Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH AGAMA KONGHUCU

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Agama-Agama

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Siti Maryam, M.Ag

Disusun oleh :

Nur Azila 19101020004

Ahmad Ghozi Adi Satria 19101020005

Hudayani A Potabuga 19101020008

PROGRAM STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2020
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Agama Khonghucu atau dikenal dengan Confucianism, Ru Jiao, Ji Kauw (dialek


Hokkian), adalah agama yang menisbahkan namanya kepada nabi terbesar dan terakhir
dalam agama Khonghucu, yakni Kongzi atau Nabi Khongcu dan dikenal di dunia barat
dengan sebutan Konfusius. Agama ini mengajarkan kelembutan atau agama untuk berbakti
bagi kaum lembut budi pekerti yang mengutamakan perbuatan baik, selaras dan
berkebajikan. Agama ini sudah dikenal sejak 5000 tahun lalu, lebih awal 2.500 tahun
dibanding usia Kongzi sendiri.

Agama Khonghucu adalah salah satu agama yang diakui di Indonesia. Mayoritas
pemeluk agama Konghucu berasal dari keturunan Tionghoa, namun agama Konghucu
tidak ekslusif dan bukan hanya diperuntukkan untuk kalangan masyarakat Tionghoa saja.
Agama Konghucu tersebar di seluruh dunia dan dipeluk oleh mereka yang meyakininya
apapun latar belakang etnis, ras dan dari penduduk negara manapun di muka bumi ini.
Perjalanan agama Khonghucu di Indonesia sangatlah panjang, dengan berbagai intrik dan
organisasi-organisasi keagamaannya yang berubah-ubah.

B.   Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses kelahiran agama Konghucu?
2. Siapakah tokoh yang membawa agama Konghucu?
3. Apa pokok-pokok ajaran agama Konghucu?
4. Bagaimana perkembangan agama Konghucu?
 
C.   Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan ini agar pembaca dapat memahami serangkaian hal yang
telah menjadi rumusan masalah diatas. Karena setelah memahami bagaimana seluk-beluk
tentang agama Konghucu, mulai dari proses kelahiran, tokoh pembawa ajarannya, pokok-
pokok yang diajarkan didalamnya, dan perkembangannya, maka pembaca akan lebih
mendalami serta meresapi tentang bagaimana seluk beluk agama tersebut. Agar
kedepannya bisa lebih mengembangkan sikap toleransi beragama dan memupuk rasa
persaudaraan antar umat beragama di Indonesia.
PEMBAHASAN
A. Kelahiran Agama Konghucu
Agama Khonghucu dalam dialek Hokkian disebut dengan Ru Jiao atau Ji Kauw
yang berarti agama bagi umat yang lembut hati. Secara bahasa Awalnya agama ini
bernama Ru jiao. Huruf “Ru” berasal dari kata ‘ren’ (orang) dan ‘xu’ (perlu) sehingga
berarti ‘yang diperlukan orang’, sedangkan “Ru” sendiri bermakna ‘Rou’ lembut budi-
pekerti, penuh susila, ‘Yu’–Yang utama, mengutamakan perbuatan baik, lebih baik,
‘He’ – Harmonis, Selaras, ‘Ru’ – Menyiram dengan kebajikan, bersuci diri,. ‘Jiao
berasal dari kata ‘xiao’ (berbakti) dan ‘wen’ (sastra, ajaran). Jadi ‘jiao’ berarti
ajaran/sastra untuk berbakti. Maka Ru jiao adalah ajaran/agama untuk berbakti bagi
kaum lembut budi pekerti yang mengutamakan perbuatan baik, selaras dan
berkebajikan.

