Anda di halaman 1dari 13

ETOLOGI DAN FAKTOR LINGKUNGAN

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Umum

pada Program Studi Pendidikan Biologi

Dosen Pengampuh : Erwing, S.Pd, M.Pd

OLEH :

ASMAR

2169010627

KELAS B

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan Karunia,
Rahmat, dan Hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah yang berjudul “(Teologi dan Faktor Lingkungan)” disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Umum oleh Bapak
ERWING, S.pd.,M.pd.

Adapun makalah ini telah diusahakan semaksimal mungkin dan tentunya


dengan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu saya tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini disusun dengan segala kemampuan, namun makalah ini masih
banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk
memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan informasi dan
bermanfaat bagi pembaca.

Bone, 6 Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2

D.

Manfaat 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3

A.

Pengertian Etologi 3

B.

Perkembangan teori Etologi 3

C. Pendekatan pengkaji Etologi 6

D. Faktor lingkungan 7

BAB III PENUTUP 8

A. Simpulan 8

B. Saran 8

DAFTAR PUSTAKA 9
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap makhluk hidup akan melakukan interaksi dengan lingkungannya
sejak pertama kali mereka dilahirkan. Untuk tetap eksis setiap makhluk hidup
harus mampu melakukan adaptasi, baik pada tingkatan populasi maupun
komunitas pada suatu biosfer. Apabila kita melakukan eksplorasi terhadap
beberapa macam interaksi makhluk hidup, banyak contoh telah di kemukakan
para peniliti pada bidang perilaku hewan. Suatu spesies hewan mampu
berinteraksi dengan lingkungan, hewan tersebut dapat berkomunikasi, bergerak,
berinteraksi secara social dan mencari makanan. Kajian perilaku hewan
merupakan salah satu aspek biologi yang telah lama di teliti, bahkan dapat
dikatakan sebagai kajian yang paling tua.
Semua organisme memiliki perilaku. Perilaku merupakan bentuk respons
terhadap kondisi internal dan eksternalnya. Suatu respons dikatakan perilaku bila
respons tersebut telah berpola, yakni memberikan respons tertentu yang sama
terhadap stimulus tertentu. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktivitas suatu
organisme akibat adanya suatu stimulus. Dalam mengamati perilaku, kita
cenderung untuk menempatkan diri pada organisme yang kita amati, yakni dengan
menganggap bahwa organisme tadi melihat dan merasakan seperti kita.
Etologi muncul sebagai kontributor penting terhadap teori perkembangan
manusia karena ahli ilmu hewan Eropa, terutama Konrad Lorenz (1903-1989)
lebih sering bekerja dengan angsa Eurasia, Lorenz mempelajari pola perilaku
yang pada awalnya dianggap telah terprogram dalam gen burung. Pengamatannya
mengenai seekor anak angsa yang baru lahir sepertinya dilahirkan dengan insting
untuk mengikuti ibunya. Pengamatan menunjukkan bahwa anak angsa tersebut
langsung mengikuti induknya segera setelah menetas. Apakah perilaku ini
diprogram kedalam anak angsa tersebut? Dari pertanyaan inilah Lorenz
melakukan sebuah eksperimen yang mengagumkan, Lorenz membuktikan bahwa
kesenjangan yang diwariskan ini merupakan penjelasan yang terlalu sederhana
bagi perilaku si anak angsa. Lorenz memisahkan telur-telur yang ditetsakan oleh
seekor angsa ke dalam dua kelompok. Salah satu kelompok ia kembalikan pada si
ibu angsa unqatuk ditetaskan. Kelompok yang lain ditetaskan di dalam inkubator.
Anak angsa dalam kelompok pertama mengikuti ibunya segera setelah ditetaskan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan etologi ?
2. Bagaimanakah perkembangan teori etologi ?
3. Bagaimanakah pendekatan pengkaji etologi ?
4. Bagaimanakah faktor lingkungannya ?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian dari etologi.
2. Untuk mengetahui perkembangan teori etologi.
3. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan pengkaji biologi.
4. Untuk mengetahui faktor lingkungannya.

