MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Umum
OLEH :
ASMAR
2169010627
KELAS B
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan Karunia,
Rahmat, dan Hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah yang berjudul “(Teologi dan Faktor Lingkungan)” disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Umum oleh Bapak
ERWING, S.pd.,M.pd.
Makalah ini disusun dengan segala kemampuan, namun makalah ini masih
banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk
memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan informasi dan
bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D.
Manfaat 2
A.
Pengertian Etologi 3
B.
D. Faktor lingkungan 7
A. Simpulan 8
B. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA 9
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap makhluk hidup akan melakukan interaksi dengan lingkungannya
sejak pertama kali mereka dilahirkan. Untuk tetap eksis setiap makhluk hidup
harus mampu melakukan adaptasi, baik pada tingkatan populasi maupun
komunitas pada suatu biosfer. Apabila kita melakukan eksplorasi terhadap
beberapa macam interaksi makhluk hidup, banyak contoh telah di kemukakan
para peniliti pada bidang perilaku hewan. Suatu spesies hewan mampu
berinteraksi dengan lingkungan, hewan tersebut dapat berkomunikasi, bergerak,
berinteraksi secara social dan mencari makanan. Kajian perilaku hewan
merupakan salah satu aspek biologi yang telah lama di teliti, bahkan dapat
dikatakan sebagai kajian yang paling tua.
Semua organisme memiliki perilaku. Perilaku merupakan bentuk respons
terhadap kondisi internal dan eksternalnya. Suatu respons dikatakan perilaku bila
respons tersebut telah berpola, yakni memberikan respons tertentu yang sama
terhadap stimulus tertentu. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktivitas suatu
organisme akibat adanya suatu stimulus. Dalam mengamati perilaku, kita
cenderung untuk menempatkan diri pada organisme yang kita amati, yakni dengan
menganggap bahwa organisme tadi melihat dan merasakan seperti kita.
Etologi muncul sebagai kontributor penting terhadap teori perkembangan
manusia karena ahli ilmu hewan Eropa, terutama Konrad Lorenz (1903-1989)
lebih sering bekerja dengan angsa Eurasia, Lorenz mempelajari pola perilaku
yang pada awalnya dianggap telah terprogram dalam gen burung. Pengamatannya
mengenai seekor anak angsa yang baru lahir sepertinya dilahirkan dengan insting
untuk mengikuti ibunya. Pengamatan menunjukkan bahwa anak angsa tersebut
langsung mengikuti induknya segera setelah menetas. Apakah perilaku ini
diprogram kedalam anak angsa tersebut? Dari pertanyaan inilah Lorenz
melakukan sebuah eksperimen yang mengagumkan, Lorenz membuktikan bahwa
kesenjangan yang diwariskan ini merupakan penjelasan yang terlalu sederhana
bagi perilaku si anak angsa. Lorenz memisahkan telur-telur yang ditetsakan oleh
seekor angsa ke dalam dua kelompok. Salah satu kelompok ia kembalikan pada si
ibu angsa unqatuk ditetaskan. Kelompok yang lain ditetaskan di dalam inkubator.
Anak angsa dalam kelompok pertama mengikuti ibunya segera setelah ditetaskan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan etologi ?
2. Bagaimanakah perkembangan teori etologi ?
3. Bagaimanakah pendekatan pengkaji etologi ?
4. Bagaimanakah faktor lingkungannya ?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian dari etologi.
2. Untuk mengetahui perkembangan teori etologi.
3. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan pengkaji biologi.
4. Untuk mengetahui faktor lingkungannya.
D. MANFAAT
Manfaatnya yaitu dapat menambah pengetahuan tentang
etologi dan faktor lingkungannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Etologi
Darwin berpendapat bahwa tidak ada sifat baru yang perlu dimiliki semasa
hidup individu. Pada dasarnya, teori Darwin berjalan sebagai berikut: diantara
anggota-anggota sebuah spesies, terdapat variasi yang tak tehitung jumlahnya dan
diantara anggota yang bermacam-macam itu hanya kelompok tertentu yang
berhasil bertahan hidup yang bisa menghasilkan keturunannya. Dengan demikian
terdapat ‘perjuangan untuk bertahan hidup’ dimana anggota-anggota terbaik
sebuah spesies dapat hidup cukup panjang untuk meneruskan sifat unggul mereka
kepada generasi berikutnya. Terhadap jumlah generasi yang tak terhitung
jumlahnya itu, alam kemudian ‘memilih’ siapa-siapa yang bisa beradaptasi paling
dengan lingkungan mereka.Teori ini kini dianggap sebagai komponen integral
dari biologi (ilmu hayat). Menurut Darwin, Istilah ‘perjuangan untuk bertahan
hidup’ (survival for the existence) adalah yang unggul yang bisa bertahan hidup
(survival of the fittest). Darwin juga merupakan ilmuwan pertama yang
memberikan perhatian pada perkembangan melalui observasi yang hati-hati
terhadap bayi-bayi. Di samping itu, Darwin pun membahas tentang keadaan
emosional pada bayi. Menurutnya sangat sulit untuk mengetahui seberapa dini
bayi dapat menunjukkan dirinya sedang marah. Ia mengatakan bahwa bayi yang
baru berumur 8 hari akan mengerutkan kening disekitar matanya sebelum ia
menangis. Hal ini bisa menandakan bahwa bayi tersebut merasakan menderita
atau sulit tapi bukan marah (Karl,1982).
