Anda di halaman 1dari 17

TRAUMA, PROSES PERADANGAN,

DAN PROSES INFEKSI

AISYAH AMANDA

PO.71.20.1.23.035

Dosen Pengampu:

Eva Susanti, S.Kep, Ns,M.Kep

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt atas segala rahmat-Nya


sehingga Makalah dengan judul “Trauma, Proses Peradangan, dan Proses Infeksi”
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa untuk mengucapkan terima
kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga Makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan, diharapkan lebih jauh lagi
agar Makalah ini bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai penyusun, terdapat kesadaran bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan Makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

Palembang, Februari 2024

Aisyah Amanda
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trauma adalah suatu kejadian atau rangkaian kejadian yang
mengakibatkan stres fisik atau emosional yang signifikan dan dapat
menimbulkan dampak jangka panjang pada kesejahteraan individu.
Trauma dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk kecelakaan,
kekerasan, atau kehilangan yang mendalam. Dalam konteks kesehatan,
pemahaman mendalam tentang dampak trauma menjadi krusial, terutama
dalam perawatan individu yang telah mengalami pengalaman traumatis.
Mengidentifikasi dan menangani dampak fisik dan psikologis trauma
menjadi fokus utama dalam praktek keperawatan, memastikan bahwa
perawatan tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga mendukung pemulihan
holistik individu.
Peradangan adalah respons alami tubuh terhadap cedera atau
infeksi yang melibatkan serangkaian reaksi biologis kompleks. Proses
peradangan dapat menjadi mekanisme pertahanan yang efektif, tetapi jika
tidak terkontrol, dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan menyulut
berbagai penyakit. Keperawatan memegang peran penting dalam
pemahaman dan penanganan proses peradangan ini. Dengan memahami
mekanisme peradangan, perawat dapat merancang intervensi yang tepat,
termasuk pengelolaan nyeri, pemberian obat antiinflamasi, dan
pemantauan ketat terhadap tanda-tanda komplikasi.
Proses infeksi melibatkan invasi dan perkembangan patogen dalam
tubuh manusia, menginduksi respon imun sebagai upaya tubuh untuk
melawan invasi tersebut. Keperawatan memainkan peran utama dalam
identifikasi, pencegahan, dan penanganan infeksi. Perawat tidak hanya
bertanggung jawab untuk merawat individu yang terinfeksi tetapi juga
berkontribusi pada upaya pencegahan melalui edukasi kesehatan,
kebersihan yang baik, dan pemantauan ketat pada pasien dengan risiko
tinggi. Pemahaman mendalam tentang proses infeksi memberikan dasar
bagi perawat untuk memberikan perawatan yang efektif dan mendukung
pemulihan optimal.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Trauma
Trauma adalah menghadapi atau merasakan suatu kejadian atau
serangkaian kejadian yang berbahaya baik bagi fisik maupun psikologis
seseorang dimana hal tersebut akan membuat individu tidak lagi merasa aman,
menjadikan diri merasa tidak berdaya. Adapun istilah trauma adalah kejadian
yang tidak menyenangkan, baik fisik maupun psikis, yang dialami seseorang,
termasuk anak usia dini, sampai mengganggu fungsi diri sehari-hari
(Erlita et al., 2020).

Cavanagh dalam Mental Health Channel menyatakan tentang


pengertian trauma adalah suatu peristiwa yang luar biasa yang menimbulkan
luka dan perasaan sakit, tetapi juga sering diertikan sebagai suatu luka atau
perasaan sakit berat akibat sesuatu kejadian luar biasa yang menimpa
seseorang langsung atau tidak langsung baik luka fisik maupun luka psikis
atau kombinasi kedua-duanya. Berat ringannya suatu peristiwa akan dirasakan
berbeda oleh setiap orang, sehingga pengaruh dari peristiwa tersebut terhadap
perilaku juga berbeda antara seseorang dengan orang lain.

2.1.1 Jenis-Jenis Trauma


Cavanagh mengelompokkan trauma berdasarkan kejadian traumatik
yaitu trauma situasional, perkembangan, intrapsikis dan eksistensional:
1) Trauma situasional adalah trauma yang disebabkan oleh situasi
seperti bencana alam, perang, kemalangan kenderaan, kebakaran,
rompakan, perkosaan, perceraian, kehilangan pekerjaan, ditinggal
mati oleh orang yang dicintai, gagal dalam perniagaan, tidak naik
kelas bagi beberapa pelajar.
2) Trauma perkembangan adalah trauma dan stres yang terjadi pada
setiap tahap pekembangan, seperti penolakan dari teman sebaya,
kelahiran yang tidak diingini, peristiwa yang berhungan dengan
kencan, dan bekeluarga.
3) Trauma intrapsikis adalah trauma yang disebabkan kejadian
dalaman seseorang yang memunculkan perasaan cemas yang
sangat kuat seperti perasaan homo seksual, benci kepada orang
yang seharusnya di cintai, dan sebagainya.
4) Trauma eksistensial yaitu trauma yang diakibatkan karena kurang
berhasil dalam hidup.

