitar

13 cm . Trachea tersusun dari dinding

fibroelastis yang memiliki jaringan tulang rawan yang


berbentuk seperti huruf C. Trachea memanjang dari tepi
bawah laring hingga sekitar angulus sterni dan bercabang
menjadi bronchus. Percabangan ini disebut carina.1
Dinding trachea memiliki empat lapisan (lihat gambar
no. 5), yaitu lapisan mukosa, lapisan submucosa, lapisan
tulang

rawan, dan

lapisan adventisia/serosa.

Lapisan

adventisia mengikat trachea ke bangunan-bangunan di


sekitarnya. Lapisan mukosa trachea tersusun atas beberapa
jenis sel, antara lain sel silia, sel mukosa, sel sikat, sel
granula kecil (sel Kulchitsky), dan sel basal.3

Gambar no. 5
Trachea3

Dari carina hingga seterusnya, akan terjadi banyak percabangan. Trachea bercabang
menjadi bronchus principalis dextra dan bronchus principalis sinistra pada carina, kemudian
masing-masing bronchus akan bercabang menjadi bronchus sekunder/lobaris dan
tersier/segmental dan akan menjadi bronchiolus. Bronchiolus nantinya akan bercabangcabang lagi hingga mencapai alveolus.1
Bronchiolus sendiri dibagi-bagi
menjadi dua bagian, yaitu bronchiolus
terminalis (ujung bronchiolus yang
tidak

memiliki

alveolus)

dan

bronchiolus respiratorius (bronchiolus


yang

memiliki

alveolus

pada

dindingnya). Kedua bronchiolus ini


memiliki saluran yang disebut ductus
alveolaris. Bronchiolus respiratorius

Gambar no. 6
Perubahan Jaringan3

akan berlanjut hingga akhirnya tiba di

kumpulan alveolus yang disebut sacus alveolaris.3


Terdapat kemiripan struktur jaringan dari trachea hingga ke bronchiolus, namun
terjadi perubahan yang berangsur-angsur (lihat gambar no. 6). Dari trachea hingga ke
6

bronchiolus, jaringan epitel semakin lama semakin tipis. Sel goblet, kelenjar, dan tulang
rawan banyak terdapat di trachea, namun berangsur-angsur menghilang hingga akhirnya tidak
terdapat lagi di bronchiolus terminalis. Cilia atau rambut halus banyak terdapat dari trachea
hingga ke bronchus tersier, namun akan berangsur-angsur menghilang pada bronchiolus
terminalis hingga akhirnya hilang pada bagian distal dari bronchiolus respiratorius.3
Manusia memiliki dua buah pulmo yang berada di sebelah kiri dan kanan. Pulmo
sinistra dan dextra memiliki perbedaan dan persamaan yang dapat dilihat pada tabel no. 1.
Pulmo akan diselimuti dan dilindungi oleh pleura yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu
pleura visceralis dan pleura parietalis. Pleura visceralis menempel dan membungkus masingmasing pulmo, sedangkan pleura parietalis menempel pada dinding thorax.1
Tabel no. 1
Persamaan dan Perbedaan Pulmo Sinistra dan Dextra1

Pulmo Sinistra
Bronchus principalis sinistra

Persamaan
Apex pulmonalis

Pulmo Dextra
Bronchus principalis dextra

Sulcus arcus aorta

Facies costalis

Lobus medius

Lingula pulmonalis

Facies mediastinalis

Fissura horizontalis

Facies diaphragmatica
Impressio cardiaca
Arteri et vena pulmonalis
Lobus superior et inferior
Fissura oblique

