Anda di halaman 1dari 5

BAB I

NAMAKSARA

SAMKYA-YOGA

Kata “Samkhya” secara denotatif berarti pengetahuan yang benar dan angka tetapi
secara konotatif berarti “pemantuan” tepatnya pemantulan filsapati. Samkhya dapat disebut
mengandung pandangan realistis karena mengakui adanya realitas dunia ini yang bebas dari
pada roh, azas bendani yang berbeda dari azas roh. Pandangan samkhya terhadap roh itu
jumlahnya ta terhitung bilanganya, karena itu sistem ini pluralistis. Untuk merealisasikan roh
dibutuhkan latihan-latihan spritul bersifat mistis dalam disiplin diri yang panjang dan
berkesinambungan dengan penuh pengabdian dan konstenplasi konstan. Seperti diagram
dibawah ini :

PURUSA PRAKRTI

Buddhi

Ahamkara

Manas

Panca Tanmantra

Panca Buddhindrya Panca Karmendrya

Panca Mahabutha

Demikianlah ajaran samkhya (teoritis) tidak dapat dipisahkan dari yoga (praktik)
bahkan bhagavadgita menegaskan bahwa dengan melaksanakan salah satu diantaranya akan
memperoleh pahala dari keduanya. Purusa dapat dilepaskan dari ikatan prakerti melalui
pengetahuan benar dalam keadaran penuh, pengetahuan tentang purusa-prakerti sebagai azas
segala sesuatu. Untuk menjadikan karma sebagai tuntunan hidup yang baik yakni harus
berdasarkan panca klesa sebab karma sebagai otoritas membuat ketidaktahuan
(awidya).Sehingga menyebabkan perputaran yang tiadanya putus-putusnya dalam keinginan
hidupnya.
Kebebasan dari klesa dan duhka tersebut sebagaimana pandangan yoga yang mesti
melakukan kebiasaan (abhyasa) dan sungguh-sungguh secara terus menerus yang tidak
terikat pada nafsu ( wairagya). Adapun yoga yang menjadi dasar harus dilatih yakni astangga
yoga delapan tahapan-tahapan yang harus di demontrasikan yakni niyama, yama, asana,
pranayama, prahtyara, dyana, dharana.samadhi. Sang yogin yang mampu mencapai
tingkatan Samadhi memiliki kecakapan-kecakapan yang luar biasa, ia memiliki kemampuan
yang diperluas (Siddhi). Pengetahuan menurut samkya yakni diperoleh dengan tiga alat yakni
pengamatan, penyimpulan, dan kesaksian. Dalam ajaran samkhya pengetahuan dibandingkan
dengan pengetahuan secara organis, yaitu dari yang sedergana hingga menjadi yang
komlpleks. Sebab dalam Tri Hantakara salah satu bagainya Buddhi adalah memegang
peranan penting dalam asfek menunjang kesadaran manusia untuk menjadi lebih baik,
sehingga menjadikan wrtti, menjadi perantara yang menghubungkan antara yang mengenal
dan yang dikenal sehingga menjadi satu kesatuan yang akurat.
BAB IX

GAYA HIDUP HINDU

KESADARAN INDIVIDU

Sebagai manusia tidak elok bilamana tidak memiliki gaya hidup, sebab gaya hidup
merupakan modal utama untuk menciptakan suasana yang baru dalam kehidupan. Namun
gaya hidup bukan yang bersifat arogansi, ugal-ugalan apalagi gaya hidup yang tanpa etika.
Tapi, seharusnya gaya hidup yang berlandaskan dengan konsep agama Hindu. Gaya hidup
yang baik berdasarkan agama Hindu bisa dipetik dari Utama, Madya, dan Nisita seperti
diagram di bawah ini:

Utama Panca tattwa dan Panca Sraddha


Kepala /Tatwa Untuk mencapai tujuan hidup Catur Purusa Artha

Susila/Etika
Tri Kaya Parisudha
Madya Tri Mala
Badan/ Susila Sad Ripu
Tatwam Asi
Sad Atatayi
Dasa Yama Bratha
Dasa Niyama Bratha