Agama Khonghucu merupakan bimbingan hidup yang diberikan Thian (Tuhan


Yang Maha Esa) yang diturunkan kepada para Nabi dan para Suci Purba serta
digenapkan dan disempurnakan oleh Nabi Khonghucu. Ru jiao (Agama Khonghucu)
ada jauh sebelum Sang Nabi Kongzi lahir. Dimulailah dengan sejarah (2952 – 2836
SM), Shen-nong (2838 – 2698 SM), Huang-di (2698 Nabi-Nabi suci Fu xi – 2596 SM),
Yao (2357 – 2255 SM), Shun (2255 – 2205 SM), Da-yu (2205 – 2197 SM), Shang-tang
(1766 – 1122 SM), Wen, WuZhou-gong (1122 – 255 SM), sampai Nabi Agung Kongzi
(551 – 479 SM) dan Mengzi (371 – 289 SM). Para nabi inilah peletak Ru jiao (agama
Khonghucu). Sedangkan Nabi Kongzi adalah penerus, pembaharu dan penyempurna
Agama Khonghucu. Dalam Agama Khonghucu setidaknya dikenal ada 29 nabi, mulai
dari Fu Xi sampai Khongcu (dari 2953 Sebelum masehi s/d 551 sebelum masehi). (bila
dihitung dengan tahun sebelum masehi.

Sekitar abad 16 M, Matteo Richi, salah satu misionaris dari Italia melihat bahwa
diantara nabi-nabi dalam Ru Jiao, Nabi Konghuculah yang terbesar. Sejak saat itu
istilah Confuciansm, Konfusianisme lebih populer dan di indonesia dikenal sebagai
Agama Konghucu. Menurut kosakatanya sendiri, Ru Jiao berarti agama yang
mengutamakan kelembutan atau keharmonisan. Di dalam Kitab Yangzi Fa diartikan
sebagai Tong Tian Di Ren atau yang menjalinkan Thian (Tuhan), Di (Alam, Bumi) dan
Ren (Manusia). Agama Khonghucu merupakan Agama Monoteis. Agama tersebut
hanya mengenal satu Tuhan, yakni dikenal dengan istilah Thian (Tuhan Yang Maha
Esa), Shang Di (Tuhan Yang Maha Kuasa ).
B. Tokoh Pembawa Agama Konghucu
Agama Khonghucu juga mempercayai adanya nabi-nabi, seperti nabi Fu Xi.
Nabi ini dikenal sebagai nabi pertama dalam Agama Khonghucu yang hidup pada tahun
30 abad SM. Fu Xi mendapat wahyu dan ditulis dalam bentuk kitab suci, yakni kitab
YiJing (kitab Perubahan). Fu Xi beristerikan Lie Kwa (Hokkian), seorang nabi
perempuan yang menciptakan hukum perkawinan. Selain Lie Kwa terdapat nabi
perempuan lain yang terkenal dengan nama Lwee Co (Hokkian). Kemudian nabi lain
yang dikenal dalam sejarah, antara lain : nabi Huang Di, nabi Yao (Giau), nabi Sun,
nabi XiaYu, nabi Wen, nabi Zhou Gong atau Jidan (Ciu Kong, Hokkian).Nabi Khongzi
(HuaYu) merupakan nabi terakhir dalam Agama Khonghucu.
Istilah Khongzi dalam dialek Hokkian dikenal dengan Kongch atau dalam
bahasa latin dikenal dengan Confusius. Itulah sebabnya banyak orang yang menamai
Tu Jiao sebagai Confusionisme, yang kemudian di Indonesia dikenal sebagai agama
Khonghucu. Sebagai bukti akan kebesaran khongzi, bahwa pada tahun pertama
penanggalan Imlek dihitung sejak tahun kelahirannya. Pada hal penanggalan Imlek
tersebut sudah diciptakan jauh sebelumnya, yaitu pada jaman Huang Di (Oei Tee,
Hokkian), 2698-2598 SM dan telah digunakan sejak Dinasti Xia (He, Hokian), 2205-
1766 SM. Penetapan tahun Imlek tahun pertama ini dilakukan Kaisar Han Wu Di (Han
Wu Ti) dari Dinasti Han.

