Indonesia
Muhammad Adlin Sila
Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan,
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI
Urgensi Penguatan Moderasi Beragama
• “Ini sesuatu yang urgen, moderasi beragama ini sesutu yang sangat mendesak.
Karena ini bukan merupakan sesuatu yang baru sama sekali,” ujar Kepala
Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Balitbang Kementerian
Agama, Prof Muhammad Adlin Sila, dalam diskusi virtual “Peci dan Kopi” yang
diikuti Republika.co.id belum lama ini.
• Moderasi beragama selama ini sudah menjadi karakter bangsa dan menjadi
ciri khas masyarakat Indonesia yang plural.
• Namun, menurut dia, saat ini ada upaya-upaya untuk melemahkan
keberagaman di Indonesia, sehingga moderasi beragama harus terus
diperkuat. “Nah ini yang harus kita suarakan lebih lantang. Makanya kita
memilih kata penguatan, kita memperkuat kembali, yang sebelumnya
mungkin lemah atau dilemahkan,” ucapnya.
• http://republika.co.id/r/qi5dxy320
MENURUT KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA (KBBI)
6
Apa itu Moderasi Beragama?
Orang yang
mempraktekkannya disebut
moderat.
7
BISA DISEBUTKAN CONTOH
BERAGAMA YANG BERLEBIHAN?
• Seseorang yang beribadah terus-menerus dari
pagi hingga malam tanpa mempedulikan
problem sosial di sekitarnya bisa disebut
berlebihan dalam beragama.
• Seseorang juga bisa disebut berlebihan dalam
beragama ketika ia sengaja merendahkan
agama (saudara atau orang lain), atau gemar
menghina figur atau simbol suci agama
tertentu.
• Dalam contoh kasus seperti yang disebutkan di
atas, maka ia sudah terjebak dalam ekstremitas
yang tidak sesuai dengan prinsip moderasi
beragama.
8
EKSTREM
EKSTREM
KIRI/SEKUL
KANAN/AGAMA
UARISME
1. Agama hanya 1. Berlebihan, drastis,
mengurusi 1. Selalu eksesif, melewati
ruang privat menghindarkan batas, melampaui
dan internum. perilaku atau kealamiahan,
2. Agama tidak pengungkapan musykil;
boleh 2. Fanatik, reaksioner,
yang ekstrem;
mencampuri revolusioner, ultra
masalah public 2. Memiliki sikap konservatist,
seperti sosial yang terkendali eksklusif.
kemasyarakata (self-control) dan 3. Radikalis,
n dan ekonomi bertanggungjawa fundamentalis,
politik puritanist.
b.
3. Penggunaan 4. Tekstualis dalam
3. Berkecenderunga memahami Kitab
akal harus
n ke arah dimensi Suci.
diutamakan
dalam jalan tengah atau 5. Menggunakan
memahami seimbang; metode ekstrim dalam
teks-teks Kitab memperjuangkan
4. Pandangannya kepentingannya
Suci. mau memper- 6. Islamist dan Jihadist,
4. Kebebasan timbangkan memiliki agenda
yang absolut politik yaitu untuk
pandangan pihak
5. Universal HAM mengganti rezom yang
dan lain yang berbeda
sedang berkuasa
Individualisme dengannya
karena dianggap
(inklusif); thogut (kafir)..
1. Kontekstual dan
adaptif dengan
situasi yang ada.
9
DI MANA POSISI ORANG MODERAT BERADA
DI ANTARA DUA KUTUB EKSTREM ITU?
10
11
GARIS BESAR BUKU
12
Tujuan Diluncurkannya buku moderasi beragama
13
ADA EMPAT Indikator Moderasi Beragama
Komitmen kebangsaan (PBNU: Pancasila, Bhinneka, NKRI & UUD
1945)
1
2 Toleransi
Anti kekerasan 3
19
Indeks Kerukunan
Nasional Tahun 2019
73,83
Hasil 5 Tahun Terakhir
Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB)
secara nasional
Tahun 2015 75,36
Tahun 2016 75,47
Tahun 2017 72,27
Tahun 2018 70,90
Tahun 2019 73,83
Hasil Pengukuran Tiga Dimensi (toleransi, kesetaraan, kerjasama)
Indeks Kerukunan Umat Beragama 2019
KATEGORISASI
0 – 20 Sangat Rendah
21– 40 Rendah
41 – 60 Sedang
61–80 Tinggi
80 – 100 Sangat Tinggi
Hasil Indeks KUB 2019: Bali di urutan 3
Propinsi Bali selalu di urutan 5 besar (5
tahun)
Tantangan Moderasi Beragama
• Kompas di rubrik “Politik&Hukum” tanggal 8 September 2018, mengambil tajuk:
“Radikalisasi Pancasila Penting Dilakukan”.
• Yang dimaksud «radikalisasi» disini adalah pengajaran Pancasila secara tuntas dan
komprehensif. Radikal disini bermakna positif.
• Tapi kenyataan sekarang diketahui kata radikal selalu identik dengan hal-hal yg negatif
seperti fanatisme agama, radikalisasi agama dan terorisme (Miguel Angelo Jonathan,
2018).
• KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata “radikal” memiliki tiga pengertian.
Pertama, secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip); kedua, amat keras
menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan); dan ketiga, maju dalam
berpikir atau bertindak.
• Pada pengertian KBBI tersebut, kita dapat mengetahui bahwa sesungguhnya kata
“radikal” memiliki pengertian yang positif dan baik. Kata “radikal” mengandung esensi
“maju dalam berpikir”.
Ekstremisme atau sektarianisme
• Kementerian Agama menggunakan istilah moderasi beragama dalam memerangi ekstremisme
(tatarruf) di Indonesia. Ada dua model ekstremisme, yakni tashaddudi (fundamentalis) dan
tasahhuli (liberalis).
• Tatarruf tashaddudi di Indonesia seperti halnya HTI yang menginginkan pembongkaran Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi negara Khilafah Islamiyah
• Sementara BNPT menggunakan istilah kontra radikalisasi (pencegahan) dan deradikalisasi
(pengurangan/penghapusan) dalam menanggulangi radikalisme keagamaan.
• Dalam KBBI, kata “sektarian” diartikan sebagai berkaitan dengan anggota (pendukung,
penganut) suatu sekte atau mazhab, picik, terkungkung pada satu aliran saja, anggota kelompok
keagamaan, orang yang sangat fanatik kepada suatu doktrin dan menolak paham yang berbeda
dengannya.
• Sedangkan kata “sektarianisme” sendiri diartikan sebagai semangat membela suatu sekte atau
mazhab, kepercayaan, atau pandangan agama yang berbeda dari pandangan agama yang lebih
lazim diterima oleh para penganut agama tersebut, aliran dalam politik yang antikomunikasi,
reaksioner, amat emosional, tidak kritis, angkuh, dan antidialog.
Ekstremisme Kanan dan Kiri
• Miguel Angelo Jonathan (2018): “Seorang yg fanatik terhadap agamanya tidak
sepatutnya disebut radikal, karena radikal mengandung makna “maju dalam berfikir”.
Ketika seorang yg fanatik melakukan tindakan2 yg intoleran lebih tepat disebut
sektarian“. (https://indoprogress.com/2018/10/radikalisasi-pengertian-radikal).
• Menurut Buku Moderasi Beragama: Ekstrimisme keagamaan adalah pemahaman dan
pengamalan agama yang berlebihan (al ghuluw). Dalam memahami teks agama teralu
mendewakan teks tanpa memperhatikan sama sekali kemampuan akal/nalar (ekstrem
kanan) atau golongan konservatif (eka) (tekstualis).
• Kutub ekstrem yang lain, sebaliknya, yang sering disebut kelompok liberal, sekuler dan
marxisme, terlalu mendewakan akal pikiran sehingga mengabaikan teks itu sendiri,
dan terlalu liberal dalam memahami nilai-nilai ajaran agama (eki) (kontekstualis).
• Oleh karena itu, strategi Kementerian Agama adalah memperkuat paham dan praktik
pengamalan yang moderat.
Peranan Perguruan Tinggi
• Prof Kamaruddin Amin (Dirjen Pendis): “Kementerian Agama meminta
seluruh perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) untuk
membangun Pusat Kajian Moderasi Agama ….” (Republika.co.id.
Selasa, 12 Nov 2019).
• Karena Moderasi Beragama sudah masuk kedalam Rencana Program
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 di Bappenas, maka
semua kementerian dan lembaga (K/L) termasuk perguruan tinggi di
semua agama wajib menjalankan program dan kegiatan moderasi
beragama.
• Di bawah Kluster: Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan
dengan Memperkuat Moderasi Beragama.
Terimakasih
Tanya - Jawab