Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SISTEM KESEHATAN NASIONAL (SKN)

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 11


ANGGOTA :
1. LINDA NUR KHASANAH (P27220020071)
2. SHINDI SAEAMINAH (P27220020084)

D-III KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas segala kemampuan rahmat
danhidayah-nya sehingga penulis dapat menyelasaikan Tugas Makalah yang berjudul
“SISTEM KESEHATAN NASIONAL” pada mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan.
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,
serta taklupa sholawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad Swt. atas
petunjuk dan risalahNya, yang telah membawa zaman kegelapan ke zaman terang benderang,
dan atas doa restu dan dorongan dari berbagai pihak-pihak yang telah membantu kami
memberikan referensi dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepada search engine google
yang ikut berperan besar dalam pembuatan makalah ini. Kami dapat menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami sangat menghargai
akan saran dan kritik untuk membangun makalah ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat
kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

i
Daftar Isi
Kata Pengantar …………………………………………………………………………… i
Daftar Isi …………………………………………………………………………………. ii
BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………………………… 4
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….. 4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………. 4
1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………………………... 4
BAB II : PEMBAHASAN ……….……………………………………………………..... 6
2.1 Pengertian SKN ……………………………………………………………… 5
2.2 Landasan SKN …………….………………………………………………..... 5
2.3 Tujuan SKN ………………………………………………………………….. 6
2.4 Dasar dan Asas SKN …………………………………………………………. 6
2.5 Kedudukan SKN ……………………………………………………............... 7
2.6 Alur SKN ……………………………………………………………………... 8
2.7 Subsistem SKN ………………………………………………………………. 12
2.8 Pelaksanaan SKN …………………………………………………………….. 14
2.9 Tindakan Keperawatan ……………………………………………………….. 17
BAB III : PENUTUP……………………………………………………………………… 19
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………… 19
3.2 Saran ………………………………………………………………………….. 19
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………….. 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen


bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Dalam kerangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan
kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai
pentahapannya.

Kinerja sistem kesehatan telah menunjukkan peningkatan, antara lain ditunjukkan


dengan peningkatan status kesehatan, yaitu: penurunan Angka Kematian Bayi (AKB)
dari 46 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 34 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2007 (SDKI 2007). Angka Kematian Ibu (AKI) juga mengalami
penurunan dari 318 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 228 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Sejalan dengan penurunan
angka kematian bayi, Umur Harapan Hidup (UHH) meningkat dari 68,6 tahun pada
tahun 2004 menjadi 70,5 tahun pada tahun 2007.

Demikian pula telah terjadi penurunan prevalensi kekurangan gizi pada balita dari
29,5% pada akhir tahun 1997 menjadi sebesar 18,4% pada tahun 2007 (Riskesdas,
2007). Namun penurunan indikator kesehatan masyarakat tersebut masih belum
seperti yang diharapkan. Upaya percepatan pencapaian indikator kesehatan dalam
lingkungan strategis baru, harus terus diupayakan dengan perbaikan Sistem Kesehatan
Nasional.

Seiring dengan berjalannya waktu maka dibutuhkan pelayanan kesehatan yang


bermutu sehingga menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di
berbagai bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan
pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara
komprehensif untul pencapaian SKN yang optimal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian system kesehatan nasional ?
2. Bagaimana pengelolaan kesehatan dalam system kesehatan nasional ?
3. Apa tujuan kesehatan nasional ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan.
2. Untuk menambah pengetahuan mengenai sistem kesehatan nasional
3. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami sistem kesehatan nasional
4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Kesehatan Nasional

Adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara
terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya sebagian perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam
Pembukaan UUD 1945 Pada hakikatnya. SKN adalah juga merupakan wujud dan
sekaligus metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan, yang memadukan
berbagai upaya Bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya
tujuan pembangunan kesehatan.

2.2. Landasan SKN

A. Landasan idil : Pancasila


B. Landasan konstitusional :
 Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945
 UUD Negara RI Tahun 1945; Pasal 28 dan Pasal 34

 Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak


mempertahankan hidup dan kehidupannya
 Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh dan berkembang
 Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan
diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan
umat manusia
 Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan, dan ayat (3); setiap orang berhak atas
jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat

5
 Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan
sosial bagi seluruh rakyat dan memperdayakan masyarakat
yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan, dan ayat (3); negara bertanggungjawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
C. Landasan Operasional :
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan
kesehatan.