Nista Acara/Yajna

Anggota/acara Dewa Yajna

Rsi Yajna

Manusia Yajna

Bhuta Yajna

Konsepsi Pertemuan Tri Jnana Sandhi dengan

Tri angga, representasi dari Manusia Hindu


A. Jalan Dharma Menyadarkan Solidaritas Sosial
Manusia dalam kehidupannya selain dikenal sebagai makhluk individu juga
merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari
interaksinya dengan sesame manusia lainnya. Hidup bersama bagi manusia adalah
hidup dalam sistem yang sesuai untuk memadukan berbagai potensi dalam rangka
mencapai tujuan bersama. Belajar dari tahapan kehidupan yang diajarkan dalam
Agastya Parwa, maka pemaknaan setiap tahapan hidup itu tidak bisa hidup sendiri
tanpa terpadu dengan mereka yang berada pada tahapan hidup lainnya. Misalnya,
seorang brahmacari tidak akan mungkin dapat menjalankan swadarma brahmacarinya
tanpa grihasta asrama begitupula seterusnya. Dinamika hubungan antarasrama inilah
menimbulkan dinamika sosial dari generasi ke generasi.
Hidup bersama yang ideal menurut konsep Hindu adalah hidupa dalam
kebersamaan warna asrama dharma. Manawa Dharmasastra VI.87 menyatakan empat
tahapan hidup sbb:
Brahmacari grhasthasca
Vanaprstho yaistata
Ete grhastha prabhawas
Catvarah prithagasramah
Brahmacari, Grhastha, Wanaprasta dan Jati (Sanyasin) adalah empat tahapan
hidup. Semua tahapan hidup itu berkembang dari grhastha.
Hyang Widhi menciptakan Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra adalah
untuk melindungi kebahagiaan dunia ini. Artinya manusia di dunia ini mebutuhkan
adanya empat profesi yang disebut Brahmana Warna, Ksatria Warna, Waisya Warna
dan Suda Warn. Dengan empat profesi itu manusia dapat membangun dirinya mejadi
manusia yang hidup bahagia. Agar manusia senantiasa dapat berinteraksi secara
positif dalam kehidupan sosialnya, brahman atau Hyang Widhi menciptakan ajaran
catur asrama dan catur warna. Profesi dalam catur warna itu ditentukan oleh guna dan
karma.
B. Tali Kendali Dharma
Weda disamping sebagai penuntun Sradha dan Bhakti pada Hyang Widhi, juga
mengajarkan umt menjaga kelestarian Alam (Bhuta Hita) berdasarkan Rta dan
memelihara kualitas kehidupan individu dan sosial berdasarkan dharma. Sradha,
bhakti, rta, dan dharma itu berbeda pengertian tetapi dalam pengamalannya terpadu
satu dengan yang lain. Dari konsep nilah muncul asih, punia, dan bhakti. Asih, Punia,
dan Bhakti sesungguhnya merupakan implementasi dari ajaran Tri Hita Karana dalam
kehidupan sehari-hari. Asih, Punia, dan Bhakti yang terpadu dengan tepat dan benar
akan melahirkan kehidupan yang bahagia, karena itu disebut Tri Hita Karana.
Dharma berarti kebenaran, kewajiban, juga berarti kebajikan. Menurut pustaka
Wrehaspati Tattwa 25, ada tujuh prilaku yang seyogyanya dilakukan sebagai wujud
pengalaman dharma. Tujuh prilaku yang dimaksud meliputi sila ngaraning mangraksa
acara rahayu, yadnya ngaraning menghadakaken homa, tapa ngaraning umatin
indryania, dana ngaraning paweweh, prawrajya ngaraning wiku ansaka, bhiksu
ngarning diksa, yoga ngaraning magawe Samadhi.
C. Rumah Tinggal Orang Hindu
Sebagaimana yang diungkapkan dalam canakya niti sastra 1.9 menyatakan
setiap pemukiman hendaknya ada lima unsur yng bersinergi kehidupan manusawi
yang hidup aman dan sejahtra lahir batin. Lima unsur tersebut yakni raja, pandita,
waidya, danikah, dan nadi.
D. Merusak alam Menghancurkan kehidupan
Pemahaman terhadap alam ialah tidak terlepas dari unsur bhuana agung dan
bhuana alit (makro dan mikro) sebab diantaranya memiliki hubungan yang tidak bisa
terpisahkan untuk menjadikan keseimbangan, sebagaimana hal tersebut dimuat dalam
rg weda VIII. 40.4 iyam dyauh prthiwi mahi, upasthe bibhrto vasu.
E. Bhuta yajna mengharmoniskan alam
Bhuta yajna adalah suatu persembahan yang dihaturkan kepada alam semesta guna
memperoleh kemakmuran dan kesejahtraan kepada para bhuta kala menjadi bhuta
hita.
F. Srdaha Bhkati dan Swastika Hindu
Keyakinan terhadap yang pencipta tidak terlepas dari ajaran agama Hindu yang
diyakini sebagai entitas tertinggi, keyakinan tersebut bisa diterapkan dengan lima hal
yakni asakta manah, yoga yunjana, madawasraya, asamsaya, dan samagram.
Swastikarana adalah ajaran sanatana dharma (tidak ada akhiran) swastikarana adalah
sebagai lambing kesucian umat Hindu.

Anda mungkin juga menyukai