Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Peraturan pemerintah no.21 th.2008). Bencana adalah segala kejadian yang menyebabkan kerugian, baik ekonomi, kerugian jiwa manuasia dan kerugian pelayanan kesehatan/jasa kesehatan dengan skala yang cukup besar sehingga memerlukan penanganan diluar penanganan normal yang memerlukan bantuan daerah Luar dari daerah dampak bencana.(WHO, 2008). Definisi bencana seperti dipaparkan diatas mengandung tiga aspek dasar, yaitu: a. Terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard). b. Peristiwa atau gangguan tersebut mengancam kehidupan, penghidupan, dan fungsi dari masyarakat. c. Ancaman tersebut mengakibatkan korban dan melampaui kemampuan masyarakat untuk mengatasi dengan sumber daya mereka. Bencana terdiri dari berbagai bentuk. UU No. 24 tahun 2007 mengelompokan bencana ke dalam tiga kategori yaitu: a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. b. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror. Dampak Bencana
Bencana dapat mengakibatkan timbulnya : korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Dampak psikologis bencana secara umum pada masyarakat
adalah :kehilangan (loss), separation/pemisahan/perpisahan, stress, dan trauma yang mempengaruhi cara coping dan behavioral outcome. Ada kaitan yg sangat erat antara kejadian/event sosial dengan keadaan psikologis seseorang/kelompok dalam lingkup bencana, dimana bencana tidak saja berdampak pada 1 orang tapi juga seluruh komunitas (Viemilawati, 2009) WHO memperkirakan permasalahan kesehatan mental paska bencana sebagai berikut: 1. Prevalensi penderita tekanan psikologis ringan adalah 20-40%, dan mereka tidak membutuhkan pertolongan spesifik.
2. Prevalensi penderita tekanan psikologis sedang
sampai berat adalah 30-50% , membutuhkan intervensi sosial dan dukungan psikologis dasar. 3. Gangguan mental ringan sampai sedang (depresi, gangguan cemas dan PTSD/Post Traumatic stress Disorder) adalah 20%, memerlukan penanganan kesehatan mental yang dapat diakses melalui pelayanan kesehatan umum dan pelayanan kesehatan mental komunitas.
4. Gangguan mental berat (Depresi berat, gangguan
psikotik) adalah 3-4%, memerlukan penanganan kesehatan mental yang dapat diakses melalui pelayanan kesehatan umum dan pelayanan kesehatan mental komunitas Reaksi Psikologis Trauma setelah Benca Alam 1. Mengalami ulang peristiwa traumatik : a. Orang Dewasa: Korban trauma sering mengalami kesulitan berkonsentrasi, karena mereka terganggu oleh pikiran berulang atau gambar dari peristiwa traumatik. Mereka mungkin merasa dan bertindak gelisah atau tertekan bila terkena sesuatu yang mengingatkan mereka tentang tragedi itu. Kadang- kadang, mereka berbicara tentang peristiwa masa lalu seolah-olah itu masih terjadi di masa sekarang, seolah- olah mereka melihatnya dari dekat dan tepat di depan mata mereka b. Pada anak-anak : reexperiencing ( kekambuhan dari pengalaman sebelumnya /menghidupkan kembali pengalaman ) mungkin datang dalam bentuk mimpi buruk persisten yang tidak dapat dijelaskan dan hari mengompol setelah acara telah terjadi, atau terus- menerus, keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan (seperti sakit perut, pusing, dan sakit kepala yang tidak dapat dikaitkan dengan penyebab fisik). 