D. MANFAAT
Manfaatnya yaitu dapat menambah pengetahuan tentang
etologi dan faktor lingkungannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Etologi

Etologi atau Ilmu perilaku hewan (dari bahasa Yunani: ἦθος, ethos,


"karakter"; dan –λογία, -logia, "logos" berarti ilmu atau pengetahuan) adalah
suatu cabang ilmu zoologi yang mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan,
mekanisme serta faktor-faktor penyebabnya.

Meski sepanjang sejarah telah banyak naturalis yang mempelajari aneka


aspek dari tingkah laku hewan, disiplin ilmu etologi modern umumnya dianggap
lahir di sekitar tahun 1930an tatkala biolog berkebangsaan Belanda Nikolaas
Tinbergen dan Konrad Lorenz, biolog dari Austria, mulai merintisnya. Atas jerih
payahnya, kedua peneliti ini kemudian dianugerahi Hadiah Nobel dalam
bidang kedokteran pada tahun 1973.

Ilmu perilaku hewan, pada keseluruhannya merupakan kombinasi kerja-


kerja laboratorium dan pengamatan di lapangan, yang memiliki keterkaitan yang
kuat dengan disiplin ilmu-ilmu tertentu semisal neuroanatomi, ekologi,
dan evolusi. Seorang ahli perilaku hewan umumnya menaruh perhatian pada
proses-proses bagaimana suatu jenis perilaku (misalnya agresi) berlangsung pada
jenis-jenis hewan yang berbeda. Meski ada pula yang berspesialisasi pada tingkah
laku suatu jenis atau kelompok kekerabatan hewan yang tertentu. Ahli perilaku
hewan juga disebut etologi.

B. Perkembangan Teori Etologi

1. Teori seleksi alam (Darwin, 1859)

Darwin berpendapat bahwa tidak ada sifat baru yang perlu dimiliki semasa
hidup individu. Pada dasarnya, teori Darwin berjalan sebagai berikut: diantara
anggota-anggota sebuah spesies, terdapat variasi yang tak tehitung jumlahnya dan
diantara anggota yang bermacam-macam itu hanya kelompok tertentu yang
berhasil bertahan hidup yang bisa menghasilkan keturunannya. Dengan demikian
terdapat ‘perjuangan untuk bertahan hidup’ dimana anggota-anggota terbaik
sebuah spesies dapat hidup cukup panjang untuk meneruskan sifat unggul mereka
kepada generasi berikutnya. Terhadap jumlah generasi yang tak terhitung
jumlahnya itu, alam kemudian ‘memilih’ siapa-siapa yang bisa beradaptasi paling
dengan lingkungan mereka.Teori ini kini dianggap sebagai komponen integral
dari biologi (ilmu hayat). Menurut Darwin, Istilah ‘perjuangan untuk bertahan
hidup’ (survival for the existence) adalah yang unggul yang bisa bertahan hidup
(survival of the fittest). Darwin juga merupakan ilmuwan pertama yang
memberikan perhatian pada perkembangan melalui observasi yang hati-hati
terhadap bayi-bayi. Di samping itu, Darwin pun membahas tentang keadaan
emosional pada bayi. Menurutnya sangat sulit untuk mengetahui seberapa dini
bayi dapat menunjukkan dirinya sedang marah. Ia mengatakan bahwa bayi yang
baru berumur 8 hari akan mengerutkan kening disekitar matanya sebelum ia
menangis. Hal ini bisa menandakan bahwa bayi tersebut merasakan menderita
atau sulit tapi bukan marah (Karl,1982).

