Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

PADA PASIEN “ANEMIA” DI RUANG “ADENIUM”

RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Disusun Oleh :

CHOLBI HASWADA

(14.401.15.019)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

2017

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau
hitung eritrosit (red cell count) berkaitan pada penurunan kapasitas
pengangkutan oksigen oleh darah (Nurarif, 2016:21).
Anemia adalah hilangnya darah, kerusakan pada sel darah merah
dalam kaitan dengan perubahan atau kerusakan hemoglobin
(hemolisis), kerusakan gizi (zat besi, vitamin B12, asam folat),
ketiadaan produksi RBC (DiGiulio & Jackson, 2014:179).
Jadi anemia adalah suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang
dari normal anemia merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari
normal di dalam sirkulasi. Akibatnya jumlah oksigen yang dihantarkan
ke jaringan tubuh juga berkurang (Suddarth, 2013:30).

2. Etiologi
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (didisese
entity), tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar
(underlying disease). Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena:
gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang, kehilangan darah
keluar tubuh (pendarahan), proses penghancuran eritrosit oleh tubuh
sebelum waktunya hemolisis (Nurarif,2016:21).
Anemia akibat hemoragi :
a. Gangguan pada pembuluh darah perifer. Penyakit arteri perifer
adalah semua penyakit yang terjadi pada pembuluh darah setelah
keluar dari aortailika dan jantung. Jadi penyakit arteri perifer
meliputi ke empat ekstremitas, arteri karotis, arteri renalis, arteri
mesenterika dan semua pecabangan setelah keluar aortailiaka.
b. Anemia karena ganggan pembentukan eritrosit dalam sumsum
tulang. Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit, misanya

2
anemia defisiensi besi, asamfot, vitamin B12. Gangguan
penggunaan (utilisasi) besi misalnya anemia akibat penyakit
kronik, anemia sideroblastik. Juga terjadinya kerusakan sumsum
tulang contohnya anemia aplastik, anemia mleloptisik, anemia
pada keganasan hematologi, anemia diseritropoletik, anemia pada
sindrom mielodisplastik dan anemia kekurangan eritropoletil
contohnya anemia pada gagal ginjal.
c. Anemia hemolitik
1) Anemia hemolitik intrakorpuskular
Terdapat gangguan membrane eritrosit (membranopati) ,
gangguan enzim eritrosit (enzimpati) anemia akibat defisiensi
G6PD, gangguan hemoglobin (hemoglobinopat) thalasemia dan
hemoglobinopati structural.
2) Anemia hemolitik ekstrakopuskular
Terjadinya anemia hemolitik autoimun, anemia hemolitik
mikrongiopatik (Nurarif,2015;35-26).

3. Patofisiologi Anemia
Anemia adalah timbulnya anemia mencerminnkan adanya
kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebih
atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi. Pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat, penyebab
yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui pendarahan
atau hemolisis. Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagustik atau
dalam sistem retikulo endhothalial, terutama dalam hati dan limpa.
Sebagai hasil sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk
dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah
menalami penghancuran dalam sirkulasi, maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma. Apabila kosentrasi plasmanya melebihi
kapasitas hemoglobin plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam
glumerulus ginjal dan kedalam urine.
Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut:

3
a. Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang
dapat dibawah oleh darah ke jaringan.
b. Mekanisme kopensasi terhadap anemia (Jauhar,2013;201-202).

4
4. Pathway Anemia

Kekurangan nutrisi Perdarahan Hemolisis


(detruksi sel darah

Kegagalan sumsum Kehilangan sel darah


tulang merah

merah)
Anemia (hb)

Resistensi aliran darah Pertahanan sekunder


perifer tidak adekuat

Penurunan transport o2 Resiko Infeksi

Hipoksia Lemah lesu

Intoleransi aktivitas

Ketidakefektifan
Gangguan fungsi otak
perfusi jaringa perifer
perifer ppperifer
perifer
Intake nutrisi turun Pusing
anoreksia

Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

5
5. Manifestasi Klinis
Beberapa manifestasi klinis menurut (Nurarif, 2016:22) sebagai
berikut:
a. Manifestasi klinis yang sering muncul: Pusing, mudah berkunang-
kunang, lesu, aktivitas kurang, rasa mengantuk, susah konsentrasi,
cepat pulang, presentasi kerja fisik/pikiran menurun.
b. Gejala khas masing-masing anemia:
1) Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca pendarahan
anemia defisiensi besi.
2) Ikterus, urin berwarna kuning/coklat, perut buncit pada anemia
hematoliktik.
3) Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena
keganasan.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda anemia umum : pucat, takhikardi, pulsusceler
pembulu darah spontan, bising karotis, bising sistolik
anorganik, perbesaran jantung
2) Manifestasi khusus pada anemia berupa defisiensi besi:spoon
nail, glositis, defisiensi B12: paresis, ulkus di tungkai ,
hemolitik : ikterus, splenomegali, aplastik: anemia perdarahan
berat, infeksi (Nurarif,2016:22).

6. Klasifikasi
Derajat Anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat
anemia yang umum dipakai adalah sebagai berikut :
a. Ringan sekali : Hb 10 gr/dl - 13 gr/dl
b. Ringan : Hb 8 gr/dl - 9,9 gr/dl
c. Sedang : Hb 6 gr/dl – 7,9 gr/dl
d. Berat : Hb <6 gr/dl
Klasifikasi anemia menurut Etiopatogenesis menurut (Nurarif,
2016:21) :

6
a. Anemia karena pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
1) Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit
a) Anemia defisiensi besi
Adalah jenis anemia yang sering terjadi disemua kelompok
usia, penyebab paling utama anemiadefisiensi besi pada
pria dan wanita pascamonopouse adalah pendarahan akibat
ulkus, gastritis, penyakit radang usus, atau tumor GI.
Sedangkan penyebab anemia defisiensi besi pada wanita
pramonopouse adalah monorargia dan kehamilan dengan
suplemen zat besi yang tidak mencukupi (Suddarth,
2013:35).
b) Anemia defisiensi asam folat.
Anemia defisiensi asam folat biasanya sering terjadi pada
orang yang jarang makan sayuran segar. Asam folat
disimpan sebagai senyawa yang disebut folat. Folat
disimpan di dalam tubuh jauh lebih kecil dari vitamin B12,
dan dengan cepat mengalami depresi ketika asupan folat
dalam diet tidak memadai (Suddarth, 2013:37).
c) Anemia defisiensi B12
Anemia defisiensi B12 biasanya terjadi karena ketidak
adekuatan asupan diet, kesalahan penyerapan dari saluran
GI, anemia defisiensi B12 juga terjadi jika penyakit yang
mengenai ileum/pankreas menganggu absorpsi (Suddarth,
2013:37).
2) Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
a) Anemia akibat penyakit kronik
b) Anemia sideroblastik
3) Kerusakan sumsum tulang
a) Anemia aplastic.
b) Anemia mieloptisik
c) Anemia pada keganasan hematologi
d) Anemia diseritropoitetik

7
e) Anemia pada sindrom mielodisplastik
f) Anemia pada sindrom eritropoletin: anemia pada gagal
ginjal kronik.
b. Anemia akibat hemoragi
1) Anemia pasca perdarahan akut
2) Anemia akibat pendarahan kronik
c. Anemia hemolitik
1) Anemia hemolitik intrakospular
a) Gangguan membrane eritrosit (mebranopati)
b) Gangguan ensim eritrosit (enzimipapati)
c) Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
(1) Thalassemia
(2) Hemoglobinopati structural: Hbs, HbE, dll
2) Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
a) Anemia hemolitik autoimun
b) Anemia hemolitik mikroangiopatik
c) Lain-lain.
d) Anemia dengan penyebab tidak di ketahui atau dengan
pathogenesis yang komplek.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Tes penyaring, dengan pemeriksaan ini dapat dipastikan
adanya anemia dan bentuk marfologi anemia tersebut.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-
komponen berikut ini : kadar hemoglobin, indeks eritrosit
(MCV, MCHC), asupan darah tepi.
2) Pemeriksaa darah seri anemia : hitung leukosit, trombosit, laju
endap darah (LED), dan hitung retikulosit.
3) Pemeriksaan sumsum tulang : pemeriksaan ini memberikan
informasi mengenai keadaan system hematopoesis.

8
4) Pemeriksaan laboratorium nonhemotologis : faal ginjal, faal
endokrin, asam urat, faal hati (Nurarif, 2016:23).

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan
menganti darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia bedasarkan
penyebabnya yaitu :
a. Anemia Aplastik
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif
dengan antithimocyte globullin (ATG) yang diperlukan melakui
jalur sentral selama 7-10 hari.
b. Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan
asam folat, dan apabila tersedia dapat diberikan eritropetin
rekombinan.
c. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk anemianya. Dengan menanganinya kelainan
yang mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
d. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi
diberikan sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah diberikan
bila kadar Hb kurang dari 5 gr%.
e. Anemia megaloblastik
1) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin
B12, bila defisiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak
tersedianya faktor intrinstik dapat diberikan vitamin B12
dengan inejksi IM.
2) Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12
harus diteruskan selama hidup pasien yang mnderita anemia
pernisiosa atau melabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.

9
3) Anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5
mg/hari.
4) Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan
absorbs, penangananya dengan diet dan penambahan asam
folat 1 mg/hari secara IM.
f. Anemia pasca pendarahan
Dengan pemberian transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan
darurat diberikan cairan intravena.
g. Anemia hemolitik
Dengan pemberian transfusi darah mengantikan darah yang
hemolisis (Nurarif, 2016:24).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Anemia


1. Pengkajian
a. Indentitas klien
Anemia biasa menyerang kesiapa saja, karena ada beberapa
gangguan hematologi yang menyebabkan klien tidak berusia
panjang (6-7 tahun).
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya keluhan utama penderita anemia adalah lemah atau
pusing.
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keletihan, kelemahan, malaise umum
b) Klien mengatakan bahwa Ia Depresi
c) Sakit kepala
d) Nyeri mulut & lidah
e) Kesulitan menelan
f) Dyspepsia, anoreksia
g) Klien mengatakan BB menurun
h) Nyeri kepala,berdenyut, sulit berkonsentrasi
i) Penurunan penglihatan

10
j) Kemampuan untuk beraktifitas menurun
3) Riwayat kesehatan terdahulu
a) Klien pernah mendapatkan atau menggunakan obat-obatan
yang mempengaruhi sumsum tulang dan metabolisme asam
folat.
b) Riwayat kehilangan darah kronis mis: perdarahan GI
kronis, menstruasi berat, angina.
c) Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
d) Riwayat TB, abses paru.
e) Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, mis:
benzene, insektisida, fenil butazon, naftalen.
f) Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau
kecelakaan..
g) Riwayat penyakit hati, ginjal, masalah hematologi.
h) Adanya / berulangnya episode perdarahan aktif.
4) Riwayat kesehatan keluarga
a) Kecendrungan keluarga untuk anemia
b) Social ekonomi keluarga yang rendah.
c) Penyakit turunan dan menular (Haribowo,2008;34-35)
d) Sistem kardiovaskular.
5) Pemeriksaan fisik
a) Sistem kardiovaskular
Gejala: riwayat kehilangan darah kronis, misalnya
penarahan Gl kronis, menstruasi berat ; angina, CHF (akibat
kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infeksi
kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi). Tanda : TD;
peningkatan sistolik dengan diastolic stabil dan tekanan
nadi melebar; hipotensi postural. Distrima; abnormalis
EKG, misalnya depresi segmen ST dan pendataran atau
depresi gelombang T; takirkardia. Bunyi jantug; murmur
sistolik.

11
b) Sistem perkemihan
Gejala: riwayat piclonefritis, gagal ginjal flatulen, sindrom
malabsorpsi . Hematesis, feses dengan darah segar, melena.
Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine. Tanda:
distensi abdomen.
c) Sistem pencernaan
Gejala: Penurunan masukan diet, masukan diet protein
hewani rendah atau masukan produk sereal tinggi . Nyeri
mulut atau lidah kesulitan menelan (ulkus pada faring).
Mual atau muntah, dyspepsia, aoreksia. Adanya penurunan
berat badan.
d) Sistem syaraf
Gejala: sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus,
ketidakmampuan berkontraksi. Insomnia, penurunan
penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan,
keseimbangan buruk, kaki goyah;parestesia tangan atau
kaki ; klaudikasi. Sensasi menjadi dingin. Tanda : peka
rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental :
tak mampu berespons, lambat dan dangkal oftalmik:
hemoragis retina (aplastik).
e) Sistem pernafasan
Gejala: nyeri abdomen samara: sakit kepala
f) Sistem reproduksi
Gejala: perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia
atau amenore . Hilang libido (pria dan wanita). Impoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
g) Sistem endokrin
Gejala: tidak ada gejala seperti intoleransi terhadap panas
atau dingin, keringat berlebih dan haus dan lapar
berlebihan.
h) Sistem pengindraan
Gejala : Penurunan penglihatan dan bayangan pada mata.

