Anda di halaman 1dari 19

AGAMA KHONGHUCU DAN AGAMA SHINTO

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama

pada Program Studi Pendidikan Agama

Dosen Pengampu: DR.ANDI HAJAR,S.Pdi.,M.Pdi.

OLEH:

ASMAR: (2169010627)

HERIL RISKIAN: (2169010629)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji
syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan Karunia, Rahmat, dan Hidayah-Nya,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul “Agama-
Agama Besar diera Kontemporer (Agama Khonghucu, Shinto)” disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama oleh Ibu Dr. Andi Hajar, S.Pd.,M.Pd.

Adapun makalah ini telah diusahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya tidak
lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Makalah ini disusun dengan segala kemampuan, namun makalah ini masih banyak
kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah
ini bisa memberikan informasi dan bermanfaat bagi pembaca.

Watampone, 30 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................5
PENDAHULUAN.....................................................................................................5
Latar belakang........................................................................................................5
Rumusan masalah...................................................................................................7
Tujuan masalah......................................................................................................7
BAB II.......................................................................................................................8
PEMBAHASAN........................................................................................................8
Asal-usul Agama Khong Hu Cu.............................................................................8
Sistem Ketuhanan dan Keimanan Agama Khong Hu Cu......................................9
Kitab- kitab agama Khong Hu Cu........................................................................12
Sejarah Peradaban Agama Shinto........................................................................14
Sistem kepercayaan Agama Shinto......................................................................16
BAB III....................................................................................................................19
PENUTUP...............................................................................................................19
Kesimpulan...........................................................................................................19
Saran.....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di Indonesia Agama Khonghucu memiliki perkembangan yang sangat mengkhawatirkan


dan memprihatinkan. Pada era Soeharto, Agama Khonghucu tidak diakui sebagai salah satu
agama yang boleh dipeluk oleh penduduk Indonesia. Agama ini dihapuskan sebagai agama
negara dan karena keputusan Soeharto tersebut, Agama Khonghucu terpaksa mengaviliasi
dirinya dengan Agama Budha dan Tao yang kemudian membentuk suatu tempat ibadah
Tridharma. Karena lamanya pemerintahan Soeharto tersebut, sehingga membuat tradisi dan ritual
orang-orang Khonghucu bercampur atau mengalami sinkretisme dengan Agama Budha dan Tao.
Orang-orang Khonghucu sadar akan sulitnya mereka dalam menyelaraskan Agama Khonghucu
dengan Agama Budha dan Tao.

Agama Khonghucu dalam dialek Hokkian memiliki nama asli Ru Jiao atau Ji Kauw yang
berarti agama bagi umat yang lembut hati adalah bimbingan hidup karunia Thian, Tuhan Yang
Maha Esa yang diturunkan kepada para Nabi dan para suci purba yang digenapkan,
disempurnakan dengan ajaran Nabi Khonghucu.1 Agama Khonghucu (Ru Jiao) ini
disempurnakan oleh nabi Khonghucu. Hal ini dikuatkan pada abad 16 M oleh Matteo Ricci,
yakni salah satu misionaris dari Italia yang menyatakan bahwa diantara nabi-nabi dalam Agama
Khonghucu (Ru Jiao), maka Nabi Khonghucu merupakan nabi yang memiliki pengaruh terbesar
dalam Agama Khonghucu tersebut. Dari pengamatannya tersebut, ia membuat istilah
Confusianism atau Konfusianisme yang kemudian dikenal oleh masyarakat sebagai sebutan
populer dari agama Khonghucu. Seperti halnya Agama Islam, Agama Khonghucu juga
merupakan agama monoteis. Agama Khonghucu hanya mengenal satu Tuhan yakni yang dikenal
dengan istilah Thian (Tuhan yang maha esa), Shang Di (Tuhan yang maha kuasa).

Sedangkan arti Agama dalam keyakinan umat Khonghucu merupakan wahyu Tuhan yang
membimbing manusia sebagai rakyat Tuhan (Thian Ming) agar manusia mampu hidup selaras
mengikuti benih kebajikan dalam watak sejati (Xing) yang merupakan kuasa firman Tuhan.
Thian (Tuhan) menurunkan firman-Nya kepada para nabi purba/raja suci yang kemudian
terangkai sebagai mutiara kebajikan. Firman-firman tersebut sepanjang sejarah tumbuh dan
berkembang menjadi nilai – nilai mulia keagamaan Agama Khonghucu (Ru Jiao), yang kini lebih
dikenal dunia sebagai Agama Khonghucu (Confucius Religion). Agama Khonghucu tidak hanya
tumbuh pada zaman Nabi Khongcu melainkan agama ini sudah diturunkan oleh Thian (Tuhan)
puluhan abad/ribu tahun sebelum Nabi Khongcu, hanya saja agama ini disempurnakan oleh Nabi
Khongcu.

