Anda di halaman 1dari 3

Apa itu Perbankan Syariah?

(KHSB #24)
Oleh : Rangga Almahendra
Tahukah kamu, bank multinasional  seperti Citigroup, HSBC dan BNP Paribas mulai tertarik
menawarkan unit syariah sejak puluhan tahun lalu. Meskipun tidak sepenuhnya mengadopsi
sistem syariah, pemerintah Indonesia melalui Kemeterian Keuangan sudah menerbitkan Sukuk
atau surat berharga syariah sebagai alternatif investasi berbasis syariah yang menguntungkan
bagi masyarakat.
Rasanya semakin banyak yang berhijrah dengan sistem ekonomi syariah, bukan hanya pemeluk
agama Islam saja. itulah sebabnya kali ini kita akan membahas tentang apa itu perbankan syariah
dan pembahasan tentang keuangan syariah ini tidak harus dengan gaya kearab-araban,
karena shariah economic sudah menjadi milik siapa saja.
Menurut Islamic finance development report tahun 2018, industri keuangan syariah global saat
ini berkembang 11 %, nilainya sudah mencapai 2,4 trillun dollar di 56 negara dan diperkirakan
menjadi 3,8 trillun tahun 2023. Lebih menariknya lagi, dari laporan 505 bank syariah yang ada
diseluruh dunia, 82 % mencatat laba dan 18 %  rugi.
Perbankan syariah adalah sistem keuangan yang didasarkan pada syariah. Kita mengenal syariah
sebagai hukum islam tapi secara etimologi syariah itu artinya jalan menuju sumber air. Jalan
lurus yang membawa kita pada kesejukan. Umat Islam percaya bahwa Tuhan telah membuatkan
jalan atau cara hidup yang bisa diikuti manusia untuk mencari ketentraman dan kebahagiaan
dunia akhirat.
Mungkin ini sebab kenapa semakin bnayak orang yang hijrah ke bank syariah adalah muslim dan
non muslim,  karena di bank syariaah Anda akan terhindar dari masalah ini ? atau ?, Mungkin ini
sebab kenapa semakin bnayak orang yang hijrah ke bank syariah adalah muslim dan non muslim,
karena di bank syariaah Anda akan terhindar dari masalah ini.
Dalam Al Quran sudah dijelaskan juga bahwa orang-orang yang termakan riba seperti
kemasukan setan karena (tekanan) penyakit gila. Menurut Daud Vicary Abdullah dan Keon Chee
dalam bukunya  Islamic Finance Why It Makes Sense, mengapa perbankan syariah itu masuk
akal, itu karena punya tiga karakteristik utama, yaitu bebas riba, gharar dan masyir. Prinsip
pertama yaitu riba atau biasanya dikenal sebagai bunga adalah tambahan pengembalian atas
suatu pinjaman.

Misal suatu bank meminjamkan uang pada seseorang, ketika bank ini kemudian menarik
keuntungan dari pinjaman yang diberikan. Keuntungan ini yang kemudian disebut riba. Jadi
misal ketika kita meminjam 1.000.000 kemudian harus kembalikan 1.100.000, bank
mendapatkan keuntungan bunga 10 %.

Orang meminjam uang karena sangat membutuhkan, mungkin karena kesulitan ekonomi. Itulah
sebabnya Islam melarang mengambil keuntungan dari orang yang sedang kesusahan // karena
orang kesusahan itu seharusnya dibantu bukan justru dimanfaatkan.
Prinsip kedua adalah larangan gharar. Gharar artinya transaksi yang penuh ketidakpastian. Jadi
semua transaksi perbankan harus transparan dan fair, tidak boleh ada informasi yang
disembunyikan.
Misal kisah Asep, dia hanya meminjam 4.000.000 tapi kaget sampai harus mengembalikam
19.000.000.
Anda yang punya pengalaman pinjam uang di bank mungkin pernah merasakan masalah yang
sama. Ini terjadi karena banyak informasi yang disembunyikan bank pada nasabah. Kalaupun
disampaikan tertulis, biasanya kecil-kecil dan mrmakai bahasa yang membingungkan. Gharar
artinya juga larangan terhadap tipuan atau segala tindakan untuk merugikan orang lain.
Larangan gharar atau larangan tipu-tipu ini menekankan semua transaksi perbankan syariah
harus berdasar prinsip equality, fairness dan transparency.
Yang ketiga adalah masyir yang artinya menghindari sesuatu yang berbau spekulasi atau judi,
yang namanya judi pasti yang untung bandarnya, pemain sudah pasti rugi, sehingga bank syariah
melarang menjual produk-produk yang sifatnya spekulatif atau berbau taruhan karena apapun
bentuknya nasabah pasti yang akan dirugikan.
Dari beberapa fungsi uang yang pernah kita bahas, Islam melarang kita menyimpan atau
menimbun uang untuk tujuan spekulasi atau yang oleh John Keynes dikenal sebagai Theory of
Speculative Demand for Money.
Jadi dalam Islam, uang adalah alat tukar, bukan komoditas yang bisa dijual dibeli atau disewa
pinjamkan dengan keuntungan tertentu. Uang itu seharusnya barang publik, bukan barang
pribadi. Jadi meskipun kita boleh memiliki uang, tapi kemanfaaatan akan lebih tinggi ketika
uang itu diberdayakan bukan disimpan. Jadi, kita tidak boleh punya gaya hidup seperti paman
Gober, menimbun uang berlebihan, hidup pasif berleha-leha mengandalkan keuntungan bunga
untuk terus memperkaya diri.
Ayat di Al-Quran sudah cukup jelas. Allah mengharamkan riba tapi menghalalkan jual beli.
Kenapa dilarang? Penjelasanan sederhananya karena pertama riba itu menyusahkan orang yang
sudah susah, yang kedua memudahkan orang kaya menjadi semakin kaya secara pasif.
Pendapatan bank konvensional dari selisih bunga pinjaman atau istilahnya interest based income,
pendapatan bank syariah bukan dari bunga tapi dari aktivitas yang lain terutama dari aktivitas
jual beli. Berbeda dengan pendapatan bank konvensional, pendapatan bank syariah setidaknya
berasal dari empat sumber, yaitu:
 Pendapatan keuntungan dagang melalui akad jual beli barang. Jadi misal Anda
meminjam uang untuk membeli handphone seharga 1.000.000, bank yang akan
mencarikan HP kemudian akan membuat akad atau perjanjian jual beli HP dengan
keuntungan tertentu atau marjin. Akad jual beli ini yang dikenal sebagai murabahah.
 Pendapatan sewa melalui akad penyewaan asset. Misal Anda meminjam uang untuk
membangun rumah, bank yang akan membangunkan rumah untuk Anda kemudian akan
membuat akad perjanjian sewa guna rumah seperti konsep leasing. Akad sewa guna ini
yang dikenal sebagai ijarah.
 Pendapatan komisi melalui akad penyediaaan jasa dalam kasus Anda ingin membeli
rumah, bank juga bisa menjadi agen bagi Anda. Nasabah akan memberi komisi kepada
bank atas penyediaan jasa tertentu. Dalam skema ini bank menjadi wakil yang ditunjuk
untuk bertransaksi dengan pihak ketiga yang disebut skema wakalah atau akad
penyediaan jasa.

Ini juga berlaku ketika nasabah memberi mandat kepada bank untuk mengerjakan proyek
tertentu, misal membangun rumah atau proyek lain. Akad pesanan ini yang disebut
sebagai ishtina.

 Pendapatan bagi hasil atau akad investasi bisnis. Jika Anda ingin meminjam uang untuk
memulai usaha, bank juga bisa membantu Anda dengan akad bagi hasil. Bank sebagai
investor atau shohibul mal dan Anda sebagai pengelola atau mudharib. Skema ini yang
disebut mudharabah. Jika kamu juga ingin menyertakan modal dalam usaha ini atau
mengajak pihak lain juga menyertakan modal, ini yang disebut dengan syirkah atau
dalam bahasa indonesia yaitu serikat.

