Anda di halaman 1dari 5

MAKNA TRADISI DAN AGAMA DALAM PANDANGAN KONGHUCU

Aldi Rizky Pratama1, Rezaldin Muhammad Anshari2


1
Jurusan Studi Agama-Agama, Fakultas Ushuluddin,
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
2
Jurusan Studi Agama-Agama, Fakultas Ushuluddin,
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
aldirizkypratama14@gmail.com, rezaldinmuhammad07@gmail.com

ABSTRAK
Secara umum tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna tradisi
dalam pandangan Kong Hu Chu, mengetahui makna agama dalam pandangan Kong Hu
Chu, serta mengetahui tradisi yang ada dalam agama Kong Hu Chu, khususnya di
Indonesia. Untuk metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif
dengan pendekatan studi pustaka. Maka hasil dan pembahasan yang didapatkan dalam
penelitian ini diantaranya, makna tradisi dalam pandangan Kong Hu Chu, makna agama
dalam pandangan Kong Hu Chu, serta tradisi yang ada dalam agama Kong Hu Chu.
Dapat disimpulkan, adanya beberapa perbedaan serta kesamaan dalam mengartikan
makna tradisi dan agama dalam pandangan Kong Hu Chu dengan agama lainnya,
terutama dalam tradisi-tradisi yang dilakukan oleh umat Kong Hu Chu.
Kata Kunci: Agama, Tradisi, Kong Hu Chu.

ABSTRACT
In general, the purpose of this research is to find out the meaning of tradition in
Confucianism's view, to know the meaning of religion from Confucianism's point of
view, and to know the traditions that exist in the Confucian religion, especially in
Indonesia. The method used in this research is descriptive qualitative with a literature
study approach. So the results and discussions obtained in this study include, the meaning
of tradition in the view of Kong Hu Chu, the meaning of religion in the view of Kong Hu
Chu, and the traditions that exist in the religion of Kong Hu Chu. It can be concluded,
there are some differences and similarities in interpreting the meaning of tradition and
religion in the view of Kong Hu Chu with other religions, especially in the traditions
carried out by Kong Hu Chu people.
Keywords: Kong Hu Chu, Religion, Tradition.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan agama selama ini harus diakui publik Terus terang, tidak dapat
sepenuhnya meningkatkan kualitas infrastruktur agama, dan belum berhasil secara
optimal dalam menciptakan stabilitas kehidupan sosial beragama. Selanjutnya, menjadi
jelas bahwa kondisi ini membutuhkan perhatian serius, termasuk pemahaman, evaluasi.
Dan praktik nilai-nilai agama dalam masyarakat saja tidak cukup. simbol kehidupan
beragama pada tataran masyarakat baru belum mencapai substansinya. Meskipun banyak
kelemahan dalam pengembangan bidang keagamaan, Pada saat yang sama,
perkembangan kehidupan beragama belakangan ini menunjukkan gejala yang
menggembirakan, terutama saat melakukan ritual keagamaan. Kehebatan itu terlihat dari
berbagai aktivitas yang berkembang pesat di tempat ibadah. Terutama di komunitas
Tionghoa, tampaknya secara aktif bekerja pada pemulihan dan kebangkitan tempat
ibadah selama masa kebangkitan konfusianisme di Indonesia. Tokoh-tokoh agama
menjadi lokasi yang sangat mendesak atau penting, dan tentunya sangat dibutuhkan
cendekiawan konfusianisme untuk mempromosikan kehidupan beragama menuju agama
yang cukup memadai dalam realitas kehidupan yang kini banyak diungkap.

Rumusan Permasalahan
Permasalahan yang hendak dijawab adalah apa makna tradisi dalam pandangan Kong
Hu Chu? apa makna agama dalam pandangan Kong Hu Chu? serta, bagaimana tradisi
yang ada dalam agama Kong Hu Chu di Indonesia?