Shinto merupakan kepercayaan asli masyarakat Jepang yang tumbuh secara alami dan
telah menyatu dengan budaya. Shinto diyakini lebih dari sekedar agama, melainkan gabungan
antara sikap, gagasan dan cara melakukan sesuatu yang telah menjadi bagian integral dari cara
hidup orang Jepang. Shinto dianggap sebagai kepercayaan pribadi terhadap Kami1 dan cara
hidup bersama menurut pikiran Kami. 2 Dasar pokok agama rakyat adalah agama asli Jepang
yang mempercayai adanya kekuatan-kekuatan dalam berbagai gejala alam, binatang, benda dan
manusia yang dianggap mempunyai sifat-sifat istimewa. Kekuatan-kekuatan tersebut disebut
dengan Kami dan diyakini dapat mempengaruhi kehidupan manusia, mendatangkan keuntungan
atau menyebabkan timbulnya kesengsaraan. Pada angin dan hujan, api dan air, guntur dan kilat,
batu-batu, hutan-hutan, gunung-gunung, dan gejala alam lainnya, dirasa ada suatu kekuatan
spiritual yang menumbuhkan perasaan segan dan takut dan secara langsung atau tidak langsung
memaksa seseorang untuk memujanya baik karena mengharapkan rahmatnya ataupun karena
takut dan menghindarkan diri dari hukumannya.

Negara matahari terbit, Jepang, adalah salah satu negara yang memiliki sejarah
keagamaan yang cukup unik. Wilayah Jepang terdiri dari empat pulau besar, yaitu Hondo
(Honsyu), Hokkaido (Ezo), Shikoku, dan kyushu. Disamping empat pulau tersebut, ada ribuan
pulau kecil disekitarnya. Secara arkeologi dan antropologi, penduduk Jepang memiliki kaitan
erat dengan suku Tungus dan suku Korea saat dibuktikan secara linguistik. Pembuktian
etnografis dan mitologis,dalam diri masyarakat Jepang setidaknya terdapat empat unsur, unsur
melayu dari Asia tenggara, unsur Polynesia, unsur Ainu (diperkirakan nama lain proto-
caucassoids), serta unsur Tiongkok sebelah selatan.
Berbicara masalah kehidupan beragama yang dianut oleh masyarakat Jepang, memang
sangat unik. Dalam setiap data pemerintah atau surat resmi lain tentang identitas penduduk,
identitas agama tidak dicantumkan dan juga tidak pernah ditanyakan. Dalam lingkungan
pendidikan pelajaran agama dilarang untuk diajarkan di semua sekolah negeri milik pemerintah,
agama hanya dibahas dalam konteks sejarah saja.

Sistem kepercayaan yang dianut oleh orang-orang Jepang yang selama ini diketahui oleh
masyarakat di dunia adalah Shinto atau Buddha. Sebenarnya bila kita meneliti lebih jauh lagi
mengenai apa agama yang dianut oleh orang-orang Jepang adalah hampir semua menyebutkan
tidak tahu agama apa yang mereka anut. Bila orang-orang luar banyak yang berangggapan bahwa
orang Jepang beragama Shinto, sebenarnya Shinto bukanlah suatu agama melainkan suatu
kebudayaan atau kebiasaan saja. Shinto tidak mengenal ajaran, kitab suci ataupun nabi. Namun
uniknya memiliki kuil atau tempat sembahyang.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana asal-usul agama Khong Hu Cu?
2. Bagaimana system ketuhanan dan keimanan Agama Khong Hu Cu?
3. Sejarah peradaban agama Shinto?
4. Sistem kepercayaan agama Shinto?

C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui asal-usul agama Khong Hu Cu
2. Untuk mengetahui sistem kepercayaan dan keimanan agama Khong Hu Cu
3. Untuk mengetahui sejarah peradaban agama Shinto
4. Untuk mengetahui system kepercayaan agama Shinto
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal-usul Agama Khong Hu Cu

Agama Kong Hu Cu dipadankan dengan sejumlah sebutan: Kong Jiao/Kung Chiao, Ru


Jiao/Chiao, dan Ji Kau. Semua sebutan tersebut merujuk pada sejarah bahwa Kong Hu Cu
merupakan suatu “agama” klasik Cina yang dibangkitkan kembali oleh Kong hu cu, yang dalam
bahasa asalnya berarti agama kaum yang taat, yang lembut hati, yang memperoleh bimbingan,
atau kaum terpelajar. Oleh sejumlah orientalis Kong Hu Cu di sebut juga  Confucianism, karena
kongcu adalah tokoh sentral yang membawa ajaran tersebut.

Kong Hu Cu atau Konfusis adalah seorang ahli filsafat Cina yang terkenal sebagai orang
pertama pengembang sistem memadukan alam pikiran dan kepercayaan orang Cina yang
mendasar. Ajarannya menyangkut kesusilaan perorangan dan gagasan bagi pemerintahan agar
melaksanakan pemerintahan dan melayani rakyat dengan teladan perilaku yang baik.