12
i) Sistem integument
Gejala: Pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (Catatan:
pada pasien kulit hitam, pucat tampak sebagai keabu) kulit
seperti berlilin, pucat (aplastik), kuku: mudah patah.
j) Sistem muskuluskletal
Gejala: Pasien mengalami kelemahan otot, nyeri tulang
(myeloma multiple) mobilitas berkurang fungsi menurun
misal pasien tidak dapat berjalan.
k) Sistem imunitas
Gejala: Pasien dengan anemia akibat pecahnya pembuluh
darah atau dikarenakanan kecelakaan yang merupakan
infeksi yang terjadi secara kebetulan.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Definisi : Mengalami penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang
dapat menganggu metabolisme tubuh.
Faktor resiko :
a. Merokok
b. Trauma
c. Kurang terpapar informasi
Kondisi Klinis Terkait :
a. Hipotensi
b. Varises
c. Trombosis ateri
d. Perubahan kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen
e. Penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016: 48).

13
2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
Penyebab :
a. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
b. Peningkatan kebutuhan metabolisme
c. Faktor ekonomi (misal, finansial tidak mencukupi)
d. Faktor psikologis (misalnya, setres dankeengganan untuk makan).
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif :
(tidak tersedia).
Objektif :
a. Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal.
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif :
a. Cepat kenyang setelah makan
b. Kram/nyeri abdomen
c. Nafsu makan menurun
Objektif :
a. Otot mengunyah lemah
b. Otot menelan lemah
c. Membran mukosa pucat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016: 56).

3. Intoleran Aktivitas
Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Penyebab :
a. Ketidakseimbangan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
b. Kelemahan
c. Imobilisasi
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif :
a. Mengeluh lelah

14
Objektif :
a. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif :
a. Dispnea saat/setelah beraktivitas
b. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
c. Merasa lelah
Objektif :
a. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
b. Sianosis
c. Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas
Kondisi Klinis Terkait :
a. Anemia
b. Gangguan metabolik
c. Penyakit jantung koroner (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016:128).

D. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang .
Tujuan :
a. Pasien akan mendeskrepsikan rencana perawatan dirumah
b. Ekstermitas bebas dari lesi
Aktivitas Keperawatan :
Pengkajian :
a. Lakukan pengkajian konprehensif terhadap sirkulasi perifer
b. Pantau status cairan termasuk asupan dan haluran
Penyuluhan untuk pasien/keluarga :
a. Ajarkan pasien/keluarga tentang menghindari suhu yang ekstrim
pada ekstermitas
b. Pentingnya memenuhi program diet dan program pengobatan
Aktivitas kolaboratif :
a. Beri obat nyeri, beritahu dokter jika nyeri tak kunjung reda

15
b. Berikan obat anti trombosit atau antikoagulan, jika diperlukan.
Aktivitas lain :
a. Kurangi rokok dan penggunaan stimulasi
b. Dorong latihan rentang pergerakan sendi pasif atau pasif
(Wilkinson, 2015:823).

2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


intake yang kurang
Tujuan
a. Memperlihatkan status gizi : asupan makan dan cairan, yang
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut
b. Makanan oral, pemberian makan lewat selang, atau nutrisi parenteral
total.
c. Asupan cairan oral atau IV
Kriteria hasil
a. Menjelaskan komponen diet bergisi adekuat.
b. Menoleransi diet yang dianjurkan.
c. Mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal.
d. Memiliki nilai laboratorium (transferrin, albumin ,dan elektrolit)
dalam batas normal.
e. Melaporkan tingkat energy yang adekuat
Aktivitas keperawatan
Pengkajian
a. Tentukan motifasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
b. Pantau nilai laboratorium, khususnya tranferin, albumin, dan
elektrolit.
c. Manejemen nutrisi (NIC)
1) Ketahui makan kesukaan pasien
2) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
3) Pantau kandungan nutris dan kalori dn catatan asupan.
4) Timbang pasien pada interfal yang tepat.
Penyuluhan untuk pasien atau keluarga :