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), yang
mengandalkan perangkat internet dalam menggali informasi dalam beberapa halaman
web dan menganalisis beberapa video dari Youtube. Dengan menggunakan pendekatan
kualitatif non-interaktif atau bukan studi lapangan, dikarenakan banyaknya kekurangan
dan ketidakmungkinan bilamana penelitian ini dilakukan dengan pendekatan studi
lapangan, apalagi melihat kondisi pandemi Covid-19 juga yang masih belum berakhir.
Penelitian ini diharapkan sedikitnya dapat memberikan manfaat bagi peneliti,
mahasiswa dan dosen pengkaji studi agama, serta mampu berdampak bagi khasanah ilmu
studi agama dan menunjang perkembangan ilmu studi agama baik di Indonesia maupun
di dunia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Makna Agama dalam Pandangan Kong Hu Chu
Agama Konghucu hanya dianut oleh orang Cina saja karena muncul pertamakali di
negara Cina dan diajarkan oleh orang Cina pula, diantaranya Kong Fu Chu, Lao Tse dan
Tao. Mereka muncul sebagai tokoh aliran filsafat moral pada masa itu. Awal mula
lahirnya Konghucu di Cina yaitu disebabkan oleh adanya konflik antara rakyat dan
pemerintahan Cina yang sistem nya monarki dan otoriter. Sehingga menimbulkan
kekecewaan rakyat Cina, lalu kelompok rakyat Cina yang merasa dirugikan tersebut
memilih untuk mengikuti ajaran seorang tokoh aliran filsafat moral itu tadi yaitu Kon Fu
Che yang akhirnya tumbuh besar menjadi sebuah keyakinan rakyat Cina.
Agama Konghucu banyak mengajarkan hal-hal yang terkait dengan pembentukan
akhlak mulia terhadap bangsa Tiongkok. Ajarannya juga cenderung menghindari semua
hal yang berhubungan dengan jiwa, ketuhanan, metafisika, dan hal lain yang sifatnya
ajaib. Meski begitu, agama ini tidak meragukan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa yang
dipercaya masyarakat. Secara ringkas, ada lima kebajikan yang terdapat dalam ajaran
agama Konghucu, yaitu: Yen, Li, Yi, Chih, Hsih, yang artinya setiap manusia harus
punya budi pekerti, sukap bijaksana, setia, serasi antara ibadah, tingkah laku, adat
istiadat, sopan santun, dan tata krama, serta menjunjung tinggi kebenaran yang menjadi
tanggung jawab sebagai kemanusiaan dan penjaga alam.

B. Makna Tradisi dalam Pandangan Kong Hu Chu


Dari banyaknya tradisi yang dianut umat Kong Hu Chu, disini kami ambil contoh
perayaan tradisi Imlek, karena merupakan perayaan hari besar bagi umat Khonghucu.
Mereka merayakannya dengan mengadakan upacara sembahyang untuk mengucap
syukur atas anugerah Tuhan yang memberikannya kesempatan untuk memasuki tahun
yang baru kembali. Pada umumnya, kebiasaan masyarakat Tionghoa, Tahun Baru Imlek
dirayakan dengan berbagai cara, seperti yang Bisnis.com himpun dari keterangan resmi
Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin), Senin (23/2/2015) berikut ini:
Pertama, refleksi diri, yakni mensyukuri hadirnya Imlek dengan merefleksikan
perjalanan hidup selama setahun yang telah dilewati. Saat refleksi tersebut juga mencatat
kesalahan-kesalahan dan berjanji saat sembahyang kepada Tuhan untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan itu dan memulai tahun yang baru dengan cara hidup yang baru.
Kedua, berkumpul dengan seluruh keluarga besar. Ini merupakan kebiasaan yang
pasti selalu dilakukan warga Tionghoa, bahkan dari tempat jauh pun akan didatangi. Ada
kewajiban yang muda mendatangi yang tua, dan juga yang diutamakan kedua orang tua
dan juga orangtua besan. Mereka akan berusaha sekuat tenaga agar momen kebersamaan
itu tidak sampai terlewatkan untuk saling mengucapkan selamat tahun baru. Seperti
layaknya warga muslim ketika merayakan Hari Raya Idul Fitri yang sungkeman ke orang
tua masing-masing.
Ketiga, bagi-bagi angpao. Kebiasaan inilah yang selalu ditunggu-tunggu anak-anak.
Karena selain refleksi diri, berkumpul keluarga besar dan saling mengucapkan selamat
imlek, momen bagi-bagi angpao dari angkatan tua kepada angkatan muda juga menjadi
tradisi yang dinantikan. Pemberian angpao ini dimaknai sebagai simbol perhatian dari
yang tua kepada yang muda dengan harapan yang muda dapat mencapai kemajuan
melebihi yang tua, khususnya dalam bidang ekonomi.
Keempat, mengenakan baju baru. Kebiasaan ini merupakan simbol meninggalkan
hal-hal yang telah lalu dengan mengenakan sesuatu yang baru.
Kelima, warna merah. Dalam setiap kali perayaan Imlek, salah satu warna paling
identik adalah merah. Warna merah bagi masyarakat Tionghoa mencerminkan
kegembiraan dan dalam memulai sesuatu yang baru sangat diyakini akan menghasilkan
sesuatu yang positif jika dimulai dengan perasaan gembira.