Seluruh paru-paru berada di dalam cavum thorax yang dibatasi oleh dinding thorax.
Dinding thorax terrbentuk oleh tulang, otot, dan jaringan-jaringan lainnya. Tulang-tulang
yang membentuk cavum thorax adalah os sternum, dua belas pasang ossis costae, dan ossis
vertebra thoracalis. Thorax mempunyai dua bukaan, yaitu apertura thoracis superior pada
bagian superior yang bersambung ke tengkorak dan apertura thoracis inferior pada bagian
inferior yang dibatasi oleh diaphragma. Apertura thoracis superior dibentuk oleh manubrium
sterni pada bagian anterior, costae I pada bagian lateral, dan vertebrae thoracis I pada bagian
posterior. Apertura thoracis inferior dibentuk oleh processus xyphoideus pada bagian anterior,
arcus costae (cartilago costae VII-X) pada bagian anterolateral, ujung distal costae XI dan
costae XII pada bagian posterolateral, dan vertebrae thoracis XII pada bagian posterior.1

Pada dinding thorax inilah terdapat otot-otot yang berfungsi pada pernapasan yang
dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan tempat melekatnya. Otot-otot lengan atas dinding
thorax terdiri dari Mm. pectoralis major et minor, M. serratus anterior, dan M. latissimus
dorsi. Otot-otot leher dinding thorax terdiri dari M. sternocleidomastoideus dan Mm. scaleni
anterior, medius, et posterior. Otot-otot dinding thorax murni terdiri dari Mm. intercostales
externus, internus, et intima, M. transversus thoracis, M. subcostalis, M. levatores costarum,
Mm. serratus posterior superior et inferior, diaphragma. Otot-otot punggung terdiri dari M.
iliocostalis dan M. longissimus. Fungsi dan persyarafan dari otot-otot ini dapat dilihat pada
tabel no. 2.1
Tabel no. 2
Otot-Otot Dinding Thorax1,5

Nama otot
Persarafan
Fungsi
Mm. pectorales
Nn. pectorales
Inspirasi kuat
M. serratus anterior
N. thoracicus longus
Inspirasi kuat
M. latissimus dorsi
N. thoracodorsalis
Inspirasi kuat
M. sternocleidomastoideus
Plexus cervivalis et N. XI
Inspirasi kuat
Mm. scaleni
Plexus cervicalis et brachialis
Inspirasi kuat
Mm. intercostales
Nn. intercostales
Inspirasi tenang
M. transversus thoracis
Nn. intercostales
Inspirasi tenang
M. subcostalis
Nn. intercostales
Inspirasi tenang
M. levatores costarum
N. cervicalis et Nn. thoracici
Inspirasi tenang
Mm. serratus posteriores
Nn. intercostales
Inspirasi tenang
Diaphragma
N. phrenicus
Inspirasi tenang
M. iliocostalis
Nn. intercostales
Inspirasi dan ekspirasi kuat
M. longissimus
Nn. spinales
Ekspirasi kuat
Selain otot-otot yang disebutkan diatas, ada dua otot tambahan untuk ekspirasi kuat
yaitu M. rectus abdominis dan Mm. obliquus abdominis externus et internus yang keduanya
dipersarafi oleh Nn. intercostales. Otot-otot ini merupakan bagian dari otot abdomen.1,5
Sistem respirasi tidak menjalankan fungsi dari seluuh respirasi tubuh, oleh karena itu
respirasi tubuh dibedakan menjadi respirasi internal eksternal. Respirasi internal atau
respirasi seluler mencakup segala kegiatan metabolisme sel yang mengubah glukosa menjadi
energi dan zat-zat sisa. Respirasi ini tidak dijalankan oleh sistem respirasi. Respirasi eksternal
mencakup kegiatan pertukaran gas pada lingkungan dengan gas di dalam jaringan. Proses ini
dijalankan oleh sistem respirasi dan sistem sirkulasi.6
Respirasi eksternal mencakup empat tahap kegiatan yang berlangsung terus menerus.
Pertama, pertukaran udara antara lingkungan dan paru-paru dalam sebuah proses yang
8