2.3 Tujuan Sistem Kesehatan Nasional


Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi
bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan
berdaya guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

2.4 Dasar dan Asas SKN


A. Dasar Pembangunan Kesehatan
Dalam undang-undang, dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan  diselenggarakan
berdasarkan pada :
1. Perikemanusiaan
2. Pemberdayaan dan Kemandirian
3. Adil dan merata
4. Pengutaraan dan manfaat
B. Dasar SKN
Dalam penyelenggaraan SKN perlu mengacu dasar-dasar sebagai berikut :
1. Hak Asasi Manusia (HAM)
2. Sinergisme dan kemitraan yang dinamis
3. Komitmen an tata pemerintahan yang baik (Good Govermance)
4. Dukungan regulasi
5. Antisipatif dan Proaktif
6. Responsif gender
7. Kearifan lokal
6
2.5 Kedudukan Sistem Kesehatan Nasional
1. Suprasistem SKN
Suprasistem SKN adalah system penyelenggaraan Negara. SKN bersama dengan berbagai
subsistem lain, diarahkan untuk mencapai Tujuan Bangsa Indonesia seperti yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesian dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
2. Kedudukan SKN Terhadap Sistem Nasional Lain
Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang tidak hanya menjadi
tanggung jawab sektor kesehatan, melainkan juga tanggungjawab dari berbagai sektor lain
terkait yang terwujud dalam berbagai bentuk system nasional. Dengan demikian, SKN harus
berinteraksi secara harmonis dengan berbagai sitem nasional tersebut, seperti :
a. Sistem Pendidikan Nasional
b. Sistem Perekonomian Nasional
c. Sistem Ketahanan Pangan Nasional
d. Sistem Hankamnas, dan
e. Sistem-sistem Nasional Lainnya.
Dalam keterkaitan dan interaksinya, SKN harus dapat mendorong kebijakan dan upaya
dari berbagai system nasional sehingga berwawasan kesehatan. Dalam arti system-sistem
nasional tersebut berkontribusi positif terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan.
3. Kedudukan SKN terhadap Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan Di Daerah
SKN merupakan acuan bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
daerah.
4. Kedudukan SKN terhadap berbagai system kemasyarakatan termasuk swasta
Keberhasilan pembanguna kesehatan sangat ditentukan oleh dukungan system nilai dan
budaya masyarakat yang secara berama terhimpun dalam berbagai system kemasyarakatan.
SKN merupakan bagian dari system kemasyarakatan yang dipergunakan sebagai acuan utama
dalam mengembangkan perilaku dan ligkungan sehat serta berperan aktif masyarakat dalam
berbagai upaya kesehatan.  
           

