Anda di halaman 1dari 2

rakyatbiasa dan bukan berlatar belakaang hukum, kadang-kadang 

 sulit memahami kekuatan


hukum antara Fatwa danKUHP, khususnya perkembangan belakangan yang sangat panas,
yaitu penistaanagama oleh Ahok. yang diadukan oleh sekelomp orang, kemudian
berkembang dengantekanan massa yang begitu kuat, untuk menghukum Ahok masuk penjara,
karenapenistaan itu. Jika meyimak perkembangan Ahok diatas, maka banyak pertanyaanyang
timbul, karena ketidak pahaman atau merasa bingung sebenarnya UU apa yangdigunakan
oleh aparat hukum untuk mnejerat seseorang salah atau tidak.pernyataan dari penegak
hukum, pakar dan tekanan massa yang begitu kuat, apakahitu juga penentu aparat untuk
menjerat seseorang bersalah atau tidak. 

Untukjelasnya, kita semua paham, bahwa negara kita adalah Pancasila, Bhineka TunggalIka,,
kebebasan beragama hak semua masyarakat menurut keyakinan masing-masingdan harus
dihormati oleh siapapun. berdasarkan ini maka timbul banyakpertanyaan yang sulit dijawab
karena kenyataannya tidak demikian. sekiranyapertanyaan ini akan memperoleh kejelasan
bagi masyarakat, khususnya sepertipenulis yang kurang paham akan keadilan berdasarkan
hukum. MIsalnya : 1. Apakahkeyakinan beragama yang diakui, itu memiliki kekuatan hukum
sama dan sah diakuioleh aparat hukum ( pilisi, kejaksaan dan pengadilan ) ? 2. Bukankah
setiapagama ada badan majelis masing-masing, misalnya MUI, PGI, Paroki, MejelisTinggi
Budha, Khong Hu Chu dan Hindu. Jika dalam perselisihan timbul perbedaandan keyakinan,
mengapa tidak diminta fatwa dari masing-masing majelis yangbersengketa ? 3. 

Apakah cukup yang merasa dirugikan, kemudian diminta fatwa,sedangkan pihak lainnya
tidak dibutuhkan ? jika mau adil, kenapa tidak keduabelah pihak diminta fatwa-nya.
bukankah masisng-masing ada keyakinanmasing-masing yang sudah diakui oleh Republik ini
? 4. Apakah penistaan agama,Fatwa hanya berlaku pada agama mayoritas semisal MUI, dan
tidak dbutuhkan fatwabagi agama lain ? Semisal kasus Ahok, hanya cukup dengan fatwa
MUI, Adilkahitu, mengingat semua agama diakui keberadaan dan keyakinan masing-masing.
5.Dalam penentuan layak tidaknya seseorang menjadi tersangka, apakah kepolisiancukup
dengan fatwa sepihak, lalu bisa menjadikan seseorang terdakwa. 6. Atausebaliknya KUHAP
yang menjadi patokan, fatwa hanya sebatas informasi tambahanatau sebagai saksi ahli. 

rakyatbiasa dan bukan berlatar belakaang hukum, kadang-kadang  sulit memahami kekuatan


hukum antara Fatwa danKUHP, khususnya perkembangan belakangan yang sangat panas,
yaitu penistaanagama oleh Ahok. yang diadukan oleh sekelomp orang, kemudian
berkembang dengantekanan massa yang begitu kuat, untuk menghukum Ahok masuk penjara,
karenapenistaan itu. Jika meyimak perkembangan Ahok diatas, maka banyak pertanyaanyang
timbul, karena ketidak pahaman atau merasa bingung sebenarnya UU apa yangdigunakan
oleh aparat hukum untuk mnejerat seseorang salah atau tidak.pernyataan dari penegak
hukum, pakar dan tekanan massa yang begitu kuat, apakahitu juga penentu aparat untuk
menjerat seseorang bersalah atau tidak. 

Untukjelasnya, kita semua paham, bahwa negara kita adalah Pancasila, Bhineka TunggalIka,,
kebebasan beragama hak semua masyarakat menurut keyakinan masing-masingdan harus
dihormati oleh siapapun. berdasarkan ini maka timbul banyakpertanyaan yang sulit dijawab
karena kenyataannya tidak demikian. sekiranyapertanyaan ini akan memperoleh kejelasan
bagi masyarakat, khususnya sepertipenulis yang kurang paham akan keadilan berdasarkan
hukum. MIsalnya : 1. Apakahkeyakinan beragama yang diakui, itu memiliki kekuatan hukum
sama dan sah diakuioleh aparat hukum ( pilisi, kejaksaan dan pengadilan ) ? 2. Bukankah
setiapagama ada badan majelis masing-masing, misalnya MUI, PGI, Paroki, MejelisTinggi
Budha, Khong Hu Chu dan Hindu. Jika dalam perselisihan timbul perbedaandan keyakinan,
mengapa tidak diminta fatwa dari masing-masing majelis yangbersengketa ? 3. 