disebut ventilasi. Kedua, pertukaran gas O2 dan CO2 antara alveolus paru-paru dan kapiler
paru-paru secara difusi. Ketiga, transpor O2 dan CO2 antara paru-paru dan jaringan melalui
sistem sirkulasi. Keempat, pertukaran gas O 2 dan CO2 antara kapiler jaringan dan jaringan
secara difusi.6
Proses difusi yang terjadi pada tahap kedua terjadi
melalui berlapis-lapis membran yang disebut membran
respirasi (lihat gambar no. 7). Membran ini terdiri dari
lapisan cairan surfaktan pada bagian dalam alveolus, epitel
alveoli,

membrana

basalis

alveoli,

celah

interstisial,

membrana basalis kapiler, dan endotel kapiler. Untuk


berdifusi dari atau ke kapiler, O2 dan CO2 harus dapat
menembus membran ini melalui difusi.6
Mekanisme terjadinya respirasi didasari oleh prinsip
difusi dan tekanan, yaitu molekul akan bergerak dari tempat
yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah

Gambar no. 7
Membran Respirasi6

(menuruni gradien konsentrasi). Oleh karena itu, perlu dipahami bahwa ada beberapa tekanan
yang ada di sekitar paru-paru, yaitu tekanan atmosfer, tekanan intrapulmonal, dan tekanan
intrapleural. Tekanan atmosfer adalah

1 atm

atau

76 cmH g , yaitu tekanan udara di

lingkungan sekitar kita. Tekanan intrapulmonal adalah tekanan udara di dalam paru-paru,
yang besarnya sama dengan tekanan atmosfer karena udara akan terus mengalir mengikuti
gradien konsentrasi tekanan untuk menyamakan tekanan. Tekanan intrapleural adalah tekanan
yang ada pada cavum pleura (antara pleura parietalis dan visceralis), dimana besar dari
tekanan ini dikatakan minus terhadap tekanan atmosfer sebesar kurang lebih

4 mmHg ,

maka disebut tekanan subatmosferik.6


Oleh karena adanya tekanan intrapleural, timbul suatu tekanan kombinasi yang
disebut tekanan transmural. Tekanan transmural adalah tekanan pleura parietalis ke arah paruparu dan tekanan pleura visceralis ke arah dinding thorax karena adanya tekanan
subatmosferik pada cavum pleura. Tekanan transmural berperan dalam menjaga paru-paru
agar tidak kolaps karena sifatnya yang cenderung mengempis dan sifat dinding thorax yang
cenderung mengembang.6
9

Mekanisme terjadinya pernapasan dimulai dengan adanya rangsang terhadap otot-otot


pernapasan untuk berkontraksi dan menyebabkan cavum thorax membesar. Saat cavum
thorax membesar terjadi penurunan tekanan di daerah tersebut yang menyebabkan udara akan
mengalir masuk ke paru-paru, proses ini disebut inspirasi. Udara yang masuk ke paru-paru
akan bercampur dengan udara lama yang sudah ada di paru-paru. Setelah itu, otot-otot
pernapasan akan berelaksasi dan cavum thorax kembali mengecil karena daya recoil paruparu (daya untuk kembali ke bentuk semula) dan membuat tekanan intrapulmonal membesar
dan udara mengalir keluar, proses ini disebut ekspirasi. Satu buah inspirasi dan satu buah
ekspirasi disebut satu siklus pernapasan.6

Gambar no. 8
Transpor CO26

Setelah O2 masuk ke alveoli, O2 akan berdifusi masuk ke kapiler darah karena adanya
perbedaan tekanan parsial gas O2 di alveoli dan di kapiler paru. Setelah masuk ke kapiler, O 2
akan dialirkan melalui darah ke jaringan. Sebaliknya terjadi untuk CO 2, setelah diproduksi di
jaringan CO2 akan dialirkan melalui darah ke kapiler paru dan akan berdifusi ke alveoli. Hal
ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial gas CO2 di kapiler paru dan di alveoli
(lihat gambar no. 8).6
Secara lebih detil, O2 akan dialirkan melalui darah ke jaringan dengan berbagai cara,
antara lain dengan dilarutkan di plasma darah dan berikatan dengan hemoglobin. Kelarutan
O2 dalam darah kecil karena perbedaan kepolarannya yang kecil, sedangkan jumlahnya yang
berikatan dengan hemoglobin sangat besar. Hemoglobin yang berikatan dengan O2 akan
10