C. Pokok-Pokok Ajaran Agama Konghucu


Ajaran konghucu percaya bahwa dunia dibangun atas dasar moral dan
menitikberatkan pada keseimbangan, contohnya apabila masyarakat dan Negara
moralnya rusak, maka tatanan alam juga turut terganggu. Sehingga dapat
mengakibatkan bencana alam. Konghucu percaya bahwa tuhan ialah monotheis yang
etis. Akan tetapi Konghucu menghindari membicarakan hal yang bersifat metafisis
seperti, keajaiban, kekuatan dan ketuhanan. Konghucu percaya bahwa kehendak tuha
telah dbukakan dan oleh sebab itu misinya ialah membuat kehendak tersebut berlaku di
dunia. Agama konghucu juga mempercayai atau beriman pada delapan pengakuan yang
disebut juga dengan Ba Cheng Chen Gui, antara lain :

1. Cheng Xin Huang Tian, beriman pada tuhan yang maha esa dan percaya bahwa
tuhan tian merupakan awal mula alam semesta dan isinya.
2. Cheng Juen Jie De, sepenuh iman menjunjung kebajikan.
3. Cheng Li Ming Ming, beriman bahwa firman tuhan itu merupakan tugas suci yang
wajib dipertanggung jawabkan dan sekaligus menjadi rahmat.
4. Cheng Zhi Gui Shen, sepenuh iman percaya adanya nyawa dan roh atau adanya
dua kekuatan hidup manusia yakni Sien yang memungkinkan adanya hidup
ruhaniyah, dan Kwie memungkinkan adanya hidup lahiriyah. Kehidupaj jasad
(phik) adalah perkembangan dari kehidupan nyawa (kwie)
5. Cheng Yang Xiao Shi, sepenuh iman memupuk cita berbakti atau kewajiban
berbakti (Hauw) khususnya terhadap orang tua, sebab setelah manusia lahir
hubunyan yang mula-mula terjalin adalah hubungan denga orang tuanya, dan
berprilaku bakti ini ialah dasar dari kebajikan.
6. Cheng Shun Mu Duo, sepenuh iman mengikuti genta rohani nabi Kongzi. Bahwa
konghucu adalah Genta rohani (bok tok) yang menggugah hati dan pikiran manusia
pada firman yang membimbingnya menuju kehidupan yang luhur.
7. Cheng Qin Jing Shu, sepenuh iman memuliakan kitab Si Shu (kitab empat/kitab
yang langsung bersumber pada nabi Koghucu) dan Wu Jiang (untaian kitab lima/
kitab suci yang berasal dari para nabi terdahulu dan raja suci. Kitab ini mendasari
agama konghucu)
8. Cheng Xian Da Dao, sepenuh iman menempuh jalan suci yang agung.

Ajaran Kong Hu Cu dibidang kesusilaan atau etika. Ajaran disebut juga Wu Lun
atau lima hubungan sosial. Seseorang harus menjaga adanya lima hubungan timba balik
sebagai suatu lingkaran keseimbangan hidup, yaitu :

1. Hubungan antara orang tua dan anak (Hu Cu)


2. Hubungan antara saudara yang tua dengan saudara muda (Hing Tee)
3. Hubungan antara suami dan istri (Hu Hu)
4. Hubungan antara teman dengan teman (Ping Yu)
5. Hubungan penguasa dengan masyarakatnya (Kun Sien)
Lima sifat mulia atau Wu Chang :
1. Jien : Cinta kasih, sifat seseorang mengenai cinta kasih, pri kemanusiaan, tenggang
rasa dan juga sifat manusia yang paling mulia.
2. Gi : Kebenaran, sifat mulia seseorang dalam solidaritas serta membela kebenaran.
3. Lee : Kesusilaan, sifat sopan santun, mengetahui tata karma, dan budi pekerti.
4. Ti : Kebijaksanaan, sifat seseorang yang arif. Selalu sabra dan tenang dalam
mengambil tindakan serta memeprhitungkan segala kemungkinan yang akan
terjadi.
5. Sien: Tulus ikhlas dan dapat dipercaya dan senantiasa menepati janji.