C. Tradisi-tradisi yang dilakukan oleh umat Kong Hu Chu


Pada umumnya tradisi yang dimiliki umat Kong Hu Chu dilakukan pada hari-hari
besar. Tradisi yang dilakukan oleh umat Kong Hu Chu biasanya selalu diadakan secara
besar-besaran serta mewah dan meriah. Diantaranya tradisi yang masih dilakukan sampai
saat ini oleh umat Kong Hu Chu di Indonesia khususnya, sebagai berikut:
1. Cap GoMeh adalah salah satu dari tiga hari indah Khonghucu karena diperingati
pada akhir Tahun Baru Imlek, lebih tepatnya pada hari ke-15 penanggalan Imlek.
Doa Konghucu dan tarian singa di kuil. Selain itu, Cap Go Meh biasanya
memiliki tradisi membagi-bagikan bingkisan merah untuk mempererat
silaturahmi dan berbagi mata pencaharian dengan sesama. Festival ini merupakan
salah satu hari raya keagamaan Konghucu yang dikenal masyarakat umum. Hal
ini tidak terlepas dari upacara kedatangan CapGo Meh untuk merayakannya
secara besar-besaran. Twanyan Perayaan Twanyan Kompasiana Hari besar
2. Twan Yang atau Hari Raya Peh Cun, merupakan perayaan Matahari, Bumi, dan
Bulan dengan sudut 900 derajat. Hari ini biasa disebut hari ke-5 bulan ke-5
penanggalan Cina, atau biasa disebut dengan Go Gwee Go Hauw. Ibadah
dilaksanakan mulai pukul 11.00 hingga 13.00. Ini tidak terlepas dari mitos festival
Baekung, di mana bencana sering terjadi selama periode ini dan pemujaan
Twanyan dilakukan untuk menghindarinya.
3. Hari Tangcik atau Hari Dongzhi merupakan ritual Konghucu yang dilakukan oleh
masyarakat Tionghoa saat puncak musim dingin tiba pada tanggal 21 dan 22
Desember. Pemujaan ini sendiri telah dilakukan sejak dinasti He/Xia dari tahun
2205 SM hingga 1766 SM. Pada perayaan ini, ada satu sajian yang wajib muncul
di Hari Tanchik. Ini adalah jus jahe yang disebut Rondo di Indonesia. Setiap
mangkuk bundar berisi 12 adonan tepung beras ketan merah dan putih yang
melambangkan keseimbangan antara naungan dan kehidupan.

KESIMPULAN
Setiap agama pasti memiliki keunikan dan kesakralan dalam kegiatan keagamaannya
masing-masing, terutama dalam hal tradisi. Adanya beberapa perbedaan serta kesamaan
dalam mengartikan makna tradisi dan agama dalam pandangan Kong Hu Chu. Diantara
tradisi yang dimiliki umat Kong Hu Chu dilakukan pada hari besar nya, seperti Imlek,
Cap Go Meh, Tangcik, dan lainnya. Yang mana didalam hari-hari besar bagi umat Kong
Hu Chu tersebut memiliki nilai tradisi yang kental dan sakral sesuai dengan inti ajaran
yang dimiliki agama Kong Hu Chu yaitu, Yen, Li, Yi, Chih, Hsih.

DAFTAR PUSTAKA
Maula, H. F. (2021, Maret 6). Konghucu dan Budaya Tionghoa: Pasang Surut Rekognisi.
Retrieved from ugm.ac.id: https://crcs.ugm.ac.id/konghucu-dan-budaya-tionghoa-
pasang-surut-rekognisi/
Mawardi, M. (2010). Tradisi Upacara Kematian Umat Khonghucu dalam Perspektif
Psikologis. Analisa, 202.
Sukarno, P. A. (2022, April 5). Ini Makna Ritual Umat Khonghucu Saat Imlek. Retrieved
from Bisnis.com: https://jakarta.bisnis.com/read/20150223/77/405462/ini-makna-
ritual-umat-khonghucu-saat-imlek.
University, B. (2022, April 5). 5 Ajaran Utama dalam Agama Konghucu, Apa Saja?
Retrieved from binus.ac.id: https://binus.ac.id/2021/10/5-ajaran-utama-dalam-
agama-konghucu-apa-saja/

Anda mungkin juga menyukai