CATUR PURUSARTHA
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Ni Ketut Sriarini (117111568)
Dw. A. Kade Widya Saraswati P.(117111559)
Gusti Ketut Tri Kania Purnamukti (117111562)
I Kadek Adi Dharma Putra (117111571)
I Made Gede Widiasa Utama (117111576)
I Komang Suswanto (117111578)
Dalam petikan di atas ditekankan bahwa dharma mesti dilaksanakan, maka artha dan
kma datang dengan sendirinya.
2. Artha
Kata artha dapat mempunyai beberapa makna.dalam kaitannya dengan kata
purusrtha, kata artha dapat berarti tujuan.Demikian pula dalam kaitannya dengan kata
parama artha (tujuan yang tertinggi), parrtha (tujuan atau kepentingan orang lain) dan
sebagainya. Tetapi sebagai tujuan dari catur purusrtha, kata artha berarti harta atau
kekayaan.
Ajaran agama hindu sangat memperhatikan kedudukan dan fungsi artha tersebut
dalam kehidupan.Mencari atau memiliki artha bukanlah suatu dilarang,asal semua
diperoleh berdasarkan dharma, dan digunakan untuk kepentingan dharma pula.Agama
Hindhu memperinci beberapa larangan dalam rangka memperoleh artha. Misalnya harta
yang diperoleh dengan jalan jahat antara lain dengan melakukan siksaan, harta yang
diperoleh dengan melanggar hukum dan sebagainya.
Harta yang diperoleh atau dimiliki dalam penggunaan harus dibagi tiga:
1) Sdhana ri kasiddhan i dharma
Artinya dipakai untuk memenuhi dharma. Contohnya adalah untuk pelaksanaan
pacayaja dan sebagainya
2) Sdhana ri kasiddhan i kma
Artinya dipakai untuk memenuhi kama. Contohnya untuk kegiatan kesenian,
olahraga dan rekreasi.
3) Sdhana ri kasiddhan i artha
Artinya dipakai untuk mendapatkan harta kembali. Contohnya untuk kegiatan
memproduksi sesuatu, olah raga, rekreasi dan sebagainya.
Pada bagian lain didapat penjelasan bahwa sebenarnya kegunaan dari harta atau
kekayaan itu adalah untuk disedekahkan(punya).
3. Kma
Kama berarti nafsu atau keinginan yang dapat memberikan kepuasan atau
kesejahteraan hidup. Kepuasan atau kenikmatan tersebut memang merupakan salah satu
tujuan atau kebutuhan manusia, karena manusia mempunyai daendria (sepuluh indria)
yaitu:
1) Srotendria : keinginan untuk mendengar.
2) Tvagendria : keinginan untuk merasakan sentuhan.
3) Caksvindriya : keinginan untuk melihat.
4) Jihvendriya : keinginan untuk mengecap.
5) Ghran endriya : keinginan untuk mencium.
6) Wagindriya : keinginan untuk berkata.
7) Panindriya : keinginan untuk memegang sesuatu.
8) Pdendriya : keinginan untuk bergerak, berjalan.
9) Payvindriya : keinginan untuk membuang kotoran.
10) Upasthendriya : keinginan untuk kenikmatan dengan kelamin.
Kama atau kesenangan menurut ajaran agama Hindu tidak akan ada artinya jika
diperoleh menyimpang dari dharma. Karena dharma menduduki tempat di atas dari
kama, dan menjadi pedoman dalam pencapaian kama.
4. Moksa
Moksa adalah merupakan tujuan terakhir dan tertinggi dari manusia. Moksa berarti
kebebasan atau kelepasan. Maksudnya adalah suatu kebahagiaan dimana tma dapat
lepas dari pengaruh maya dan ikatan ubha-aubhakarma, serta bersatu kembali dengan
asalnya yaitu Brahman.
