Anda di halaman 1dari 22

Pelayanan keperawatan jiwa dalam situasi

bencana

Ns.Muhammad Chaidar.,S.Kep.,M.Kep
Definisi Bencana
Undang-undang Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan Bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana dapat menyebabkan individu dan keluarga mengalami gangguan secara fisik
maupun mental. Peristiwa bencana alam dan konflik yang terjadi di beberapa daerah di
Indonesia telah menyebabkan banyak individu, keluarga, dan masyarakat mengalami
trauma baik fisik maupun psikologis. Trauma yang dialami mengakibatkan individu jatuh
pada kondisi kritis. Masalah kesehatan mental yang lebih berat akan timbul bila kritis
yang dialami tidak terselesaikan.(Budi Anna Kenna,2012)
Peran perawat sebagai sebagian dari tenaga kesehatan yang turut serta dalam
penanggulangan bencana harus mempunyai keterampilan khusus untuk membantu
individu, keluarga dan masyarakat mengatasi kritis yang dialaminya.(Budi Anna
Kenna,2012)

Bencana dapat terjadi secara alamiah maupun dapat di buat oleh manusi. Beberapa
kejadian alam yang menyebabakan bencana antara lain gunung meletus, gempa bumi,
banjir bandang, angina topan, tsunami, angina putting beliung dan wabah.(Budi Anna
Kenna,2012)
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
2. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok
atau antarkomunitas masyarakat, dan terror.
Fase-fase Bencana
1. Fase preimpact merupakan warning phase, tahap awal dari bencana. Informasi
didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase inilah segala
persiapan dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga, dan warga masyarakat.
2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-saat dimana
manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup (survive). Fase impact ini terus
berlanjut hingga terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan darurat dilakukan.
3. Fase postimpact adalah saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase
darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi
komunitas normal. Secara umum dalam fase postimpact ini para korban akan
mengalami tahap respon psikologis mulai penolakan, marah, tawar-menawar, depresi
hingga penerimaan.
Permasalaahan Dalam Penanggulangan Bencana

Secara umum masyarakat Indonesia termasuk aparat pemerintah didaerah memiliki


keterbatasan pengetahuan tentang bencana seperti berikut :
1. Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya
2. Sikap atau prilaku yang mengakibatkan menurunnya kualitas SDA
3. Kurangnya informasi atau peringatan dini yang mengakibatkan ketidaksiapan
4. Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya
Kelompok Rentan Bencana
Kerentanan adalah keadaan atau sifat (perilaku) manusia atau masyarakat yang
menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman dari potensi bencana
untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak bahaya
tertentu. Kerentanan terbagi atas:
1. Kerentanan fisik, kerentanan yang dihadapi masyarakat dalam menghadapi ancaman
bahaya tertentu, misalnya kekuatan rumah bagi masyarakat yang tinggal di daerah
rawan gempa.
2. Kerentanan ekonomi, kemampuan ekonomi individu atau masyarakat dalam
pengalokasian sumber daya untuk pencegahan serta penanggulangan bencana.
3. Kerentanan social, kondisi social masyarakat dilihat dari aspek pendidikan,
pengetahuan tentang ancaman bahaya dan rsiko bencana.
4. Kerentanan lingkungan, keadaan disekitar masyarakat tinggal. Misalnya masyarakat
yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap ancaman bencana tanah
longsor.
Pengurangan Resiko Bencana
Tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:
1. Pra bencana, pada tahapan ini dilakukan kegiatan perencanaan penanggulangan
bencana, pengurangan risiko bencana, pencegahan, pemaduan dalam perencanaan
pembangunan, persyaratan analisis risiko bencana, penegakan rencana tata ruang,
pendidikan dan peletahihan serta penentuan persyaratan standar teknis
penanggulangan bencana (kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana).
2. Tanggap darurat, tahapan ini mencakup pengkajian terhadap loksi, kerusakan dan
sumber daya; penentuan status keadan darurat; penyelamatan dan evakuasi korban,
pemenuhan kebutuhan dasar; pelayanan psikososial dan kesehatan.
3. Paska bencana, tahapan ini mencakup kegiatan rehabilitasi (pemulihan daerah
bencana, prasaranan dan saran umum, bantuan perbaikan rumah, social, psikologis,
pelayanan kesehatan, keamanan dan ketertiban) dan rekonstruksi (pembangunan,
pembangkitan dan peningkatan sarana prasarana termasuk fungsi pelayanan
kesehatan.
Trauma Pasca Bencana
Stress

Secara sederhana, stres dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana individu
terganggu keseimbangannya. Stres terjadi akibat adanya situasi dari luar ataupun dari
dalam diri yang memunculkan gangguan, dan menuntut individu berespon secara
sesuai.