Dalam ia mengajarkan ajaran-ajarannya ia tidak suka mengkaitkan dengan paham


ketuhanan, ia menolak membicarakan tentang akhirat dan soal-soal yang bersifat metafisika, ia
hanya seorang filosof sekuler yang mempermasalahkan moral kekuasaan dan akhlak pribadi
manusia yang baik. Namun dikarenakan ajaran-ajaran lebih banyak mengarah pada kesusilaan
dan mendekati ajaran keagamaan maka ia sering digolongkandan dianggap sebagai pembawa
agama.

Menurut para penganutnya, khong Hu cu bukan sekedar suatu ajaran yang diciptakan
oleh Nabi Khong Hu Cu melainkan agama (Chiao) yang telah diturunkan oleh Thien (Tuhan
Yang Maha Esa), lewat nabi dan Raja suci purba ribuan tahun sebelum lahir Nabi Khong u Cu.
Dalam kitab Susi VII. 1.2 telah dijelaskan bahwa Kong Hu Cu hanya meneruskan, tidak
menciptakan, ia sangat menaruh percaya dan suka kepada yang kuno itu. Peran yang telah
dilakukannya hanya sebagai Bok Tok, Genta Rohani yang mencanangkan firman Thian, agar
manusia kembali hidup menempuh Jalan Suci. Kong Hu Cu telah dipilih oleh Thian untuk
melestarikan, membangkitkan kembali, meneruskan dan menyempurnakan agama-Nya.
Menurut catatan sejarah, ajaran para Nabi dan Raja Suci purba ditulis sejak Raja Suci
Tong Giau, atau 17 abad sebelum Kong Hu Cu lahir. Dengan kata lain, agama Ji Kau melalui
proses yang terbentuk sejak abad 22 SM hingga pasca Kong Hu Cu meninggal (abad 3 SM).
Ajaran Ji Kau sendiri baru dikompilasi pada tahun 79 M dan terhimpun dalam kitab suci Ngo
King. Kong Hu Cu hanya menulis 2 kitab yaitu Chu Chiu dan Hau King bersama 72 orang
muridnya. Menurut penganutnya semua ajaran yang terhimpun dalam kitab suci merupakan
Thian Sik atau wahyu Tuhan. Oleh karena itu, Kong Hu Cu dipercayai sebagai agama langit atau
agama yang diturunkan oleh Thian (Tuhan Yang Maha Esa).

Sebagaimana disebutkan, peran Kong Hu Cu adalah mengumpulkan, menuliskan dan


meneruskan kembali ajaran suci, ajaran purba, agama terpelajar. Kehadirannya bersamaan
dengan kondisi masyarakat yang pada waktu itu selalu dalam kekacauan politik, ekonomi dan
berkecamuknya peperangan serta kebiadaban.

Pada saat itu kehadiran Kong Hu Cu merupakan jawaban terhadap kondisi masyarakat
yang sudah melampaui batas-batas kemanusiaan, sehingga terpanggil untuk membangkitkan
kembali agama Ru, agama orang lembut, bijak dan terpelajar. Karena itu, tidak mengherankan
kalau dikatakan bahwa Kong Hu Cu berpusat pada kemanusiaan dan keduniaan atau kurang
memperhatikan hari kemudian. Memang Kong Hu Cu lebih menitikberatkan ajaran tentang apa
yang harus dikerjakan manusi di dunia ini. Hari kemudian adalah refleksi hari ini. Hasil semua
perbuatan di dunia kini akan dipanen di hari akhir. Titik berat kekinian dan kemanusiaan itu
merupakan dorongan bagi pemeluknya untuk menjadi orang bijak dan bajik, baik terhadap
orangtua, keluarga, tetangga maupun negaranya.

B. Sistem Ketuhanan dan Keimanan Agama Khong Hu Cu

Ru Jiao atau agama Kong Hu Cu adalah agama monotheis, percaya hanya pada satu
Tuhan, yang biasa disebut sebagai Thian, Tuhan Yang Maha Esa atau Shangdi (Tuhan Yang
Maha Kuasa). Tuhan dalam konsep Kong Hu Cu tidak dapat diperkirakan dan ditetapkan, namun
tiada satu wujud pun yang tanpa Dia. Dilihat tiada nampak, didengar tidak terdengar, namun
dapat dirasakan oleh orang beriman.
Di dalam kitab Ngo King Tuhan biasa diberi kata sifat sebagai berikut:

a. Siang Thian, artinya Thian Yang Maha Tinggi


b. Hoo Thian, artinya Thian Yang Maha Besar
c. Chong Thian, artinya Thian Yang Maha Suci
d. Bien Thian, artinya Thian Yang Maha Pengasih
e. Hong Thian, artinya Thian Yang Maha Kuasa, Maha Pencipta
f. Siang Thian, artinya Thian Yang Maha Menciptakan Alam Semesta

Kong Hu Cu percaya adanya Thian yang selalu harus dihormati dan dipuja karena Dialah
yang menjaga alam semesta. Oleh karena itu, manusia harus melakukan upacara-upacara
keagamaan sesederhana dan sekhidmat mungkin agar mendapat berkah dari Thian. Dalam kaitan
ini, umat manusia harus mencermati dan meneladani tingkah laku orang tua, karena menurut
agama Kong Hu Cu, ornag tua adalah wakil Thian.