7
2.6 Alur Sistem Kesehatan Nasional
1) Perkembangan dan Masalah Sistem Kesehatan Nasional
Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan telah berhasil
meningkatkan status kesehatan masyarakat. Kinerja system kesehatan telah menunjukkan
peningkatan, antara lain ditunjukan dengan peninkatan status kesehatan, yaitu penurunan
angka kematian bayi (AKB) dari 46 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 34
per 1.000 kelahiran hidup pada 2007 (SKDI 2007). Upaya percepatan pencapaian indicator
kesehatan dalam lingkungan strategis baru harus terus diupayakan dengan perbaikan system
kesehatan nasional.
a. Upaya Kesehatan
Akses pada pelayanan kesehatan secara nasional mengalami peningkatan, dalam
kaitan ini akses rumah tangga yang dapat menjangkau Sarana kesehatan sebesar 90,7% dan
akses rumah tangga yang berada lebih dari 5 km dan sarana kesehatan sebesar 94,1%
(Riskesdes, 2007). Namun pada daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, serta pulau-pulau
kecil terdepan dan terluar masih rendah. Jarak fasilitas pelayanan yang jauh disertai distribusi
tenaga kese-hatan yang tidak merata dan pelayanan kesehatan yang mahal menyebabkan
rendahnya aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh penduduk meningkat dari 15,1% pada
tahun 1996 menjadi 33,7% pada tahun 2006. Begitupula kunjungan baru (contact rate) ke
fasilitas pelayanan kesehatan meningkat dari 34,4% pada tahun 2005 menjadi 41,8% pada
tahun 2007. Disamping itu, jumlah masyarakat yang mencari pengobatan sendiri sebesar 45%
dan yang tidak berobat sama sekali sebesar 13,3% (2007).
Secara keseluruhan, kesehatan ibu membaik dengan turunnya AKI, pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan meningkat 20% dalam kurun 10 tahun, peningkatan yang
besar terutama di daerah perdesaan, sementara persalinan di fasilitas kesehatan meningkat
dari 24,3% pada tahun 1997 menjadi 46% pada tahun 2007. Namun masih ditemui disparitas
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan cakupan imunisasi antar wilayah masih tinggi. Cakupan
pemeriksaan kehamilan tertinggi 97,1% dan terendah 67%, sementara itu cakupan imunisasi
lengkap tertinggi sebesar 73,9% dan cakupan terendah 17,3% (Riskesdas, 2007).
Akses terhadap air bersih sebesar 57,7% rumah tangga dan sebesar 63,5% rumah
tangga mempunyai akses pada sanitasi yang baik (Riskesdas, 2007). Pada tahun 2007, rumah
tangga yang tidak menggunakan fasilitas buang air besar sebesar 24,8% dan yang tidak
memiliki saluran pembuangan air limbah sebesar 32,5%.
8
Penyakit infeksi menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
menonjol, terutama: TB Paru, Malaria, HIV/AIDS, DBD dan Diare. Selain itu penyakit yang
kurang mendapat perhatian (neglected diseases), seperti Filariasis, Kusta, Framboesia
cenderung meningkat kembali. Demikian pula penyakit Pes masih terdapat di berbagai
daerah. Namun demikian kontribusi penyakit menular terhadap kesakitan dan kematian
semakin menurun.
Hasil Riskesdas Tahun 2007 menunjukkan adanya peningkatan kasus penyakit tidak
menular (seperti penyakit kardiovaskuler dan kanker) secara cukup bermakna, menjadikan
Indonesia mempunyai beban ganda (double burden).
b. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan sudah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Persentase
pengeluaran nasional sektor kesehatan pada tahun 2005 adalah sebesar 0,81% dari Produk
Domestik Bruto (PDB) meningkat pada tahun 2007 menjadi 1,09 % dari PDB, meskipun
belum mencapai 5% dari PDB seperti dianjurkan WHO. Demikian pula dengan anggaran
kesehatan, pada tahun 2004 jumlah APBN kesehatan adalah sebesar Rp 5,54 Triliun
meningkat menjadi sebesar 18,75 Triliun pada tahun 2007, namun persentase terhadap
seluruh APBN belum meningkat dan masih berkisar 2,6–2,8%. Pengeluaran pemerintah
untuk kesehatan terus meningkat. Namun kontribusi pengeluaran pemerintah untuk kesehatan
masih kecil, yaitu 38% dari total pembiayaan kesehatan.
Proporsi pembiayaan kesehatan yang bersumber dari pemerintah belum
mengutamakan upaya pencegahan dan promosi kesehatan. Cakupan jaminan pemeliharaan
kesehatan sekitar 46,5% dari keseluruhan penduduk pada tahun 2008 yang sebagian besar
berasal dari bantuan sosial untuk program jaminan kesehatan masyarakat miskin sebesar 76,4
juta jiwa atau 34,2%.
c. Sumber Daya Manusia Kesehatan
Upaya pemenuhan kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan belum
memadai, baik jumlah, jenis, maupun kualitas tenaga kesehatan yang dibutuhkan. Selain itu,
distribusi tenaga kesehatan masih belum merata. Masalah strategis SDM Kesehatan yang
dihadapi dewasa ini dan di masa depan adalah: a) Pengembangan dan pemberdayaan SDM
Kesehatan belum dapat memenuhi kebutuhan SDM untuk pembangunan kesehatan; b)
Perencanaan kebijakan dan program SDM Kesehatan masih lemah dan belum didukung
sistem informasi SDM Kesehatan yang memadai; c) Masih kurang serasinya antara
kebutuhan dan pengadaan berbagai jenis SDM Kesehatan.
9
d) Dalam pendayagunaan SDM Kesehatan, Pemerataan SDM Kesehatan berkualitas masih
kurang. Pengembangan karier, sistem penghargaan, dan sanksi belum sebagaimana mestinya.
Regulasi untuk mendukung SDM Kesehatan masih terbatas; serta e) Pembinaan dan
pengawasan SDM Kesehatan serta dukungan sumber daya SDM Kesehatan masih kurang.
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan
Pasar sediaan farmasi masih didominasi oleh produksi domestik, sementara itu bahan
baku impor mencapai 85% dari kebutuhan. Di Indonesia terdapat 9.600 jenis tanaman
berpotensi mempunyai efek pengobatan, dan baru 300 jenis tanaman yang telah digunakan
sebagai bahan baku.
Upaya perlindungan masyarakat terhadap penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan makanan telah dilakukan secara komprehensif. Sementara itu pemerintah telah berusaha
untuk menurunkan harga obat, namun masih banyak kendala yang dihadapi.
Penggunaan obat rasional belum dilaksanakan di seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan, masih banyak pengobatan yang dilakukan tidak sesuai dengan formularium.
Lebih dari 90% obat yang diresepkan di Puskesmas merupakan obat esensial generik.
Namun tidak diikuti oleh sarana pelayanan kesehatan lainnya, seperti: di rumah sakit
pemerintah kurang dari 76%, rumah sakit swasta 49%, dan apotek kurang dari 47%. Hal ini
menunjukkan bahwa konsep obat esensial generik belum sepenuhnya diterapkan.
e. Manajemen dan Informasi Kesehatan
Perencanaan pembangunan kesehatan antara Pusat dan Daerah belum sinkron. Begitu
pula dengan perencanaan jangka panjang/menengah masih belum menjadi acuan dalam
menyusun perencanaan jangka pendek. Demikian juga dengan banyak kebijakan yang belum
disusun berbasis bukti dan belum bersinergi baik perencanaan di tingkat Pusat dan atau di
tingkat Daerah.
Sistem informasi kesehatan menjadi lemah setelah menerapkan kebijakan
desentralisasi. Hukum kesehatan belum tertata secara sistematis dan belum mendukung
pembangunan kesehatan secara utuh. Regulasi bidang kesehatan pada saat ini belum cukup,
baik jumlah, jenis, maupun efektifitasnya. Pemerintah belum sepenuhnya dapat menyeleng-
garakan pembangunan kesehatan yang efektif, efisien, dan bermutu sesuai dengan prinsip-
prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance).