Kong Hu Cu menyatakan terdapat tiga hal yang menjadi tempat orang besar, yaitu:

a. kagum terhadap perintah Tuhan.


b. kagum terhadap orang – orang penting.
c. kagum terhadap kata – kata bijaksana.
Beberapa Ajaran Konghucu mengenai budi luhur terdapat dalam kitab Lun Yu
sebagai berikut :
- Laksanakan apa yang diajarkan, baru kemudian ajarkan apa yang dilaksanakan
(Lun Yu 2;13)
- Orang cerdas mengerti apa yang benar, orang yang kurang cerdas mengerti apa
yang dijual (Lun Yu 4;16)
- Orang yang berada mencinta jiwanya, orang yang kekurangan mencintai
miliknya.
- Orang atasan selalu teringat bagaimana ia dihukum karena salahnya, orang
rendahan selalu teringat pada hadiah yang diterimanya ( Lun Yu 4;11).
- Orang atasan akan menyalahkan diri sendiri, orang rendahan akan menyalahkan
orang lain (Lun Yu 15;20).
Konsep dasar mengenai dunia dan akhirat (kehidupan dan kematian) menurut
konghucu. Didalam kitab perubahan atau kitab suci Ya King, kitab kejadian alam
semesta dijelaskan bahwa tuhan itu maha sempurna atau maha pencipta (gwan),
maha luhur (Hing), maha memberi rahmat, maha adil (Li) dan maha abadi hukumnya
(cing). Didalam kitab tengah sempurna tuhan itu maha Roh, kebajikan-Nya yang
maha besar dan maha kuasa menjadikan dan menyertai tiap wujud dan makhluk
dengan masing-masing sifat-Nya. Manusia adalah ciptaan tuhan yang maha Esa
pembawa sifat tuhan dan dunia. manusia diciptakan oleh kekuatan alam (yin dan
yang) unsur yin adalah sifat wania dan unsur yang adalah sifat pria yang mana saling
melengkapi, persatuan antara roh-roh suci (sheng) dan sifat hewaniah (kuei) serta
hakekat yang terhalus dan abstrak, yaitu meliputi lima unsur (bumi, tumbuh-
tumbuhan, logam, api dan air).
Menurut ajaran Kong Hu Cu semua manusia etika dilahirkan ke dunia
membawa kodrat makhluk yang hakikatnya baik adanya. Kodrat manusia yang baik
itu disebut Xing atau watak sejati. Ketika terdapat badan manusiawi, maka terdapatlah
Xing yang utamanya adalah hati yang memiliki cinta dan kasih, sebab cinta kasih
adalah hati manusia. agar Xing dapat berkembang dalam diri manusia dank arena
manusia memiliki siat hewani yang apabila tidak dikendalikan merupakan sumber
kelemahan, maka manusia memerlukan sebuah tuntunan agar manusia hidup dijalan
kebenaran. Tuntunan didalam jalan kebenaran (suci) itulah yang disebut dengan
agama. manusia haruslah memenusiakan dirinya. Caranya dengan mengembangkan
benih kebajikan yang sudah terdapat dalam dirinya. Antara lain: mempunyai kualitas
Jien (cinta kasih), Yong dan Gie (berani menegakkan kebenaran, karena mampu
membedakan mana yang benar dan mana yang salah), Lee ( kesusilaan atau mengenal
tertib dan hukum), Ti (hikmat kebijaksnaan) dan Sien (tulus ikhlas dan dapat
dipercaya).
Kitab suci agama konghucu dibagi menjadi dua kelompok yakni : kitab Si Shu
(kitab empat/kitab yang langsung bersumber pada nabi Koghucu) dan Wu Jiang
(untaian kitab lima/ kitab suci yang berasal dari para nabi terdahulu/nabi purba dan
raja suci. Kitab ini mendasari agama konghucu). Si shu dan wu jiang memiliki
pembagian lagi, diantaranya :
1. Si shu atau kitab yang empat terdiri dari :
a. Da Xue : kitab ajaran besar
b. Zhong Yong : kitab tengah sempurna
c. Lun Yu : kitab sabda suci
d. Meng Zi : kitab Mengzi
2. Wu Jing atau kitab suci yang lima terdiri dari :
a. Shi Jing : Kitab Sanjak Suci
b. Shu Jing : Kitab Dokumen Sejarah,
c. Yi Jing : Kitab Wahyu Perubahan
d. Li Jing : Kitab Suci Kesusilaan
e. Chinqiu Jing : Kitab Chin-Qiu
D. Perkembangan Agama Konghucu
Agama Ru Jiao sendiri pernah mengalami purifikasi yang terjadi dalam
beberapa masa, masa pertama adalah pada masa para nabi, dalam agama ini setidaknya
dikenal ada 29 nabi, mulai dari Fu Xi sampai Khongcu dari tahun 2953 S.M. sampai
dengan 551 S.M. Purifikasi pada masa ini terutama dilakukan oleh nabi perempuan Nu
Wa yang mengatur tata peribadatan kepada sang Thian, menciptakan hukum
perkawinan dan berbagai adat istiadat. Kemudian pada masa nabi-Raja Suci Shen Nong
yang membuat peraturan tentang berburu dan bercocok tanam untuk menanggulangi
pelestarian lingkungan. Dilanjut Nabi-Raja Suci Huang Di yang mengatur dan
menetapkan tata pemerintahan dan berbagai departemennya. Purifikasi masa nabi ini
berlanjut hingga nabi terakhir dan terbesar dalam agama Ru Jiao yakni Nabi Kong Zi
yang mencanangkan kembali jalan suci dan menyempurnakannya.