Teori ini dipengaruhi oleh teori evolusi dalam observasinya pada perilaku
hewan. Menurut teori Etologi (Berndt, 1992) tingkah laku lekat pada anak
manusia diprogram secara evolusioner dan instinktif. Sebetulnya tingkah laku
lekat tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan anak secara
biologis dipersiapkan untuk saling merespon perilaku. Bowlby (dalam
Hetherington dan Parke, 1999) percaya bahwa perilaku awal sudah diprogam
secara biologis. Reaksi bayi berupa tangisan, senyuman, isapan akan
mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas kebutuhan bayi. Proses ini akan
meningkatkan hubungan ibu dan anak. Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk
merespon tanda, suara dan perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon
biologis yang terprogram ini adalah anak dan ibu akan mengembangkan hubungan
kelekatan yang saling menguntungkan (mutuality attachment). Teori etologi juga
menggunakan istilah “Psychological Bonding” yaitu hubungan atau ikatan
psikologis antara ibu dan anak, yang bertahan lama sepanjang rentang hidup dan
berkonotasi dengan kehidupan sosial (Bowley dalam Hadiyanti,1992). Bowlby
menyatakan bahwa kita dapat memahami tingkah laku manusia dengan
mengamati lingkungan yang diadaptasinya yaitu : lingkungan dasar tempat
berkembang. Tingkah laku lekat (attachment behavior) adalah beberapa bentuk
perilaku yang dihasilkan dari usaha seseorang untuk mempertahankan kedekatan
dengan seseorang yang dianggap mampu memberikan perlindungan dari ancaman
lingkungan terutama saat seseorang merasa takut, sakit dan terancam. Ada dua
stimulus yang membuat merasa terancam, yaitu :
1) stimulus yang berbentuk besar, suaranya keras, datang secara tiba-tiba dan
2) objek yang bagi anak merupakan sesuatu yang asing. Jika anak berada
dalam kondisi ini maka sistem kelekatannya diaktifkan. Anak akan bergerak
Kajian yang dilakukan oleh Buralnick (1972) dan Snyder, Loviit, dan
Smith (1975) memberikan optimisme sehubungan dengan pengajaran bahasa bagi
anak tunagrahita berat dan mendukung pendekatan etologi. Prosedur pelatihan
untuk kelompok anak ini menekankan pembentukan respon sebelum produksi
bahasa, penggunaan penguat (reinforcer), dan upaya transfer keterampilan.
D. Faktor Lingkungan
Seperti ciri fenotik lainnya, perilaku memperlihatkan suatu kisaran variasi
perilaku dengan pengaruh genetic yang kuat. Namun demikian terdapat suatu
norma reaksi. Perilaku dapat diubah oleh pengalaman lingkungan. Pada sisi
norma reaksi yang sangat. Namun demikian, perilaku juga memiliki suatu
Sebagian besar cirri perilaku adalah filogenetik, dengan norma reaksi yang luas.
dalam sel, dan juga semua kondisi hormonal dan kondisi kimiawi dan fisik yang
dialami oleh seekor hewan yang sedang berkembang di dalam sebuah sel telur
A. SIMPULAN
lingkungannya”
perilaku itu diekspresikan. Hal ini meliputi lingkungan kimiawi di dalam sel, dan
juga semua kondisi hormonal dan kondisi kimiawi dan fisik yang dialami oleh
seekor hewan yang sedang berkembang di dalam sebuah sel telur atau di dalam
rahim.
B. SARAN
https://www.psikologimultitalent.com/2015/09/pengertian-teori-etologi-
tokoh-teori.html?m=1