10
f. Pemberdayaan Masyarakat
Jumlah UKBM, seperti Posyandu dan Poskesdes semakin meningkat, tetapi
pemanfaatan dan kualitasnya masih rendah. Hingga tahun 2008 sudah terbentuk 47.111 Desa
Siaga dimana terdapat 47.111 buah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes). Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat lainnya yang terus berkembang pada tahun 2008 adalah Posyandu yang
telah berjumlah 269.202 buah dan 967 Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren). Di samping itu,
Pemerintah telah memberikan pula bantuan stimulan untuk pengembangan 229 Musholla
Sehat. Sampai dewasa ini dirasakan bahwa masyarakat masih lebih banyak sebagai objek dari
pada sebagai subjek pembangunan kesehatan.
Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa alasan utama rumah tangga tidak
memanfaatkan Posyandu/Poskesdes walaupun sebenarnya memerlukan adalah karena:
pelayanannya tidak lengkap (49,6%), lokasinya jauh (26%), dan tidak ada
Posyandu/Poskesdes (24%).
2) Perubahan Lingkungan Strategis
Perkembangan global, regional, dan nasional yang dinamis akan mempengaruhi
pembangunan suatu negara, termasuk pembangunan kesehatannya. Hal ini merupakan faktor
eksternal utama yang mempengaruhi proses pembangunan kesehatan.
Faktor lingkungan strategis dapat dibedakan atas tatanan global, regional, nasional, dan
lokal, serta dapat dijadikan peluang atau kendala bagi sistem kesehatan di Indonesia.
3) Tingkat Global dan Regional
Globalisasi merupakan suatu perubahan interaksi manusia secara luas, yang
mencakup ekonomi, politik, social, budaya, teknologi, dan lingkungan. Proses ini dipicu dan
dipercepat dengan berkembangnya teknologi, informasi, dan transportasi yang mempunyai
konsekuensi pada fungsi suatu negara dalam sistem pengelolaannya. Era globalisasi dapat
menjadi peluang sekaligus tantangan pembangunan kesehatan, yang sampai saat ini belum
sepenuhnya dilakukan persiapan dan langkah-langkah yang menjadikan peluang dan
mengurangi dampak yang merugikan, sehingga mengharuskan adanya suatu sistem kesehatan
yang responsif.
Komitmen Internasional, seperti: MDGs, adaptasi perubahan iklim (climate change),
ASEAN Charter, jejaring riset Asia Pasifik, serta komitmen Nasional, seperti revitalisasi
pelayanan kesehatan dasar dan pengarus-utamaan gender, perlu menjadi perhatian dalam
pembangunan kesehatan.