Hanya kebijakan berkenaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tiada jarak jauh tidak
terjangkau , kesombongan mengundang bencana, kerendahan hati menerima berkat, demikianlah
jalan suci Tuhan Yang Maha Esa sepanjang masa. Jalan suci itu satu tetapi menjalin, menembusi
semuanya. Jalan suci itu ialah Satya dan Tepasarira, satya kepada Firma Tuhan dan tepasarira,
tenggang rasa, mencintai sesame dan lingkungan hidupnya.

Firman Tuhan Yang Maha Esa, Dialah menjadi watak sejati manusia, hakekat
kemanusiaan yang mendukung harkat dan martabat manusia sehingga memiliki benih-benih
kebijakan dan kemampuan mengembangkannya. Bimbingan yang diturunkan Tuhan agar
manusia mampu membina diri menempuh jalan suvi itulah agama. Laku bakti itulah pokok cinta
kasih, kebijakan, yang dari padanya ajaran agama berkembang. Lalu, dimulai dari merawat cita
dan laku bakti kemudian dikembangkan nilai-nilai kebajikan yang lain seperti rendah hati, setia,
dapat dipercaya, susila, menjunjung kebenaran, suci hati, tahu malu, dan sebagainnya.

Jalan suci yang dibawa oleh ajaran agama itu ialah kebajikan gemilang, karunia Thian
yang memancarkan cahaya di dalam diri manusia. Mengasihi sesama makhluk atau rakyat Tuhan
Yang Maha Esa dengan sekuat tenaga dan upaya melaksanakan itu sehingga mencapai dan
berhenti di puncak baik, yang diridlai Tuhan Yang Maha Esa.
Hati manusia senantiasa dalam gawat, agar hati di dalam jalan suci itu sungguh muskil.
Maka, senantiasa ambillah sari pati, senantiasa ambillah yang Esa itu, pegang teguh tepat tengah,
sikap hidup tegah sempurna, tepat dan harmonis, selaras, serasi dan seimbang ke atas satya
kepada Thian, mendatar, mencintai, tepasarira, dapat dipercayai kepada sesama dan menyayangi 
lingkungan.

Teguh tuluskan Iman karena Dialah dasar kehidupan beragama, pangkal dan ujung
segenap wujud, tanpa Iman suatu pun tiada. Tuhan Maha Mendengar dan Maha Melihat seperti
rakyat mendengar dan melihat. Takutlah akan Thian, janganlah melanggar dan melawan
hukumnya, berbahagialah di dalam Thian, tulus lurus ikutilah hukum dan firmanNya dengan
patuh dan taqwa. Siapa melanggar hukum Thian akan binasa. Dan siapa mengikuti hukum Thian
akan terpelihara. Was-was dan hati-hatilah, apa yang keluar dari kamu akan kembali kepada
kamu. Dia yang takut akan Tuhan Yang Maha Tinggi tidak berani tidak berlaku lurus, dia yang
mengerti akan firman Thian tidak berdiri di bawah tembok yang retak atau akan roboh.

THIAN tidak senantiasa dekat atau akrab, Dia dekat kepada yang hormat. Sungguh miliki
yang satu itu: Kebajikan, kepadanya hati Tuhan benar berkenan dan akan menerima Firman
Gemilang. Bila kebajikan itu Esa, tiap gerak tiada yang tidak membawa berkah. Sebaliknya bila
kebajikan itu mendua, tiap gerak tiada yang tidak membawa bencana. Berkah dan bencana bukan
karena orangnya, hanya Tuhan menurunkan bahaya dan bahagia menurut kebajikanNya.
Bukanlah Tuhan itu memihak, hanya melindungi yang satu: kebajikan. Karena itu, bila Thian
menyalahkan kebajikan di dalam diri, apakah yang dapat orang (jahat) berbuat  atasnya? Cinta
kasih itulah rumah selamat, rumah sentosa. Kebenaran itulah jalan lurus. Kesusilaan itulah pintu
gerbang dan kebijaksanaan menyempurnakan segenap wujud. Jangan bimbang, jangan mendua
hati di dalam kebajikan, Tuhan Yang Maha Tinggi menyertaimu.

THIAN, Tuhan Yang Maha Esa adalah yang maha sempurna yang menciptakan
keharmonisan, keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, menjadikan segala pelaku memetik
buah perbuatanya. Yang Maha Kuasa dengan firman dan hukum yang abadi, telah
mengaruniakan benih kebajikan yang hidup di dalam diri manusia, sehingga memiliki
kemampuan mengembangkan sifat-sifat cinta kasih, susila, kesadaran menjunjung kebenaran,
keadilan, kewajiban dan kebijaksanaan. Manusia wajib mengembangkan benih-benih kebajikan,
mengamalkanya dalam hidup dan memuliakan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa serta
menjadikan dirinya insane yang dapat dipercaya sebagai makhluk yang satya kepada Khaliknya
dan sebagai saudara sejati kepada sesamanya.