2. Menghindari kenangan trauma : - Korban trauma sering mencoba untuk menutup bahkan pengingat paling terkecil insiden traumatis - Menghindari pergi ke tempat-tempat atau melakukan kegiatan yang membawa kembali perasaan tertekan tentang acara tersebut - Secara fisik, mereka mungkin mulai merasa mati rasa atas sebagian atau seluruh tubuh mereka setiap kali kenangan dari peristiwa traumatis muncul kembali Beberapa bahkan mungkin tidak mampu mengingat apa yang terjadi 3. Cemas dan / atau mudah gelisah: Kondisi ini, juga dikenal sebagai hyper-arousal, menghasilkan orang yang mudah terkejut dan sering merespon dengan cara yang berlebihan (misalnya, tiba-tiba melarikan diri saat mendengar sesuatu yang mengingatkan mereka tentang trauma) Setelah peristiwa traumatik, orang mungkin tidak bisa tidur . Mereka mungkin lebih mudah marah dibandingkan perubahan suasana hati biasa dan tampilan atau misbehaviors yang tidak khas Anak-anak mungkin melekat pada orang tua mereka, menolak untuk pergi ke sekolah, dan menampilkan kekhawatiran terus-menerus berhubungan dengan bencana, seperti takut kehilangan orang tua mereka Assesment ( penilaian ) 1. Rapid Assesment:
a. Menentukan besarnya populasi yang memerlukan
bantuan psikologis b. Sebaran populasi yang memerlukan bantuan psikologis c. Jenis dan tingkat permasalahan psikologis d. Mengumpulkan informasi tentang kerusakan fisik di lingkungan e. Mengumpulkan informasi tentang hunian sementara dan serta bagaimana kondisinya, bagaimana tingkat kenyamanannya f. Mengumpulkan informasi tentang representasi mental korban yang dialaminya 2. Menentukan intervensi berdasarkan data yang didapat untuk menangani atau menurunkan bahkan mencegah terjadinya gangguan psikologis pada korban bencana 3. Melaksanakan intervensi yang sudah disusun terutama memperhatikan kebutuhan dasar korban bencana, mulai dari pemenuhan kebutuhan fisiologis, aman nyaman, merasa dicintai, harga diri dan aktualisasi diri Tindakan apa yang sebaiknya diambil?
1. Pendekatan “Reality Therapy”
2. Mereka dibantu untuk mengetahui kebutuhan- kebutuhan dasarnya, secara realistic (melihat kondisi makro dan mikro yang dihadapi para korban selamat). Kebutuhan-kebutuhan dasar (menurut Maslow): Physiologic needs ( kebutuhan psikologi ) Security Love and self esteem ( cinta dan harga diri/penilaian individu terhadap hasil yg dicapai ) Self actualization ( kebutuhan dan pencapaian tertinggi seseorang ) 3. Syaratnya: Mereka tidak dianggap pasien Kita sebagai penolong hanya sederajad, peduli dan “take care each other”.( satu sama lain ) Harus ada “Emotional Envolvement”.( keterlibatan emosi) Memperjelas masalah sesuai prioritas dan mendiskusikan/membantu penyelesaian masalah tersebut. Memperkuat ego dari setiap pasien yang kita bantu supaya segera mampu mandiri”: 4. Self identity
5. Reality judgement ( penilaian realitas )
6. Positive aggressive ( tindakan yang baik )
Pendekatan secara umum pada pasien dengan gangguan mental a) Menciptakan hubungan yang baik b) Gunakan kontak mata. c) Rileks ketika berhadapan dengan pasien d) Biarkan pasien mengetahui tentang pelayanan yang diberikan kepada pasien sebagai perseorangan e) Mendengarkan dengan baik yang disampaikan pasien, tetapi dengan lemah lembut/perlahan mengalihkan perhatian percakapan pada fokus wawancara. f) Menciptakan chief complaint ( keluhan utama ): f) Menciptakan chief complaint: (1) Apakah pasien bertanya? (2) Mengapa pasien bertanya untuk waktu ini? (3) Apakah waktu pertemuan ini dipercepat? (4) Apakah waktu pertemuan yang akan datang dipercepat? (5) Apakah dibantu pada pertemuan yang akan datang? g) Bicara dengan jelas dan tanpa menggunakan bahasa khusus. h) Mengenali pasien yang mengalami kemunduran. Dorong kemandirian dan partisipasi dalam pengambilan keputusan kapanpun. i) Bersikap jujur j) Selalu menjaga perilaku dan jelas k) Antisipasi adanya perubahan emosional (seperti marah, menangis dan sedih) l) Menjelaskan prosedur kepada pasien m) Bersikap serius pada pasien n) Validasi perasaan pasien o) Jangan terhesa-gesa memberikan pertanyaan untuk membantu mengenali perasaan pasien p) Jangan takut mengakui ketidak tahuan q) Libatkan keluarga atau pasien atau yang lainnya secara signifikan. SEKIAN DAN TERIMAKASIH