Masa kedua yakni masa filsuf dan tokoh, dalam masa ini dikenal beberapa
nama, yakni Bingcu yang meluruskan dan memberikan penafsiran akan ajaran Ji Kaiw
yang pada saat itu menghadapi kemunculan berbagai aliran baru sepeninggal nabi
Konghucu. Kakek Hok Sing yang dengan hafalannya kemudian dapat menyusun ulang
kitab Su King yang pada saat itu ia dihadapkan dengan perampasan dan pembakaran
kitab suci. Dalam masa ini juga terkenal dengan adanya gerakan Too Hak Ke (Neo
Konfusianisme) yang bangkit karena kesadaran dan keprihatinan yang dihayati oleh
rohaniawan konfusiani yang melihat dan merasakan adanya kecenderungan kepudaran
semangat dan keimanan konfusiani sebagaimana diajarkan dan dibimbingakn oleh Nabi
Konghucu.

Masa ketiga adalah masa Republik China Nasionalis, yang muncul setelah
Dinasti Qing tumbang dan berdirilah Republik China Nasionalis dengan Sun Zhongsan
sebagai presiden pertamanya. Ia kemudian mencetuskan falsafah San Min Zhu Yi yang
menjadi asas negara dan ia juga mendukung ajaran Konghucu menjadi falsafah negara.
Kemudian masa selanjutnya adalah masa Republik Rakyat China, pada masa ini,
karena komunis kemudian muncul dan tumbuh subur di China, ajaran Konghucu ini
berkembang di kota Qufu yang menjadi basisnya.1

Agama Konghucu telah menyebar ke berbagai tempat, diantaranya adalah:


Korea, dengan tokohnya Yi T Oegye seorang guru besar pada sekitar tahun 1501-1570
yang membuka Dosan2 dan melahirkan seorang pemikir dan cendekia yang bernama Yi
Yulgok. Konghucu juga berkembang di Jepang, dengan tokohnya Nakae Toju, seorang
samurai yang menjadi guru suci dan memiliki pengikut tidak hanya dari kalangan orang
1
Litbang PTITD Martrisia Jateng. Pengetahuan Umum Tentang Tridharma.
Magelang: Indah Baru Offset. 2007. hlm 52-53.
2
Semacam Pondok Pesantrennya orang Konghucu.
biasa saja, tetapi juga dari kalangan pangeran, prajurit, dan orang-orang terpelajar yang
tertarik dengan guru yang lemah lembut.3 Sejak tahun 1949 M, ketika komunisme
menguasai China, dan perkembangan Konfusianisme hanya berkembang di basisnya,
para cendekiawan yang masih menghargai ajaran Konfusianisme kemudian bermigrasi
ke Asia Pasifik dan negeri barat.

Kedatangan orang-orang dari Tiongkok ke Nusantara berabad-abad yang lalu,


telah memperkaya agama dan budaya di Indonesia hingga saat ini. Terdapat banyak
Klenteng-Klenteng tua sebagai rumah ibadat Konghucu di seluruh Indonesia
diantaranya di Jakarta, Semarang, Rembang, Lasem, Tuban, Makassar, Samarinda,
bahkan Manado. Jejak penyebaran agama Konghucu juga terlacak sejak tahun 1729
dengan telah berdirinya Shuyuan4 di Batavia (Jakarta) yang memberikan pendidikan
tentang Ru Jiao, yang bernama Ming Chen Shuyuan (Taman Belajar Menggemilangkan
Iman).

Pada tahun 1883 didirikan Boen Tjhiang Soe ‘Wenchang ci’ yang kemudian
berubah nama menjadi Boen Bio Wenmiao di kota Surabaya. Pihak kolonial Belanda
kemudian menyebutnya ‘De kerk van Confucius’ Geredja Boen Bio atau Geredja
Khonghoetjoe. Semangat kebangkitan agama Khonghucu di Nusantara diawali dengan
terbitnya sebuah buku mengenai hikayat kehidupan nabi Kongzi (Kongcu) yang ditulis
oleh Lie Kim Hok pada tahun 1886, dan disusul dengan terbitnya terjemahan kitab suci
Soe Sie (Si shu) yang diterjemahkan oleh Toean Njio Tjoen Ean yang dicetak di
Ambon, Maluku pada tahun 1897.

Pada tanggal 17 Maret 1900, di Batavia (jakarta) berdiri sebuah lembaga


bernama Tiong Hoa Hwee Koan yang dipelopori tokoh-tokoh Khonghucu.5 Lembaga
ini bertujuan untuk memurnikan kehidupan keagamaan Khonghucu dan menghapus
sinkretisme serta membangun lembaga pendidikan bagi anak-anak keturunan Tionghoa
melawan diskriminasi pemerintah kolonial Belanda. Baru kemudian pada tahun 1918
berdiri lembaga keagamaan Khonghucu yang bernama Khong Khauw Hwee di kota
Solo, dan kemudian menyusul didirikan di tempat lain yakni: Bandung, Cirebon,

3
Tjiong Giok Hwa. Jalan Suci yang Ditempuh Tokoh Agama Konghucu II. (Jakarta:
Matakin, 2004), hlm.98-99
4
Taman Pendidikan semacam ‘Pesantren’ Konghucu.
5
Presiden THHK pertama bernama Pan Jing He (Phoa Keng Hek) dan sekretarisnya
Chen Qing Shan (Tan Kim San)
Surabaya, Makassar, Malang, Semarang, dan lain-lain. Khong Khauw Hwee kemudian
menerbitkan majalah Djiep Tek Tjie Boen yang diterbitkan di Surabaya pada tahun
1922.