memenuhi reaksi kimia

HHb+O 2=Hb O 2+ H . Transpor CO2 di darah berbeda dengan

transpor O2, CO2 terlarut dalam plasma darah dalam jumlah sedikit, namun masih lebih besar
dari O2, CO2 berikatan dengan protein membentuk karbaminohemoglobin, dan larut dalam

plasma dalam bentuk ion bikarbonat ( HCO3 ). Bentuk yang paling besar dalam transpor
CO2 adalah dalam bentuk ion bikarbonat.6
Paru-paru manusia memiliki
volume yang sangat besar, yaitu
sekitar

5700 mL

yang biasa disebut

kapasitas paru total/total lung capacity


(TLC).

Ada

beberapa

pembagian

dalam kapasitas paru yang didasari


oleh aktivitas respirasi (lihat gambar
no. 9). Volume tidal/tidal volume (TV)

Gambar no. 9
Kapasitas Paru6

berjumlah

sekitar

500 mL

merupakan jumlah udara yang keluar dan masuk paru saat napas tenang. Volume cadangan
inspirasi/inspiration reserve volume (IRV) berjumlah sekitar

3000 mL

adalah udara yang

masih dapat dihirup pada puncah inspirasi tenang. Kapasitas inspirasi/inspiration capacity
(IC) adalah jumlah dari TV dan IRV. Volume cadangan ekspirasi/expiration reserve volume
(ERV) berjumlah sekitar

1000 mL

adalah udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru

pada puncak ekspirasi tenang. Volume residu/residual volume (RV) berjumlah sekitar
1200 mL

adalah udara yang tidak dapat dikeluarkan dari paru dengan cara apapun.

Kapasitas residu fungsional/functional residual capacity (FRC) adalah jumlah dari RV dan
ERV. Kapasitas vital/vital capacity adalah jumlah dari IC dan ERV.6
Kapasitas paru ini dapat diukur dengan melakukan pemeriksaan spirometri dengan
menggunakan spirometer. Terdapat banyak jenis spirometer, yaitu spirometer air, digital, dan
sebagainya, namun pada dasarnya spirometer adalah alat yang dapat menghitung volume
11

udara inspirasi dan ekspirasi yang kita lakukan. Untuk melakukan spirometri, kita perlu
menutup hidung kita atau menjepitnya dengan menggunakan penjepit, hal ini dilakukan agar
pemeriksaan akurat karena udara dapat saja keluar dari hidung.6
Tahap pertama dalam melakukan spirometri adalah mengukur kapasitas paru, yaitu
TV, IRV, ERV, IC, dan VC. Perlu diingat bahwa spirometri tidak dapat digunakan untuk
menghitung RV karena tidak dapat diekspirasikan. Tahap kedua adalah menghitung volume
ekspirasi paksa/forced expiratory volume (FEV) yaitu volume yang dapat diekspirasikan
sekuat-kuatnya dalam waktu tertentu. Penghitungan FEV dimulai dengan melakukan inspirasi
maksimum, barulah mengekspirasikannya sekuat dan secepat mungkin. FEV biasa dilakukan
dalam satu hingga tiga detik. Pada paru yang sehat, FEV satu detik sudah mencakup hampir
seluruh udara paru. Tahap terakhir adalah menghitung MBC atau maximum breathing
capacity atau kapasitas pernapasan maksimal yang dilakukan dengan menginspirasi dan
mengekspirasi sebanyak-banyaknya, sekuat-kuatnya, dan secepat-cepatnya.6
Hasil riset telah membuktikan bahwa dengan
merokok fungsi dan kapasitas paru yang diukur dengan
metode spirometri dapat menurun. Penurunan ini dapat
terjadi karena zat-zat yang ada di dalam rokok merusak
sel-sel paru terutama lapisan surfaktan alveoli yang
menyebabkan paru menjadi kaku sehingga daya kembang
dan recoil menurun.7
Pernapasan dapat terjadi secara somatik ataupun
otonom. Pernapasan somatik diatur di korteks motorik
serebri melalui ganglion kortikospinalis ke saraf-saraf
pernapasan. Pernapasan otonom diatur di pusat
Gambar no. 10
Pusat Pernapasan Otonom6 pernapasan yang terdiri dari tiga bagian, yaitu pusat
respirasi, pusat apneustik, dan pusat pneumotaksik (lihat gambar no. 10).6
Pusat respirasi merupakan pusat yang paling utama dalam mengatur pernapasan yang
terletak di formatio retikularis medulla oblongata. Pusat respirasi berfungsi untuk membuat
gerakan napas yang teratur dan ritmis, terdiri dari dua kelompok neuron yaitu kelompok
respirasi dorsal/dorsal respiratory group (DRG) dan kelompok respirasi ventral/ventral
respiratory group (VRG). DRG terdiri dari neuron I (inspirasi) yang secara teratur
12

