Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Agama-Agama
Disusun oleh :
YOGYAKARTA
2020
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Agama Khonghucu adalah salah satu agama yang diakui di Indonesia. Mayoritas
pemeluk agama Konghucu berasal dari keturunan Tionghoa, namun agama Konghucu
tidak ekslusif dan bukan hanya diperuntukkan untuk kalangan masyarakat Tionghoa saja.
Agama Konghucu tersebar di seluruh dunia dan dipeluk oleh mereka yang meyakininya
apapun latar belakang etnis, ras dan dari penduduk negara manapun di muka bumi ini.
Perjalanan agama Khonghucu di Indonesia sangatlah panjang, dengan berbagai intrik dan
organisasi-organisasi keagamaannya yang berubah-ubah.
Sekitar abad 16 M, Matteo Richi, salah satu misionaris dari Italia melihat bahwa
diantara nabi-nabi dalam Ru Jiao, Nabi Konghuculah yang terbesar. Sejak saat itu
istilah Confuciansm, Konfusianisme lebih populer dan di indonesia dikenal sebagai
Agama Konghucu. Menurut kosakatanya sendiri, Ru Jiao berarti agama yang
mengutamakan kelembutan atau keharmonisan. Di dalam Kitab Yangzi Fa diartikan
sebagai Tong Tian Di Ren atau yang menjalinkan Thian (Tuhan), Di (Alam, Bumi) dan
Ren (Manusia). Agama Khonghucu merupakan Agama Monoteis. Agama tersebut
hanya mengenal satu Tuhan, yakni dikenal dengan istilah Thian (Tuhan Yang Maha
Esa), Shang Di (Tuhan Yang Maha Kuasa ).
B. Tokoh Pembawa Agama Konghucu
Agama Khonghucu juga mempercayai adanya nabi-nabi, seperti nabi Fu Xi.
Nabi ini dikenal sebagai nabi pertama dalam Agama Khonghucu yang hidup pada tahun
30 abad SM. Fu Xi mendapat wahyu dan ditulis dalam bentuk kitab suci, yakni kitab
YiJing (kitab Perubahan). Fu Xi beristerikan Lie Kwa (Hokkian), seorang nabi
perempuan yang menciptakan hukum perkawinan. Selain Lie Kwa terdapat nabi
perempuan lain yang terkenal dengan nama Lwee Co (Hokkian). Kemudian nabi lain
yang dikenal dalam sejarah, antara lain : nabi Huang Di, nabi Yao (Giau), nabi Sun,
nabi XiaYu, nabi Wen, nabi Zhou Gong atau Jidan (Ciu Kong, Hokkian).Nabi Khongzi
(HuaYu) merupakan nabi terakhir dalam Agama Khonghucu.
Istilah Khongzi dalam dialek Hokkian dikenal dengan Kongch atau dalam
bahasa latin dikenal dengan Confusius. Itulah sebabnya banyak orang yang menamai
Tu Jiao sebagai Confusionisme, yang kemudian di Indonesia dikenal sebagai agama
Khonghucu. Sebagai bukti akan kebesaran khongzi, bahwa pada tahun pertama
penanggalan Imlek dihitung sejak tahun kelahirannya. Pada hal penanggalan Imlek
tersebut sudah diciptakan jauh sebelumnya, yaitu pada jaman Huang Di (Oei Tee,
Hokkian), 2698-2598 SM dan telah digunakan sejak Dinasti Xia (He, Hokian), 2205-
1766 SM. Penetapan tahun Imlek tahun pertama ini dilakukan Kaisar Han Wu Di (Han
Wu Ti) dari Dinasti Han.
1. Cheng Xin Huang Tian, beriman pada tuhan yang maha esa dan percaya bahwa
tuhan tian merupakan awal mula alam semesta dan isinya.
2. Cheng Juen Jie De, sepenuh iman menjunjung kebajikan.
3. Cheng Li Ming Ming, beriman bahwa firman tuhan itu merupakan tugas suci yang
wajib dipertanggung jawabkan dan sekaligus menjadi rahmat.
4. Cheng Zhi Gui Shen, sepenuh iman percaya adanya nyawa dan roh atau adanya
dua kekuatan hidup manusia yakni Sien yang memungkinkan adanya hidup
ruhaniyah, dan Kwie memungkinkan adanya hidup lahiriyah. Kehidupaj jasad
(phik) adalah perkembangan dari kehidupan nyawa (kwie)
5. Cheng Yang Xiao Shi, sepenuh iman memupuk cita berbakti atau kewajiban
berbakti (Hauw) khususnya terhadap orang tua, sebab setelah manusia lahir
hubunyan yang mula-mula terjalin adalah hubungan denga orang tuanya, dan
berprilaku bakti ini ialah dasar dari kebajikan.