Kong Khauw Hwee kemudian mengadakan kongres pertamanya pada tahun


1923 di Yogyakarta dengan kesepakatan mengganti Khong Khauw Hwee menjadi
Khong Khauw Tjong Hwee6 dan memilih kota Bandung sebagai pusat. Setahun
setelahnya Kong Khauw Tjong Hwee mengadakan kongres lanjutannya di Bandung
yang membahas tentang tata agama Khonghucu supaya seragam di seluruh kepulauan
Nusantara. Kongres berikutnya diselenggarakan di Solo pada tahun 1938 dan kota
Surabaya pada 1940 yang merumuskan banyak keputusan, diantaranya adalah di
sekolah khusus Khong Khauw Tjong Hwee diberi pelajaran agama Khonghucu dan
mengatur kembali tata upacara pernikahan dan kematian serta perayaan tahun baru
Imlek.

Masuknya tentara Jepang ke Nusantara pada 1942 dan pecahnya perang dunia
kedua otomatis turut berimbas kepada aktivitas Khong Khauw Tjong Hwee yang tidak
bisa berjalan dan dibekukan. Tetapi, setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945,
perlahan aktivitas kelembagaan Khonghucu mulai berjalan namun belum maksimal
karena situasi dan kondisi perang kemerdekaan saat itu.

Satu tahun setelah Indonesia Merdeka, pemerintah melalui Presiden Sukarno


menerbitkan Penetapan Pemerintah tentang hari raya Nomor 02/OEM-1946 khusus
bagi kalangan Tionghoa yang mayoritas pemeluk agama Khonghucu. Saat itu,
ditetapkan empat hari raya umat Khonghucu, yakni Perayaan tahun baru Imlek, hari
lahir Nabi Khonghucu (Kongzi)), Cheng Beng (Qing Ming), dan hari wafat Nabi
Khongcu (Kongzi). Khong Khauw Tjong Hwee mulai aktif kembali untuk membina
kegiatan peribadahan dan lembaganya pada tahun 1948-1949.

Khong Khauw Tjong Hwee kembali mengadakan konferensi pada 15-16 April
1955 dan lembaga ini kemudian berganti nama menjadi Perserikatan K’ung Chiao Hui
Indonesia (PKCHI). Kemudian pada kongres ke-IV tahun 1961, PKCHI berganti nama
menjadi LASKI, dan berganti nama lagi menjadi GAPAKSI (Gabungan Perkumpulan
Agama Khonghucu se-Indonesia) pada tahun 1963. Terakhir saat diselenggarakan
Kongres VI GAPAKSI pada tahun 1967, salah satu keputusan kongres tersebut adalah
6
Majelis Pusat Agama Khonghucu.
mengubah nama lembaga GAPAKSI menjadi MATAKIN (Majelis Tinggi Agama
Konghucu).

Eksistensi MATAKIN sebagai lembaga keagamaan tetap berjalan aktif walau


banyak aturan hukum yang diskriminatif ketika masa rezin Orde Baru, terutama dengan
terbitnya Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 yang ditandatangani Presiden
Suharto yang menyebut Indonesia hanya mengakui lima agama tanpa Khonghucu.
Aturan ini berimbas pada berkurangnya jumlah umat Khonghucu, tidak bisa
dicantumkannya agama Khonghucu pada kolom KTP, pernikahan pasangan
Khonghucu tidak dicatat negara melalui catatan sipil, murid-murid dan mahasiswa
Khonghucu tidak bisa mendapatkan pendidikan agama Khonghucu, tidak dilayani
Departemen / Kementerian Agama serta banyaknya aturan Diskriminatif membuat
hilangnya satu generasi umat Khonghucu.