Apakah cukup yang merasa dirugikan, kemudian diminta fatwa,sedangkan pihak lainnya
tidak dibutuhkan ? jika mau adil, kenapa tidak keduabelah pihak diminta fatwa-nya.
bukankah masisng-masing ada keyakinanmasing-masing yang sudah diakui oleh Republik ini
? 4. Apakah penistaan agama,Fatwa hanya berlaku pada agama mayoritas semisal MUI, dan
tidak dbutuhkan fatwabagi agama lain ? Semisal kasus Ahok, hanya cukup dengan fatwa
MUI, Adilkahitu, mengingat semua agama diakui keberadaan dan keyakinan masing-masing.
5.Dalam penentuan layak tidaknya seseorang menjadi tersangka, apakah kepolisiancukup
dengan fatwa sepihak, lalu bisa menjadikan seseorang terdakwa. 6. Atausebaliknya KUHAP
yang menjadi patokan, fatwa hanya sebatas informasi tambahanatau sebagai saksi ahli. 

rakyatbiasa dan bukan berlatar belakaang hukum, kadang-kadang  sulit memahami kekuatan


hukum antara Fatwa danKUHP, khususnya perkembangan belakangan yang sangat panas,
yaitu penistaanagama oleh Ahok. yang diadukan oleh sekelomp orang, kemudian
berkembang dengantekanan massa yang begitu kuat, untuk menghukum Ahok masuk penjara,
karenapenistaan itu. Jika meyimak perkembangan Ahok diatas, maka banyak pertanyaanyang
timbul, karena ketidak pahaman atau merasa bingung sebenarnya UU apa yangdigunakan
oleh aparat hukum untuk mnejerat seseorang salah atau tidak.pernyataan dari penegak
hukum, pakar dan tekanan massa yang begitu kuat, apakahitu juga penentu aparat untuk
menjerat seseorang bersalah atau tidak. 

Untukjelasnya, kita semua paham, bahwa negara kita adalah Pancasila, Bhineka TunggalIka,,
kebebasan beragama hak semua masyarakat menurut keyakinan masing-masingdan harus
dihormati oleh siapapun. berdasarkan ini maka timbul banyakpertanyaan yang sulit dijawab
karena kenyataannya tidak demikian. sekiranyapertanyaan ini akan memperoleh kejelasan
bagi masyarakat, khususnya sepertipenulis yang kurang paham akan keadilan berdasarkan
hukum. MIsalnya : 1. Apakahkeyakinan beragama yang diakui, itu memiliki kekuatan hukum
sama dan sah diakuioleh aparat hukum ( pilisi, kejaksaan dan pengadilan ) ? 2. Bukankah
setiapagama ada badan majelis masing-masing, misalnya MUI, PGI, Paroki, MejelisTinggi
Budha, Khong Hu Chu dan Hindu. Jika dalam perselisihan timbul perbedaandan keyakinan,
mengapa tidak diminta fatwa dari masing-masing majelis yangbersengketa ? 3. 

Apakah cukup yang merasa dirugikan, kemudian diminta fatwa,sedangkan pihak lainnya
tidak dibutuhkan ? jika mau adil, kenapa tidak keduabelah pihak diminta fatwa-nya.
bukankah masisng-masing ada keyakinanmasing-masing yang sudah diakui oleh Republik ini
? 4. Apakah penistaan agama,Fatwa hanya berlaku pada agama mayoritas semisal MUI, dan
tidak dbutuhkan fatwabagi agama lain ? Semisal kasus Ahok, hanya cukup dengan fatwa
MUI, Adilkahitu, mengingat semua agama diakui keberadaan dan keyakinan masing-masing.
5.Dalam penentuan layak tidaknya seseorang menjadi tersangka, apakah kepolisiancukup
dengan fatwa sepihak, lalu bisa menjadikan seseorang terdakwa. 6. Atausebaliknya KUHAP
yang menjadi patokan, fatwa hanya sebatas informasi tambahanatau sebagai saksi ahli. 

Anda mungkin juga menyukai