6. Cheng Shun Mu Duo, sepenuh iman mengikuti genta rohani nabi Kongzi. Bahwa
konghucu adalah Genta rohani (bok tok) yang menggugah hati dan pikiran manusia
pada firman yang membimbingnya menuju kehidupan yang luhur.
7. Cheng Qin Jing Shu, sepenuh iman memuliakan kitab Si Shu (kitab empat/kitab
yang langsung bersumber pada nabi Koghucu) dan Wu Jiang (untaian kitab lima/
kitab suci yang berasal dari para nabi terdahulu dan raja suci. Kitab ini mendasari
agama konghucu)
8. Cheng Xian Da Dao, sepenuh iman menempuh jalan suci yang agung.
Ajaran Kong Hu Cu dibidang kesusilaan atau etika. Ajaran disebut juga Wu Lun
atau lima hubungan sosial. Seseorang harus menjaga adanya lima hubungan timba balik
sebagai suatu lingkaran keseimbangan hidup, yaitu :
Kong Hu Cu menyatakan terdapat tiga hal yang menjadi tempat orang besar, yaitu:
Masa kedua yakni masa filsuf dan tokoh, dalam masa ini dikenal beberapa
nama, yakni Bingcu yang meluruskan dan memberikan penafsiran akan ajaran Ji Kaiw
yang pada saat itu menghadapi kemunculan berbagai aliran baru sepeninggal nabi
Konghucu. Kakek Hok Sing yang dengan hafalannya kemudian dapat menyusun ulang
kitab Su King yang pada saat itu ia dihadapkan dengan perampasan dan pembakaran
kitab suci. Dalam masa ini juga terkenal dengan adanya gerakan Too Hak Ke (Neo
Konfusianisme) yang bangkit karena kesadaran dan keprihatinan yang dihayati oleh
rohaniawan konfusiani yang melihat dan merasakan adanya kecenderungan kepudaran
semangat dan keimanan konfusiani sebagaimana diajarkan dan dibimbingakn oleh Nabi
Konghucu.
Masa ketiga adalah masa Republik China Nasionalis, yang muncul setelah
Dinasti Qing tumbang dan berdirilah Republik China Nasionalis dengan Sun Zhongsan
sebagai presiden pertamanya. Ia kemudian mencetuskan falsafah San Min Zhu Yi yang
menjadi asas negara dan ia juga mendukung ajaran Konghucu menjadi falsafah negara.
Kemudian masa selanjutnya adalah masa Republik Rakyat China, pada masa ini,
karena komunis kemudian muncul dan tumbuh subur di China, ajaran Konghucu ini
berkembang di kota Qufu yang menjadi basisnya.1
Pada tahun 1883 didirikan Boen Tjhiang Soe ‘Wenchang ci’ yang kemudian
berubah nama menjadi Boen Bio Wenmiao di kota Surabaya. Pihak kolonial Belanda
kemudian menyebutnya ‘De kerk van Confucius’ Geredja Boen Bio atau Geredja
Khonghoetjoe. Semangat kebangkitan agama Khonghucu di Nusantara diawali dengan
terbitnya sebuah buku mengenai hikayat kehidupan nabi Kongzi (Kongcu) yang ditulis
oleh Lie Kim Hok pada tahun 1886, dan disusul dengan terbitnya terjemahan kitab suci
Soe Sie (Si shu) yang diterjemahkan oleh Toean Njio Tjoen Ean yang dicetak di
Ambon, Maluku pada tahun 1897.
3
Tjiong Giok Hwa. Jalan Suci yang Ditempuh Tokoh Agama Konghucu II. (Jakarta:
Matakin, 2004), hlm.98-99
4
Taman Pendidikan semacam ‘Pesantren’ Konghucu.
5
Presiden THHK pertama bernama Pan Jing He (Phoa Keng Hek) dan sekretarisnya
Chen Qing Shan (Tan Kim San)
Surabaya, Makassar, Malang, Semarang, dan lain-lain. Khong Khauw Hwee kemudian
menerbitkan majalah Djiep Tek Tjie Boen yang diterbitkan di Surabaya pada tahun
1922.
