Anda di halaman 1dari 41

MANUSIA DAN ALAM

SEMESTA

DISUSUN OLEH:
AYU NING TYAS (1907101130075)

TRIVIA FEBRIYANTI(1907101130076)

RISKY ANNISA HUSNA(1907101130063)

PUTROE MARZURITA AL JANNAH(1907101130070)

NURMAULIDA MUSFIRA(1907101130030)

AGAMA ISLAM
PRODI : PSIKOLOGI
FAKULTAS : KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, ACEH 2019
3
9
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Al Islam Kemuhammadiyahan”.
Semoga jerih payah kami dicatat sebagai amal baik yang nantinya bisa bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi mahasiswa pada umumnya.
Dalam makalah ini akan kami uraikan tentang “DIENUL ISLAM” yang mungkin tidak
asing lagi di telinga kita sekalian. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dengan tulus hingga terselesaikannya tugas ini. Kami berharap
semoga tugas yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami juga sangat
membutuhkan kritik atau saran dari pembaca sekalian agar dikesempatan lain kami dapat
membuat makalah yang lebih baik dari ini.

Tim penyusun

Banda Aceh, 2 februari 2020


3
9
DAFTAR ISI

Kata pengantar......................................................................................1
Daftar isi.................................................................................................2
BAB I : Pendahuluan
 Latar Belakang............................................................................5
Rumusan Masalah.................................................................................4
BAB II : Pembahasan
A. MANUSIA DAN AGAMA....................................................................
o Hajat Manusia akan Agama.....................................................5
o Integrasi Ilmu dengan Agama...................................................7
o Agama Sumber Pendidikan......................................................7
B. METODE MEMPELAJARI ISLAM...................................................9
o Mengapa Dinamakan Islam......................................................9
o Islam dan Agama........................................................................10
o Islam dan Alam Semesta...........................................................11
o Pandangan Dunia Islam............................................................12
o Islam dan Fitrah Manusia.........................................................13
o Risalah Islam..............................................................................14
C. QUR’AN SUNNAH DAN IJTIHAD....................................................15
o Sunnah.........................................................................................16
o Ijtihad..........................................................................................17
D. ISLAM DAN MASALAH KEHIDUPAN
AKIDAH DAN IBADAH.......................................................................18
o Akidah.........................................................................................18
o Makna Syahadat.........................................................................19
o Rukun Iman................................................................................21
E. HUKUM SYARI’AH DAN FIQHI.......................................................35
o Hukum.........................................................................................35
o Syari’ah.......................................................................................36
o Fiqhi.............................................................................................37
PENUTUP..............................................................................................40
3
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kata “islam” berasal dari kata “aslama-yuslimu-islaman” yang berarti menciptakan
kedamaian, keselamatan, kesejahteraan hidup, dan kepasrahan kepada Allah. Senada dengan
pendapat diatas, sumber lain mengatakan bahwa islam berasal dari bahasa arab, terambil dari
kata”salima” yamg berarti selamat sentausa. Dari asal kata itu dibentuk kata “aslma” yang
artinya memelihara dalam keadaan selamat sentausa, dan erarti pula menyerahkan diri,
tunduk, patuh dan taat. Kata “aslama”itulah yang menjadi kata”islam”karrna didalamnya
memiliki kandungan segala arti yang pokok yang seakara dari kata islam. Oleh karrna itu
orang yang berserah diri, patuh, dan taat di sebut sebagai orang muslim. Orang yang
demikian berarti telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri dan patuh pada Allah SWT.
Orang tersebut selanjutnya akan dijamin keselamatannya didunia dan akhirat.

A. RUMUSAN MASALAH
Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam penyusunan makalah ini, maka
saya membatasi masalah-masalah yang akan dibahas diantaranya:
1. Apa hubungan antara manusia dan agama ?
2. Bagaimana metode mempelajari Islam ?
3. Apa pengertian Al-Qur’an ?
4. Bagaimana perilaku orang yang beriman ?
5. Apa hukum syari’ah dan Fiqhi itu ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. MANUSIA DAN AGAMA


3
9
a. Hajat Manusia akan Agama
Ada dua masalah pokok yang perlu kita ketahui yaitu apa manusia itu dan bagaimana
peran agama terhadap manusia?
Menurut Darwin (1809 – 1882) Manusia adalah bentuk ahir evolusi hayat, dari sel yang
sederhan hungga sel yang rumit.
Apabila menurut agama hal itu tentu saja tidak dapat diterima karena ilmu telah membagi
makhluk fisika mnjadi dua yaitu makhluk ornais (hidup) dan makhluk anorganis (mati ;
malaikat,jin dan roh). Mungkin karna hal itu Thomas Hobbes (1588 – 1679) telah
mengkualifikasi sifat dan tabiat manusia dengan binatang dalam teori sosiologinya.
Nampaknya ada alasan tentang persamaan manusia dan hewan tersebut yaitu :
a. Keduanya memiliki hidup dan laku vegetatif (melakuakan gerakan
sendiri,perncernaan,pernafasan,kelanjutan jenis dan laian-lain.
b. Melakukan penginderaan dengan alat indera (mata.telinga dan lain-lain)
c. Mempunyai kesanggupan dan kemauan
Apabila ditinjau dari instingtif :
a. Mempunyai naluri makan dan minum
b. Memiliki naluri untuk mempertahankan diri
c. Memiliki naluri untuk mmemiliki keturunan
Perbedaannya hanya terdapat pada faktor volume. Manusia mampu mengembangkan dan
mengarahkan naluri tersebut sedangakan binatang bersifat tetap, tidak berubah. Akan tetapi
perbedaan fundamental pada manusia dengan jenis binatang ada dalam norma, moral dan
etik, tepatnya kode etik. Binatang dalam pemenuhan makannya tidak mengenal apa yang
disebut hak milik, tidak tahu batas-batas halal atau haram, kalau perlu, melakukan
pembunuhan emi maksud dan tujuan. Begitulah corak kehidupan binatang, tidak mengenal
adamya norma, moral atau kode etik.
Kelebihan manusia dalam hal ini ialah menyangkut kode etik itu. Itulah sebabnya diatur
sistem muamalah ma’annas (saling hubungan antar manusia). Antar lain dibentuklah apa
yang disebut lembaga perkawinan dimana diatur dan ditetapkan soal akad nikah sebgai
pangkal tolak pembangunan rumah tangga yang sejahtera dan bahagia. Dari sana tumbuh
syarat mutlak suatu masyarakat beradab yang sesungguhnya.
Keadilan bersumber itu bersumber kepada hukum. Bertindak berdasar
hukum,menegakkan hukum, memelihara hukum semua itu termasuk dalam lingkungan
masyarakat mematuhi hukum.
Yang mampu kode etik yang bernilai absolut untuk mengangkat martabat manusia
hanylah agama (Islam). Sebb itu agama meripakan kebutuhan primer bagi kehidupan
manusia.
Andai kata dalam kehidupan suatu masyarakat, tidak ditemukan nilai-nilai halah dan
haram, baik dan buruk maka ketika itulah martabat kemanusiaan meluncur jatuh ke martabat
binatang. Manusia bukan hanya jasmaniah atau rohaniah saja, manusia adalah gabungan
antara kedua komponen tersebut. M . Natsir dalam THE NEW MORALITY ( moral baru ) :
bahwa penambahan tentang keadaan dan perundang-undangan tidak membawa kebhagiaan.
Orang barat mengambil riset dari negeri Swedia membentu panita untuk mempelajari
tentang new morality padahal Swedia sendiri 93% pria dan wanita yang berhubunagn
sebelum menikah, dan mereka menganggap itu adalah hal yang biasa negaara barat
3
9
menganggap itu “all right”. Maka hal ini mebuat beberapa ahli garuk-garuk kepala
dibuatnya.
Apalagi berbiacara tentang alam gaib yang berhubunga dengan Tuhan (Allah), alam
malaikat, hari pembalasan, kehidupan sesudah mati dan lain-lain. Dissini akal manusia
berhenti. Dengan bekerja sendiri mengakibatkan kesesatan.
Ada beberapa kepercayaan menurut spekuliasi manusia :
a. Animism, bahwa semua benda di dunia berjiwa
b. Politeisme, kepercayaan serba tuhan
c. Deisme, bahwa Tuhan bukan faktor aktif dalm kehidupan sehari-hari.
d. Pateisme, bahwa Tuahn ada dalam setiap benda.
Untuk itulah Tuhan yang bersifat Pengasih dan Penyayang memberi suatu agama. Agama
yang dimaksud ialah ISLAM.
1. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK TERTINGGI
Menurut beberapa agama berpendapat memahani manusia sebagai berikut :
a. Hindu yang bedakan menjadi beberapa kasta atau derajat
 Bharma, golongan pendeta
 Ksatria, golongan Pahlawan
 Kasta Waisya, golongan Tani dan Saudagar
 Kasta Sudra, golonagn Budak
b. Budah mengajarkan bahwa nausia selama hidupnya hanya mencari nirwana,
dalam hal ini meraka akan mengalami renkarnasi.
c. Sintho bahwa Raja wakil-wakil dari Tuhan
d. Nasrani, menganggap bahwa mereka terlahir dengan dosa yang telah diperbuat
Adam yang pernah durhaka dan Yessus Kristus dianggap sebagai “juru selamat”
e. Islam, sangat berbeda denagn agama lain. Manusia adalah Khlifah Allah dibumi.
Makhluk yang bertugan melestarikan bumi dan seluruh isinya.
Manusia berkewajiban untuk membudayakan alam ini guna menyiapkan kehidupan
yang bahagia. Tugas dan Kewajiban itu adalah ujian Tuhan pada manusia. Semua manusia
diciptakan dari asal yang sama. Tidak ada kelebihan dari satu dengan yang lain kecuali yang
paling baik yaitu menunaikan fungsinya sebagai khalifah,maka manusia mempunyai hak dan
kewajiban yang sama. The declaration of independence (Juli 4, 1776) Semua manusia
diciptakan sama . Tiga doktri Revolusi Prancis kemerdekaan, persamaan, pesaudaraan. PBB
mengumumkan hak asasi manusia. Tapi semua hanya sebuah Slogan.
Realisme mebuat dunai dibagi dua yaitu Barta dan Tmur. Perbedaan akal,pikiran jiwa,
kepribadian, tabiat , sifat perasaan dan pemikiran. Usaha menghapuskan perberdaan dengan
jalan percampuran darah dan persatuan bangsa. Percampuran etnologi bangsa itu merusakkan
keduanya (timur dan barat) dan berakibat akhir yang dahsyat. Rasulullah telah menanamkan
arti kemanusiaan ini di dalam kaum muslimin. Islam datang mendobrak struktur masyarakat.
Manusia adalah puncak ciptaan Allah yang tertinggi. Khalifah Allah di bumi. Hanief
artinya makhluk yang cinta kepada kesucian dan selalau dalam kebenaran . Dhamier manusia
selalau medengar kebaikan dan menuju keabikan. Kebenaran ialah Mutlak dan Inilah yang
disebut Fitrah Manusia.
b. Integrasi Ilmu dengan Agama.
3
9
Sesungguhnya konfrontasi masih kita dapati yatu pertentangan dan perlawanan antar
ilmu dan agama.
Teori copernicus (1507), bukan matahari mengelilingi Bumi tapi bumi yang
mengelilingi matahari dan Galilei membela teori itu.
Dari pembrontakan martin Luther :
a. Semakin tebal individualisme
b. Bertambah luasnya pengajaran rakyat jelata
c. Bartambah tebalnya keinginan untuk demokrasi
Menurut mereka Agama adalah keluh kesah makhluk tertindas, hati nurani dari dunia
yang tak berhati, tepat sebagaimana ia adalah jiwa dari keadaan yang tak berjiwa. Ia adalah
Candu Rakyat.
Bahwa kebangkitan dunia barat dalam bidang ilmu dan teknologi tidaklah disebabkan
oleh agama mereka, karena fator ilmiah semata. Sebaliknya ketika umat Islam meninggilakan
agamanya, tegasnya ketika umat Islam meningglkan Dienul Islam maka islam mundur dari
segala segi sektor hidup dan kehidupan. Demikian juag ketika kebebasan mimbar dibatasi
oleh para raja dan penguasa, maka dinamika masyarakat menjadi statis.

c. Agama sumber Pendidikan


Agama ialah masalah mendasar buat kehidupan manusia yaitu akhlak.
a. AKHLAK
Nabi Muhammad S.A.W adalah Rasul Allah yang terakhir, beliau diutus untuk
meyempurnakan agama-agama sebelumnya. Karena Islam yang beliau bawa misinya
universal dan abadi. Uniersal adalah untuk seluruh manusia dan abadi. Inti ajaran islam
mengadakan bimbingan bagi kehidupan mental dan jiwa manusia.
Menurut Islam akhlak mulia adalah faktor peting dalam mabina umat atau membangun
suatu bangsa. Akhlak suati bangsa yang menentuka sikap hidup dan laku perbuatannya.
Intelektual tidak berpengaruh besar dalam kebangkitan dan keruntuhan suatu bangsa.
Akhlak berbeda dengan moral. Moral berasal dari bahasa Latin yang mengandung arti
laku lahiriah. Sedangkan Akhlak adalah perbuatan suci yang terbit dari lubuk jiwa yang
paling dalam, karenya mempunyai kekuatan yang hebat.
Akhlak Islam adlah suatu sikap mental dan laku perbuatan yang luhur. Mempunyai
hubungan dengan Zat Yang Maha Kuasa Allah S.W.T. Akhlak Islam adalah produk dari
keyakinan atas kekuasaan dan keesan Allah yaitu produk dari jiwa Tauhid.