Untuk mewujudkan pernyataan bakti diadakan lee, kesusilaan dan peribadatan di dalam
kehidupan beragama. Kesusilaan dan peribadatan ialah rukun yang diterima oleh para Singjien,
nabi dan raja suci purba sebagai jalan suci Tuhan. Maka siapa menerimanya akan penuh berkah
hidupnya, tetapi siapa yang menolaknya akan binasa. Orang zaman dahulu membina kemuliaan
karunia Tuhan Yang Maha Esa dan kemudian mendapatkan kemuliaan pemberian manusia.
Orang zaman sekarang membina kemuliaan karunia Tuhan Yang Maha  Esa untuk mendapatkan
kemuliaan pemberian manusia. Setelah mendapat kemuliaan pemberian manusia lalu dibuanglah
kemuliaan karunia Tuhan Yang Maha Esa itu.

Ajaran agama membimbing manusia menyadari akan makna dan tujuan hidupnya,
ketentraman hati, kesentosaan batin sehingga dapat berpikir benar, agar membimbing manusia
meneliti hakekat tiap perkara. Dengan melaksanakan jalan suci, manusia yang dibimbing agama,
dengan ridha Tuhan Yang Maha Esa akan diperoleh hidup damai dan sentosa dalam hidup
pribadi, keluarga, masyarakat, dunia maupun akhirat.

Di dalam kitab Tengah sempurna XIX: 18 ditulis, “Iman itulah jalan suci Tuhan Yang
Maha Esa. Berusaha memperoleh iman, itulah jalan suci manusia. Yang beroleh iman ialah
orang-orang yang setelah memilih dan mendekat sekuat-kuatnya yang baik”. Maka iman ialah
suatu sikap atau Susana batin yang berhubungan dengan sempurnanya kepercayaan atau
keyakinan kepada THIAN.

Manusia wajib membina kehidupan dan mengamalkan apa yang menjadi iman manusia.
Suatu agama baru bermakna dalam hidup, kalau para pemeluknya benar-benar mengimaninya.
Tanpa itu, akan menjadi sesuatu yang tidak berarti. Agama Kong Hu Cu memberikan dasar
keimanan yang pokok yang dijabarkan dalam delapan keimanan Pat Sing Ciam Kwi

C. Kitab- kitab agama Khong Hu Cu

  Kitab suci agama Kong Hu Cu sampai kepada bentuknya yang sekarang mempunyai
masa perkembangan yang sangat panjang, kitab suci yang tertua berasal dari Raja Suci
Giau(2357-2255 SM) dan yang termuda ditulis Bingcu ( wafat tahun 289 SM), melipuit masa
sekitar 2000 tahun. Kitab suci yang berasal dari para nabi Purba sesuai dengan wahyu yang
diterima langsung Nabi kong Hu Cu dari Tuhan Yang maha Esa disempurnakan dan dihimpun,
kini disebut Ngo King (kitab suci yang lama) sebagai kitab suci yang pokok. Ajaran-ajaran Nabi
Kong Hu Cu dibukukan oleh para muridnya dan dipertegas oleh Bingcu yang terhimpun dalam
kitab Su Si (kitab yang empat).

a. Kitab suci yang lima terdiri dari:


1. Si King atau kitab Sanjab. Kitab ini terdiri dari kumpulan nyanyian-nyayian upacara
yang bersifat puji-pujian  terhadap keagungan Tuhan maupu\]’;upacara di istana.
2. Su King atau kitab dokumentasi sejarah suci.
3. Ya king atau kitab perubahan. Kitab ini mempunyai nilai universal, berisi ajaran
tentang penjadian alam semesta sehingga dengan menghayati isi kitab ini, manusia
dapat menyingkap tabir kuasa Tuhan dengan segala aspeknya.
4. Lee King atau kitab kesusilaan berisi ajaran kesusilaan dan peribadatan.
5. Chun Ciu King. kitab suci ini berisi segala macam penilaian dan komentar nabi Kongcu
atas berbagai peristiwa zaman itu, sehingga sangat menarik dan bermanfaat untuk
disimak bagaimana sesungguhnya kebenaran yang harus ditegakan itu.

b. Kitab suci yang empat atau Su Si terdiri dari:


1. Thai Hak atau ajaran besar berisi bimbingan dan ajaran pembinaan diri, keluarga,
masyarakat, Negara, dan dunia, ditulis oleh Cingcu atau Cing Cham, murid nabi dari
angkatan muda.
2. Tiong Yong atau Tengah Sempurna berisi ajaran keimanan agama Kong Hu Cu: iman
kepada Tuhan, firman-Nya mengenai manusia, watak sejati, jalan suci dan peranan
agama, ditulis oleh Cu Su atau Kong Khiep, cucu nabi. Kitab ini dibukukan oleh
beberapa murid nabi.
3. Lun Gie atau sabda suci berisi percakapan nabi serta para muridnya, juga tentang
orang-orang zaman tersebut dan mengenai oeri kehidupan sehari-hari nabi. Kitab ini 
dibukukan oleh beberapa murid nabi.
4. Bingcu atau kitab suci yang dituliskan oleh Bingcu yang berfungsi menegaskan dan
meluruskan tafsir ajaran agama Kong Hu Cu dalam memerangi penyelewengan.
c. Enam Kitab Klasik
1. Shu Ching. Kitab ini mengandung 100 dokumen sejarah dinasti-dinasti kuno negeri
China, dimilai dari abad 24 SM sampai abad 8 M. dari buku ini dapat diketahui
bagaimana timbul tenggelamnya negeri Cina di zaman purba, yang menyangkut ajaran
kesusilaan dan keagamaan.
2. Shih Ching. Kitab ini merupakan kumpulan kitab puisi dari masa lima abad pertama
dinasti Chan. Tujuan buku ini adalah agar para pengikut Kong Hu Cu mengetahui
tentang budaya dan sastra puisi yang mengandung nilai-nilai moral. Di dalamnya ada
300 lebih sajak-sajak pilihan.
3. Yi Ching. Kitab ini mengemukakan tentang sisitem filsafat yang fanatic, yang
menjelaskan arti dasar tentang Yin (wanita) dan Yang (pria).
4. Li Chi. Kitab ini menguraikan tentang upacara-upacara trasdisional untuk menanamkan
disiplin rakyat, dan mengarah kan kehalusan budi, keagungan dan tingkah laku sopan
santun dalam pergaulan masyarakat. Dengan catatan bahwa Li adalah pernyataan
perasaandalam upacara kuno,bahwa Li tanpa perasaan adalah semu, dan jangan
dilakukan praktek yang merendahkan derajat.
5. Yeo. Kitab ini merupakan kitab music, yang di masa Kong Hu Cu dikaitkan dengan
puisi., setiap sajak ada musiknya dan lagu-lagu lama dibuatkanya komposisi baru.
6. Chu’un Ch’ii. Kitab ini menguraikan tentang musim semi dan musim rontok dengan
peristiwa di negeri Lu sejak tahun pertama pemerintahan Pangeran Yiu (722 SM)
sampai tahun ke-14 masa pemerintahan Pangeran Ai (481 SM), yang menguraikan
tentang jalanya pemerintahan yang baik dan dihukumnya para menteri yang bersalah.

D. Sejarah Peradaban Agama Shinto

Shintoisme (agama Shinto) pada mulanya adalah merupakan perpaduan antara faham
serba jiwa (animisme) dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam.Shintoisme dipandang oleh
bangsa Jepang sebagai suatu agama tradisional warisan nenek moyang yang telah berabad-abad
hidup di Jepang, bahkan faham ini timbul daripada mitos-mitos yang berhubungan dengan
terjadinya negara Jepang.Latar belakang historis timbulnya Shintoisme adalah sama-sama
dengan latar belakang historis tentang asal-usul timbulnya negara dan bangsa Jepang.Karena
yang menyebabkan timbulnya faham ini adalah budidaya manusia dalam bentuk cerita-cerita
pahlawan (mitologi) yang dilandasi kepercayaan animisme, maka faham ini dapat digolongkan
dalam klasifikasi agama alamiah.

Nama Shinto muncul setelah masuknya agama Buddha ke Jepang pada abad keenam
masehi yang dimaksudkan untuk menyebut kepercayaan asli bangsa Jepang.Selama berabad-
abad antara agama Shinto dan agama Buddha telah terjadi percampuran yang sedemikian rupa
(bahkan boleh dikatakan agama Shinto berada di bawah pengaruh kekuasaan agama Buddha)
sehingga agama Shinto senantiasa disibukkan oleh usaha-usaha untuk mempertahankan
kelangsungan “hidupnya” sendiri.

Pada perkembangan selanjutnya, dihadapkan pertemuan antara agama Budha dengan


kepercayaan asli bangsa Jepang (Shinto) yang akhienya mengakibatkan munculnya persaingan
yang cukup hebat antara pendeta bangsa Jepang (Shinto) dengan para pendeta agama Buddha,
maka untuk mempertahankan kelangsungan hidup agama Shinto para pendetanya menerima dan
memasukkan unsur-unsur Buddha ke dalam sistem keagamaan mereka. Akibatnya agama Shinto
justru hampir kehilangan sebagian besar sifat aslinya.Misalnya, aneka ragam upacara agama
bahkan bentuk-bentuk bangunan tempat suci agama Shinto banyak dipengaruhi oleh agama
Buddha. Patung-patang dewa yang semula tidak dikenal dalam agama Shinto mulai diadakan dan
ciri kesederhanaan tempat-tempat suci agama Shinto lambat laun menjadi lenyap digantikan
dengan gaya yang penuh hiasan warna-warni yang mencolok.

