Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN AGAMA HINDU

CATUR PURUSARTHA

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Ni Ketut Sriarini (117111568)
Dw. A. Kade Widya Saraswati P.(117111559)
Gusti Ketut Tri Kania Purnamukti (117111562)
I Kadek Adi Dharma Putra (117111571)
I Made Gede Widiasa Utama (117111576)
I Komang Suswanto (117111578)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL


FAKULTAS EKONOMI BISNIS
MANAJEMEN
2017
CATUR PURUSARTHA

A. Pengertian Catur Purusrhta dan Catur varga


Catur Purusrtha terdiri dari kata-kata catur yang berarti empat, purusa yang berarti
jiwa, dan artha berarti tujuan hidup. Jadi catur purusa artha berarti empat tujuan hidup
manusia. Catur varga terdiri dari kata catur yang berarti empat dan varga berarti terjalin
erat atau golongan. Jadi catur varga berarti empat tujuan hidup yang terjalin erat satu
dengan yang lainnya. Dengan demikian Catur Purusrtha atau Catur varga adalah empat
tujuan hidup manusia yang mewujudkan suatu perpaduan yang utuh. Penekanan pada
pengertian perpaduan yang utuh sangat penting, supaya hidup seseorang dapat mencapai
tujuan yang seharusnya.
Uraian dan penjelasan penjelasan tentang Catur Purusrtha dapat kita temui dalam
kitab Mahbhrata atau Asta Daa Parva.Selain itu uraian tentang Catur Purusrtha banyak
juga ditemui dalam sumber-sumber jawa kuna.Misalnya dalam kakawin Rmyana,
Srasamuccaya dan sebagainya.

B. Pembagian Catur Purusartha


1. Dharma
Kata dharma berasal dari kata dhr yang berarti menjinjing, memelihara, memangku,
mengatur. Jadi kata dharma dapat berarti sesuatu yang mengatur atau memelihara dunia
beserta semua makhluk. Hal itu dapat juga berarti ajaran-ajaran suci yang mengatur,
memelihara, atau manuntun umat manusia untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan
ketentraman batin. Manusia yang memelihara dan mengatur hidupnya untuk mencapai
jagathita dan moksa adalah telah melaksanakan dharma. Artinya melaksanakan
kewajiban-kewajiban sebagai manusia tak lain adalah pelaksanaan dharma.
Dalam kitab Srasamuccaya dapat dibaca:
Kmrthau lipsamnas tu dharmam evdita caret.
Na hi dharmdapetyrthah kmo vpi kadcana.

Yan paramrthanya, yan arthakma sdhyan, dharma juga


Irekasakna rumuhun, niyata katemwan i artha kma mne
tan paramrtha wi katemwan i arthakma deni anasar
sake dharma (12)
Artinya:
Kesimpulannya, kalau artha dan kma yang dituntut, maka seharusnya
dharma dilakukan lebih dahulu, tak tersangsikan lagi, pasti akan diperoleh
artha dan kma itu nanti, tidak akan ada artinya jika artha dan kma itu
diperoleh menyimpang dari dharma.

Dalam petikan di atas ditekankan bahwa dharma mesti dilaksanakan, maka artha dan
kma datang dengan sendirinya.
2. Artha
Kata artha dapat mempunyai beberapa makna.dalam kaitannya dengan kata
purusrtha, kata artha dapat berarti tujuan.Demikian pula dalam kaitannya dengan kata
parama artha (tujuan yang tertinggi), parrtha (tujuan atau kepentingan orang lain) dan
sebagainya. Tetapi sebagai tujuan dari catur purusrtha, kata artha berarti harta atau
kekayaan.
Ajaran agama hindu sangat memperhatikan kedudukan dan fungsi artha tersebut
dalam kehidupan.Mencari atau memiliki artha bukanlah suatu dilarang,asal semua
diperoleh berdasarkan dharma, dan digunakan untuk kepentingan dharma pula.Agama
Hindhu memperinci beberapa larangan dalam rangka memperoleh artha. Misalnya harta
yang diperoleh dengan jalan jahat antara lain dengan melakukan siksaan, harta yang
diperoleh dengan melanggar hukum dan sebagainya.
Harta yang diperoleh atau dimiliki dalam penggunaan harus dibagi tiga:
1) Sdhana ri kasiddhan i dharma
Artinya dipakai untuk memenuhi dharma. Contohnya adalah untuk pelaksanaan
pacayaja dan sebagainya
2) Sdhana ri kasiddhan i kma
Artinya dipakai untuk memenuhi kama. Contohnya untuk kegiatan kesenian,
olahraga dan rekreasi.
3) Sdhana ri kasiddhan i artha
Artinya dipakai untuk mendapatkan harta kembali. Contohnya untuk kegiatan
memproduksi sesuatu, olah raga, rekreasi dan sebagainya.

Pada bagian lain didapat penjelasan bahwa sebenarnya kegunaan dari harta atau
kekayaan itu adalah untuk disedekahkan(punya).

3. Kma
Kama berarti nafsu atau keinginan yang dapat memberikan kepuasan atau
kesejahteraan hidup. Kepuasan atau kenikmatan tersebut memang merupakan salah satu
tujuan atau kebutuhan manusia, karena manusia mempunyai daendria (sepuluh indria)
yaitu:
1) Srotendria : keinginan untuk mendengar.
2) Tvagendria : keinginan untuk merasakan sentuhan.

3) Caksvindriya : keinginan untuk melihat.
4) Jihvendriya : keinginan untuk mengecap.
5) Ghran endriya : keinginan untuk mencium.
6) Wagindriya : keinginan untuk berkata.
7) Panindriya : keinginan untuk memegang sesuatu.
8) Pdendriya : keinginan untuk bergerak, berjalan.
9) Payvindriya : keinginan untuk membuang kotoran.
10) Upasthendriya : keinginan untuk kenikmatan dengan kelamin.

Kama atau kesenangan menurut ajaran agama Hindu tidak akan ada artinya jika
diperoleh menyimpang dari dharma. Karena dharma menduduki tempat di atas dari
kama, dan menjadi pedoman dalam pencapaian kama.
4. Moksa
Moksa adalah merupakan tujuan terakhir dan tertinggi dari manusia. Moksa berarti
kebebasan atau kelepasan. Maksudnya adalah suatu kebahagiaan dimana tma dapat
lepas dari pengaruh maya dan ikatan ubha-aubhakarma, serta bersatu kembali dengan
asalnya yaitu Brahman.
Pada hakekatnya setiap manusia mendambakan apa yang disebut kebahagiaan yang
kekal abadi ( satcitanada ) yang hanya didapat dalam persatuan bersama Ida Sang
Hyang Widhi Wasa. Perjalanan hidup yang ditempuh dalam perjalanan mencari Ida
Sang Hyang Widhi Wasa lalu bersatu dengan beliau merupakan perjalanan yang penuh
rintangan, hanya dengan berbuat berdasarkan Dharma, manusia dapat melalui segala
rintangan yang ada untuk mencapai Moksa.

C. Hubungan Catur Purusartha dengan Catur Asrama


Catur Asrama adalah empat lapangan hidup (pangasraman) yang berdasarkan
petunjuk kerohanian. Catur Asrama terdiri dari:
a) Brahmacari, yaitu tingkat hidup dalam ketekunan mencari ilmu pengetahuan atau
tingkat hidup berguru.
b) Grhasta, yaitu tingkat hidup berumah tangga.
c) Vanaprastha, yaitu tingkat hidup dalam pengunduran diri dari kesibukan dalam
masyarakat.
d) Sanyasa (Biksuka), tinggkat hidup yang telah melepaskan diri sama sekali ikatan
keduniawian, atau disebut juga tingkat hidup berkelana.

Pembagian empat tingkat masa kehidupan tersebut hanya bersifat informal yang
nantinya mempunyai kaitan erat dengan Catur Purusrtha. Catut Purusrtha adalah
merupakan filsafat hidup dari Catur srama.

Dalam tingkat hidup Brahmacri rama, kedudukan dharma menjadi amat penting.
Dharma merupakan tujuan pokok dalam tingkatan hidup Brahmacri ini. Sebagaimana
halnya dharma yang menjadi dasar pencapaian artha, kama dan moksa, maka
brahmacari merupakan dasar asrama yang lain taitu Grhasta, Vanaprastha, dan
Bhiksuka. Tingkat hidup brahmacri rama yang sering disebut juga kehidupan
aguron-aguron atau asewaka guru adalah suatu tingkat kehidupan yang memerlukan
ketekunan, kesungguhan. Dalam brahmacri seorang siswa akan membentuk wataknya
sehingga mempunyai pribadi yang utama berdasarkan dharma.

Setelah melewati masa Brahmacari seseorang wajib untuk memasuki masa Grahasta.
Dalam tingkatan hidup Grahasta Asrama masalah arta dan kama menjadi tujuan hidup
yang cukup penting. Seseorang yang telah memasuki masa Grahasta Asrama akan
menpunyai macam-macam kewajiban, baik kewajiban masalah tentang keagamaan
maupun kemasyarakatan. Disamping mempunyai kewajiban untuk melanjutkan
keturunan, seorang Grahastin berkeeajiban untuk melaksanakan yajna, seperti Dewa
Yajna, Pitra Yajna, Rsi Yajna, Manusa Yajna dan Bhuta Yajna. Jadi kehidupan pada
masa Grahasta ini adalah tingkatan hidup yg sangat berat. Namun apa bila kewajiban
tersebut dilaksanakan berdasarkan dharma, maka semasa hidup ini adalah mulia.
Setelah masa hidup grhasta, seseorang akan memasuki masa hidup vanaprastha. Di
masa kehidupan ini mereka akan mulai mengasingkan diri dari kehidupan
kemasyarakatan. Di fase ini mereka sudah melepaskan diri dari ikatan artha dan kama
karena dua hal tersebut bukan lagi merupakan hal yang penting dan diprioritaskan.
Melepaskan diri dari ikatan artha dan kama dapat dijadikan sebagai sebagai langkah
awal untuk mencapai tujuan hidup Agama Hindu yaitu Moksa. Maka dari itu, pada fase
ini kegiatan yang dilakukan lebih banyak adalah berupa tapa bratha atau samadhi
sehingga pada fase seseorang akan dapat mencapai ketenangan dalam hidup.

Tingkat hidup yang terakhir adalah sannyasa atau bhiksuka. Sebenar nya antara
tingkat hidup vanaprasta dengan sannyasa tidak banyak bedanya. Seorang sannyasa
benar benar sudah tanpa keinginan untuk mencapai Artha dan kama. Hanya satu yang
menjadi tujuan nya yaitu mencapai penunggalan dengan Ida sang Hyang Widhi yang
berupa suka Tan pawali dukha yaitu moksa. Dengan jelas pula dapat di ketahui dalam
masa brahmacari, saat mana Dharma merupakan tujuan utama , adalah merupakan
tingkat hidup yang sangat menentukan berhasilnya tingkat hidup yang lain
yaitu,grhasta,vanaprashta dan sannyasa

Anda mungkin juga menyukai