b. TAUHID
Tauhid adalah awal dan akhir dari seruan Islam. Ia adalah suatu kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Suatu kepercayaan yang menegaskan bahwa Tuhan yang
menciptakan, memberi hukum-hukum menagtur segalanya yaitu Tauhid Rububiyah. Bahwa
Tuhan itu Zat Yang Luhur dari segi apapun yaitu Tauhid Uluhiyah. Lawan Tauhid adalah
syirik yaitu menyekutukan Allah. Selain syirik ialah paham meniadakan Tuhan atau Ateisme.
Menurut Islam Ateisme adalah kekafiran yang paling besar dan paling nyata.
Kepercyaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalah sila pertama dari Pancasila yang
merupakan dasar negara Republik Indonesia. Pancasila ialah pelaksanaan sehari-hari. Islam
dan Pancasila tidak ada petentangan,bahkan sila tersebut ada dalam ajaran islam. Konsespsi
3
9
Ketuhanan Yang Esa menurut akidah Islam adalah Tauhid. Tauhid adalah ajaran sepanjang
sejarah manusia, jaran tiap-tiap Nabi dan Rasul.
Pengtahuan tentang Tuhan hanya mungkin diperoleh secara pasti apabila melalui
pemberitahuan wahyu. Penagtahuan itu mustahil didaoat denagn pemikiran akal manusa
semata. Sebab pikiran manusia lemah (dhaif) untuka mngajuk masalah ketuhaanan kalau ia
hanya berjalan. Pikiran manusia sifatnya nisbi, seadng Tuhan sifatnya Mutlak.
Tauhid pula akan mambebaskan manusia dari dari seribu satu belenngu kejahatan
duniawi. Karena tauhid, manusia hanya akan menghambakan diri kepada Allah semata.
Jadi Tauhid memberikan kebahgian hakiki pada manusia di dunia dan kebhagiaan abadi
di akhirat kelak. Karena itu pendidikan tauhid penting bagi manusi terutama bagi kaum
generasi mudayang merupakan cermin dan harapan dimasa mendatang. Tauhid itu
mempunyai hubungan erat denagn ibadah.

c. IBADAH
Ibadah berarti berbakti kepada Allah karena didorong dan dibangkitkanoleh akidah
tauhid. Ibadah itulah tujuan manusia. Menyembah Allah berarti memuasatkan penyembahan
kepada Allah semata-mata , tidak ada yang disembah selain kepada-Nya saja. Pengabdian
berarti penyerahan mutlak dan kepatuhan seounuhnya secara lahir dan batin bagi manusi
akepada kehendak Ilahi.
Islam mengajarkan bahwa kehidupan duniawi ini bukanlah tujuan. Begitu pula hasil dari
kegiatan di bumi ini bukanlah tujuan yang hakiki. Tujuan yang hakiki ialah keridhaan ilahi.
Keridhaan Ilahi yang mungkin tercapainya kehidupan yang sebernarnya.
Kesimpulanmya bahwa Islam adalah asasi hidup manusia dalam kehidupannya untuk
kebahagiaan dunia dan akhirat. Islam mengajarkan manusi tentang akhlak dimana akhlak ini
bersumber pada tauhid sebagai dasar, inti dan akhir dari seruan Islam, dan atas dasar tauhid
itulah islam mendidik manusia menegnai hakikiat dan tujuan hidupnya yaitu beribadah
kepada Allah.

B. METODE MEMPELAJARI ISLAM


Memahami islam secara menyeluruh adalah penting walaupun tidak secara detail.
Begitulah cara paling minimal untuk memahami agama paling besar sekarang ini agar
menjadi pemeluk agama yang mantap, dan untuk menumbuhkan sikap hormat bagi pemeluk
agama lainnya. Di samping itu menghindari kesalahpahaman yang mana memungkinkan
timbulnya pandangan dan sikap negatif terhadap Islam, maka untuk memahami Islam secara
benar ialah dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Pertama, Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli yaitu Qur’an dan
Sunnah Rasulullah.
b. Kedua, Islam harus dipelajari secara integral, tidak dengan cara parsial,
artinya ia dipelajari secara menyeluruh sebagai suatu kesatuan yang bulat tidak
secara sebagian saja.
c. Ketiga, Islam harus dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama
besar, kaum zu’ama sarjana-sarjana Islam.
3
9
d. Keempat, kesalahan sementara orang mempelajari Islam ialah dengan jalan
mempelajari kenytaan umat Islam an sich, bukan agama Islam yang
dipelajarinya.

“Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam”

1. MENGAPA DINAMAKAN ISLAM?


Nama Islam mempunyai perbedaan yang luar biasa dengan nama agama lainnya. Kata
Islam tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu atau dari golongan manusia atau dari
suatu negeri. Hikmah tertinggi dari itu ialah karena Islam adalah agama wahyu dari Allah
s.w.t. Kata Islam adalah nama yang diberikan oleh Allah sendiri, banyak ayat-ayat Qur’an
yang menyebutkan antara lain:

“Barang siapa yang mencari agama selain Islam, tidak akan diterima daripadanya dan
dia di akhirat termasuk orang yang merugi.”

“Pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu dan telah kucukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agamamu.”

Menurut etimologi, Islam berasal dari bahasa Arab, diambil dari asal kata salima yang
berarti selamat sentosa. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama yang artinya memeliharakan
dalam keadaan selamat sentosa, dan berarti juga menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat.
Kata aslama itulah menjadi pokok kata Islam, mengandung segala arti yang terkandung
dalam arti pokoknya, sebab itu orang yang melakukan aslama atau masuk islam disebut
muslim.
Sesungguhnya Islam itu adalah agama sepanjang sejarah manusia. Agama dari
seluruh Nabi dan Rasul yang pernah diutus oleh Allah s.w.t. pada bangsa-bangsa dan
kelompok-kelompok manusia. Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-
rasul-Nya guna diajarkan kepada manusia. Islam adalah rahmat, hidayat dan petunjuk bagi
manusia yang berkelana dalam kehidupan duniawi, merupakan manifestasi dari sifat rahman
dan rahim Allah.

2. ISLAM DAN AGAMA


3
9
Dalam uraian yang telah lalu dikemukakan tentang arti harfiah kata Islam. Berbeda
dengan kata agama, ia tidak berasal dari bahasa Arab tapi berasal dari bahasa sansekerta.
Dalam bahasa terminologi, kata agama adalah sesungguhnya sama dengan peristilahan
bahasa Inggris: religion atau dalam peristilahan sehari-hari, religi.
Menurut kamus The Hold Intermediate Dictionary of American English, religi adalah
kepercayaan dan penyembahan kepada Tuhan atau kepada Yang Maha Mengetahui. Dalam
kamus The Advance Learner’s Dictionary of Current English merumuskan bahwa Agama
ialah mempercayai adanya kekuatan kodrat Yang Maha Mengatasi, Menguasai, Menciptakan
dan Mengawasi alam semesta dan yang telah menganugerahkan kepada manusia suatu watak
rohani, supaya manusia dapat hidup terus menurus setelah mati tubuhnya.
Menurut Dr. Sidi Gazalba mendefinisikan: Religi adalah kepercayaan pada dan
hubungan manusia dengan yang kudus, dihayati sebagai hakikat yang gaib, hubungan mana
menyatakan diri dalam bentuk serta sistem kultus dan sikap hidup, berdasarkan doktrin
tertentu.
Dengan rumusan-rumusan dandefinisi yang telah dikemukakan itu, jelaslah kepada
kita pengertian agama. Dapat disimpulkan bahwa isi agama itu meliputi:
a. Suatu sistem kepercayaan kepada Tuhan.
b. Suatu sistem penyembahan kepada Tuhan.
Dengan demikian, agama itu bidangnya ialah hubungan-hubungan manusia dengan
Tuhan saja. Tegasnya, hanya bidang vertikal.
Dalam peristilahan bahasa Arab dan Qur’an,kata Agama dapat searti dengan kata
addin apabila kata itu berdiri sendiri. Adapun Islam, seperti yang telah diuraikan di muka
ialah agama Allah yang diturunkan kepada para Rasul-Nya, sejak Nabi Adam hingga Nabi
terakhir Muhammad s.a.w. Sebagai Nabi akhir zaman, beliau diutus dengan membawa
syari’at agama yang sempurna, untuk seluruh manusia sepanjang masa.
Jadi tujuan Islam ialah kesejahteraan dan kebahagiaan hidup dan kehidupan manusia
di dunia dan akhirat. Ajaran Islam berintikan kepada :
Satu, ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan-nya, meliputi
kepercayaan dan penyembahan.
Kedua,ajaran yang mengatur manusia dengan sesamanya dan hubungannya dengan
alam.
Ajaran-ajaran yang pertama bergaris vertikal, dan ajaran-ajaran yang kedua bergaris
mendatar, horizontal.
Disamping kata dien, dalam Qur’an terdapat kata “millah” yang punya arti sama.
Peristilahan lain ialah syara’ dan syari’ah, menurut bahasa berarti jalan raya atau undang-un
dang. Menurut istilah, suatu peraturan yang diwajibkan Allah s.w.t., kepada hamba-Nya
berupa hukum-hukum yang didatangkan dengan perantaraan Rasul-rasul-Nya, baik yang
berhubungan dengan akidah (kepercayaan) maupun yang berhubungan dengan ibadah
(penyembahan) dan muamalah (hubungan sesama manusia dan hubungan dengan alam).

3. ISLAM DAN ALAM SEMESTA


Alam ialah segala apa saja yang bukan Allah. Yang ada itu hanya dua, yaitu alam dan
Allah. Alam ialah yang diciptakan (makhluk), sedang Allah ialah pencipta (Khalik).
3
9
Alam semesta itu telah diciptakan Allah menurut hukum-hukum yang pasti, yang
objektif dan yang tetap. Sebagaimana alam semesta demikian pula seluruh isinya termasuk
manusia telah terikat dan berada dalam suatu hukum yang tetap. Hukum-hukum serba tetap
yang mengatur alam itu sesungguhnya adalah hukum Allah, istilahnya yaitu sunnatullah.
Hukum Allah pada makhluk-Nya ada dua macam, yang tertulis dan yang tidak tertulis.
Hukum Allah yang tertulis, ialah yang diwahyukan-Nya kepada para Nabi dan Rasul yang
terhimpun menjadi Kitab suci, yang terakhir ialah Al-Qur’an. Hukum yang tertulis ini disebut
Sunnah Allah dalam sejarah.
Sunnatullah itu sifatnya ada tiga. Pertama pasti (eksak); kedua, objektif; ketiga, tetap
dan tidak berubah. Yang dimaksud pasti ialah hukum itu mesti berlaku, tidak boleh tidak.
Yang dimaksud objektif ialah hukum itu berlaku kepada dan siapa saja. Yang dimaksud tetap
ialah hukum Allah itu tidak pernah berubah sejak penciptaan alam semesta ini, dan tidak akan
berubah sampai hancurnya alam ini (kiamat besar).
Tentang ayat-ayat Qur’an yang menerangkan sunnatullah ini dapat diperiksa
selanjutnya pada: Al-Isra’ (17) ayat 77, Al-Ahzab (33) ayat 62, dan ayat 38. Sebab itu Allah
selalu mendorong bahkan memerintahkan untuk mengadakan penelitian terhadap alam
semesta dan isinya, memikirkan betapa Allah s.w.t. telah menciptakannya.
Allah menegaskan, bahwa segala yang telah diciptakan-Nya itu berjalan secara
teratur, tidak terdapat suatu kekacauan dan cacat. Hukum Allah yang serba tetap dan teratur,
pasti dan objektif itu, perludiberi suatu catatan. Bahwa adakalanya Allah memberikan suatu
hal yang menyimpang dari hukum-hukum Allah sendiri menurut penilaian manusia, yang
tujuannya untuk memperlihatkan kekuasaan dan kebesaran-Nya kepada manusia agar
manusia beriman sepenuhnya.
Oleh karena alam semesta dengan seluruh isinya taat, patuh dan tunduk kepada Allah,
maka menurut tata bahasa dan secara literal Al-Qur’an, seluruh alam ini adalah beragama
Islam atau “muslim”.
Manusia sebagai bagian daripada alam semesta terdiri dari dua unsur: jasmaniahdan
rohaniah. Unsur jasmaniah saja, manusia mendapati dirinya, raga dan batang tubuhnya,
sepenuhnya tunduk dan taat hukum=hukum serba tetap, pasti dan objektif; jasmaniah tunduk
kepada sunnatullah. Akan tetapi karena manusia itu adalah resultan dari dua komponen,
jasmaniah dan rohaniah, dimana manusia sebagai makhluk yang utuh itu dikaruniakan Allah
suatu daya pilih(ikhtiar) padanya.
Hukum Allah yang khusus untuk manusia itu ialah Hukum Syari’ah. Manusia yang
utuh itu dalam menghadapi hukum syari’ah, Allah memberinya daya pilih. Gambaran umum
manusia dalam melaksanakan syari’ah, seperti manusia melalui garis lurus yang panjang,
garis itu adalah garis Ilahi. Orang yang melalui garis lurus, garis Ilahi itu, hingga
menghembuskan nafasnya yang terakhir; dia akan berhadapan dengan alam kedua yaitu
akhirat dalam perjalanan garis pula. Kepatuhan alam semesta terhadap sunnatullah, termasuk
manusia adalah untuk kesejahteraan. Apabila manusia taat pada syari’ah dalam hal ini Abdul
A’la Maududi berkata: “Kini seluruh kehidupan berbentuk dalam keadaan benar, karena dia
telah menaati hukum-hukum Allah alam semesta ini disengaja atau tidak. Apabila kepatuhan
alam semesta dan manusia terhadap sunnatullah untuk tujuan kesejahteraanny, maka
sebaliknya pelanggaran terhadap sunnatullah membawa kerugian dan kebinasaannya. Oleh
3
9
karena itu, pelanggaran manusia atau penolakannya terhadap hukum-hukum syari’ah
mengandung resiko dosa dan kafir.
Manusia sebagai makhluk yang mempunyai unsur Rohaniah dan daya pilih
(ikhtiar=free will), berbeda dengan alam jasmaniah saja, ia tidak langsung menerima
hukumannya, reaksi waktunya cukup panjang.

4. PANDANGAN DUNIA ISLAM


Dalam pembahasan Islam dan alam semesta, dimana menerangkan manusia mengenai
posisinya dalam alam semesta, pada pasal 4 yang lalu; berhubungan dengan alam semesta
juga, Islam mempunyai suatu pandangan dunia (world out look).
Islam tegas menolak pandangan dunia idealitas dan agnotisisme yang memandang
alam semesta dan segala yang ujud ini sebagai suatu yang maya, semu, tidak riil dan ia
diragukan kebenarannya. Islam lebih menentang lagi terhadap pandangan dunia materealistis.
Adapun pandangan Islam selalu bersumberkan petunjuk wahyu (Al-Qur’an). Tentang alam
semesta ini Allah mengajarkan kepada manusia bahwa ia itu diciptakan oleh Dia (Allah
s.w.t.) dengan hak, artinya benar dan tidak palsu, bahwa ujud alam semesta adalah ujud yang
hak.
Allah selanjutnya mengajarkan bahwa ekstensi yang objektif dan independen daripada
kesadaran atau ide kita. Allah mengajarkan juga, ia pun diciptakan Allah dengan
mengandung tujuan, halmana berlawanan dengan filsafat Epicurus. Oleh karena itu alam ini
haruslah dijadikan sebagai ruang lingkup yang penuh dengan amal saleh yang bertujuan
penuh. Tujuan hidup manusia muslim ialah ibadah dan mencari ridha Ilahi.

5. ISLAM DAN FITRAH MANUSIA


Kata fitrah dalam pembahasan ini mempunyai hubungan arti dengan kata yang
terdapat pada: Hari Raya Fitrah dan Zakat Fitrah. Arti fitrah itu adalah watak hakiki dan asli
dari tiap-tiap manusia. Dengan demikian maka pembahasan Islam dan fitrah manusia ialah
untuk memberikan keterangan yang pasti tentang kepercayaan asli manusia dalam
sejarahnya. Apakah manusia itu lahir atau titik tolak sejarahnya dari jiwa menotoisme ke
politeisme atau sebaliknya, yaitu dari jiwa politeisme ke menotoisme? Atau manusia lahir
dari ateisme ke teisme?. Dalam lapangan Ilmu Pengetahuan Agama, kita akan menemukan
persoalan ini dalam beberapa aliran. Dr. H.A. Mukti Ali telah pernah mengemukakan
pembahasan ini agak detail dan secara menarik. Bahwa dari aliran-aliran itu ialah
evolusionisme berkata: agama timbul dari bukan menotoisme menuju ke kesempurnaan ialah
menotoisme. Menotoisme adlah bentuk terakhir dan tersempurna daripada kepercayaan dan
agama umat manusia.
Demikianlah maka Max Muller berpendapat bahwa asal usul agama itu ialah
penyembahan alam yang henoteistik menurun menjadi politeistik turun lagi ke fetishisme,
lalu meningkat ke bentuk panteisme atau teisme.
Akan tetapi kemudian muncul suatu aliran yang menggembirakan, yaitu aliran
oermonoteisme (monoteisme asli). Penulis modern yang pertama-tama menekankan akan
adanya monoteisme dikalangan masyarakat primitif ialah Andrew Lang.
3
9
Empat belas abad yang lalu, Nabi Muhammad s.a.w. mengajarkan kepada manusia
bahwa kepercayaan dasar manusia adalah monothisme yang diistilahkan oleh Islamologi
dengan Tauhid. Akidah tauhid itulah yang menjadi fitrah manusia.
Jadi menurut Islam, kepercayaan asli manusia ialah Tauhid. Ajaran tauhidlah yang
menjadi akidah manusia pertama (Adam a.s.) yang diterimanya dari Allah mulai saat
penciptaannya, dan akidah itulah yang diajarkan kemudian kepada anak cucunya.
Maka Allah mengutus Rasul lagi untuk mengembalikan lagi kepercayaan manusia
pada tauhid, disamping membawa syari’ah sebagai petunjuk bagi manusia dalam mengatur
hidup dan kehidupannya.
Manusia itu merupakan satu kesatuan umat dan akidah, berasal dari nenek moyang
yang sama, yaitu Adam dan Hawa.
Jadi tauhid adalah keyakinan akan keesaan Allah, Maha Pencipta dan Maha Agung,
tidak ada Tuhan melainkan Dia, yaitu Allah s.w.t. Akidah tauhid bukan evolusioner, tetapi
adalah fitrah manusia sendiri.
Tauhid sebagai fitrah manusia berarti bahwa nalurilah manusia adalah makhluk yang
selalu cinta kepada kesucian dan selalu cenderung kepada kebenaran. Dhamir (hati
nuraninya) selalu mendendangkan dan merindukan kebenaran, dan kebenaran itu tidak akan
didapat melainkan dengan Allah s.w.t.
Islam mengajarkan bahwa pada dasarnya manusia itu adalah makhluk yang baik,
hadapilah semua manusia dengan parasangkaan yang baik, jangan menghadapinya dengan
jiwa curiga dan purbasangka. Sebab-sebab seseorang menjadi sesat, menolak atau benci
Islam ialah: Pertama, orang itu tidak mendapat tuntunan rohaniah agama dan pendidikan
tauhid. Kedua, orang itu mendapat pengaruh lingkungan yang buruk dari kalangan rumah
tangganya, tetangganya, masyarakatnya dan pergaulannya. Kedua faktor diatas adalah
mendasar dalam usaha membangun manusia itu.

6. RISALAH ISLAM
Apakah risalah Islam? Untuk memahaminya, kiranya perlu dikemukakan dahulu suatu
mukaddimah tentang islam. Agama Islam sesungguhnya adalah agama Allah yang dulu dan
sekarang, sebagaimana yang telah diuraikan di muka. Allah s.w.t. menggariskan tujuan
risalah beliau dalam Qur’an:

“Tiada kami utus engkau melainkan rahmat bagi sekalian alam.”


Tugas Nabi Muhammad s.a.w. ialah membawa rahmat bagi sekalian alam, maka itu
pula risalah agama yang dibawanya. Islam itu ibarat Ratu Adil yang menjadi tumpuan
harapan manusia. Sejarah hidup dan perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. adalah contoh paling
baik dimana Islam waktu itu bangkit ibarat Ratu Adil, membawa nikmat, kebahagiaan, dan
kebanggan manusia.
3
9
Kebenaran risalah Islam sebagai rahmat bagi manusia, terletak pada kesempurnaan
Islam sendiri. Dalam satu tinjauan Islam adalah suatu akidah atau keyakinan (kepercayaan).
Apabila Islam ditinjau dari segi lain, Islam adalah suatu syari’ah, artinya sebagai suatu
hukum dan perundang-undangan. Maka kita mengenal adanya hukum yang lima (al-ahkamul
khamsah) dalam islam:
1) Wajib, yaitu suatu yang kalau tidak dikerjakan menyebabkan seseorang
berdosa.
2) Haram, yaitu suatu perbuatan yang terlarang dikerjakan, jika dilakukan
menyebabkan berdosa.
3) Mubah, yaitu suatu perbuatan yang diperbolehkan, yang jika tidak dilakukan
atau dilakukan, tidaklah menjadikan seseorang berdosa.
4) Mandub atau sunat, yaitu suatu perbuatan yang dianjurkan dan dipuji, tetapi
tidak berdosa jika ditinggalkan.
5) Makruh, yaitu suatu perbuatan yang tidak diinginkan, artinya perbuatan yang
berpahala jika tidak dilakukan, tetapi tidak berdosa jika dilakukan.
Penerapan hukum-hukum itu dalam kehidupan sehari-hari punya variasi. Dengan
peninjauan Islam dari segi-segi hukum, kita akan memahami Islam sebagai suatu syari’ah.
Akan tetapi kalau Islam ditinjau dari segi lain lagi, Islam adalah suatu nizam. Nizam adalah
serupa dengan sistem, cara hidup atau way of life. Sistem-sistem Islam dan cara-cara hidup
secara Islam adalah berbeda dengan seribu sistem dan cara hidup (way of life) yang ada di
dunia ini, suatu sistem dan cara hidup yang berbeda dengan kapitalisme. Konsekuensi dari
keharusan terwujudnya risalah Islam, maka setiap pemeluk Islam memikul tanggung jawab
bekerja dan memperjuangkannya. Dalam melaksanakan Islam menurut sistematika vertikal
dan horizontal mempunyai kaidah atau rumus.
Islam adalah kesimbangan, maka ajaran-ajaran Islam hendaklah diterapkan secara
seimbang, seimbang yang vertikal dan yang horizontal. Yang menjadi tantangan besar umat
Islam kini, ialah bahwa Islam belum lagi terwujudnya rislahnya, ia belum lagi menjadi
rahmat bagi manusia. Umat Islam dilarang menjadi umat pengekor, tetapi sebagai
pengendali; tidak pula boleh menjadi gerobak yang ditarik ke mana-mana, tetapi lokomotif
yang menarik dan bertenaga besar. Islam tidak condong ke Barat dan tidak pula condong ke
Timur, tapi Islam tampil ke tengah-tengah mengajak seluruh benua, ras dan bangsa untuk
berkiblat kepadanya. Islamlah yang harus memimpin jalannya sejarah menuju kepada hidup
dan kehidupan yang bahagia (hayatun thayyibah) dalam rangka masyarakat yang sejahterah
dan bahagia di bawah naungan ampunan Allah (baldatun thyyibatun wa rabbun ghofur).