Tentang pengaruh agama Buddha yang lain nampak pada hal-hal seperti anggapan bahwa
dewa-dewa Shintoisme merupakan Awatara Buddha (penjelmaan dari Buddha dan Bodhisatwa),
Dainichi Nyorai (cahaya besar) merupakan figur yang disamakan dengan Waicana (salah satu
dari dewa-dewa penjuru angin dalam Budhisme Mahayana), hal im berlangsung sampai abad
ketujuh belas masehi. Setelah abad ketujuh belas timbul lagi gerakan untuk menghidupkan
kembali ajaran Shinto murni di bawah pelopor Kamamobuchi, Motoori, Hirata, Narinaga dan
lain-lain dengan tujuan bangsa Jepang ingin membedakan “Badsudo” (jalannya Buddha) dengan
“Kami” (roh-roh yang dianggap dewa oleh bangsa Jepang) untuk mempertahankan kelangsungan
kepercayaannya.
Pada abad kesembilan belas tepatnya tahun 1868 agama Shinto diproklamirkan menjadi
agama negara yang pada saat itu agama Shinto mempunyai 10 sekte dan 21 juta pemeluknya.
Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa paham Shintoisme merupakan ajaran yang mengandung
politik religius bagi Jepang, sebab saat itu taat kepada ajaran Shinto berarti taat kepada kaisar
dan berarti pula berbakti kepada negara dan politik negara.

E. Sistem kepercayaan Agama Shinto

Dalam agama Shinto yang merupakan perpaduan antara faham serba jiwa (animisme)
dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam mempercayai bahwasanya semua benda baik yang
hidup maupun yang mati dianggap memiliki ruh atau spirit, bahkan kadang-kadang dianggap
pula berkemampuan untuk bicara, semua ruh atau spirit itu dianggap memiliki daya kekuasaan
yang berpengaruh terhadap kehidupan mereka (penganut Shinto), daya-daya kekuasaan tersebut
mereka puja dan disebut dengan “Kami”.

Istilah “Kami” dalam agama Shinto dapat diartikan dengan “di atas” atau “unggul”,
sehingga apabila dimaksudkan untuk menunjukkan suatu kekuatan spiritual, maka kata “Kami”
dapat dialih bahasakan (diartikan) dengan “Dewa” (Tuhan, God dan sebagainya). Tradisi Shinto
mengenal beberapa nama Dewa yang bagi Shinto bisa juga berarti Tuhan yang dalam bahasa
Jepang disebut dengan istilah Kami atau Kamisama. Kamisama ini bersemayam atau hidup di
berbagai ruang dan tempat, baik benda mati maupun benda hidup. Pohon, hutan, alam, sungai,
batu besar, bunga sehingga wajib untuk dihormati. Penamaan Tuhan dalam kepercayaan Shinto
bisa dibilang sangat sederhana yaitu kata Kami ditambah kata benda. Tuhan yang berdiam di
gunung akan menjadi Kami no Yama, kemudian Kami no Kawa (Tuhan Sungai), Kami no Hana
(Tuhan Bunga) dan Dewa/Tuhan tertingginya adalah Dewa Matahari (Ameterasu Omikami)
yang semuanya harus dihormati dan dirayakan dengan perayaan tertentu.

Jadi inti dari konsep Tuhan dalam kepercayaan Shinto adalah sangat sederhana yaitu
”semua benda di dunia, baik yang bernyawa ataupun tidak, pada hakikatnya memiliki roh, spirit
atu kekuatan jadi wajib dihormati” . konsep ini memiliki pengaruh langsung didalam kehidupan
masyarakat Jepang. Misalnya seperti, seni Ikebana atau merangkai bunga yang berkembang
pesat di Jepang karena salah satunya dilandasi konsep Shinto tentang Spirit atau Tuhan yang
bersemayam pada bunga serta tumbuhan yang harus dihormati. Disamping mempercayai adanya
dewa-dewa yang memberi kesejahteraan hidup, mereka juga mempercayai adanya kekuatan gaib
yang mencelakakan, yakni hantu roh-roh jahat yang disebut dengan Aragami yang berarti roh
yang ganas dan jahat. Jadi dalam Shintoisme ada pengertian kekuatan gaib yang dualistis yang
satu sama lain saling berlawanan yakni “Kami” versus Aragami (Dewi melawan roh jahat)
sebagaimana kepercayaan dualisme dalam agama Zarathustra. Dari kutipan di atas dapat dilihat
adanya tiga hal yang terdapat dalam konsepsi kedewaan agama Shinto, yaitu :

1) Dewa-dewa yang pada umumnya merupakan personifikasi dari gejala-gejala alam itu
dianggap dapat mendengar, melihat dan sebagainya sehingga harus dipuja secara
langsung. 
2) Dewa-dewa tersebut dapat terjadi (penjelmaan) dari roh manusia yang sudah meninggal. 
3) Dewa-dewa tersebut dianggap mempunyai spirit (mitama) yang beremanasi dan berdiam
di tempat-tempat suci di bumi dan mempengaruhi kehidupan manusia.