2. Etologi Modern ( Lorenz dan Tindbergen)

Etologi modern lahir sebagai suatu pandangan penting karena pekerjaan


para pakar ilmu hewan Eropa, khususnya Konrad Lorenz (1903-1989). Etologi
menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan
evolusi dan ditandai oleh periode penting atau peka. Konsep periode penting
(critical period), adalah suatu periode tertentu yang sangat dini dalam
perkembangan yang memunculkan perilaku tertentu secara optimal. Konsep
etologi untuk belajar dengan cepat dan alamiah dalam satu periode waktu yang
kritis yang melibatkan kedekatan dengan obyek yang dilihat bergerak pertama
kali. Para Etologist adalah para pengamat perilaku yang teliti, dan mereka yakin
bahwa laboratorium bukanlah setting yang baik untuk mengamati perilaku.
Mereka mengamati perilaku secara teliti dalam lingkungan alamiahnya seperti : di
rumah, taman bermain, tetangga, sekolah, rumah sakit dan lain-lain. Oleh karena
itu pendekatan metodologis teori etologis merupakan pendekatan yang memahami
tingkah laku dengan setting yang alamiah.
c. Teori Bowlby (Hetherington dan Parke, 1999)

Teori ini dipengaruhi oleh teori evolusi dalam observasinya pada perilaku
hewan. Menurut teori Etologi (Berndt, 1992) tingkah laku lekat pada anak
manusia diprogram secara evolusioner dan instinktif. Sebetulnya tingkah laku
lekat tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan anak secara
biologis dipersiapkan untuk saling merespon perilaku. Bowlby (dalam
Hetherington dan Parke, 1999) percaya bahwa perilaku awal sudah diprogam
secara biologis. Reaksi bayi berupa tangisan, senyuman, isapan akan
mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas kebutuhan bayi. Proses ini akan
meningkatkan hubungan ibu dan anak. Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk
merespon tanda, suara dan perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon
biologis yang terprogram ini adalah anak dan ibu akan mengembangkan hubungan
kelekatan yang saling menguntungkan (mutuality attachment). Teori etologi juga
menggunakan istilah “Psychological Bonding” yaitu hubungan atau ikatan
psikologis antara ibu dan anak, yang bertahan lama sepanjang rentang hidup dan
berkonotasi dengan kehidupan sosial (Bowley dalam Hadiyanti,1992). Bowlby
menyatakan bahwa kita dapat memahami tingkah laku manusia dengan
mengamati lingkungan yang diadaptasinya yaitu : lingkungan dasar tempat
berkembang. Tingkah laku lekat (attachment behavior) adalah beberapa bentuk
perilaku yang dihasilkan dari usaha seseorang untuk mempertahankan kedekatan
dengan seseorang yang dianggap mampu memberikan perlindungan dari ancaman
lingkungan terutama saat seseorang merasa takut, sakit dan terancam. Ada dua
stimulus yang membuat merasa terancam, yaitu :

1) stimulus yang berbentuk besar, suaranya keras, datang secara tiba-tiba dan

berubah dengan cepat.

2) objek yang bagi anak merupakan sesuatu yang asing. Jika anak berada

dalam kondisi ini maka sistem kelekatannya diaktifkan. Anak akan bergerak

mendekat untuk melihat atau memeriksa keberadaan ibunya. Adapun tujuan


tingkah laku lekat adalah mendapatkan kenyamanan dari pengasuh (Bowlby

dalam Durkin 1995).

Menurut Ainsworth (dalam Adiyanti,1985) tingkah laku lekat adalah


berbagai macam tingkah laku yang dilakukan anak untuk mencari, menambah dan
mempertahankan kedekatan serta melakukan komunikasi dengan figur lekatnya.
Capitanio (dalam Adiyanti, 1985) berpendapat bahwa tingkah laku lekat
merupakan sesuatu yang dapat dilihat, namun kadang perilaku ini dapat muncul
dan kadang tidak. Intensitas perilaku lekat sangat bervariasi dan tergantung pada
situasi lingkungan. Tingkah laku lekat ini ditujukan pada figur tertentu dan tidak
ditujukan pada semua orang (Ainsworth dalam Ervika, 2000).