Stress merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, bahkan
seperti merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri. Setiap hari kadang kita harus
tergesa bangun, membereskan pekerjaan rumah kadang hingga lupa atau tidak
sempat sarapan, lari mengejar kendaraan umum untuk Sekolah atau menjalani
aktivitas, berkonflik dengan teman atau orang lain, kehabisan uang padahal harus
membeli keperluan harian dan seterusnya. Semua kejadian itu dapat memunculkan
stres.

Mereka yang mengalami stres mungkin merasa lebih gelisah, tegang, cemas,
mengalami kelelahan, ketegangan otot dan sulit tidur. Ada pula yang tekanan darah
dan detak jantungnya nmeningkat, sakit kepala, perut mulas, gatal-gatal atau diare.
Stres juga dapat merubah perilaku kita. Misalnya kita menjadi lebih cepat marah,
lebih suka sendirian, menjadi tidak enak makan, merasa tidak berdaya, tidak
bersemangat, frustrasi, atau merasa tidak percaya diri.
Trauma

Secara sederhana, trauma berarti luka atau kekagetan (syok/shock). Penyebab trauma
adalah peristiwa yang sangat menekan, terjadi secara tiba-tiba dan di luar
kontrol/kendali seseorang, bahkan seringkali membahayakan kehidupan atau
mengancam jiwa. Peristiwa ini begitu mengagetkan, menyakitkan dan melebihi
situasi stres yang kita alami sehari-hari. Peristiwa ini dinamakan sebagai peristiwa
traumatis.

Ciri-ciri peristiwa traumatis adalah :


a. Terjadi secara tiba-tiba.
b. Mengerikan, menimbulkan perasaan takut yang amat sangat.
c. Mengancam keutuhan fisik maupun mental.
d. Dapat menimbulkan dampak fisik, pikiran, perasaan, dan perilaku yang amat
membekas bagi mereka yang mengalami ataupun yang menyaksikan.
Siapapun orangnya, sekuat dan sehebat apapun dia, biasanya akan menunjukkan
respon tertentu. Respon yang muncul mungkin berbeda-beda bagi tiap orang,
namun umumnya respon yang muncul adalah:
a. Memiliki ingatan atau bayangan yang sulit dilupakan, seperti mencengkeram,
atau ingatan lainnya tentang traumanya
b. Merasakan peristiwa seperti terjadi lagi (flashback)
c. Merasa terganggu bila diingatkan, atau teringat peristiwa
d. traumatis karena sesuatu yang dilihat, didengar, dirasakan, atau diciumnya.
e. Ketakutan, merasa kembali berada dalam bahaya
f. Kesulitan mengendalikan perasaan karena tidak mampu mengendalikan
ingatan tentang peristiwa traumatis.
Sementara perubahan perilaku yang mungkin terjadi antara lain :
a. Lebih banyak menyendiri
b. Gemetar
c. Tidak mau keluar rumah
d. Mudah tersinggung
e. Mengalami gangguan tidur, seperti: sering mimpi buruk,
f. susah tidur atau justru terlalu banyak tidur.
g. Gelisah
h. Kewaspadaan berlebih, sangat ingin menjaga dan melindungi diri
i. Mengalami gangguan makan, seperti : mual, muntah, tidak mau makan, atau
justru terlalu banyak makan
j. Mudah merasa was-was
k. Tiba-tiba dicekam bayangan menakutkan
l. Sulit berkonsentrasi atau berpikir jernih
m. Badan sering terasa lemas dan keluar keringat dingin
n. Sesak napas
Dari Aspek Psikososial, Bencana Dapat Berdampak Pada:

Extreme peritraumatic stress reactions (reaksi stres & trauma)


Gejala ini muncul pada masa kurang dari 2 hari. Gejala ini ditandai dengan simptom-
simptom yang muncul setelah bencana, di antaranya:

a. Dissosiasi (depersonalisasi, derelisasi, amnesia).


b. Menghindar (menarik diri dari situasi sosial).
c. Kecemasan (cemas berlebihan, nervous, gugup, merasa tidak berdaya).
d. Intrusive re-experiencing (flashback, mimpi buruk).
Acute stress disorder (ASD)

Gejala ini muncul pada masa 2 s.d 30 hari/4 minggu yang ditandai dengan:

a. Individu/korban mengalami peristiwa traumatik yang mengancam jiwa diri


sendiri maupun orang lain, atau menimbulkan kengerian luar biasa bagi dirinya
(horor).
b. Peningkatan keterbangkitan psikologis, misalnya kewaspadaan tinggi, mudah
kaget, sulit konsentrasi, sulit tidur, mudah tersinggung dan gelisah.
c. Gangguan efektifitas diri di area sosial dan pekerjaan.

Post traumatic stress disorder (PTSD)

Gejala ini muncul di atas 30 hari/1 bulan yang ditandai dengan:

a. Gangguan muncul akibat suatu peristiwa hebat yang mengejutkan, bahkan sering
tidak terduga dan akibatnya pun tidak tertahankan oleh orang yang
mengalaminya.
b. Terulangnya bayangan mental akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami.
c. Ketidakberdayaan/ke-”tumpul”an emosional dan “menarik diri”.
d. Terlalu siaga/waspada yang disertai ketergugahan/keterbangkitan secara kronis.
e. Terjadi gangguan yang menyebabkan kegagalan untuk berfungsi secara efektif
dalam kehidupan sosial (pekerjaan, rumah tangga, pendidikan, dll).
Peran perawat kesehatan jiwa dalam
manajemen bencana
S a la h s a tu p e ra n p e n tin g p e ra w a t k e se h a ta n jiw a a d a la h m e la k u k a n in te rv e n s i

p s ik o s o sia l. In te r v e n si p sik o s o sia l m e r u p a k a n p e m b e ria n la y a n a n k e s e h a ta n

m e n ta l y a n g tid a k h a n y a b e r b a sis p a d a la y a n a n y a n g d ib e rik a n d i ru m a h s a k it

jiw a , n a m u n le b ih m e n g a r a h p a d a la y a n a n y a n g d ib e rik a n d a la m k o m u n ita s

y a n g s ifa tn y a le b ih in fo rm a l. In te rv e n s i in i b e ru p a y a u n tu k m e n d e k a tk a n

p s ik o lo g i d a n p s ik ia tri k e d a la m k e h id u p a n s e h a ri-h a ri d a n m e m b e rik a n

la y a n a n k e p a d a k e lo m p o k -k e lo m p o k y a n g a d a d im a s y a ra k a t b a ik y a n g

m e n g a la m a i m a sa la h p s ik ia tri (g a n g g u a n ), y a n g b e re s ik o m e n g a la m a i

g a n g g u a n m a u p u n y a n g s e h a t.
D engan in te r v e n s i p s ik o s o s ia l, bagi yang m e n g a la m i gangguan agar

m e n in g k a t k e m a m p u a n n y a d a n m a n d iri. U n tu k y a n g b e rr e s i k o a g a r te r h in d a r

a ta u tid a k te r ja d i g a n g g u a n , d a n u n tu k y a n g s e h a t a g a r s e m a k in s e h a t d a n

m e n in g k a t s ta tu s k e s e h a ta n n y a ( C M H N , 2 0 0 5 ) . In te rv e n s i p s ik o s o s ia l s e la in

d ib e rik a n k e p a d a m a s y a ra k a t y a n g m e n g a la m i b e n c a n a , ju g a p e r lu d ib e rik a n

k e p a d a p a r a r e la w a n a ta u p e k e rja k e m a n u s ia a n ( y a n g b u k a n p r o f e s io n a l