Atas usaha pimpinan MATAKIN, maka pada saat kepemimpinan Presiden KH.
Abdurrahman Wahid terbitlah Keputusan Presiden No.6 tahun 2000 yang mencabut
Inpres No.14 Tahun 1967. Hak-hak sipil umat Khonghucu mulai dibuka kembali dan
MATAKIN mulai melaksanakan Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional (Imleknas) yang
pada saat itu dihadiri langsung oleh Gus Dur. Pada pemerintahan Presiden Megawati,
umat Khonghucu mendapatkan hadiah dengan terbitnya Keputusan Presiden yang
menetapkan perayaan baru Imlek sebagai Hari Libur Nasional. Hingga puncaknya
yakni pada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, umat Khonghucu kembali
mendapatkan hak sipilnya secara penuh yang membuat umat Khonghucu bisa
mencantumkan agama Khonghucu di kolom KTP, pernikahan Khonghucu dicatat
negara, murid dan Mahasiswa Khonghucu kembali mendapatkan hak pendidikan agama
Khonghucu, kementerian agama mulai melayani umat Khonghucu, bergabungnya
tokoh-tokoh agama Khonghucu dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB),
dan masih banyak lagi kebijakan yang membuat umat Khonghucu setara dengan agama
lain juga eksistensi MATAKIN semakin diakui pemerintah sebagaimana amanat
Konstitusi dan perundang-undangan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama khonghucu yang sudah dikenal sejak 5000 tahun yang lalu, memiliki 29 nabi,
salah satunya ialah Khongcu atau nabi Kongzi (HuaYu) yang merupakan nabi terakhir
dalam agama Konghucu. Ajaran konghucu percaya bahwa dunia dibangun atas dasar
moral dan menitikberatkan pada keseimbangan, terdapat dua kitab suci agama
Konghucu, yakni kitab yang bersumber langsung dari nabi Konghucu (Si Su) dan kitab
suci yang berasal dari nabi terdahulu kitab ini jug mendasari agama Konghucu (Wu
Jiang). Agama Konghucu pernah mengalami purifikasi yang terjadi dalam beberapa
masa diantaranya, pada masa para Nabi, masa filusuf dan tokoh, serta masa Republik
China Nasionalis. Kedatangan bangsa Tiongkak yang mayoritas memeluk agama
Konghucu ke nusantara telah memperkaya keyakinan serta budaya di Indonesia hingga
saat ini. Banyak berdiri rumah ibadah Konghucu berupa Klenteng diseluruh Indonesia
dan terlacak jejak penyebarannya sejak tahun 1729 dengan berdirinya Shuyuan di kota
Batavia (Jakarta).

B. Saran
Meneliti serta mempelajari suatu kepercayaan yang sudah berusia lampau
membutuhkan referensi serta bacaan yang kredibel, sebab hal ini menyangkut
manusia dengan tuhan dan kepercayaan yang dianut. Maka kami sangat menyadari
betul bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Tetapi dalam
proses penulisan makalah ini kami tahu bahwa seluruh agama mengajarkan kebaikan
kepada penganutnya, begitu pula dengan agama Konghucu. Dengan kesadaran
tersebut kami juga mengharap pembaca mampu memetik hikmah dari sejarah agama
Konghucu.
DAFTAR PUSTAKA
 Zakarsi, Ahmad. ”Mengenal Pokok-Pokok Ajaran Konghucu”, Al-Adyan, Vol.IX,
No.1, Januari-Juni 2015

 Sulaiman.”AgamaKonghucu: Sejarah, Ajaran dan Keorganisasiannya Di Pontianak


Kalimantan Barat”, Analisa,Vol. VI, No. 01, Januari - Juni 2009
 Yulianto, Rahmat.”Eksistensi Konghucu Di Indonesia”, Al-Hikmah: Jurnal Studio
Agama-
 Agama, Vol.5,No.2, 2019
 https://aaiil.org/indonesia/indonesianbooksislamahmadiyya/misc/agamabesardunia/ag
amabesardn. Di akses, 1 November 2020
 https://www.matakin.or.id/news/-sekilas-sejarah-matakin. Diakses 2 November 2020

Anda mungkin juga menyukai