melepaskan impuls yang menyebabkan inspirasi tenang. Bila dibutuhkan, DRG akan
merangsang VRG yang terdiri dari neuron I dan neuron E (ekspirasi). Apabila neuron I
ventral dirangsang, akan terjadi reaksi inspirasi kuat oleh otot-otot inspirasi kuat, yang juga
sekaligus akan mengaktifkan neuron E yang akan menghasilkan reaksi ekspirasi kuat.
Aktifnya neuron E akan memberikan umpan balik negatif pada neuron I dorsal agar
menghentikan aktivitas inspirasinya.6
Pusat apneustik bertempat di pons bagian bawah yang berpengaruh tonik pada pusat
respirasi untuk mempertahankan inspirasi. Pusat pneumotaksik berada di pons bagian atas
yang berfungsi untuk memberi rangsang yang menghambat inspirasi, yang diberikan pada
neuron I. Karena kerjanya yang menghambar, pusat pneumotaksik lebih dominan dari pusat
apneustik. 6
Kerja pusat-pusat pernapasan ini dipengaruhi oleh rangsangan yang datang dari
banyak hal, yaitu rangsangan kimia dan rangsangan non-kimia. Rangsangan kimia yang
dimaksud adalah tekanan parsial O2 dan CO2 ataupun zat-zat lain dalam darah serta situasi pH
tubuh. Rangsangan non-kimia dapat berupa rangsangan elektrik dari korteks serebri,
propioreseptor, termoreseptor, dan mekanoreseptor yang terdapat pada jaringan parenkim
paru yang sensitif terhadap regangan. Mekanoreseptor ini berfungsi untuk memberi sinyal
inhibisi apabila patu sudah teregang hampir melewati batas kemampuan regangannya.6
Perlu diketahui bahwa zat-zat atau keadaan-keadaan yang vital bagi respirasi antara
lain adalah tekanan parsial O2 dan CO2, pH tubuh (normal adalah sekitar 7,37-7,43), jumlah
elektrolit terlarut dalam darah, suhu tubuh, dan kadar dari 2,3 bifosfogliserat (2,3 BPG)
dalam darah. Diantara semua hal ini, pH adalah parameter yang paling berubah-ubah karena
berbagai reaksi kimia yang ada di tubuh. Apabila terjadi penumpukan asam dalam tubuh, pH
tubuh akan menurun dan terjadi kondisi asidosis. Sedangkan apabila terjadi penumpukan
basa, pH tubuh akan meningkat dan terjadi kondisi alkalosis. Oleh karena itu, terdapat buffer
di dalam darah manusia untuk menjaga pH tubuh tetap optimum.6
Buffer/penyangga/dapar yang ada pada tubuh antara lain buffer
MHCO3

H 2 CO 3

dan

yang terdapat pada paru-paru, plasma darah, dan cairan ekstrasel. Buffer lainnya

adalah buffer

MH 2 PO 4

dan

M 2 HPO4

yang terdapat pada ginjal dan cairan intrasel.


