Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 9

KRITIK
TERHADAP
FORMALISME
AGAMA
ENGLISH CLASS | LAREDO YORK PRIMARY SCHOOL

Risda Amelia 2301942280


Reza Kuniawan W. 2301942412
Adam Gumanti
Redo Rizky Y.
Michael Saputra
2301947022
2301948082
2301948435
KELOMPOK 9
Fachria Ditia Z. 2301949103
Firda Arfianti 2301949596
A. KONSEP FORMALISME
AGAMA
Formalisme agama memiliki beberapa karakteristik
Formalisme agama merupakan suatu sistem mendasar yang menonjol,
religius keagamaan yang menekankan antara lain:
prinsip-prinsip, aturan dan hukum-hukum 1. lebih memperhatikan aturan-aturan formal agama
sebagai unsur yang paling penting dalam daripada isi atau makna.
2. memberikan prioritas terhadap simbol-simbol
penghayatan hidup religius dan kriteria
religius dalam ekspresinya.
evaluasi diri.
3. berpikir sangat tinggi terkait dengan tema-tema
agama sehingga cenderung membela diri dan
resisten.
4. menggunakan istilah-istilah religius dalam praksis
keseharian hidupnya.
B. RADIKALISME AGAMA DAN FAKTOR-
FAKTOR PEMICUNYA
Radikalisme Agame
Radikalisme agama ini pada dasarnya adalah suatu pandangan atau ideologi religius yang ingin mengubah realitas sosial
penghayatan agama untuk kembali ke akar-akar tradisi pada awalnya yang ketat dan kaku.

Radikalisme dan Moderat


Radikalisme ini kontras dengan paham moderat atau toleransi. Dengan demikian maka moderasi atau toleransi merupakan
prinsip oposisi dari radikalisme. Jika nilai-nilai yang dibawa oleh kaum radikalisme adalah tidak peduli, tidak kompromi, tidak
toleransi maka kelompok moderasi atau toleransi justru menghargai perbedaan, peduli, kompromi, mencintai keharmonisan
dan kedamaian dalam hidup bersama.

Alasan atau motif sebagai latar belakang yang memunculkan gerakan radikalisme agama
Faktor sosial politik dan ekonomi
Rasa emosi/sentimen keagamaan
Faktor budaya-etnis
Faktor ideologi keagamaan
Maupun kebijakan pemerintah yang legalistik-radikal.
Pengakuan akan hak-hak untuk menganut agama.
Secara de jure sudah ada pengakuan oleh negara dalam memeluk
agama sesuai pilihan nurani yang tertera dalam Pasal 29 pada Bagian

C. PETA Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Bab XI tentang Agama

KRUSIAL
Merangkai bingkai teoretik atau strategi kebudayaan untuk
tumbuhnya iklim toleransi antarumat beragama.
Meskipun ajaran kebanyakan agama sebenarnya toleran dan terbuka,

FORMALISME akan tetapi, dalam kenyataan agama-agama sering cenderung bersikap


tidak toleran dan tertutup, alias eksklusif

AGAMA DAN Paradoks antara naturalisme dan kulturalisme


Formalisme agama dalam bentuk hukum positif (negara) yang

GELIATNYA idiberlakukan hingga kini masih sangat diskriminatif. Belum bisa


menerima ‘ide multikulturalisme’ untuk tumbuh berkembang subur di

DI INDONESIA
tanah air-ibu pertiwi ini.

Upaya perumusan bahasa peradaban Indonesia dihadapkan


pada eksklusivisme agama dan arus globalisasi kapitalisme
ekonomi
Gerakan fundamentalisme/radikalisme agama dan konsumerisme-
materialisme
D. KRITIK TERHADAP
FORMALISME: KEMBALI
KE SUBSTANSI AGAMA
Tentu tidak apa-apa jika orang menghayati Untuk mencegah agar radikalisme agama tidak merusakkan tatanan
nilai-nilai agama secara radikal, namun kebaikan hidup (good life) kita bersama, maka salah satu jalan untuk
problem muncul ketika itu dipaksakan mengontrol dan mengendalikan sikap kita yang kurang bijak itu yakni
kepada orang lain atau dijadikan sebagai dengan menjadi rasional (a critical person). Menjadi bijak artinya kita
tolok ukur paling benar dalam menilai menggunakan rasio (akal sehat) dan hati nurani (perasaan moral-etis)
praktik hidup bersama dalam ruang-ruang yang ada pada kita sebagai spesis manusia. Maka di sini sikap kritis
sosial publik. dalam menghayati hidup keagamaan kita menjadi penting.

Kritik terhadap formalisme agama bisa ditempuh dengan cara bersikap


kritis dalam menghayati iman keagamaan yang kita anuti.
1. Selalu mendekatkan diri pada Tuhan
setia berdoa, melakukan ritual, rajin berefleksi, bermeditasi, berkontemplasi,
rasa takut yang suci akan Tuhan

2. Peduli pada sesama manusia tanpa memandang


perbedaan
menolong, membantu, memberi, berempati, rela berkorban, solider,

Semua agama
mencintai dengan tulus, menghargai sesama

mengajarkan kita
nilai-nilai kebaikan 3. Berusaha untuk menciptakan perdamaian
tidak berkonflik, hidup harmonis, tenggang rasa, bertoleransi,
religius sebagai teposoliro, tasamuh, tolerare, tolerance

substansi
utama yakni: 4. Menghargai ekologi alam
menanam pohon, hidup hemat, hidup
sederhana/ugahari, bersepeda ke kampus, tidak konsumtif, jaga kebersihan
diri, menjaga lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan

Anda mungkin juga menyukai