16
a. Ajarkan metode untuk perncanaan makan.
b. Ajarkan pasien atau keluarga tentang makan yang bergisi dan tidak
mahal.
c. Menejem nutrisi (NIC): berikan informasi yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
Aktivitas kolaboratif :
a. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein
pasien yang mengalami ketidak adekuatan asupan protein atau
kehilangan protein misalnya pasien anoreksia nervosa atau pasien
penyakit glomerular
b. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulus nafsu makan, makan
pelengkap, pemberian makan memalui selang, atau nutrisi parenteral
total agar total asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankan.
c. Rujuk kedokter untu menentukan penyebab gangguan nutrisi.
d. Rujuk keprogam gizi di komunitas yang tepat, jika pasien tidak dapat
membeli atau menyiapkan makanan yang adekkuat.
Aktivitas lain :
a. Buat rencana makan dengan pasien yang masuk dalam jaduwal
makan, lingkungan makan, kesukaan dan ketidakkesukaan pasien,
serta suhu makanan.
b. Dukung anggota keluarga untukmembawa makanan, Kesukaan
pasien dari rumah.
c. Bantu pasien menulis tujuan mingguan yang realistis untuklatihan
fisik dan asupan makanan.
d. Anjurkan pasien untuk menampilkan tujuan makan dan latihan fisi
dilokasi yang terlihat jelas dan kaji ulang setiap hari
e. Tawarkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan
tinggi (Wilkinson, 2015:506).

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen, proses metabolisme yang terganggu.
Tujuan:

17
Menolerensi aktivitas yang sering dilakukan, yang dibuktikan oleh
toleransi aktifitas, ketahanan, penghematan energy, kebugaran fisik,
energy psikomotorik, dan perawatan diri.
Kriteria Hasil :
a. Mengindentifikasikan aktivitas atau situasi yang menimbulkan
kecemasan yang dpat mengakibatkan intoleransi aktivitas.
b. Berpatisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan
penigkatan normal denyut jantung, frekuensi pernafasan, dan
tekanan darah serta memantau pola dalam batas normal.
Aktvitas Keperawatan
a. Kaji tingkat kemampuan pasian untuk berpindah dari tempat tidur,
berdiri, ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI.
b. Kaji respon emosi, social, dan spiritual terhadap aktifitas.
c. Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktifitas
Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga:
Instruksikan kepada pasien dan keluarga dalam:
a. Penggunaan tehnik napas terkontrol selam aktivitas, jika perlu
b. Mengenali tanda dan gejala intoleransi aktivitas, termasuk kondisi
yang perlu di laporkan pada dokter.
c. Pentingnya nutrisi yang baik.
d. Penggunan peralatan seperti oksigen, selama aktivitas.
e. Penggunaan teknik relasasi
Aktivitas Kolaboratif
a. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri
merupakan salah satu faktor penyebab
b. Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi fisik atau rekreasi untuk
merencanakan dan memantau progam aktivitas
c. Untuk pasien ang mengalami sakit jiwa, rujuk ke layanan kesehatan
jiwa di rumah.
Aktivitas lain :
a. Hindari menjadwalkan pelaksanaan aktivitas perawatan selama
periode istirahat.

18
b. Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, bersandar,
berduduk, berdiri dengan ambulasi, sesuai toleransi
c. Pantau tanda tanda vital sebelim selama dan setelah aktivitas,
hentikan jika ada tanda-tanda vital tidak dalam rentang normal bagi
pasien atau jika ada tanda tanda bahwa aktivitas tidak dapat (nyeri,
pucat, vertigo) (Wilkinson, 2015:655).

19
DAFTAR PUSTAKA

Suddarth. (2016). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.


PPNI, T. P.(2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI.
Wilkinson, J. M. (2015). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nurarif, H, S. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Yogyakarta:
Mediaction.
DiGiulio,M. D, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
Rapha Publising.

20

Anda mungkin juga menyukai