13

Buffer yang khusus terdapat pada eritrosit adalah buffer Hb yang membentuk

HHb .

Buffer yang terdapat pada plasma darah adalah buffer protein plasma, bikarbonat, dan fosfat.
Buffer bikarbonat dan fosfat hanya memiliki pengaruh yang kecil disini. Buffer yang terdapat
pada eritrosit adalah buffer hemoglobin yang memiliki peran yang paling besar, fosfat, dan
bikarbonat. Apabila sistem buffer ini gagal, maka akan terjadi kondisi asidosis atau alkalosis,
respiratorik atau metabolik .6
Asidosis/alkalosis respiratorik terjadi akibat gagalnya sistem pernapasan dalam
menjaga pH. Asidosis/alkalosis respiratorik akan dikompensasi oleh ginjal, misalnya asidosis
respiratorik akibat gangguan paru atau depresi pusat pernapasan dikompensasi dengan
meningkatkan reabsorpsi garam bikarbonat di tubuli ginjal, atau alkalosis respiratorik akibat
hiperventilasi atau stimulasi pusat pernapasan (keracunan salisilat tahap awal) dikompensasi
dengan mengurangi reabsorpsi garam bikarbonat di tubuli ginjal.6
Asidosis/alkalosis metabolik terjadi akibat gagalnya sistem metabolisme tubuh dalam
menjaga pH. Asidosis/alkalosis metabolik akan dikompensasi oleh paru-paru, misalnya
asidosis metabolik akibat diare berat atau gagal ginjal (keracunan salisilat tingkat akhir)
dikompensasi dengan hiperventilasi paru, atau alkalosis metabolik akibat muntah-muntah
berlebihan atau konsumsi antasida yang berlebihan dikompensasi dengan hipoventilasi paru.6

Kesimpulan
Fungsi paru manusia adalah untuk memventilasikan udara kotor dan bersih agar
tubuh terus mendapatkan pasokan gas-gas yang dibutuhkan untuk metabolisme, selain itu
paru juga berungsi untuk menjaga atau mengkompensasi keadaan tubuh. Kerja paru
bergantung pada pusat pernapasan yang ada di sistem saraf pusat, baik somatik maupun
otonom, yang bergantung pada faktor-faktor kimia maupun non-kimia yang ada. Kapasitas
dan fungsi paru manusia dapat diukur dengan melakukan pemeriksaan spirometri yang
bertahap.

14

DAFTAR PUSTAKA
1. Snell RS. Clinical anatomy. 7th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2004: p. 48-75, 848-54, 859-61, 864-8.
2. Drake R, Vogl W, Mitchell A, Gray H. Gray's anatomy for students. 1st edition.
Philadelphia: Churchill Livingstone/Elsevier; 2010: p. 1456.
3. Ross M, Pawlina W. Histology. 1st edition. Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott
Williams & Wilkins Health; 2011: p. 664-84.
4. Agur AMR, Dalley AF. Grants atlas of anatomy. 13th edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2013: p. 804.
5. Paulsen F, Waschke J, Klonisch T, Hombach-Klonisch S, Sobotta J. Sobotta atlas of
human anatomy. 1st edition. Munchen: Elsevier/Urban & Fischer; 2011: p. 14, 17, 1923, 25, 31, 37-8, 40.
6. Sherwood L. Human physiology. From cells to systems. 8th edition. Belmont:
Brooks/Cole, Cengage Learning; 2013: p. 480-525.
7. Enright PL, Beck KC, Sherrill DL. Repeatability of Spirometry in 18,000 Adult
Patients. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, Januari 2004
15; 169(2): 235-8.

15

Anda mungkin juga menyukai