C. QUR’AN SUNNAH DAN IJTIHAD


Al qur’an ialah kitab sucii yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW, sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia. Qur’an menurut harfiah berarti bacaan.
Definisi lain qu’an ialah “kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada nabi terakhir sebagai
mukhjizat. Dari definisi itu ada kesimpulan bahwa wahyu yang turun sebelum Nabi
Muhammad SAW tidak dinamakan al qu’an.
Tidak dipungkiri bahwa buku yang paling banyak dibaca dimuka bumi ialah al qu’an
dan dari sekian banyak buku dan literature pasti qur’an yang paling banyak peranannya untuk
kehidupan manusia di bumi. Terbukti sejarah mencatat pada awal abad XIII kaum muslimin
3
9
menjadi pendukung utama dari peradaban dunia dan menjadi obor manusia di tiga benua :
asia, afrika dan eropa. Dalam kurun kita abad XX ini quran lah yang menjadi pemersatu
kaum muslimin di seluruh dunia dan tidak menjadikan diskriminasi itu sebagai sumber
perpecahansebab Quran lah yang menjadi pedoman hidup bersama.
Quran tersusun dalam 114 surat dengan 6236 ayat 74437 kalimat dan 325345 huruf.
Semuanya dalah wahyu Allah SWT untuk Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril
yang tidak tercampur perkataan Nabi Muhammad SAW. Tetapi pada kitab injil dalam
perjanjian baru, Quran telah hilang dan tinggal penafsiran saja sehingga banyak firman Allah
SWT yang dicampur dengan perkataan Yesus dengan bahasa Ibrani.
Selanjutnya dalam mempelajari al quran kita harus tahu tentang hal sekitar al quran.
Quran turun bersaman dengan pebobatan Muhammad sebagai rasulullah, dalam usia 40 tahun
di gua hira pada malam senin, 17 ramadhan yang dinamakan malam lailatul qadar dan juga
bertepatan dengan terjadinya perang badr. Ayat pertama yang turun adalah surat al-alaq ayat
1-5 sedangkan ayat terakhir adalah surat al maidah ayat 3.
Quran turun secara 2 periode yaitu periode makkiyah yang memiliki ciri ayat yang
pendek dan periode madaniyah yang umumnya berciri ayat panjang. Quran turun tidak urut
melainkan berpencar dan setiap turunnya al quran rasulullah memrintahkan untuk mencatat
dan menggandengnya dengan ayat yang sebenarnya.
Cara quran yang sangat mengagumkan dalam membimbing manusia, mengenal Allah
SWT sebagai pencipta alam semesta ialah penghargaan yang tinggi terhadap rasio, maka
tidak heran kalau banyak orang yang bangga dengan semangat rasionalitas dalam Al quran.
Salah satu kehebatan islam yaitu bahwa agama ini tegak yan g didasarkan pada pikiran yang
waras. Maka agama islam tidak seperti agama yang lain yang hanya menelan dogma
(perintah dari seorang pemimpin agam yang menyuruh penganutnya belajar sebelum
menerima sesuatu). Sebaliknya islam dalam quran sangat membenci kebodohan, dogmatism
dan apa saja yang tidak berdasar ilmiah yang sesuai firman Allah SWT pada ayat Al-Isra (17)
: 36 da quran merangsang manusia untuk melakukan penelitian terhadap segala kejadian
Revolusi matahari, peredaran bumi, planet, dan bulan atau seluruh kosmos beserta isinya
sesuai dengan (surat yunus (10) ayat 101) dan manusia ditantang untuk bias menemukan
planet dan bintang bintang yang lain yang ada di dalam semestaini.
Quran tidak hanya mengemukakan tekhnologi melainkan juga ramalan ramalan
dimana ramalan itu sudah ada dalam al quran sebelum diciptakan dan berkembangnya
manusia , ramalan itu seperti : tentang rahim ibu, gravitasi, pemuaian alam semesta, tentang
ruang hampa, proses pertumbuhan , geologi.
Quran juga memiliki 3 serangkai yang dapat mengikat derajat seseorang yaitu : imam,
ilmu dan amal. Selain itu semua quran juga memiliki keindahan sastra yang luar biasa dan
tidak ada satupun yang mampu menandinginya. Semua itu di buktikan dengan terkesimanya
Abdul Wahid seorang ahli sastra arab yang tidak ada duanya di muka bumi ini yang diutus
oleh pemimpin kaum Quraisy untuk menundukkan Rasulullah dengan iming iming harta dan
tahata tetapi Rasulullah membacakan surat fush shilat (41) sampai selesai. Abdul Wahid
hanya diam atas keindahan sastra quran itu. Lalu ada juga Umar Bi Khattah musuh
Rasulullah yang kejam dan paling ditakuti oleh para sahabat masuk islam setelah dia
mendengarkan Quran surat Thahaa dan masuk islam dean ia mendapat gelar “al-faruq”
3
9
1. SUNNAH
Apabila Quran wahyu dari Allah SWT untuk Nabi Muhammad kalau sunnah dari
Nabi Muhammad SAW. Sunnah biasanya disebut juga dengan hadist menurut harfiah sunnah
adalah istiadat. Sunnah merupakan perkataan, perbuatan, dan taqir (penetapan) Rasulullah.
Taqridapat terjadi jika ada seorang sahabat ucapkan sesuatu di muka Rasulullah atau
sebaliknya. Jika beliaudiam saja dan menganggapmu baik maka inilah taqiir. Akan tetapi di
kalangan ulama ada pembeda antara sunnah dan hadist.
Sunnah adalah sumber asasi dan sumber hokum alam yang kedua setelah al-quran
karena sunnah merupakan pelaksanaan yang otentik terhadap quran. Disini sunnah tidak
berdiri sendiri sebab keterkaitannya terhadap quran. Fungsi sunnah sebagai sumber asasi
islam dan hokum islam yang kedua yang ditetapkan oleh quran sendiri pada surat An-Nisa :
65 dan Al Hasyr &. Mayoritas kalangan ahli hadits dalam memakai sunnah sama dengan
hadits. Hubungan suatu hadits dengan Rasulullah SAW diragukan makka jadilah hadits itu
dugaan yang datangnya dari Rasulullah SAW. Dengan demikian hadits dibagi menjadi dua
secara garis besar. Hadits Mutawatir adalah orang yang meriwayatkannya ada suatu batas
jumlah yang mana mereka itu mustahil sepakat berdusta. Hadits Ahad adalah suatu hadits
yang diriwayatkan oleh seorang saja atau oleh beberapa orang yang jumlahnya sedikit, dan
Hadits Ahad dibagi menjadi 3 yaitu Hadits Shahih (sehat), hadits hasan (bagus), Hadits dhaif
(lemah). Hadits mutakatir bernilai yakin dan absolute kebenarannya dan wajib dipakai.
Sedangkan hadits ahad di cabang hadits dhaif (lemah) menimbulkan kuat sekali tentang
kepalsuan isinya dan kepalsuan datangnya dari Nabi.
Dalam wasiat Rasullah itu ditegaskan bahwa sunnah itu adalah pedoman kedua
sesudah al qur’an selama kedua pedoman itu diikuti (Quran dan Sunnah) dan tidak akan
terpengaruh kepada pedoman pedoman sekulerisme maka akan selamatlah perjalanan hidup
itu dalam dua alam dunia dan akhirat.

2. IJTIHAD
Ijtihad adalah sendi islam yang ketiga setelah Quran dan Sunnah. Ijtihad berasal dari
kata ijtihad yang berarti mencurahkan tenaga, memeras pikiran, dan bekerja dengan sungguh-
sungguh. Ijtihad merupakan salah satu dasar daripada Hukum Islam sesudah Quran dan
Sunnah. Quran memberikn suatu syariah yang bersifat tetap dan tidak berubah-ubah, karena
peraturan Allah hakikat sifatnya tidak akan dapat berubah-ubah. Sebaliknya bilamana
perubahan-peubahan itu tidak boleh tidak untuk kemajuan manusia dan syariah tidak
menentukan suatu hukum yang rinci, disinilah ijtihad berlaku. Dapat dikatakan jika Quran
dan Sunnah sebagai sumbernya maka ijtihad adalah sebagai penggerak tanpa ijtihad
keduanya akan lumpuh.
Semua ajaran ijtihad dijelaskan dalam surat Al-Maidah:48 dan dalam sebuah
haditsada dialog antara Nabi dengan Muadz bin Jabal dimana nabi berkata bagaimana jika
ada suatu permasalahan yang tidak ada dalam sunnah Rasulullah dan bagaimana caramu
memecahkannya. Dan iapun menjawab aku akan berpegang kepada pertimbangan akal yang
bebas (Ajtahida bira’yi). Dan pada sebuah fragmen dari peristiwa nabi Muhammad yang akan
menghadapi akhir hayatnya. Seorang sahabat bertanya kepada nabi “kalau nabi wafat
bagaimana jadinya kami dan bagaimana kami bisa tahu cara memecahkan masalah baru
setelah anda wafat ya Rasulullah?” dan nabi pun menjawab “kalian mempunyai Al-Qur’an
3
9
sebagai pedoman kalian dan kalian mempunyai akal pikiran dan kesadaranuntuk
memecahkan masalah dan Allah SWT akan menuntun kalian pada jalan yang lurus”
Objek ijtihad tidak boleh berijtihad mengenai kewajiban seperti puasa, sholat, dan
sebagai ijtihad hanya boleh membenarkan masalah yang buktinya tidak positif. Apabila suatu
ijtihad tidak mungkin dilakukan, maka minimal seorang harus menjadi “Mutaabbi” artinya
mengikuti dan menerima fatwa dari ulama.
Muttabi adalah suatu kenyataan dalam kurun kita ini. dihadapkan kepada masalah
yang yang membutuhkan jawaban positif, dan dulu para ulama telah berjuang untuk generasi
masa depannya dan sudah berusaha memecahan problem yang tumbuh di sekitarnya dan
mempunyai banyak manfaat pada masa ini yang merupkan challenge bagi Islam pada
zamannya dahulu dan seiring berjalannya waktu permasalahan terus bertambah sampai masa
ini dan oleh karena itu kita harus melakukan ijtihad pada masa kita ini.

D. ISLAM DAN MASALAH KEHIDUPAN AKIDAH DAN IBADAH

1. AKIDAH

Akidah ialah iman atau kepercayaan. Sumbernya yang asasi ialah Qur’an. Iman ialah
segi teoritas yang dituntut pertama-tma dan terdahulu dari segala sesuatu untuk dipercayai
dengan suatu keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh keragu-raguan dan dipengaruhi
prasangkaan.
Bagaimanakah sesungguhnya pengertian dan hakikat iman itu? Rasulullah SAW
menerangkan :
“ Iman adalah engkau percaya (membenarkan dan mengakui) kepada Allah dan Malaikat-
Nya dan dengan menjumpai-Nya dan dengan Rasul-rasul-Nya, dan engkau percaya dengan
hari kebangkitan”
Kemudian menjawab pertanyaan tentang hakikat pengertian islam, Rasulullah SAW
menerangkan :
“ Islam ialah engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Engkau mengerjakan
shalat, membayar zakat yang wajib, dan puasa pada bulan Ramadhan”
Abul A’la Maududi, menerangkan tentang hakikat hubungan antara imam dan Islam,
sebagai berikut : “Hubungan antara Islam dengan iman, adalah laksana hubungan pohon
dengan uratnya. Sebagaimana pohon kayu tidak dapat tumbuh tanpa uratnya, demikian
pulalah mustahil bagi seseorang yang tidak memiliki iman untuk memulai dirinya menjadi
seorang Muslim.”
Akidah adalah masalah fundamental dalam islam, ia menjadi titik tolak permulaan
muslim. Sebaliknya, tegaknya aktivitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang
itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akidah atau menunjukkan kualitas
3
9
iman yang ia miliki. Manusia hidup atas dasar kepercayaannya. Tinggi rendahnya nilai
kehidupan manusia tergantung kepada kepercayaan yang dimilikinya. Sebab itulah kehidupan
pertama dalam islam dimulai dengan Iman.
Kepercayaan merupakan pelita hidup, tanah tempat berpijak dan tali tempat
bergantung. Banyak manusia yang kehilangan tujuan hidup menjadi sesat karena ketiadaan
iman. Persoalan-persoalan hidup terdapat pada segala tingkatan manusia. Makin besar jabatan
dan kedudukan seseorang, makin besar pula problem hidupnya. Apabila problem-problem itu
berlarut-larut, mengakibatkan tekanan-tekanan jiwa dan psikis yang berat, menjadikan
seseorang neosoris atau menderita berbagai penyakit psikis dan penyakit fisik, menjadi gejala
umum dari hidup manusia modern masa kini. Tidak jarang pula manusia yang tidak mampu
melihat jalan keluar (way out) dari situasi yang sedang dihadapi, menempuh jalan yang
dipandangnya jalan pendek, menjadi gelap mata, melakukan perbuatan “nekad” yaitu bunuh
diri.
Menurut islam, kepercayaan pokok itu ialah kalimat : Laailaha illallah, artinya tidak
ada Tuhan melaikan Allah. Artinya keyakinan mutlak kepada Allah dengan membenarkandan
mengakui wujud (eksistensi) Allah, sifat (atribut) Allah. Pokok akidah ialah Allah SWT
sendiri, sebab dengan kepercayaan kepada Allah itu dengan sendirinya mencakup
kepercayaan kepada Malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya , hari kemudian dan
ketentuan takdirNya. Unsur-unsur iman tersebut dalam Islamologi diistilahkan Arkanul Islam
Firman Allah SWT : An-Nisa’ (4) :136

“Hai orang-orang yang beriman, yakinlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada
Kitab yang diturunkan-Nya terdahulu. Barang siapa yang kafir kepada Allah,
Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat jalan sejauh-jauhnya”

Adapun tentang iman yang keenam, yaitu iman kepada qadha dan qadar Allah.
Adapun carav memahami detail dari rukun-rukun iman itu haruslah bersumber dari
pemberitaan Allah sendiri. Masalahnya adalah gaib, sebab itu yang paling mengetahui
tentang yang gaib ialah Yang Mahagaib, Allah SWT. Qur’an sebagai satu-satunya sumber
akidah kaum muslimin. Karena Qur’an sendiri adalah mutawatir maka dalil yang harus
diterima buat menerangkan akidah itu ialah dalil mutawatir, atau dalam istilah lain “dalil
gath’I” (dalil positif).

2. MAKNA SYAHADAT
Pengetahuan pokok dan pertama terhadap Islam ialah yang bernama Arkanul Iman
(rukun-rukun iman). Arkanul iman itu ialah :Percaya kepada Allah, Rasul-rasul-nya,
Malaikat-Nya, Kitab-Nya, hari kemudia-Nya serta qadha dan qadar-Nya.
3
9
Firman Allah SWT : Al-A’raf (7) :158

“Katakanlah : Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu


semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan
selain Dia. Yang menghidupkan dan Yang mematikan. Karena itu berimanlah kamu
kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi-Nya, beriman kepada Allah dan kepada kalimat-
kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”

Atas dasar ayat tersebut maka Kalimat Syahadat itu sebagai berikut :
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad
itu adalah Rasul Allah “. Kalimat tersebut bernama Dua Kalimat Syahadat karena ia
mengandung dua syahadat (penyaksian). Syahadat pertama ialah : Laailaha ilallah yang
artinya : tidak ada Tuhan melainkan Allah ; dan syahadat yang kedua ialah: “Muhammadan
Rasulullah” yang artinya : Muhammad adalah Rasul Allah. Kalimat tersebut disebut kalimat
tauhid.
Dua kalimat syahadat itu adalah laksana anak kunci yang dengannya manusia masuk
kedalam alam keselamatan (Islam) dan dengan kalimat itu pula manusia dimasukkan dalam
syurga kalau kalimat itu menjadi ucapan terakhir dalam hidup duniawi.
Syahadat pertama menegaskan eksistensi Tuhan sebagai satu-satunya yang bernama
Allah. Perkataan Allah berasal dari kata “Ilah” yang berarti “ma’bud” (yang disembah),
sesuatu yang dianggap berkuasa dan besar mempunyai nilai yang patut disembah dan ditaati
dengan sepenuh hati.
Pengakuan terhadap keesaan Allah sebagai satu-satunya Tuhan, mengandung kesempurnaan
kepercayaan kepada-Nya dari dua segi :
Pertama, Rububiyah yaitu sifat ketuhanan yang menciptakan alam, memelihara dan
mendidiknya.
Kedua, uluhiya. Segi ini adalah konsekuensi dari segi yang pertama, yaitu bahwa
hanya Zat yang bernama Allah saja sebagai Tuhan satu-satunya yang wajib disembah
dan dimohon pertolongan-Nya.
Kalimat “Laa ilaaha illallah” tersusun dalam bentuk dimulai dengan peniadaan, yaitu tiada
Tuhan baru kemudian disusul dengan suatu penegasan : “melainkan Allah!”
Syahadat kedua : “Wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah” (dan saya bersaksi bahwa
Muhammad itu Rasul Allah).
3
9
Ada tiga pengetahuan yang asasi dalam syahadat kedua ini yaitu :
 Pertama, Nabi Muhammad adalah Nabi/Rasul Allah untuk seluruh manusia
hingga akhir zaman
 Kedua, Nabi Muhammad adalah Nabi/Rasul Allah yang terakhir
 Ketiga, Nabi Muhammad itu penghulu seluruh Nabi dan Rasul (sayyidul
ambiya’ wal mursalien)
Iman kepada Muhammad SAW berdasar atas firman Allah SWT dalam Qur’an
sebagai berikut :

“Muhammad itu bukanlah bapak seseorang dari laki-laki kamu, tetapi Muhammad
itu adalah Rasul Allah penutup Nabi-nabi dan adalah Allah mengetahui tiap-tiap
sesuatu” Al-Ahzab (33) : 40

Pengakuan kepada : “Dua kalimat syahadat” membawa arti asasi kepada rukun-rukun iman
yang lain. Itulah sebabnya Dua Kalimat Syahadat itu menjadi intisari daripada Arkanul Iman
(rukun-rukun iman)

3. RUKUN IMAN
A. Iman kepada Allah SWT
Rukun iman pertama ialah iman kepada Allah SWT. Iman kepada Allah SWT adalah
yang paling pokok dan mendasari seluruh ajaran islam, dan ia harus diyakinkan dengan ilmu
yang pasti seperti ilmu yang terdapat dalam kalimat syahadat “Laa ilahaa ilallah”. Qur’an
sebagai sumber pokok ajaran Islam telah memberikan pedoman kepada kita dalam mengenal
Allah SWT. Bahwa Allah SWT adalah Zat Yang Mahasuci, suci daripada sifat yang serupa
dengan alam. Ia tak dapat diserupakan dalam bentuk apapun, maka antropomorfisme tidak
dikenal dalam islam.
Konsep ketuhanan menurut Qur’an berdasar firman Allah SWT : Al-Ikhlas (112) : 1-4

“Dialah Allah Tuhan kamu, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Pencipta segala
sesuatu, karena itu sembahlah Dia oleh kamu dan Dialah yang menguasai segala
3
9
sesuatu. Dia tidak terlihat oleh pandangan mata, tetapi Dia sendiri melihat dan
Dialah Zat yang lemah lembut lagi Maha Mengetahui”
Dalam sejarah purba, manusia jahiliah mengenal juga Allah. Mereka mengerti bahwa
yang menjadikan alam semesta dan yang harus disembah ialah Zat yang bernama Allah itu.

“Dan jika kamu Tanya mereka itu (orang-orang jahiliah), siapakah yang
menjadikan langit dan bumi, niscaya mereka menjawab, yang menjadikannya
ialah Allah yang Mahakuasa lagi Maha Mengetahui” Az-Zuhruf (43) : 9

Demikianlah pengakuan orang-orang jahiliah ! Mereka menjawab yang diungkapkan


Qur’an dalam firman Allah :

“Tidaklah kami menyembah mereka itu (berhala-berhala), melainkan supaya


mereka mendekatkan kami kepada Allah sehingga kami dekat” Az-Zumar (39):3
Menurut cara primitif, mereka menyembah patung-patung, berhala-berhala, pohon-
pohon, gunung-gunung, sungai-sungai dan sebagainya dengan dalih sebagai perantara dalam
menyembah Allah SWT. Islam memandang perbuatan semacam itu sebagai perbuatan hina
akibat kebodohan. Dengan perbuatan syirik, berarti dia telah menjatuhkan martabat
kemanusiaannya yang tinggi. Karena itu, Islam mengajarkan tauhid sebagai sumber hidup
dan kehidupan yang benar. Dalam menyembah,memohon dan berdoa harus langsung
dihadapkan kepada Allah SWT :
3
9
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi
segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka
selalu berada dalam kebenaran” Al-Baqarah (2) : 186

Metode pembuktian wujud Allah


Untuk membuktikan wujud Allah, Qur’an menunjukkan suatu metode yaitu dengan
menyelidiki kepada kejadian menusia dan alam semesta. Alam ini adalah bukti bukti
kebenaran wujud Allah SWT. Ibnu Rusyd (1126-1198) berkata : “untuk membuktikan wujud
Allah itu ada dua cara, yang pertama :
 Dalil al-I’nayah (the proof of providence) ialah bahwa sesungguhnya
tentang kesempurnaan strukur susunan alam semesta ini menunjukkan
adanya suatu tujuan tententu pada alam.
 Dalil al-ikhtira (the proof of creation) ialah bahwa semua yang ada
(maujud) yang kita lihat ini adalah makhluk (dijadikan), utamanya pada
makhluk hidup, dimana manusia sangat lemah untuk dapat menciptakan
walaupun seekor binatang kecil”
Betapa langit yang tak terbatas, perjalanan bintang-bintang dan planet-planet yang
serba tak terbatas, perputaran dan pergantian musim, angin yang berhembus dan yang berarak
tiada hentinya. Dan akhirnya kepada kepada diri manusia sendiri, betapa ia telah diciptakan
dari setetes air mani, kemudian berbentuk segumpal darah, lalu menjadi sebentuk daging
yang kemudian diberi kerangka dari tulang-tulang. Semuanya adalah bukti tentang eksistensi
dan keagungan Allah SWT Khalikul alam. Andaikata ada Tuhan selain Allah, maka pastilah
langit dan bumi itu hancur binasa. Sebab itu, mengapa manusia menganggap ada Tuhan
selain Allah SWT?
3
9
“Sekiranya ada dilangit dan dibumi seberapa Tuhan selain dari Allah, sungguh
hancur binasalah seluruh langit dan bumi itu. Mahasuci Allah, Tuhan bagi Arasy,
daripada apa yang mereka sifatkan” Al-Anbiya’ (21) : 22

Menurut ajaran Islam, wujud (yang ada)itu ada dua yaitu :


 Allah ialah khalik, Pencipta Alam, dimana Dia sendiri tidak diciptakan.
Eksistensi Allah adalah wajib, karena itu Dia adalah wajibul wujud artinya
ada-Nya adalah wajib. Dia suci dan berbeda dari alam dalam segala hal
“laisa kamitslihi syaiun”.
 Alam ialah makhluk, diciptakan oleh Allah. Tentang eksistensinya adalah
mungkin saja, artinya boleh ada dan boleh tiada. Sebab itu dinamakan
mumkinul wujud. Tetapi kenyataannya ia telah ada, karena tu dinamanakan
pula ia “Baru” artinya dari tiada ke ada (wujud).

Yang dimaksud alam dalam ilmu tauhid ialah segala sesuatu yang dapat ditangkap
oleh panca indera kita atau oleh perasaa n dan pikiran kita. Alam mempunyai keadaan dan
sifat-sifat khas :
 Pertama, ia takluk kepada hukum gerak, berubah dan berkembang
 Kedua, alam dapat disusun atau tersusun (murrakab), karena ia adalah
maddah (materi) dari susunan atom-atom dan molekul-molekul.
 Ketiga, alam itu takluk kepada ruang dan waktu (space and time)
 Keempat, alam itu dapat ditangkap dengan panca indera, perasaan dan
pikiran kita

Tuhan itu ialah Allah SWT. Dia adalah Maha Esa. Dia Esa dalam segala-galanya. Esa
dalam Zat-Nya, artinya tidak ada persamaannya dari seribu satu zat-zat yang kita kenal dalam
ilmu fisika. Dia Maha Esa dalam sifat-sifat-Nya, Dia Maha Esa dalam perbuatan-Nya, Dia
Maha Esa dalam wujud-Nya, artinya hanya Allah sajalah yang wajibul wujud, Dia Maha Esa
dalam menerima ibadah, ia Maha Esa dalam memberi Hukum, artinya Dialah satu-satunya
pemberi hukum yang tertinggi.
Manfaat dari pengetahuan kita tentang keEsaan Allah ialah mansia tidak boleh
menyembah dan bertuhan selai kepada Allah SWT. Dia berkuasa memuliakan dan
menghinakan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, Dia memakmurkan atau menghancurkan
suatu negeri yang dikehendaki-Nya.
Untuk mempertinggi dan mempertebal iman kepada Allah, manusia diperintahkan dan
mempelajari alam semesta, ia laksana kitab penuh khazanah dan hikmah terbuka dihadapan
3
9
kita, menjadi “ayyaatun bayyinah”. Dalam diri manusia ada yang bernama “roh”. Apakah roh
itu?

“Mereka bertanya kepada engkau tentang roh. Jawablah, roh itu termasuk
urusan Tuhanku, dan kepada kamu hana diberitpengetahuan sedikit” Al-Isra’
(17) : 85

Alangkah kecil rasanya manusia ini, dirinya saja sudah penuh dengan teka-teki dan rahasia
yang tak terkaji olehnya sendiri. Manusia dilarang memikirkan hakikat Zat Allah. “Allah
sebagai Pencipta Alam, mutlak sifat-Nya. Substansi-Nya cara berfikir dan logika-Nya bersifat
mutlak pula, disamping sifat keesaan. Pengetahuan dan pengertiannya terhadap yang mutlak
itu nibsi pula sifatnya. Daya yang nibsi adalah nibsi pula. Karena itulah yang nibsi tidak
sanggup mengerti sepenuhnya substansi yang mutlak, tak sanggup mengajuk rasio-Nya, cara
berpikir-Nya, tak sanggup sepenuhnya membanding logika-Nya.

B. Iman kepada Malaikat


Iman kepada malaikat adalah masalah akidah yang kedua sesudah iman kepada Allah
SWT. Para malaikat termasuk persoalan alam gaib, tidak bersifat material namun sebagian
tabiatnya bahwa dia dapat menjelma kea lam material.

Substansi dan Sifat-sifatnya


Karena Malaikat adalah alam gaib, maka seluruh pengetahuan kita harus hanya
berdasar kepada Qur’an dan keterangan Nabi. Namun apabila didalam Qur’an ada keterangan
yang menerangkan bahwa sikap malaikat itu bersayap, maka hendaklah pemahaman kita itu
tidak bersifat material, yakni sayap yang dimilikinya tidak menyerupai sayap burung, bukan
dari tulang-tulang, daging dan bulu. Sebab itu adalah suatu kesalahan yang besar bagi mereka
yang melukis dan menggambar Malaikat itu.
Tentang sifat-sifat Malaikat, Qur’an menerangkan bahwa mereka adalah hamba Allah
yang mulia, tidak pernah durhaka, tidak maksiat dan tidak pernah menentang perintah Allah.
Mereka tidak butuh makan dan minum, selalu taat terhadap segala perintah Allah yang
diamanatkan kepadanya.

Tugas-tugas dan Gerak Cepatnya


Tugas para Malaikat, tugas yang berhubungan dengan jiwa dan roh, yang mana
dengan tugas-tugas itu mereka melaksanakan iradat Allah terhadap makhluk-Nya, diantara
mereka ada yang bertugas menyampaikan wahyu-wahyu Allah, ada yang bertugas mengurus
rezeki para makhluk, ada yang bertugas mencatat amal perbuatan manusia yang baik dan
buruk, dan ada yang mengurus pencabutan roh manusia.
3
9
Firman Allah SWT :

“Ingatlah tatkala Tuhanmu mewahyukan kepada Malaikat bahwasannya Aku


beserta kamu, maka tetapkanlah oleh kamu hati orang-orang mukmin itu” Al-
Anfal (8) :12
Dalam Qur’an ada sebuah simbol kecepatan yang digambarkan mengenai daya gerak
Malaikat, yaitu kecepatan sehari bagi Malaikat sama dengan 50.000 tahun lamanya di dunia
ini.
Sebagai ilustrasi, dalam menggambarkan alam raya dan kecepatan Malaikat, bahwa
diperlukan oleh cahaya matahari untuk sampai kebumi hanya 8 (delapan) menit. Menurut
Astronomi, bintang yang paling dekat dengan bumi yaitu bintang Alpha Centauri. Jarak
bintang tersebut dengan bumi “empa tahun perjalanan cahaya” atau ±40bilyun kilo meter
(dua belas nol dibelakang angka 40)
Sebab itulah dapat diperkirakan bahwa betapa besar kecepatan Malaikat dimana
mereka bertugas melaksanakan perintah-perintah Allah. Prof. Dr. Hazairin, S.H, telah
meluangkan waktunya untuk mencoba menghitung jarak dan luas jagat raya serta kecepata
Malaikat, beliau berkata bahwa Malaikat itu lebih dari 17 kali lebih cepat dari cahaya.
Dengan demikian dapat pula dimengerti perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad
SAW pada suatu malam, bersama sama dengan Malaikat Jibril dari bumi ke Sidratul Muntaha
3
pulang-pergi hanya dalam beberapa saat saja, kurang lebih malam.
4

C. Iman kepada Para Rasul


Para Rasul berkewajiban menyampaikan risalah dan wahyu yang diterimanya itu
kepada manusia. Karena itulah iman kepada para Rasul berarti mempercayai bahwa Allah
telah memilih diantara manusia menjadi utusan-utusan-Nya dengan tugas risalah kepada
manusia sebagai hamba-hamba Allah dengan wahyu yang diterimanya dari Allah SWT untuk
memimpin manusia ke jalan yang lurus dan untuk keselamatan dunia dan akhirat.
Selaku manusia, mereka memiliki sifat kemanusiaan yang umum seperti makan,
minum, tidur, berumah tangga, menikah, hidup dan bergaul dengan masyarakat kemudian
mati. Sebagaimana seorang pemimpin dalam suatu pergerakan atau dalam suatu organisasi,
sudah barang tentu dia harus memiliki banyak keistimewaan dibandingkan dengan para
anggota lainnya. Mereka adalah teladan utama “uswatun hasanah” bagi manusia.
Firman Allah SWT :
3
9
“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang laki-laki yang
Kami beri wahyu kepada mereka; karena itu bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”

Para Rasul hakikatnya adalah rahmat ilahi yang dianugerahkan kepada manusia.
Pengingkaran kepada seorang Rasul, sama dengan pengingkaran kepada mereka seluruhnya.
Nabi Muhammad SAW telah menggambarkan para Rasul : “Mereka adalah laksana Pembina-
pembina rumah, yang mana orang-orang terdahulu mendirikan rumah itu untuk orang-orang
dibelakang mereka; dan orang-orang yang dibelakang ini nantinya membangun pula rumah
diatas fundamen orang yang terdahulu”. Tugas para Rasul tugas rohaniah, misi spiritual.
Mereka bertugas memimpin manusia untuk mengenal Tuhan nya dengan pengetahuan yang
hak. Bertugas mengajar manusia tentang akidah dan ibadah menurut garis Allah. Menuntun
manusia dalam hidup duniawi menyucikan rohaniahnya, bebas dari perbudakan hawa nafsu,
agar menjadi manusia berakhlak mulia, menjadi “insane kamil” (manusia paripurna).
Para rasul memiliki empat sifat keistimewaan yang merupakan kelebihan mereka dari
manusia lainnya dikenal dengan istilah sifat-sifat wajib :
 Pertama, sifat benar. Seorang Rasul selalu benar dalam perkataan dan
perbuatannya. Mustahil dia berkata dusta
 Kedua, kepercayaan atau amanah. Seorang Rasuk mustahil khianat, baik
mengkhianati manusia lebih-lebih mengkhianati Allah.
 Ketiga, menyampaikan atau tabligh. Seorang Rasul mustahil
menyembunyikan sesuatu tentang apa yang telah diwahyukan Allah
kepadanya.
 Keempat, sifat kecerdasan. Artinya seorang Rasul mustahil seorang yang
bodohatau lemah akal, akan tetapi dia wajib memiliki kekuatan berpikir
dan kemampuan rasio yang tinggi.
Kemudian sifat-sifat material yang menyertainya ialah para Rasul itu berasal dari
keluarga-keluarga dan keturunan-keturunan yang terhormat. Dari sekian banyak sifat khas
seorang Rasul Allah yang paling esensial yang menjadi bukti kerasulannya ialah mukjizat.
Mukjizat adalah keluarbiasaan atau perbuatan ajaib (miracle) seorang Rasul, menyalahi
kebiasaan.
a. Nabi Ibrahim mendapat mukjizat tidak terbakar ketika dia dibakar oleh
Raja Namrud.
b. Nabi Musa dengan mukjizatnya dapat membelah Laut Merah dengan
tongkatnya
c. Nabi Sulaiman dapat mengerti bahasa binatang dan memerintahkannya
d. Nabi Isa dapat menyembuhkan berbagai penyakit yang tak dapat manusia
sembuhkan
e. Nabi Muhammad SAW sebagai penutup seluruh Nabi dan Rasul, dari
sekian banyak mukjizat beliau Al-Qur’an. Ia adalah mukjizat beliau yang
paling agung.
3
9
Tentang jumlah para Nabi/Rasul tidaklah diketahui secara pasti. Sebagian ulama
berkata Rasull itu berjumlah “313” orang dan Nabi berjumlah “124.000”orang. Nama-nama
Nabi/Rasul yang diabadikan Allah dalam Qur’an 25 orang.
Delapan belas nama dari mereka disebut dalam Surah Al-An’am (6) ayat 83 s.d 86,
masing-masing Ibrahim, Ishaq, Ya’qub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, Harun,
Zakariya, Yahya, Isa, Ilyasa’, Isma’il, ilyas, Yunus dan Luth. Yang tujuh lagi tersebar
penyebutannya dalam Surah-surah lain, mereka itu adalah : Adam, Idris, Shaleh, Syu’aib,
Hud, Dzulkifli, dan Muhammad SAW.

Kerasulan Muhammad SAW


Manusia telah meninggalkan akidah tauhid yang benar, digantikan dengan syirik.
Penyembahan kepada Allah digantikan atau ditambah dengan penyembahan kepada patung-
patung. Manusia telah jauh dari jalan Allah, mereka lalu hidup dalam kesesatan dan jahiliah.
Maka ada tiga sebab perlunya segera datang seorang Rasul yang universal dan abadi untuk
segera menyelamatkan kehidupan manusia dari bencana kehancuran yang laksana berada
ditepi jurang.
 Pertama, ajaran Rasul terdahulu itu tidak sempurna, perlu ada perbaikan dan
penyempurnaan yang mampu mengatur secara universal yang bersifat langgeng.

 Kedua, ajaran Rasul terdahulu itu banyak hilang atau dihilangkan, perlu adanya
pengungkapan kembali tentang kecurangan yang telah terjadi dan yang benar
dihidupkan kembali

 Ketiga, para Rasul terdahulu adalah diutus kepada bangsa dan daerah tertentu, maka
perlu ada seorang Rasul yang risalahnya untuk seluruh manusia, tugas internasional.

Faktor itulah yang menjadi alas an pokok kedatangan Rasul/Nabi akhir zaman
Muhammad SAW. Dan kedatangan beliau telah ada nubuatnya (telah diramalkan) dalam kitab
taurat. Maka ditempat dan waktu yang telah dijanjikan, ditengah-tengah tanah Arabiah, pada
12 Rabiul Awal ertepatan dengan tahun Gajah dan sesuai tanggal 20 April 571 M, lahirlah
seorang bayi laki-laki dikota Mekkah. Ia lahir sebagai anak yatim, karena ayahnya Abdullah
telah wafat lebih dahulu kira-kira 7 bulan sebelum dia lahir. Kehadiran bayi itu disambut oleh
kakeknya, Abdul Muttalib dengan penuh kasih sayang dan kemudian bayi itu dibawanya ke
kaki Ka’bah. Ditempat suci inilah bayi itu diberi nama Muhammad, suatu nama yang belum
pernah ada sebelumnya.
Ketika berumur enam tubuh, ibunya Siti Aminah yang tercinta meninggal dunia. Maka
dia kemudian diasuh dan dididik oleh kakeknya, Abdul muttalib. Setelah dua tahun, wafat
pula kakek itu yang lantas diasuh kemudian oleh pamannya, Abu Thalib.
Muhammad, kemudian tumbuh dan berkemang berdasarkan alam dimana dia lahir. Tanah
Arabiah yang gersang, panas, tandus, tidak ada huja, sedang manusianya pun Jahiliah. Ketika
masa-masa muda remaja, dia terkenal sebagai seorang yang berakhlak dan berkarakter tinggi,
kejujurannya terkenal luas, tidak pernah sujud kepada berhala yang disembah oleh
bangsanya, dia benci judi dan tidak pernah meminum walaupun seteguk minuman Khamar.
3
9
Suatu consensus masyarakat menamai Muhammad dengan gelar Al-Amin, yang artinya
pemuda yang terpecaya.
Ketika menginjak usia 40 tahun, pada malam 17 Ramadhan bertepatan dengan 6 Agustus
610 M, sewaktu beliau berkhalwat di Gua Hira, datanglah malaikat Jibril A.S, membawa
suatu tugas suci dari Allah untuk Muhammad.turunlah wahyu pertama, yaitu ayat 1-5 dari
Surah Al-Alaq.
Muhammad SAW adalah Rasul akhir zaman, telah datang sesuai dengan janji Allah.
Sejarah adalah bukti utama. Muhammad itu tidak pernah berdusta sebelum ia mendakwahkan
dirinya memangku jabatan Nabi, maka kalau dia enggan berdusta kepada sesame manusia.

Keistimewaan Muhammad SAW

Tiga keistimewaan yang dimiliki oleh Muhammad SAW daripada rasul-rasul


terdahulu.

Pertama, beliau adalah Nabi/Rasul terakhir. Tidak akan datang lagi Nabi dan
Rasul sesudahnya.
Kedua, beliau adalah Nabi/Rasul internasional. Risalahnya universal ditujukan
kepada seluruh manusia, semua ras, bangsa dan bahasa, sampai ke ujung zaman.
Ketiga, Muhammad SAW adalah semulia-mulia Nabi dan Rasul daripada
Nabi/Rasul terdahulu. Dari sekian Rasul yang dikisahkan dalam Qur’an sejak dari
Adam A.S yang berjumlah 25 itu, maka lima diantaranya disebut “Ulul Azmi”
artinya Rasul-rasul yang terkenal keras kemauan dan cita-citanya. Mereka itu
ialah :Muhammad SAW, Nuh AS, Ibrahim AS, Musa AS, dan Isa AS

D. Iman kepada Kitab-kitab


Wajib beriman kepada kitab-kitab Allah yang pernah diturunkan kepada para Rasul-
Nya; sebagaimana system iman kepada Rasul, maka pengingkaran terhadap salah satu kitab
Allah, sama artinya pengingkaran terhadap seluruh kitab Allah.
Sebab itulah kita wajib beriman kepada kitab yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim,
Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Zabur yang disampaikan kepada Nabi Daud, Injil
yang diwahyukan kepada Nabi Isa putra Maryam, dan yang terakhir kitab Al-Qur’an yang
dinuzulkan kepada Muhammad SAW.
Kitab Taurat yang diwahyukan kepada Nabi Musa, menerangkan akidah-akidah yang
benar, janji-janji Allah dan ancaman-ancaman-Nya.
Kitab Zabur, adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Daud. Isinya
mengandung beberapa doa, zikir, pengajaran dan hikmat.
Kitab injil, diwahyukan Allah kepada Nabi Isa. Bertujuan menerangkan beberapa
hukum dan mengajak manusia kembali kepada akidah tauhid (monoteisme) dan injil
bertugasmengadakan perbaikan agama Bani Israil yang telah kacau dan menyeleweng.
Qur’an sebagai sumber keyakinan menerangkan kepada kita bahwa kitab-kitab:
Taurat,Zabur,dan Injil tidak ada lagi didunia ini. Menjelaskan kepada kita bahwa kitab-kitab
tersebut tidak asli lagi, manusia telah menukar isinya dan mereka telah mencampuradukkan
dengan buah pikiran mereka sendiri.
3
9
Qur’an dan Kitab-kitab yang lain
Qur’an sebagai kitab Allah yang terakhir mempunyai perbedaan dengan kitab-kitab
lain, sebagai berikut :
Pertama, kitab kitab Suci yang ada dalam kalangan berbagai bangsa itu hanya
ditujukan kepada suatu golongan manusia tertentu. Ajaran Qur’an universal unuk seluruh
manusia sampai akhir zaman.
Kedua, dalam pada Qur’an sekarang masih seperti yang diturunkan kepada
Muhammad pada 14 abad yang lalu. Sedikit pun tidak pernah berubah, hatta satu huruf
sekalipun.
Ketiga, kitab-kitab suci yang telah lalu dikirim dalam bahasa yang telah mati sejak
beberapa abad yang silam.
Keempat, Qur’an dibuktikan oleh sejarah, bahwa ia tetap orisinil sebagai wahyu
Allah, kemurniannya terjamin terus.
Kelima, setiap ayat Qur’an dapat diketahui dengan jelas tentang sejarah, dimana,
kapan, dan sebab musabab turunnya
Sebab itu Qur’an datang sebagai kunci dari seluruh kitab langit (samawi), fungsinya
terhadap kitab-kitab suci lainnya ialah :
 Pertama, Qur’an membenarkan apa yang termasuk dalam kitab-kitab suci
yang lain
 Kedua, Qur’an sebagai korektor terhadap kitab-kitab suci yang sekarang
ini
 Ketiga, Qur’an sebagai penyempurna kitab-kitab terdahulu yang tidak
universal ajarannya

Iman kepada kitab Allah terdahulu hanya berarti, bahwa kita wajib percaya bahwa
sebelum Qur’an, Allah pernah menurunkan kitab kepada Rasul dan Nabi-Nya, iman yang
tidak mengharuskan kita untuk mengikuti dan patuh terhadap perundang-undangannya. Maka
kesimpulannya, bahwa cukup Qur’an saja sebagai satu-satunya Kitab Suci dan perundang-
undangan Ilahi yang wajib kita imani dan ikuti dewasa ini.

E. Iman Kepada Hari Akhirat


Iman kepada hari Akhirat adalah masalah yang paling berat dari segala macam akidah
dan kepercayaan manusia. Sebab iman kepada akhirat akan membawa manusia kepada
keyakinan adanya suatu hidup lagi dialam lain sesudah hidup duniawi, adanya hidup kembali
bagi manusia sesudah matinya. Dan hidup yang kedua itulah yang menjadi tujuan akhir
daripada perputaran roda kehidupan dan penciptaan manusia.
Mempelajari keyakinan manusia tentang masalah hidup kembali sesudah mati atau
akhirat kehidupan manusia sesudah rohnya terpisah dengan jasmaniahnya, kita dapat
menjumpai tiga pola keyakinan:
 Pertama, kelompok manusia yang pola kepercayaannya menganggap
bahwa apabila manusia telah mati, maka sejarah hidupnya telah tamat
3
9
pula. Paham ini adalah paham kaum ateis yang dinamai juga kaum
“mulhid” atau “dahri”
 Kedua, kelompok manusia yang mempunyai pola kepercayaan bahwa
apabila manusia telah mati maka ia mengalami kehidupan baru kembali
(reinkarnasi). Reinkarnasi berarti perubahan hidup dan bentuk dari seorang
yang telah mati berdasar seluruh akibat akhlakiyah dari tingkah laku
seseorang.
 Ketiga, kelompok manusia yang mempunyai pola kepercayaan tentang
adanya hari akhirat. Ia adalah alam kedua kehidupan manusia yang
sifatnya kekal, ia adalah tumpuan tujuan akhir dari seluruh perjalanan
sejarah manusia, sesudah manusia meninggalkan dunia fana.

Pola iman kepada hari akhirat itu sebagai berikut :

 Pertama, bahwa jagat raya ini dengan seluruh makhluk yang ada didalamnya akan
hancur lebur. Akan terjadi gempa besar dengn gunung menjadi laksana debu
berterbangan, air laut mendidih meluap-luap, bumi retak-retak, bintang
berguguran, langit digulung, sedang manusia mabuk pitam. Hanyalah Allah yang
Mahaperkasa saja tetap hidup. Itulah Yaumul Qiyamah (Hari Kiamat Besar)

 Kedua, bahwa setelah segala sesuatu binasa dan mati, tibalah fase kedua yaitu
kebangkitan. Semua manusia dibangkitkan kuburnya, itulah Yaumul Ba’ats(hari
pembangkitan). Kemudian manusia dikumpulkan semuanya dipadang Mahsyar.
Saat itu itu bernama Yaumul Hasyr (hari berkumpul).

 Ketiga, bahwa setelah manusia dibangkitkan kembali dan dikumpulkan semuanya,


diperlihatkan kepada mereka seluruh amal dan perbuatannya dahulu di dunia.
Film sejarah hidup duniawi mereka dipertontonkan. Inilah Yaumul Ardh (hari
pertontonan)
 Keempat, bahwa setelah semua rahasia manusia dibongkar, tibalah saat
menghisab, memperhitungkan secara adilamal perbuatan baik dan buruk manusia.
Inilah saat Yaumul Hisab (hari perhitungan) dan Yaumul Wazn (hari
pertimbangan)
 Kelima, ialah fase keputusan. Kini adalah kehidupan ukhrawi yang kekal. Tempat
segala rahasia ruah terbuka. Saat yang dijanjikan bagi tujuan penciptaan manusia.
Inilah fase terakhir, dinamakan Yaumul Fashl (hari keputusan) atau Yaumul Jaza’
(hari pembalasan)
Iman kepada akhirat membawa efek positif dalam kehidupan bersama dalam
masyarakat. Ia mengajarkan agar kita menjadi manusia saleh, manusia yang banyak
manfaatnya kepada sesame insane, kebaikan yang diperbuatnya bukan untuk popularitas
dirinya dan untuk mencari imbalan-imbalan material, diketahui orang atau tidak ia tetap
beramal saleh karena ia seorang yang ikhlas.
3
9
Di akhirat kelak buahnya dipetik melimpah ruah. Hidup duniawi adalah ibarat
tanah lading tempat bertanam, sedang di akhirat masa untuk mengetam.

Hari Kiamat dan Ilmu Pengetahuan


Hari kiamat pasti datang. Diawali degan kiamat kecil ( kiamat sughra) dan dengan
terjadinya kiamat besar (kiamat kubra) yaitu hancurnya jagat raya. Untuk itu matahari dapat
kita jadikan bahan pembuktian, karena kalau kiamatnya alam padamnya bintang dan
matahari.
Matahari adalah sumber energi dan tenaga, dan jika matahari padam maka energi pun
tidak lagi. Akhirnya semua jadi beku, tidak ada lagi angin yang bertiup, tidak ada hujan
turun, tidak ada penguapan, semua berhenti an mati dan tamatlah semua kehidupan dibumi
ini.

F. Iman kepada Qadha dan Qadar


Iman kepada Qadha dan Qadar adalah tiang iman yang keenam atau rukun iman yang
terakhir. Qadha dan Qadar dalam pembicaraan sehari hari selalu disebut dengan takdir.
Menurut Qur’an qadha berarti :
1) Hukum
Sebab itu hakim dalam islam bernama qadhi. Artinya dipakai dalam An-
Nisa’(4) :65)

“Demi Tuhanmu (Muhammad) bahwa mereka tidak dianggap beriman


sehingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihan, kemudian mereka tidak merasa dalam dirinya sesuatu
keberatan terhadap suatu hukum (qadha) yang engkau berikan. Dan
mereka menerima dengan sepenuhnya”
2) Perintah
Arti ini dipakai dalam Al-Isra’ (17) : 23
3
9
“Dan Tuhanmu memerintahkan janganlah kamu menyembah kecuali
kepada-Nya saja”
3) Memberitakan
Artinya dipakai dalam Al-Isra’ (17) : 4

“Dan Kami telah memberitakan kepada Bani Israil dalam Al-Kitab:


“Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi ini dua
kali”
4) Menghendaki
Artinya dipakai dalam Ali Imran (3) : 47

“Apabila Allah menghendaki sesuatu urusan maka Dia cukup


mengatakan: Jadilah ! lalu jadilah dia”
5) Menjadikan
Artinya dipakai dalam Fushsilat (41) : 12
3
9
“Dan Allah menjadikan tujuh petala langit dalam dua periode”
Kemudian arti qadar dalam Qur’an dapat kita memahaminya bahwa qadar itu ialah
suatu peraturan umum yang telah diciptakan Allah untuk menjadi dasar ala mini, dimana
terdapat hubungan sebab dan akibat.
Marilah kita perhatikan beberapa hal :
Pertama, bahwa jagat raya ini isinya antara lain bintang-bintang dan planet yang
semuanya berjalan menurut “hukum universal” dalam rotasi, revolusi, dan
kesetimbangan benda-benda langit.
Kedua, bahwa dalam diri kita ada roh, dengan roh itulah kita hidup.
Ketiga, bahwa setiap manusia lahir kedunia, bukanlah atas kehendaknya sendiri.
Manusia lahir tidak memilih bangsa dan tanah air.
Keempat, bahwa pada diri tiap-tiap orang memiliki watak, bawaan lahir dan bakat
yang berbeda satu sama lain.
Kelima, bahwa tidak pernah terdapat seseorang yang ingin sakit atau gagal.
Dalam sejarah kaum sufi, terkenal nama Fudhail bin Iyad. Pada waktu mudanya dia
terkenal sebagai penjahat. Namun suatu malam, ia mendengar seorang perempuan membaca
ayat Al-Qur’an ayat itu dalam Surah Al-Hadid (57) ayat 16 :

“Belum jugakah datang masanya bagi orang-orang yang beriman untuk


menundukkan hatinya mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun
kepada mereka?” seketika dia tertegun mendengar ayat itu, sejak malam itu
berputarlah jalan hidupnya seratus delapan pulh derajat. Dia akhiri hidupnya
dengan “husnul Khatimah”
Sebaliknya ada orang yang berusaha menjadi orang baik. Namun ditengah perjalanan
tergoyanglajh langkahnya kepada jalan yang sesat. Walaupun dia benci dan jijik dengan
perbuatannya itu sendiri. Hidupnya diakhiri dengan “Su’ul Khatimah” ditutup dengan
kejahatan.

Keadilan Allah dan Ikhtiar Manusia


Telah mejadi sunnatullah bahwa setiap kejadian, mengandung kausalitas dan hikmah.
Ada sebab dan ada akibat, disamping bertujuan. Maka wajib ada faktor usaha atau ikhtiar dan
bertanggung jawab dari manusia. Usaha sera diiringi dengan doa adalah kewajiban manusia,
tapi kepastian terakhir adalah ditangan Allah.
3
9
Kemenangan yang gilang-gemilang dari pahlawan-pahlawan Islam terdahulu, adalah
karena iman yang benar kepada takdir. Manusia harus berusaha karena kemenangan itu
adalah buah dari perjuangan.
Dan setiap peristiwa ada oula hikmah dan tujuannya. Kepercayaan kepada takdir
memberikan keseimbangan jiwa, tidak berputus asa karena sesuatu kegagalan dan tidak pula
membanggakan diri atau sombong karena suatu kemujuran. Iman kepada takdir akan
membawa peningkatan ketakwaan, bahwa baik keberuntungan maupun kegagalan dapat
dianggap sebagai ujian dari Allah.
Manusia hendaklah hidup dengan ikhtiar, yaitu bekerja atas syarat-syarat maksimal
sambil tawakal dan berdoa. Tawakal artinya mewakilkan nasib diri dan nasib usaha kita
kepada Allah, sedang kita sendiri tidak mengurang-urangkan usaha dan tenaga kita dalam
usaha itu”
Lebih lanjut mari kita perhatikan beberapa ayat yang menyatakan kehendak Allah
yang pasti terhadap manusia. Antara lain :
a. Ayat ayat yang menyatakan kekuasaan Allah

“Maka Allah menyesatkan siapa saja yang dikehendaki-Nya dan member


petunjuk kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya”

b. Ayat ayat tentang ikhtiar dari manusia

“Dan tidak ada yang kamu kehendaki itu kecuali telah dikehendaki oleh
Allah yang mempunyai jagat raya ini”

Harus diingat pula bahwa segala masalah yang ruwet itu hanya terbit pada akal
manusia. Pada ayat ayat yang menyatakan kekuasaan mutlak Allah, mengingatan agar
manusia jangan lupa daratan jangan takabur dan sombong. Kekuasaan dan kebebasan
manusia sangat terbatas.
Tepat sebagaimana yang diibaratkan oleh Buya HAMKA tentang manusia dalam
takdir Allah : “Laksana kebebasan seorang warga dalam satu Negara. Dia bebas dalam
lingkungan undang-undang. Sebab itu pada hakikatnya tidaklah bebas.” 3
9
E. HUKUM SYARI’AH DAN FIQHI

Untuk menutup studi kita tentang dienul islam, kiranya perlu dikemukakan sedikit
uraian umum tentang hukum islam dan problematikanya, sebab segi inilah yang secara
langsung dan praktis berhubungan dengan lalu lintas pergaulan hidup kita.
Orang sering mencampuradukkan antara pengertian syari’ah dan Fiqhi atau
menyamakan artinya. Inilah problema umum yang membutuhkan jawaban. Oleh karena itu,
setelah kita melakukan studi secara panjang lebar tentang dienul islam dan masalahnya,
sampailah kita pada uraian tentang Islam sebagai suatu hukum. Maka untuk itu, perlu pula
kita memahami apakah hukum itu menurut Islam, apa sumber-sumbernya, apakah yang
disebut hukum syari’ah dan akhirnya bagaimana memahami hukum Fiqhi itu?
1. HUKUM
Sesungguhnya arti hukum yang dalam bahasa inggris disebut law akan berbeda artinya
dengan arti hukum yang dibahas dalam ajaran islam. Menurut harfiah, hukum itu
artinya:”menetapkan sesuatu atas sesuatu” (itsbatu syae’in ‘ala syae’in). Ejaannya dalam
bahasa Arab ialah al-Hukm. Secara ringkas berarti: “ketetapan”. Sebab itu berdasarkan ilmu
bahasa. Hukum Islam yang mana bersumber dari Allah disebut “Hukmullah”, berarti
ketetapan Allah. Telah menjadi keyakinan yang pasti dalam islam, bahwa yang menetapkan
hukum (hakim) itu ialah Allah S.W.T “Tak ada hakim selain dari Allah”. Sesuai dengan dalil
berikut:

“Tak ada hukum melainkan bagi Allah”.


Menurut sarjana Ushul Fiqhi, definisi hukum adalah nama bagi segala “Titah Allah”
atau “Sabda Nabi”, baik itu mengandung “perintah”, “larangan” ataupun ia bersifat “pilihan”.
Ataupun titah itu menyebabkan sebab, syarat dan halangan (maani’) sesuatu pekerjaan.
Oleh karena itu, hukum terbagi kedalam dua hal :
a. Hukum Takliefy
Hukum yang bersifat perintah,larangan, atau pilihan. Hukum takliefy terbagi
menjadi liam : Wajib, Sunat (Mandub), Haram, Makruh, dan Mubah.
b. Hukum Wadh’i
Hukum yang bersifat menunjukkan keadaan-keadaan tertentu yang dikualifisir sebagai
sebab atau syarat atau halangan (maani’) bagi berlakunya hukum.
Jadi hukum itu semacam doktrin Allah kepada manusia dan diberi sanksi hukuman
kalau dilanggar. Hukum itu adalah milik Allah semata. Oleh karenanya adalah logis kalau
Dia pula yang mengetahui secara pasti tentang apa-apa yang ditetapkan-Nya sebagai hukum
terbaik untuk makhluk-Nya yang bernama manusia itu. Hukum yang diberikan-Nya kepada
manusia itu, adalah “Syari’ah”.

2. SYARI’AH
3
9
Kata syari’ah dalam bahasa Arab diambil dari kata syara’ah, yang dalam bahasa
indonesia artinya jalan raya. Dengan kata lain Syari’ah Islam memberi arti hidup yang harus
dilalui atau perundang-undangan yang harus di patuhi oleh seorang Islam.
Seluruh hukum dan perundang-undangan yang terdapat dalam islam, baik yang
berhubungan antara manusia dengan Allah, maupun antara sesama manusia sendiri,
bernamalah Syari’ah Islam. Dan segala hukum dan perundang-undangan yang diciptakan
oleh manusia sendiri, bernamalah syari’ah buatan (buatan manusia).
Arti syari’ah telah dijelaskan oleh Qur’an. Sebagai berikut :
Firman Allah S.W.T :

“Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) menjalani syari’ah (hukum) dalam


setiap urusan; maka turutilah ketentuan itu, dan janganlah engkau turuti keinginan
orang-orang yang tidak tahu”.
Oleh karena itu syari’ah adalah hukum Allah dan perundang-undangan yang
datangnya dari Allah dengan tujuan agar manusia teratur dan tertib kehidupannya. Hal ini
semata-mata untuk kebahagiaan lahir dan batin manusia. Maka pastilah syari’ah itu
mengandung kebenaran mutlak, artinya tidak ada kelemahan dan pertentangan dalam dirinya
sendiri. Dan pasti pula seluruh ketetapan syari’ah itu hanyalah nilai-nilai kebenaran semata.
Hukum syari’ah inilah yang berhak disebut “Hukum Islam”.
Syari’ah sebagai hukum Allah dapat deterapkan pada semua bangsa, angakatan dan masa.
Karena itu hukum Allah memiliki suatu bentuk sebagai berikut :
a. Pertama, syari’ah memberikan prinsip-prinsip umum.
b. Kedua, syari’ah mengadakan peraturan-peraturan terperinci dalam hal-hal yang tidak
terpengaruh oleh perkembangan masyarakat manusia.
Selain daripada itu kita pun mendapati asas-asas syari’ah sebagai berikut :
a. Pertama, tidak memberatkan
Sesuai dengan misi Islam sebagai rahmat bagi manusia, maka Islam datang untuk
membebaskan manusia dari segala rupa hal yang memberatkan dan mengacaukan
hidupnya. Manusia adalah makhluk yang memiliki kadar kemampuan yang terbatas,
oleh sebab itu hukum Allah tidak akan memaksa manusia sampai melampaui kadar
kemampuannya.

“Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kemampuannya”.

“Allah tidak menciptakan dalam Islam itu suatu kesulitan”.


3
9
b. Kedua, sangat sedikit mengadakan kewajiban secara terperinci, yaitu “memerintah”
dan “melarang”.
Andaikata dalam Syari’ah banyak hal-hal yang mendetail dari kewajiban
kewajiban berupa perintah-perintah dan larangan-larangan, pastilah ruang gerak
manusia menjadi ketat dan dunia menjadi sempit menyesakkan nafas. Maka hal-hal
yang tertinggal dan tidak disebutkan itulah yang menjadi mubah (boleh). Jenis inilah
yang paling banyak dalam syari’ah Islam.
Firman Allah S.W.T :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu tanya hal-hal yang jika
diterangkan kepada kamu menyusahkan kamu”.
Sabda Rasulullah S.A.W :

“Sesungguhnya Allah telah menetapkan kepadamu beberapa kewajiban, maka


janganlah sia-siakan. Dan Allah telah mengadakan beberapa pembatasan,
janganlah kamu lampaui. Dan Allah telah mengharamkan beberapa barang,
maka janganlah kamu merusakkannya. Dan Allah bersikap diam atas beberapa
hal sebagai suatu rahmat bagimu, bukan karena Allah lupa, maka janganlah
kamu cari-cari hukumnya”.

c. Ketiga, syari’ah datang dengan prinsip graduasi (berangsur-angsur) bukan sekaligus.


Andaikata ketentuan-ketentuan itu datangnya secara sekaligus, secara radikal dan
revolusioner untuk merombak order jahiliah ke order Islam, akan berat diterima oleh
manusia. Bahkan sistem itu hanya mengundang perlawanan manusia saja. Itulah
sebabnya saat awal perkembangan Islam, ada beberapa adat kebiasaan yang bersikap
dibiarkan bagi yang dianggap tidak membahayakan tertib masyarakat damai.

3. FIQHI
Menurut harfiah, fiqhi berarti pintar, cerdas, paham.bila dijadikan kata kerja maka ia
berarti memikirkan, mempelajari, memahami. Orangnya dinamakan “Faaqih”, dan kalau
banyak (jamak) “Fuqahaa”.
Untuk memperoleh pengertian lebih lanjut, mari kita memperhatikan firman Allah
S.W.T :
3
9
“Alangkah baiknya jika sebagian daripada kamu ada orang-orang yang bertafaqquh
fiddien (mempelajari secara mendalam tentang islam), agar memperingatkan
kaumnya bila mereka kembali (dari menuntut ilmu). Mudah-mudahan kaumnya dapat
berhati-hati.”
Sebagaimana bunyi ayat tersebut yang menyebut kata fiqhi, Abu Ishak
mengartikannya: Memahami apa yang tersirat. Kemudian definisi yang dikembangkan dalam
ilmu hukum Islam, ia berarti: Ilmu tentang hukum Islam yang disimpulkan dengan jalan rasio
berdasarkan alasan-alasan yang terperinci.
Maka kita dapat menyimpulkan suatu pengertian bahwa syari’ah itu ialah ketentuan-
ketentuan hukum Allah dalam Qur’an yang diwajibkan atas manusia untuk melaksanakannya.
Sedang fiqhi adalah pemikiran tentang syari’ah itu untuk direalisir dalam kehidupan manusia.
Akibat kekeliruan semantik pada syari’ah dan fiqhi, maka seseorang mudah
misunderstanding terhadap Islam. Mari kita kemukakaan pada sebuah contoh, sebuah
masalah agama yang lalu kita tanyakan kepada seorang guru agama untuk meminta
penjelasan tentang kedudukan hukumnya, niscaya jawaban yang kita terima adalah suatu
pendapat kitab fiqhi. Dan karena ada empat mazhab fiqhi, lalu segera timbul empat macam
pendapat pada suatu hal yang sama. Bahkan masih ada lagi fiqhi mazhab Azahiri dan mazhab
Syi’ah pengikut iman yang dua belas. Katakan saja, bagaimana hukumnya shalat jama’ah?
Maka jawaban yang kita terima: sebagian ulama berpendapat wajib ‘ain, sebagian lagi wajib
kifayah dan sebagian lagi sunat muakkad (istimewa).
Kalau begitu mana pilihan kita? Apabila seseorang tidak mengerti tentang duduk
masalahnya, tentu dia beranggapan bahwa dalam hukum Islam mengandung antagonisme.
Itulah sebabnya terjadi misunderstanding.
Karena syari’ah adalah hukum Allah yang positif, tidak mungkin terjadi kontradiksi-
kontradiksi di dalamnya, sifatnya mutlak. Yang memiliki pertentangan ialah hasil-hasil
pikiran manusia, termasuk ketetapan-ketetapan dan rumusan-rumusan hukum dari hasil
pemikiran dan penyelidikan itulah yang dinamai Fiqhi. Sebab itu fiqhi bukanlah syari’ah,
sebagaimana syari’ah tidak sama dan sebangun dengan Fiqhi.
Ketentuan-ketentuan Fiqhi adalah sesungguhnya hasil daripada berbagai cara
pemikiran deduktif, sedang yang paling terkemuka di antaranya ialah “qiyas” (deduksi
dengan menggunakan analogi). Para sarjana hukum Fiqhi (fuqaha) yang besar di masa lalu,
khususnya imam empat itu, mereka telah merumuskan hukum-hukum adalah berdasar studi
mereka yang mendalam terhadap Qur’an dan hadits-hadits Nabi. Sifat-sifat subjektif
pemikiran mereka ditentukan oleh sistem pendekatan dari tiap sarjana Fiqhi pribadim dan
diwarnai cara penafsirannya tentang sumber-sumber hukum Islam, serta dipengaruhi oleh
lingkungan sosial, dan intelektual pada masa hidupnya.
Menilik pada latar belakang sejarah, sesungguhnya semua rumusan Fiqhi semula
ditulis untuk memudahkan penetapan-penetapan asas-asas syari’ah. Dan sadar, atau tidak,
pekerjaan itu sendiri adalah usaha merintis kodifikasi syari’ah. Akan tetapi lama-kelamaan
3
9
ketentuan-ketentuan ini dipandang oleh kaum muslimin awam sebagai hukum-hukum islam
yang harus berlaku, atau mereka memandangnya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
syari’ah.
Inilah yang sebenarnya terlintas dalam pikiran Nabi, ketika beliau bersabda:

“Perbedaan pendapat di antara para cendekiawan di dalam lingkungan umatku


adalah suatu rahmat dari Allah.”
Jelaslah kini bagi kita tentang Fiqhi itu. Ia sebagai hasil rumusan dari deduksi-deduksi, buah
dari intelektual umat Islam, penemuan-penemuan ijtihad. Dengan pengertian demikian,
hukum syari’ah tidak mungkin ditaklukkan oleh deduksi-deduksi daripada ulama itu. Prinsip
ini dipahami benar oleh para imam mazhab sehingga mereka berfatwa: “Tinggalkan
pendapatku manakala ternyata bertentangan dengan Qur’an dan Sunnah Rasulullah S.A.W!”
Meneliti proses lahirnya Fiqhi, maka ia adalah suatu ilmu, ilmu adalah satu dari
cabang kebudayaan. Maka kesimpulan kita, Fiqhi itu adalah sebagai hasil kebudayaan umat
Islam. Bagaimanapun kalau kita pelajari kitab-kitab Fiqhi itu dengan seksama, kita terpaksa
kagum terhadap tingkat kecerdasan mereka yang hidup lebih 1000 tahun yang lalu.
M.M. Sharif dalam bukunya Muslim Thought, its Origin and Achievement, menulis:
“Kaum muslimin, telah mencapai kecakapan yang nyata dalam bidang pelajaran fiqhi dan
perundang-undangan sehingga Fiqh Islam itu dapat memecahkan persoalan-persoalan yang
sulit dalam hidup manusia.”
Edmund Burke berkata: “Undang-undang Islam dilaksanakan atas diri seluruh kaum
muslimin tanpa membedakan antara raja yang bermahkota dengan pesuruh yang papa nista.”
Sistem pembagian hukum Islam, mereka buat menjadi empat kitab :
Pertama, Kitab Ibadat. Bagian ini membicarakan hukum-hukum bersuci, shalat, zakat,
puasa, haji dan segala yang berhubungan dengan masing-masingnya termasuk rukun dan
syarat serta amal-amal lain seperti azan, qamat dan sebagainya.
Kedua, Kitab Munakahat. Bagian ini membicarakan hukum pernikahan, perceraian,
rujuk, nafkah isteri dan anak, perwalian dan segala sesuatu yang berhubungn dengan akibat
pernikahan, juga pembagian harta warisan.
Ketiga, Kitab Mu’amalat. Bagian yang mengatur hukum perjanjian, jual-beli, utang-
piutang, gadai dan lain-lain yang menyangkut dengan soal ekonomi.
Keempat, Kitab ‘Uqubat. Bagian yang mengatur hukum pidana, peradilan, urusan
pemerintahan, hubungan dengan luar negeri, perang dan damai, pemberontakan, pindah
agama, kewarganegaraan dan sebagainya.
Maka dengan menyederhanakan hukum Islam sampai yang tinggal aslinya saja lagi,
perintah-perintah dalam Qur’an dan Sunnah yang bersahaja, zahir (self-evident) dan tak
samar-samar. Itu adalah satu-satunya jalan bagi kaum muslimin untuk memperoleh kembali
pengertian yang tulen tentang ideologi Islam, untuk membuangkan otomatisme yang merusak
yang sekarang besar pengaruhnya di dalam pikiran keagamaan, dan untuk menjadikan
syari’ah satu tanggapan yang hidup untuk dan di dalam satu negara Islam.
PENUTUP
KESIMPULAN
3
9
 Apa hubungan antara manusia dan agama
Islam adalah asasi hidup manusia dalam kehidupannya untuk kebahagiaan
dunia dan akhirat. Islam mengajarkan manusi tentang akhlak dimana akhlak
ini bersumber pada tauhid sebagai dasar, inti dan akhir dari seruan Islam, dan
atas dasar tauhid itulah islam mendidik manusia menegnai hakikiat dan tujuan
hidupnya yaitu beribadah kepada Allah.
 Bagaimana metode mempelajari Islam
 Pertama, Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli yaitu Qur’an
dan Sunnah Rasulullah.
 Kedua, Islam harus dipelajari secara integral, tidak dengan cara
parsial, artinya ia dipelajari secara menyeluruh sebagai suatu kesatuan
yang bulat tidak secara sebagian saja.
 Ketiga, Islam harus dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para
ulama besar, kaum zu’ama sarjana-sarjana Islam.
 Keempat, kesalahan sementara orang mempelajari Islam ialah dengan
jalan mempelajari kenytaan umat Islam an sich, bukan agama Islam
yang dipelajarinya.
 Apa pengertian Al-Qur’an ?
Al qur’an ialah kitab sucii yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW, sebagai rahmat dan petunjuk bagi manusia. Qur’an
menurut harfiah berarti bacaan. Definisi lain qu’an ialah “kalam Allah SWT
yang diwahyukan kepada nabi terakhir sebagai mukhjizat. Dari definisi itu ada
kesimpulan bahwa wahyu yang turun sebelum Nabi Muhammad SAW tidak
dinamakan Al Qur’an.
 Bagaimana perilaku orang yang beriman ?
Seorang yang beriman hendaknya memiliki akidah dan akhlak yang mulia
seperti nabi besar Muhammad SAW dan senantiasa melaksanakan perintah
Allah dan menjauhi segala larangannya.
 Apa hukum syari’ah dan Fiqhi itu
 Syari’ah adalah seluruh hukum dan perundang-undangan yang terdapat
dalam islam, baik yang berhubungan antara manusia dengan Allah,
maupun antara sesama manusia sendiri.
 Menurut harfiah, fiqhi berarti pintar, cerdas, paham.bila dijadikan kata
kerja maka ia berarti memikirkan, mempelajari, memahami.
3
9
DAFTAR PUSTAKA

Drs.Nasruddin razak, dienul islam, Al-ma’arif bandung, 1989, hlm. 56-57.

Sodikkin

3
9

Anda mungkin juga menyukai