2.1.2 Dampak Trauma

Trauma adalah pengalaman yang mengganggu dan dapat


mempengaruhi fisik, mental, dan emosi seseorang. Dalam konteks
perawatan keperawatan, dampak trauma dapat memiliki implikasi yang
signifikan. Berikut beberapa dampak yang perlu dipertimbangkan:

1. Dampak Psikologis

1) Kesulitan dalam mengatur gairah: Trauma dapat


memengaruhi gairah dan minat seseorang.
2) Perilaku agresi terhadap diri sendiri dan orang lain:
Beberapa individu mungkin menunjukkan perilaku agresif
setelah mengalami trauma.
3) Ketidakmampuan mengatur impuls seksual: Trauma dapat
mempengaruhi fungsi seksual dan perilaku impulsif.
4) Masalah sosial dan isolasi: Seseorang mungkin mengalami
kesulitan berinteraksi dengan orang lain setelah mengalami
trauma.
5) Perubahan dalam proses neurobiologis: Trauma dapat
memengaruhi fungsi otak dan sistem saraf.
6) Pemisahan diri dari orang lain: Beberapa individu mungkin
mengisolasi diri setelah mengalami trauma.

2. Dampak pada Kesehatan Fisik

1. Gangguan tidur: Trauma dapat memengaruhi pola tidur dan


kualitas istirahat.
2. Gangguan makan: Beberapa orang mungkin mengalami
perubahan dalam pola makan setelah mengalami trauma.
3. Sensitivitas terhadap rangsangan: Trauma dapat meningkatkan
sensitivitas terhadap rangsangan fisik dan emosional.
4. Gangguan sistem kekebalan tubuh: Stres akibat trauma dapat
memengaruhi sistem kekebalan tubuh.

3. Dampak pada Kualitas Hidup

1. Penurunan kualitas hidup: Trauma dapat memengaruhi aspek


emosional, sosial, dan kemampuan individu dalam menjalani
kehidupan sehari-hari.
2. Deformitas fisik: Cedera fisik akibat trauma dapat
memengaruhi penampilan dan fungsi tubuh.
3. Kematian: Dalam beberapa kasus, trauma dapat berujung pada
kematian.

Dalam praktik keperawatan, penting untuk memahami dampak trauma


pada pasien dan memberikan perawatan yang sesuai. Perawat harus
mempertimbangkan aspek fisik, psikologis, dan sosial dalam
merencanakan intervensi yang efektif. Semoga informasi ini membantu
Anda dalam menyusun makalah keperawatan mengenai dampak trauma.
2.1.3 Faktor Penyebab Trauma

1. Kecelakaan dan Cedera Fisik

1) Kecelakaan lalu lintas, kecelakaan industri, atau kecelakaan


lainnya dapat menyebabkan trauma fisik dan psikologis.
2) Cedera serius di tempat kerja juga dapat memicu trauma fisik
dan emosional.

2. Kekerasan dan Pelecehan

1) Pengalaman kekerasan fisik, pelecehan seksual, pelecehan


verbal, atau kekerasan dalam rumah tangga dapat menyebabkan
trauma psikologis yang serius.
2) Kekerasan dan pelecehan seksual meninggalkan dampak
mendalam bagi korban.

3. Bencana Alam dan Konflik Bersenjata

1) Bencana alam seperti gempa bumi, banjir, badai, atau kebakaran


besar dapat menyebabkan trauma akibat kehilangan harta benda,
kehancuran, atau cedera fisik.
2) Individu yang terlibat dalam konflik bersenjata atau perang
berisiko mengalami trauma perang.

4. Kematian Mendadak atau Tragis

Kematian seseorang yang dicintai secara mendadak atau


tragis bisa menjadi penyebab kondisi ini.

5. Stres dan Ketidakamanan

1) Kegagalan dalam hubungan, karier, atau kehidupan pribadi.


2) Ketidakamanan finansial yang ekstrem, seperti
kebangkrutan atau kehilangan pekerjaan.
3) Tingkat kekerasan yang tinggi di lingkungan masyarakat,
termasuk terorisme dan konflik bersenjata.

6. Pengalaman yang Mengancam Rasa Aman:

Perampokan, pelecehan di tempat umum, atau situasi lain


yang mengancam rasa aman.

Faktor Risiko yang dapat memperburuk kondisi trauma meliputi:

1) Mengalami trauma yang intens atau bertahan lama.