Masuknya tentara Jepang ke Nusantara pada 1942 dan pecahnya perang dunia
kedua otomatis turut berimbas kepada aktivitas Khong Khauw Tjong Hwee yang tidak
bisa berjalan dan dibekukan. Tetapi, setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945,
perlahan aktivitas kelembagaan Khonghucu mulai berjalan namun belum maksimal
karena situasi dan kondisi perang kemerdekaan saat itu.
Khong Khauw Tjong Hwee kembali mengadakan konferensi pada 15-16 April
1955 dan lembaga ini kemudian berganti nama menjadi Perserikatan K’ung Chiao Hui
Indonesia (PKCHI). Kemudian pada kongres ke-IV tahun 1961, PKCHI berganti nama
menjadi LASKI, dan berganti nama lagi menjadi GAPAKSI (Gabungan Perkumpulan
Agama Khonghucu se-Indonesia) pada tahun 1963. Terakhir saat diselenggarakan
Kongres VI GAPAKSI pada tahun 1967, salah satu keputusan kongres tersebut adalah
6
Majelis Pusat Agama Khonghucu.
mengubah nama lembaga GAPAKSI menjadi MATAKIN (Majelis Tinggi Agama
Konghucu).
Atas usaha pimpinan MATAKIN, maka pada saat kepemimpinan Presiden KH.
Abdurrahman Wahid terbitlah Keputusan Presiden No.6 tahun 2000 yang mencabut
Inpres No.14 Tahun 1967. Hak-hak sipil umat Khonghucu mulai dibuka kembali dan
MATAKIN mulai melaksanakan Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional (Imleknas) yang
pada saat itu dihadiri langsung oleh Gus Dur. Pada pemerintahan Presiden Megawati,
umat Khonghucu mendapatkan hadiah dengan terbitnya Keputusan Presiden yang
menetapkan perayaan baru Imlek sebagai Hari Libur Nasional. Hingga puncaknya
yakni pada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, umat Khonghucu kembali
mendapatkan hak sipilnya secara penuh yang membuat umat Khonghucu bisa
mencantumkan agama Khonghucu di kolom KTP, pernikahan Khonghucu dicatat
negara, murid dan Mahasiswa Khonghucu kembali mendapatkan hak pendidikan agama
Khonghucu, kementerian agama mulai melayani umat Khonghucu, bergabungnya
tokoh-tokoh agama Khonghucu dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB),
dan masih banyak lagi kebijakan yang membuat umat Khonghucu setara dengan agama
lain juga eksistensi MATAKIN semakin diakui pemerintah sebagaimana amanat
Konstitusi dan perundang-undangan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama khonghucu yang sudah dikenal sejak 5000 tahun yang lalu, memiliki 29 nabi,
salah satunya ialah Khongcu atau nabi Kongzi (HuaYu) yang merupakan nabi terakhir
dalam agama Konghucu. Ajaran konghucu percaya bahwa dunia dibangun atas dasar
moral dan menitikberatkan pada keseimbangan, terdapat dua kitab suci agama
Konghucu, yakni kitab yang bersumber langsung dari nabi Konghucu (Si Su) dan kitab
suci yang berasal dari nabi terdahulu kitab ini jug mendasari agama Konghucu (Wu
Jiang). Agama Konghucu pernah mengalami purifikasi yang terjadi dalam beberapa
masa diantaranya, pada masa para Nabi, masa filusuf dan tokoh, serta masa Republik
China Nasionalis. Kedatangan bangsa Tiongkak yang mayoritas memeluk agama
Konghucu ke nusantara telah memperkaya keyakinan serta budaya di Indonesia hingga
saat ini. Banyak berdiri rumah ibadah Konghucu berupa Klenteng diseluruh Indonesia
dan terlacak jejak penyebarannya sejak tahun 1729 dengan berdirinya Shuyuan di kota
Batavia (Jakarta).
B. Saran
Meneliti serta mempelajari suatu kepercayaan yang sudah berusia lampau
membutuhkan referensi serta bacaan yang kredibel, sebab hal ini menyangkut
manusia dengan tuhan dan kepercayaan yang dianut. Maka kami sangat menyadari
betul bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Tetapi dalam
proses penulisan makalah ini kami tahu bahwa seluruh agama mengajarkan kebaikan
kepada penganutnya, begitu pula dengan agama Konghucu. Dengan kesadaran
tersebut kami juga mengharap pembaca mampu memetik hikmah dari sejarah agama
Konghucu.
DAFTAR PUSTAKA
Zakarsi, Ahmad. ”Mengenal Pokok-Pokok Ajaran Konghucu”, Al-Adyan, Vol.IX,
No.1, Januari-Juni 2015