Pada hakekatnya setiap manusia mendambakan apa yang disebut kebahagiaan yang
kekal abadi ( satcitanada ) yang hanya didapat dalam persatuan bersama Ida Sang
Hyang Widhi Wasa. Perjalanan hidup yang ditempuh dalam perjalanan mencari Ida
Sang Hyang Widhi Wasa lalu bersatu dengan beliau merupakan perjalanan yang penuh
rintangan, hanya dengan berbuat berdasarkan Dharma, manusia dapat melalui segala
rintangan yang ada untuk mencapai Moksa.
Pembagian empat tingkat masa kehidupan tersebut hanya bersifat informal yang
nantinya mempunyai kaitan erat dengan Catur Purusrtha. Catut Purusrtha adalah
merupakan filsafat hidup dari Catur srama.
Dalam tingkat hidup Brahmacri rama, kedudukan dharma menjadi amat penting.
Dharma merupakan tujuan pokok dalam tingkatan hidup Brahmacri ini. Sebagaimana
halnya dharma yang menjadi dasar pencapaian artha, kama dan moksa, maka
brahmacari merupakan dasar asrama yang lain taitu Grhasta, Vanaprastha, dan
Bhiksuka. Tingkat hidup brahmacri rama yang sering disebut juga kehidupan
aguron-aguron atau asewaka guru adalah suatu tingkat kehidupan yang memerlukan
ketekunan, kesungguhan. Dalam brahmacri seorang siswa akan membentuk wataknya
sehingga mempunyai pribadi yang utama berdasarkan dharma.
Setelah melewati masa Brahmacari seseorang wajib untuk memasuki masa Grahasta.
Dalam tingkatan hidup Grahasta Asrama masalah arta dan kama menjadi tujuan hidup
yang cukup penting. Seseorang yang telah memasuki masa Grahasta Asrama akan
menpunyai macam-macam kewajiban, baik kewajiban masalah tentang keagamaan
maupun kemasyarakatan. Disamping mempunyai kewajiban untuk melanjutkan
keturunan, seorang Grahastin berkeeajiban untuk melaksanakan yajna, seperti Dewa
Yajna, Pitra Yajna, Rsi Yajna, Manusa Yajna dan Bhuta Yajna. Jadi kehidupan pada
masa Grahasta ini adalah tingkatan hidup yg sangat berat. Namun apa bila kewajiban
tersebut dilaksanakan berdasarkan dharma, maka semasa hidup ini adalah mulia.
Setelah masa hidup grhasta, seseorang akan memasuki masa hidup vanaprastha. Di
masa kehidupan ini mereka akan mulai mengasingkan diri dari kehidupan
kemasyarakatan. Di fase ini mereka sudah melepaskan diri dari ikatan artha dan kama
karena dua hal tersebut bukan lagi merupakan hal yang penting dan diprioritaskan.
Melepaskan diri dari ikatan artha dan kama dapat dijadikan sebagai sebagai langkah
awal untuk mencapai tujuan hidup Agama Hindu yaitu Moksa. Maka dari itu, pada fase
ini kegiatan yang dilakukan lebih banyak adalah berupa tapa bratha atau samadhi
sehingga pada fase seseorang akan dapat mencapai ketenangan dalam hidup.
Tingkat hidup yang terakhir adalah sannyasa atau bhiksuka. Sebenar nya antara
tingkat hidup vanaprasta dengan sannyasa tidak banyak bedanya. Seorang sannyasa
benar benar sudah tanpa keinginan untuk mencapai Artha dan kama. Hanya satu yang
menjadi tujuan nya yaitu mencapai penunggalan dengan Ida sang Hyang Widhi yang
berupa suka Tan pawali dukha yaitu moksa. Dengan jelas pula dapat di ketahui dalam
masa brahmacari, saat mana Dharma merupakan tujuan utama , adalah merupakan
tingkat hidup yang sangat menentukan berhasilnya tingkat hidup yang lain
yaitu,grhasta,vanaprashta dan sannyasa