2) Pernah mengalami trauma di masa lalu, seperti pelecehan saat
kanak-kanak.
3) Memiliki pekerjaan yang meningkatkan risiko traumatis,
seperti anggota militer dan responden pertama.
4) Masalah kesehatan mental, seperti kecemasan atau depresi.
5) Penyalahgunaan zat, seperti konsumsi alkohol berlebihan atau
penggunaan narkoba.
6) Kurangnya dukungan dari keluarga dan lingkungan.

Semoga informasi ini membantu Anda memahami lebih lanjut tentang


faktor penyebab dan risiko terjadinya trauma.

2.1.4 Proses Penanganan dan Penyembuhan


Penanganan dan penyembuhan trauma dalam konteks keperawatan
melibatkan beberapa pendekatan yang holistik dan terintegrasi. Berikut
adalah beberapa strategi penanganan dan penyembuhan trauma:
1. Pendekatan Terapeutik Holistik
Pendekatan ini melibatkan perawatan yang melibatkan seluruh
individu, termasuk aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Ini
melibatkan kolaborasi antara berbagai profesional kesehatan, termasuk
perawat, dokter, psikolog, pekerja sosial, dan terapis lainnya.
2. Terapi Trauma-Fokus
Terapi trauma-fokus, seperti Terapi Pemrosesan Mata (EMDR)
atau Terapi Berbasis Keamanan, membantu individu mengatasi
dampak psikologis dari trauma dengan memproses memori traumatis
dan membangun strategi untuk mengatasi ketegangan dan stres yang
terkait.
3. Dukungan Sosial
Dukungan sosial dari keluarga, teman, dan komunitas dapat
membantu individu yang mengalami trauma merasa didukung dan
terhubung, yang dapat mempercepat proses penyembuhan mereka.
4. Intervensi Farmakologis
Dalam beberapa kasus, penggunaan obat-obatan seperti
antidepresan atau anksiolitik mungkin diperlukan untuk mengelola
gejala psikologis yang parah atau gangguan kesehatan mental yang
terkait dengan trauma.
5. Pendidikan Kesehatan dan Pemulihan
Memberikan informasi yang tepat tentang trauma dan strategi
pemulihan kepada individu dan keluarganya dapat membantu mereka
memahami pengalaman mereka dan mengembangkan keterampilan
untuk mengatasi stres dan membangun ketahanan.

2.2 Proses Peradangan


Proses peradangan merupakan respons dinamis dari jaringan hidup atau sel
terhadap suatu rangsang atau cedera. Fase peradangan melibatkan beberapa
tahap, termasuk fase inflamasi awal dan fase proliferasi. Pada fase inflamasi
awal, tubuh mengaktifkan faktor pembekuan untuk menghentikan pendarahan
dan memulai respon inflamasi. Selanjutnya, pada fase proliferasi, fokus
utamanya adalah pada proliferasi sel-sel baru dan pembentukan jaringan
granulasi. Proses ini penting dalam penyembuhan luka dan perawatan pasien
trauma.

Dalam praktik keperawatan, pemahaman tentang proses peradangan


membantu perawat merencanakan intervensi yang efektif untuk
meminimalkan dampak negatif dan mempercepat penyembuhan pasien.
Dengan memperhatikan fase-fase peradangan, perawat dapat memberikan
perawatan yang sesuai dan memantau perkembangan pasien secara lebih baik.

2.2.1 Tahapan Proses Peradangan


Peradangan adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik
atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya
mediator inflamasi seperti histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin
dan lainnya yang menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri, merah,
bengkak dan disertai gangguan fungsi.
Inflamasi atau peradangan adalah suatu respon protektif yang
ditujukan untuk menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang
sel dan jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan asal Inflamasi
melaksanakan tugas pertahanannya pertahanannya dengan
mengencerkan, mengencerkan, menghancurkan menghancurkan atau
menetralkan menetralkan agen berbahaya berbahaya (misalnya (misalnya
mikroba mikroba atau toksin). toksin). Inflamasi Inflamasi kemudian
kemudian menggerakkan menggerakkan berbagai berbagai kejadian
kejadian yang akhirnya akhirnya menyembuhkan menyembuhkan dan
menyusun menyusun kembali kembali tempat terjadinya jejas. Dengan
demikian, inflamasi juga terkait erta dengan proses perbaikan, perbaikan,
yang mengganti mengganti jaringan jaringan yang rusak dengan regenerasi
regenerasi sel parenkim, parenkim, dan atau dengan pengisian setiap defek
yang tersisa dengan jaringan parut fibros dengan jaringan parut fibrosa.

2.2.2 Penyebab Peradangan


Peradangan atau inflamasi adalah respons alami dari sistem kekebalan
tubuh terhadap suatu cedera atau penyakit yang disebabkan oleh virus,
bakteri, atau racun tertentu. Sistem kekebalan tubuh merespons dengan
mengirimkan sel radang dan sitokin (zat yang merangsang lebih banyak
sel kekebalan) pada bagian tubuh yang terdampak. Selanjutnya, sel-sel ini
melakukan mekanisme pertahanan tubuh yang menjebak agen penyebab
penyakit dan memulai proses penyembuhan.

Beberapa penyebab peradangan meliputi:

1) Infeksi: Peradangan terjadi saat tubuh gagal menghilangkan agen


penyebab infeksi (patogen), seperti bakteri, virus, atau jamur.
2) Cedera Fisik: Luka sayatan, goresan, atau luka tusuk akibat benda
asing dapat menyebabkan peradangan.
3) Paparan Bahan Iritan dan Racun: Paparan bahan kimia atau radiasi
tertentu juga dapat memicu respons peradangan pada jaringan atau
organ.
4) Gangguan Autoimun: Dalam kondisi tertentu, tubuh dapat keliru
menganggap sel atau jaringan tubuh yang sehat sebagai ancaman,
menyebabkan peradangan kronis dan bahkan penyakit autoimun.

Peradangan bisa bermanfaat bagi tubuh, tetapi inflamasi yang


berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit kronis seperti penyakit
jantung, obesitas, radang sendi, dan psoriasis.

2.2.3 Dampak Peradangan Terhadap Tubuh

Dampak peradangan pada tubuh dapat memiliki konsekuensi yang


signifikan. Berikut adalah beberapa dampak yang perlu dipahami:

1. Nyeri dan Pembengkakan


1) Peradangan sering menyebabkan rasa nyeri dan
pembengkakan pada area yang terkena.
2) Pembengkakan terjadi karena peningkatan aliran darah dan
penumpukan cairan di jaringan yang meradang.

2. Gangguan Fungsi Organ

1) Peradangan yang berkepanjangan dapat merusak jaringan


dan organ tubuh.
2) Misalnya, peradangan pada sendi (seperti pada arthritis)
dapat mengganggu gerakan dan menyebabkan kerusakan
permanen.

3. Penyakit Autoimun

1) Dalam beberapa kondisi, sistem kekebalan tubuh


menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri.
2) Contoh penyakit autoimun meliputi lupus, rheumatoid
arthritis, dan multiple sclerosis.

4. Kerusakan Jaringan

1) Peradangan kronis dapat menyebabkan kerusakan pada


jaringan dan organ.
2) Ini dapat mempengaruhi fungsi normal tubuh dan
menyebabkan komplikasi.

5. Risiko Penyakit Kardiovaskular

1) Peradangan terkait dengan risiko penyakit jantung dan


stroke.
2) Peradangan kronis dapat merusak pembuluh darah dan
memicu pembentukan plak aterosklerosis.
6. Gangguan Sistem Kekebalan Tubuh

1) Peradangan dapat memengaruhi respons sistem kekebalan


tubuh terhadap infeksi.
2) Sistem kekebalan yang terlalu aktif atau terlalu lemah dapat
menjadi masalah.

7. Stres Oksidatif

1) Peradangan dapat meningkatkan produksi radikal bebas


yang merusak sel dan DNA.
2) Ini dapat berkontribusi pada penuaan dini dan risiko
kanker.

Penting untuk mengelola peradangan dengan baik melalui pola


makan sehat, olahraga, dan pengelolaan stres. Jika Anda mengalami gejala
peradangan yang berkelanjutan, konsultasikan dengan profesional medis
untuk evaluasi dan perawatan yang sesuai .

2.3 Proses Infeksi


2.3.1 Jenis-Jenis Infeksi
2.3.2 Patogenesis Infeksi
2.3.3 Faktor Risiko Infeksi
2.3.4 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Cavanagh.M. (1982) The caunseling Experience: A Theoritical and Practical


Approach. Monterey: Book/Cole Publishing Campan.

Choi, K. R., & Sikkema, K. J. (2016). Integrating HIV and Trauma Treatment: A
Randomized Controlled Trial of EMDR (Eye Movement Desensitization
and Reprocessing) for HIV-Positive Adults with Childhood Abuse
Histories. AIDS and Behavior, 20(9), 1-12.

Shapiro, F. (2018). Eye movement desensitization and reprocessing (EMDR)


therapy: Basic principles, protocols, and procedures. Guilford
Publications.

Kaniasty, K., & Norris, F. H. (2009). Longitudinal linkages between perceived


social support and posttraumatic stress symptoms: Sequential roles of
social causation and social selection. Journal of Traumatic Stress, 22(2),
146-151.

Baldwin, D. S., & Kosky, N. (2020). Off-Label Prescribing in Anxiety Disorders


and Comorbid Depression and Other Comorbidities. CNS Drugs, 34(9),
877-896.

Anda mungkin juga menyukai