Uraian utama dalam mite suku yamato tersebut adalah tentang asal-usul alam dan dunia
ini, khususnya kepulauan jepang. Pada mulanya, disebutkan langit dan bumi masih dalam
keadaan menyatu dan belum dapat dibeda-bedakan. Kemudian mulailah muncul perbedaan-
perbedaan : unsur-unsur ringan yang membentuk langit dan unsure-unsur berat yang membentuk
bumi. Dari awan putih yang terletak diantara kedua unsure tersebut muncul 3 dewa, yang disebut
3 kami pencipta. Kemudian muncul pula 2 dewa yang selanjutnya memeperoleh perhatian dan
tempat istimewa dalam agama Shinto, yaitu dewa Izanagi dan dewi Izanami. Keduanya
menciptakan kepulauan jepang lengkap dengan dewanya, seperti:

1) Dewa bumi
2) Dewa air
3) Dewa gunung
4) Dewa api, dsb

Dan alat-alat penting lainnya yang terdapat di alam ini. Setelah melahirkan dewa
api, Izanami meninggal dunia, kemudian menjadi dewi Tanahyomi, tempat orang-orang yang
telah mati. Ketika Izanagi pergi mengunjungi istrinya yang sudah mati itu, ia melanggar suatu
pantangan sehingga menjadi kotor dan berdosa. Oleh karena itu ia kemudian pergi ke laut untuk
melakukan upacara pensucian. Ketika sedang membersihkan diri di air, dari matanya sebelah kiri
terjadi dewi matahari, Amaterasu, dan dari air matanya sebelah kanan terjadi dewu
bulan, Tsukiyomi,  sementara dari yang dipergunakan untuk membersihkan hidungnya terjadi
dewa laut dan gelombang.

Dewi Amaterasu memiliki seorang cucu yang bernama Ninigimikoto, yang ditugaskannya


untuk memerintah dunia disertai jaminan bahwa ia akan memerintah dunia untuk selama-
lamanya. Ia turun didaerah Kyushu. Putranya, Jimmutenn, adalah kepala suku Yamato yang
pertama dan juga kaisar jepang pertama kali. Dari garis inilah kemudian agama Shinto
menanamkan kepercayaan diakalangan rakyat jepang bhwa negeri mereka senantiasa diperintah
oleh satu dinasti kekaisaran tunggal sejak awal mula sejarahnya sampai sekarang. Dalam garis
ini pula para kaisar jepang menyatakan asal-usul mereka. Dengan demikian, kira-kira mulai saat
suku yamato tersebut berkuasa, kultus dan tradisi keagamaan bangsa jepang yang beraneka
ragam sedikit demi sedikit mulai dibersatukan dan diorganisasikan kedalam suatu bentuk
pemerintahan agama dengan suatu system ritus yang dipusatkan pada Dewi Matahari, meskipun
masih dalam keadaan tanpa nama.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Agama Konghucu adalah agama yang dibawa oleh seorang ahli filsafat Cina yang
terkenal sebagai orang pertama pengembang sistem memadukan alam pikiran dan
kepercayaan orang Cina yang mendasar. Ajarannya menyangkut kesusilaan
perorangan dan gagasan bagi pemerintahan agar melaksanakan pemerintahan dan
melayani rakyat dengan teladan perilaku yang baik. Dalam mengajarkan ajaran-
ajarannya ia tidak suka mengkaitkan dengan paham ketuhanan, ia menolak
membicarakn tentang akhirat dan soal-soal yang bersifat metafisika, ia hanya
seorang filosof sekuler yang mempermasalahkan moral kekuasaan dan akhlak
pribadi manusia yang baik.
2. Shinto adalah kata majemuk daripada “Shin” dan “To”. Arti kata “Shin” adalah
“roh” dan “To” adalah “jalan”. Jadi “Shinto” mempunyai arti lafdziah “jalannya
roh”, baik roh-roh orang yang telah meninggal maupun roh-roh langit dan bumi.
Kata “To” berdekatan dengan kata “Tao” dalam taoisme yang berarti “jalannya
Dewa” atau “jalannya bumi dan langit”. Sedang kata “Shin” atau “Shen” identik
dengan kata “Yin” dalam taoisme yang berarti gelap, basah, negatif dan sebagainya ;
lawan dari kata “Yang”. Dengan melihat hubungan nama “Shinto” ini, maka
kemungkinan besar Shintoisme dipengaruhi faham keagamaan dari Tiongkok.
 

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini , kami menyadari banyak kesalahan yang terdapat
didalalamnya.saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesemournaan
makalah ini dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Tinggi_Agama_Konghucu_Indonesia

http://wisnu.blog.uns.ac.id/2011/03/10/pengakuan-agama-khonghucu-di-indonesia/

http://confucianismcrew.blogspot.com/2008/08/kitab-kitab-suci-agama-khong-hu-cu.html

Arifin, Muhammad, H, Prof, M.Ed, Mengguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar, GT. Press,
Jakarta.
Huston Smith, Agama-agama manusia, Yayasan Obor Indonesia; Jakarta, cet ke-6, 2001.

Anda mungkin juga menyukai