k e s e h a ta n m e n ta l) y a n g m e m b e ri p e rt o l o g a n k e p a d a m a s y a r a k a t k o r b a n
Menurut Iskandar dkk (2005), untuk dapat melakukan intervensi psikososial secara
baik dan efektif maka langkah-langkah di bawah ini perlu diperhatikan:
1. Mengembangkan kepercayaan (trust). Terapis perlu membina hubungan saling percaya
kepada korban. Apalagi korban dalam kondisi emosi yang labil atau masih dalam fase
berkabung dan kehilangan sehingga sangat sensitif terhadap keberadaan orang lain.
Terapis perlu memperkenalkan diri dengan sopan, mendengarkan, menghormati cara-
cara dan keyakinan lokal dalam berhubungan dengan masyarakat
2. Menunjukkan empati, terutama apabila memberikan pertolongan pertama dan bantuan
tanggap darurat, sehingga masyarakat korban tidak merasa menjadi obyek tetapi
subyek dari intervensi yang dilakukan. Prosedur untuk memberitahukan tahap-tahap
yang dilakukan dalam memberi bantuan dan mendapatkan informed consent atau izin
sebelum memberikan pertolongan wajib dilakukan
3. Membantu atau memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan fisik dasar, misalnya
penampungan darurat, bantuan sandang dan pangan. Dapat juga memastikan
perlindungan kelompok-kelompok yang rentan kekerasan seperti perempuan dan anak-
anak
4. Tetap tenang meski orang yang dihadapi sangat gelisah, agresif, ataupun situasi
mengagetkan/berbeda tak seperti dugaan sebelumnya.
5. Dalam menghadapi individu-individu khusus, upayakan menempatkan individu pada
situasi yang aman, meminimalkan kemungkinan ia melukai diri sendiri atau orang lain
6. Mendorong dilakukannya kegiatan-kegiatan kelompok.
7. Mengembangkan rutinitas yang positif
8. Menghadiri kegiatan meskipun sekadar ada bersama, mendengar, mengamati,
menunjukkan kepedulian.
9. Melakukan kunjungan-kunjungan rumah.
10. Mengidentifikasi masalah-masalah psikososial khusus dan orang-orang yang
menunjukan gejala-gejala trauma lebih dalam
 Perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang ada mempunyai tanggung jawab dalam
memberikan pelayanan kesehatan jiwa dalam konteks klien sebagai individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan dapat bersifat promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif, melalui berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.

 Salah satu terapi yang dapat dilakukan kepada individu korban adalah psikoterapi. Model
terapi ini lebih dikenal dengan psikoterapi individu didesain sebagai orientasi tindakan,
fokus penampilan, struktur dan batasan waktu intervensi (Carson, 2000). Model ini
menggunakan teknik yang berfokus pada pemecahan masalah untuk membantu klien
menyelesaikan konflik utama yang dihadapi klien dari dimensi fisik, psikologis, sosial
kultural dan spiritual
 Pendekatan yang digunakan pada psikoterapi individu ini adalah rasional
emotif yang membantu klien menghapus pandangan hidup klien yang
menyalahkan hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan atau
Tuhan dan membantu klien memperoleh pandangan hidup yang lebih rasional
dalam mencari makna dan tujuan hidup.
 Tujuan dari psikoterapi individu ini adalah untuk mengembalikan klien pada
kondisi sebelum sakit dalam periode yang singkat (Carson, 2000). Menurut
Corey (2005) tujuan dari psikoterapi individu adalah penyusunan kembali
kepribadian, penemuan makna dalam kehidupan, penyembuhan gangguan
emosional, penyesuaian dalam masyarakat, pencapaian aktualisasi diri,
peredaan kecemasan, serta penghapusan tingkah laku maladaptif dan belajar
pola-pola tingkah laku adaptif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
psikoterapi bertujuan untuk merubah perilaku maladaptif melalui distorsi
kognitif
Diskusi (6) Kelompok

1. Definisi bencana
2. Jenis bencana
3. Peran perawat dalam kebencanaan
4. Penanggulangan psikososial pasca bencana
5. Bentuk terapi yang dapat dilakukan dalam posko bencana didukung sama
penelitian (literatur) penunjang

Anda mungkin juga menyukai