11
4) Tingkat Nasional dan Lokal
Pada tingkat nasional terjadi proses politik, seperti desentralisasi, demokratisasi, dan
politik kesehatan yang berdampak pada pembangunan kesehatan, sebagai contoh: banyaknya
peserta Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang menggunakan isu kesehatan sebagai janji
politik.
Proses desentralisasi yang semula diharapkan mampu memberdayakan daerah dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, namun dalam kenyataannya belum sepenuhnya
berjalan dan bahkan memunculkan euforia di daerah yang mengakibatkan pembangunan
kesehatan terkendala.
Secara geografis, sebagian besar wilayah Indonesia rawan bencana, di sisi lain situasi
sosial politik yang berkembang sering menimbulkan konflik sosial yang pada akhirnya
memunculkan berbagai masalah kesehatan, termasuk akibat pembangunan yang tidak
berwawasan kesehatan yang memerlukan upaya pemecahan melalui berbagai terobosan dan
pendekatan. Perangkat regulasi dan hukum yang terkait dengan kesehatan masih belum
memadai, sementara itu kesadaran hukum masyarakat masih rendah, dan masih lemahnya
penegakan hukum menyebabkan berbagai hambatan dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan.
Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai terobosan/ pendekatan terutama
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan yang memberikan penguatan
kapasitas dan surveilans berbasis masyarakat, diantaranya melalui pengembangan Desa
Siaga.

2.7 Subsistem SKN


1. Subsistem Upaya Kesehatan
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya kesehatan masyarakat
(UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Tujuannya adalah terselenggara upaya kesehatan yang tercapai
(accessible), terjangkau (affordable), dan bermutu (quality) untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.

12
2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya penggalian, pengalokasian,
dan pembelanjaan sumberdaya keuangan secara terpadu dan saling mendukung
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Tujuannya adalah tersedia pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi,
teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna,
untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
3. Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan, pendidikan
dan pelatihan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesahatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif
dan profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal
kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
dalam melakukan upaya kesehatan. Tujuannya adalah tersedian tenaga kesehatan
yang bermutu secara mencukupi, terdistribusi secara adil, serta termanfaatkan
secara berhasil guna dan berdaya guna, untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
4. Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya yang menjamin
ketersediaan, pemerataan, serta mutu obat dan perbekalan kesehatan secara
terpadu dan saling mendukung dalam rangka tercapainya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan
peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Tujuannya
adalah tersedia obat dan perbekalan kesehatan yang aman, bermutu dan
bermanfaat, serta terjangkau oleh masyarakat untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.

13
5. Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya administrasi kesehatan yang
ditopang oleh pengelolaan data dan informasi, pengembangan dan penerapan
IPTEK, serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling mendukung,
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Tujuannya
adalah terselenggara fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang berhasil guna dan
berdaya guna, didukung oleh sistem informasi, IPTEK dan hukum kesehatan,
untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
6. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompok, dan
masyarakat umum di bidang kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Tujuannya adalah terselenggara upaya pelayanan, advokasi, dan pengawasan
sosial oleh perorangan, kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan secara
berhasil guna dan berdaya guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan.