Dari penjelasan di atas semakin terlihat perbedaan antara bank konvensional dan bank
syariah. Dapat kita simpulkan sebagai berikut:
1. Pada bank konvensional pola hubungan bank dan nasabah seperti debitur dan
kreditur, penghutang dan pemberi hutang. Posisi bank terlihat lebih tinggi dari
nasabah. Sedangkan dalam bank syariah, antara nasabah dan bank punya pola
hubungan yang sejajar. Sudah pernah kita bahas dalam materi “Apa itu Komunisme,
Sosialisme dan Ekonomi Islam?”.
2. Sumber pendapatan bank konvensional didapat dari selisih bunga atau interest based
income, sementara bank konvensional dari aktivitas jual beli seperti bagi hasil, marjin
keuntungan dan komisi atau fee based income.
3. Sistem bunga itu punya karakter ekonomi yang pasif (orang kaya bisa makin kaya
tanpa melakukan apa apa), sedangkan bank syariah punya karakter aktif, punya
kemampuan untuk menggerakkan ekonomi masyarakat dekat dengan ekonomi riil.
4. Bank konvensional dibangun dengan tujuan komersial untuk mencari keuntungan
ekonomi dari masyarakat, sedangkan bank syariah punya sarana dan skema untuk
memberi keuntungan ekonomi bagi masyarakat. Jadi bank konvensional orientasinya
profit, bank syariah orientasinya benefit.
5. Transaksi perbankan konvensional diawasi oleh OJK, sedangkan perbankan syariah
selain OJK juga diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS). Kenapa harus ada
DPS yaitu untuk memastikan transaksi sesuai syariah, menyejukkan bagi siapa saja
dan juga tidak boleh ada transaksi illegal, perjudian, prostisusi, menjual minuman
keras, perdagangan senjata. Jadi kalau transaksi bank konvensional relatif bebas nilai,
transaksi bank syariah harus semua halal.

Pada materi ini saya sudah cukup banyak memberikan penjelasan logis kenapa riba itu haram,
tapi bukan berarti saya mengatakan bank konvensional itu haram. Ahli fiqih yang lebih punya
kapasitas menyampaikan hal itu. Banyak hal baik juga dari bank syariah yang sudah
dilaksanakan juga oleh bank konvensional dan kini semakin banyak juga perbankan
konvensional yang meninggalkan interest based income dan beralih ke fee based income yang
prakteknya sudah lama dikembangkan oleh perbankan syariah.

Dan faktanya banyak negara yang terus ingin mengembangkan ekonomi syariah karena terbukti
bertumbuh lebih sehat dan nyata memajukan ekonomi riil. Seperti yang dikatakan David
Cameron, Perdana Menteri Inggris, “Already London is the biggest centre for islamic finance
outside the islamic world and today our ambition is to go further still.”

Yang artinya “Saat ini London telah menjadi pusat pengembangan keuangan syariah terbesar
diluar dunia islam dan saya ingin memperbesar lagi.” Ketika perbankan syariah tumbuh 50%
lebih cepat dari bank konvensional dan bertumbuh hingga 1,3 triliun poundsterling, itulah
sebabnya London harus menjadi ibukota keuangan syariah terbesar di dunia barat.

“When islamic finance is growing 50% faster than traditional banking and are set to grow to 1,3
trillion we want to make sure a big proportion is made here in Britain”.

Bagaimana dengan Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim, tentunya jawaban kembali
ke masing masing. Ini masih ada kelanjutannya karena dimensi ekonomi Islam itu sangat luas.
Setidaknya dari materi ini kita jadi paham ketika memilih bank, bukan hanya gedungnya saja
yang sejuk tapi yang lebih penting transaksinya juga harus menyejukkan.

Anda mungkin juga menyukai