Anda di halaman 1dari 6

PAPER

SEJARAH FILSAFAT BARAT


FILSUF ANAXIMENES

Dosen pengampu : Prof.Dr.Dra.Relin DE. M.Ag

Mata Kuliah:
Sejarah Filsafat Barat

Disusun oleh:
I Putu Aditya Wiradana Putra (2212091002)

JURUSAN FILSAFAT TIMUR


FAKULTAS BRAHMA WIDYA
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anaximenes adalah seorang filsuf yang berasal dari Kota Miletos, sama seperti Thales
dan Anaximandros. Anaximenes hidup sejaman dengan kedua filsuf tersebut, kendati ia lebih
muda dari Anaximandros. Ia disebut dalam tradisi filsafat Barat, Bersama Thales dan
Anaximandros, sebagai anggota Mazhab Miletos. Anaximenes adalah teman, murid dan
pengganti dari Anaximandros. Sebagaimana kedua filsuf Miletos yang lain, ia berbicara tentang
filsafat alam, yakni apa yang menjadi prinsip dasar (arche) segala sesuatu.

Anaximenes berkeyakinan bahwa udara adalah asal mula dunia. Sebab, udaralah yang
meliputi seluruh alam dan udara pula yang menjadi dasar hidup bagi manusia yang amat
diperlukan untuk bernafas. Baginya, jiwa adalah udara, api adalah udara yang encer, dan udara
jika dipadatkanakan menjadi air; jika di padatkan lagi menjadi tanah dan akhirnya menjadi batu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana riwayat hidup Anaximenes ?


2. Bagaimana pemikiran Anaximenes ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui riwayat hidup Anaximenes
2. Untuk mengetahui pemikiran Anaximenes

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Riwayat Hidup Anaximenes


Tentang Riwayat hidupnya, tidak banyak yang diketahui. Anaximenes mulai terkenal
sekitar tahun 545 SM, sedangkan tahun kematiannya diperkirakan sekitar tahun 528/526 SM. Ia
diketahui lebih muda dari Anaximandros. Ia menulis satu buku dan dari buku tersebut hanya satu
fragmen yang masih tersimpan hingga kini.

2.2 Pemikiran Anaximenes


Salah satu kesulitan untuk menerima filsafat Anaximandros tentang to apeiron yang
metafisik dengan yang fisik. Karena itulah, Anaximenes tidak lagi sesuatu yang metafisik
sebagai prinsip dasar segala sesuatu, melainkan kembali pada zat yang bersifat fisik yakni
udara.
Menurut Anaximenes, prinsip yang merupakan asal usul segala sesuatu adalah
udara. Dalam satu-satunya sifat yang disimpan dari karyanya ia mengatakan bahwa seperti
jiwa menjamin kesatuan tubuh kita, demikian pun udara melingkupi segala-galanya. Jiwa
sendiri juga tidak lain daripada udara saja, yang dipupuk dengan bernafa. Karenanya
Anaximenes adalah pemikir pertama yang mengemukakan persamaan antara tubuh
manusiawi dan jagat raya. Tema ini kemudian sering kali akan kembali dalam sejarah
filsafat Yunani. Tubuh adalah mikrokosmos (dunia kecil) dan seakan-akan mencerminkan
jagat raya yang merupakan makrokomos (dunia besar). Tetapi Anaximenes sendiri belum
mempergunakan istilah-istilah tersebut.
Udara melahirkan semua benda dalam alam semesta karena suatu proses
“pemadatan dan pengenceran” (condensation and rarefaction). Kalau udara semakin
bertambah kepadatannya, maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah dan akhirnya
batu. Sebaliknya, kalau udara itu menjadi lebih encer, yang timbul ialah api.
Ada sejarawan yang menyangka bahwa ajaran Anaximenes merupakan
kemunduran, jika dibandingkan dengan pemikiran Anaximandros. Alasannya bahwa
pemikiran Anaximandros itu lebih subtil serta spekulatif. Tetapi ada sejarawan lain yang
berpendapat bahwa ajaran Anaximenes harus dianggap sebagai kemajuan. Alasan yang

2
mereka kemukakan ialah bahwa karena proses pemadatan pan pengenceran itu untuk
pertama kalinya suatu hukum fisis dikenakan kepada alam semesta, sebagai pengganti
hukum moral (keadilan) dari Anaximandros. Dengan demikian perbedaan-perbedaan alam
semesta dianggap bersifat kuantitatif belaka. Anggapan ini membuka perspektif-perspektif
luas untuk penyelidikan ilmiah.
Pandangan Anaximenes tentang susunan jagat raya pasti merupakan kemunduran,
dibandingkan dengan Anaximandros. Menurut Anaximenes, bumi (yang berupa “meja
bundar”, katanya) melayang di atas udara. Demikianpun matahari, bulan dan bintang-
bintang, “laksana sehelai daun”. Badan-badan jagat raya itu tidak terbenam di bawah bumi,
sebagaimana agaknya dipikirkan Anaximandros, tetapi mengelilingi bumi yang datar itu.
Matahari lenyap pada waktu malam, karena tertutup di belakang bagian-bagian tinggi.

3
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masa hidup Anaximenes disebut orang dari tahun 545-528/526 SM. Ia berasal dari kota
Miletos, sama seperti Thales dan Anaximandros. Anaximenes hidup sejaman dengan kedua filsuf
tersebut, kendati ia lebih muda dari Anaximandros. Ia disebut dalam tradisi filsafat Barat,
bersama dengan Thales dan Anaximandros, sebagai anggota Mazhab Miletos. Anaximenes
adalah teman, murid, dan pengganti dari Anaximandros. Sebagaimana kedua filsuf Miletos yang
lain, ia berbicara tentang filsafat alam, yakni apa yang menjadi prinsip dasar (arche) segala
sesuatu.

Dalam pemikirannya ia menyatakan bahwa udara sebagai prinsip dasar dari segala
sesuatu. Tidak seperti air yang tidak terdapat di api (pemikiran Thales), udara merupakan zat
yang terdapat di dalam semua hal, baik air, api, manusia, maupun segala sesuatu. Karena itu,
Anaximenes berpendapat bahwa udara adalah prinsip dasar segala sesuatu. Udara adalah zat
yang menyebabkan seluruh benda muncul, telah muncul, atau akan muncul sebagai bentuk lain.
Perubahan-perubahan tersebut berproses dengan prinsip “pemadatan dan pengenceran”
(condensation and rarefaction).

DAFTAR PUSTAKA

…………………………..K. Bertens. 1990. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakart: Kanisius.


Hal. 31-33.
…………………………Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual.
Yogyakarta: Kanisius. Hal. 22-23.
…………………………………. (Inggris)P. Diamandopoulos. 1972. "Anaximenes". In The
Encyclopedia of Philosophy Volume 1. Paul Edwards (Ed.). New York: Macmillan Publishing
& The Free Press.
………………………………………. (Inggris)W.K.C. Guthrie. 1985. A History of Greek
Philosophy Volume 1. London: Cambridge University Press.

4
………………………………………… (Inggris)Keimpe Algra. 1999. "The Beginning of
Cosmology". In The Cambridge Companion to Early Philosophy. A.A. Long (Ed.). London:
Cambridge University Press. P. 45-65.
……………………………………….. (Inggris)Richard McKirahan. 2003. "Presocratic
Philosophy". In The Blackwell Guide to Ancient Philosophy. Christopher Shields (Ed.).
Malden: Blackwell Publishing.

Anda mungkin juga menyukai