2.8 Penyelenggaraan SKN


Penyelenggaraan upaya kesehatan meliputi upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat.Pengelolaan kesehatan mencakup kegiatan perencanaan, pengaturan,
pembinaan dan pengawasan serta evaluasi penyelenggaraan upaya kesehatan dan sumber
dayanya secara serasi dan seimbang dengan melibatkan masyarakat.Pengelolaan dan
penyelenggaraan pembangunan kesehatan dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai:
Prorakyat, Inklusif, Responsive, Efektif, Bersih
Penyelenggaraan SKN dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat pusat sampai
daerah.SKN mempertimbangkan komitmen global dan komponennya yang relevan dan
berpengaruh secara mendasar dan bermakna terhadap peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.Dalam penyelenggaraan SKN perlu kejelasan dan ketegasan tentang pelimpahan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan sampai kabupaten/kota, termasuk sumber daya
manusia yang melaksanakannyah. Selain tata pemerintahan yang baik, pemerintah juga harus
secara konsisten dan konsekuen mengawasi kepatuhan hukum masyarakat, swasta, dan
organisasi bukan pemerintah lainnya.
14
Pelaku penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah:
a. Individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi tokoh masyarakat, lembaga swadaya
masyarakat, media massa, organisasi profesi, akademisi, praktisi, serta masyarakat luas,
termasuk swasta yang berperan dalam advokasi, pengawasan sosial, dan
penyelenggaraan berbagai pelayanan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan
kemampuan masing-masing
b. Pemerintah dan pemerintah daerah berperan sebagai penanggung jawab, penggerak,
pelaksana, dan pembina pembangunan kesehatan dalam lingkup wilayah kerja dan
kewenangan masingmasing. Urusan kesehatan adalah urusan pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah
kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.
c. Badan legislatif di pusat dan perangkat pemerintahan daerah yang menjalankan fungsi
legislatif, yang berperan melakukan persetujuan anggaran dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, melalui penyusunan produk-produk hukum
dan mekanisme kemitraan antara eksekutif dan legislatif
d. Badan yudikatif, termasuk kepolisian, kejaksaan dan kehakiman berperan menegakan
pelaksanaan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang
kesehatan sektor swasta yang memiliki atau mengembangkan industri kesehatan,
seperti: industri farmasi, alat-alat kesehatan, jamu, makanan sehat, asuransi kesehatan,
dan industri pada umumnya.

Sumber daya penyelenggaraan SKN :


a. SKN merupakan pengelolaan kesehatan yang bekerja secara sinergis, harmonis, dan
menuju satu tujuan.
b. Pemerintah wajib melakukan koordinasi agar semua subsistem dan semua pelaku
berfungsi dan bekerja secara sinergis.
c. Pemerintah harus menjamin tersedianya dana, sumber daya manusia yang memadai
dan profesional, fasilitas pelayanan kesehatan sesuai keperluannya, sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan makanan yang dikelola dengan manajemen kesehatan yang baik
d. Pelaku sistem informasi kesehatan sesuai perannya harus mampu secara cepat
merespon dan menggunakan perkembangan teknologi informasi, baik untuk
mengolah, menyampaikan ke pelaku lain, maupun kepada masyarakat nasional dan
internasional.
15
e. Pemerintah juga mengembangkan sistem insentif/reward dan sistem sanksi bagi
setiap pelaku yang tidak menggunakan informasi yang akurat, tepat waktu, dan tepat
kebutuhan (relevan).
f. Pemerintah juga mengharuskan fasilitas pelayanan kesehatan publik maupun swasta
untuk menyediakan informasi melalui situs yang mudah diakses dan terbuka,
sebagai cara untuk mendidik masyarakat.
g. Tersedianya pembiayaan kesehatan dalam jumlah yang memadai teralokasi secara
adil, merata, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, sangat
penting dalam pembangunan kesehatan.
h. Pemerintah harus menjamin tersedianya dana untuk penelitian, pengembangan, dan
penapisan teknologi dan produk teknologi kesehatan.
i. Pemerintah harus melakukan upaya agar semua tenaga kesehatan memenuhi standar
kompetensi tertentu sesuai bidangnya sebagai prasyarat bagi penyediaan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan diterima oleh masyarakat.
j. Pemerintah menjamin agar setiap sumber daya manusia kesehatan mendapat
remunerasi yang wajar, layak, dan sesuai dengan tanggung jawab, pengalaman, dan
kompetensinya.
k. Penyelenggaraan subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan harus
dilakukan secara terbuka dengan keseimbangan antara produksi dan pemanfaatan
dengan dukungan dana yang memadai.
l. Untuk menjamin kesinambungan subsistem upaya kesehatan, maka dukungan
masukan informasi kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan, serta pendanaan harus selalu tersedia dalam jumlah yang
memadai.
m. Kualitas pelayanan harus selalu memenuhi standar yang ditetapkan agar setiap
pengguna pelayanan kesehatan merasa puas dan memperoleh manfaat pelayanan
kesehatan.
n. Pemerintah perlu menjamin adanya kepastian hukum dalam setiap penyelenggaraan
subsistem SKN.
o. Peraturan perundang-undangan yang dalam pelaksanaannya mengalami hambatan
besar di daerah harus diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah.

16
2.9 Tindakan Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana
perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan.kegiatan mengkoordinasikan aktivitas pasien, keluarga,
dan anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
Ada tiga tahap dalam tindakan keperawatan yaitu :
1. Persiapan
a. Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap perencanaan. Tindakan
keperawatan disusun untuk promosi
b. Menganalisa pengetahuan dan ketrampilan keperawatan yang diperlukan. Perawat
harus mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan tipe ketrampilan yang diperlukan
untuk tindakan keperawatan.
c. Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin timbul. Tindakan
yang dilakukan mungkin beresiko terhasap klien. Perawat harus menyadari
kemungkinan timbulnya komplikasi sehubungan dengan tindakan yang dilakukan
d. Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan
e. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan tindakan yang akan
dilaksanakan.
f. Mengidentifikasi aspek hukum dan etik terhadap resiko dan potensial tindakan.
Pelaksanaan tindakan keperawaan harus memperhatikan : hak dan kewajiban klien,
hak dan kewajiban perawat dan dokter, kode etik keperawatan dan hukum
keperawatan
2. Perencanaan/intervensi
Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan pelaksanaan tindakan
dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik emosional. Pendekatan tersebut
meliputi tindakan: independen, interdependen, dan dependen.
a. Independen
Tindakan keperawatan independen adlah suatu keiatan yang dilaksanakan oleh
perawat tanpa petunujk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya

17
b. Interdependen
Tindakan keperawatan interdependen adalah tindakan yang lebih memrlukan suatu
kerjasama dengan tenag eksehatan lainnya, misalnya pada ahli gizi, fisioterapi, tenagn
sosial dan dokter.
c. Dependen
Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis.
Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilakukan
3. Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah dilakukan harus diikuti dengan
pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah suatu tatanan yang menghimpun bebagai
upaya bangsa Indonesia  secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan
umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945.
3.2 Saran
Saran kepada para pembaca agar dapat memahami isi makalah ini, yaitu mengenai
system kesehatan nasional. Dan dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Saya
selaku penyusun makalah ini mohon kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
karena saya sadar makalahini masih sangat jauh dari kata sempurna.
  

19
Daftar Pustaka

Adelina liviaveronica.2015.”Pengenalan Kesehatan Masyarakat”. (online)


www.academia.edu.co.idsolihirramadhan
(http://.blogger.com/blogger.blogID.257Adelinaliviav.blogspot.com.30nov2015)

Astuti, N., dkk. (2010). Analisis Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tampan Pekanbaru. Jurnal Photon, 1, 17-21

Pinenendi, N., dkk. (Juli 2016). Pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan
Diri Terhadap Kemandirian Personal Hygiene Pada Pasien di RSJ. PROF. V. L.,
Ratumbuysang Manado Tahun 2016. E-Journal Keperawatan (e-Kp), Vol. 4, No. 2, Hal. 2-3

Samsudin, & Sari, M. T. (September 2017). Gambaran Pemberian Asuhan Keperawatan pada
Pasien Korban Pasung di Rumah Sakit jiwa Daerah Provinsi jambi. Jurnal Akademika
Baiturrahim, Vol. 6

Retnaningsing, D. & Fatmawati, D. (Maret 2015). Beban Kerja Perawat Terhadap


Implementasi Patient Safety di Ruang Rawat Inap. Jurnal Keperawatan Sudirman,, Vol. 11,
No. 1, Hal. 44-46

20

Anda mungkin juga menyukai