Telah disebutkan sebelumnya pada teori etologi bahwa sebetulnya tingkah


laku lekat tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Bentuk tingkah
laku lekat pada ibu berupa sikap yang ingin mempertahankan kontak dengan anak
dan memperlihatkan ketanggapan terhadap kebutuhan anak. tingkah laku lekat ini
berfungsi membantu individu bertahan dan menjaga anak dibawah perlindungan
orang tua. Bowlby (dalam Stams, Juffer dan Ijzendoorn, 2002) menyebutnya
dengan istilah “care taking behavior” yang merupakan bagian program biologis
yang tidak dipelajari.

C. Pendekatan pengkaji Etologi

Pendekatan etologi memandang perolehan keterampilan komunikasi


sebagai sinkronisasi antara dua sistem, yaitu sistem individu anak itu sendiri, dan
sistem individu dewasa yang mengasuhnya.

Kajian yang dilakukan oleh Buralnick (1972) dan Snyder, Loviit, dan
Smith (1975) memberikan optimisme sehubungan dengan pengajaran bahasa bagi
anak tunagrahita berat dan mendukung pendekatan etologi. Prosedur pelatihan
untuk kelompok anak ini menekankan pembentukan respon sebelum produksi
bahasa, penggunaan penguat (reinforcer), dan upaya transfer keterampilan.
D. Faktor Lingkungan
Seperti ciri fenotik lainnya, perilaku memperlihatkan suatu kisaran variasi

fenotipik yang bergantung pada lingkungannya, di mana genotype itu

diekspresikan. Studi kasus mengenai lovebird (sejenis burung) menunjukkan

perilaku dengan pengaruh genetic yang kuat. Namun demikian terdapat suatu

norma reaksi. Perilaku dapat diubah oleh pengalaman lingkungan. Pada sisi

lainnya, bentuk penyelesaian masalah yang paling berkembang ditandai oleh

norma reaksi yang sangat. Namun demikian, perilaku juga memiliki suatu

komponen genetic, perilaku bergantung pada gen-gen yang ekpresinya

menghasilkan sistem neuronyang tanggap terhadap kemajuan pembelajaran.

Sebagian besar cirri perilaku adalah filogenetik, dengan norma reaksi yang luas.

Faktor-faktor lingkungan adalah semua kondisi dimana gen yang

mendasari perilaku itu diekspresikan. Hal ini meliputi lingkungan kimiawi di

dalam sel, dan juga semua kondisi hormonal dan kondisi kimiawi dan fisik yang

dialami oleh seekor hewan yang sedang berkembang di dalam sebuah sel telur

atau di dalam rahim.


BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN

Ekologi artinya “ilmu yang mempelajari organisme di tempat tinggalnya”.

Umumnya yang dimaksud dengan ekologi adalah “ilmu yang mempelajari

hubungan timbal balik antara organisme atau kelompok organisme dengan

lingkungannya”

Faktor-faktor lingkungan adalah semua kondisi dimana gen yang mendasari

perilaku itu diekspresikan. Hal ini meliputi lingkungan kimiawi di dalam sel, dan

juga semua kondisi hormonal dan kondisi kimiawi dan fisik yang dialami oleh

seekor hewan yang sedang berkembang di dalam sebuah sel telur atau di dalam

rahim.

B. SARAN

Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari banyak kesalahan yang


terdapat didalamnya. Saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

"Definition of ECOLOGY". www.merriam-webster.com (dalam bahasa


Inggris). Diakses tanggal 2020-11-30.

^ Rizal, Reda (2017). Analisis Kualitas Lingkungan (PDF). Jakarta:


Penerbit Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. hlm. 26. ISBN 978-602-19087-6-1.

https://www.psikologimultitalent.com/2015/09/pengertian-teori-etologi-

tokoh-teori.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai