Anda di halaman 1dari 6

REVIEW PENGGUNAAN OPIOID UNTUK PASIEN KANKER

MATA KUIAH PALIATIF

oleh

Melis Candrayani
NIM 172310101177

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
OPIOID

Opioid seringkali disebut narkotik, dimana memiliki pengaruh terhadap


system syaraf pusat seperti morphine yang berfungsi sebagai pereda nyeri.

Jalannya Nyeri

Rangsan nocicept spinal sensory rasa


talamus
gan or cord cortex sakit

Ketika terjadi rangsangan, maka nociceptor (reseptor rasa sakit) yaitu


neuro sensorik dalam saraf perifer mentransmisikan ke spinal cord kemudian
diteruskan oleh saluran spinothalamic ke thalamus kemudian sampai ke sensory
cortex atau somatosensory dan diterjemahkan sebagai rasa sakit atau nyeri.

Cara Kerja Opioid

Opioid bekerja dalam tubuh dengan cara mengikat reseptor opioid di


system syaraf pusat, dimana reseptor opioid ini merupakan protein spanning 7
transmembran yang berpasangan dengan protein G penghambar bekonsentrasi
tinggi di dorsal spinal cord. Reseptor opioid terbagi menjadi tiga yaitu µ (miu), δ
(delta) dan K (kappa).

Aktifasi reseptor opioid (agonis) menyebabkan penutupan saluran kalsium


tegangan-gated pada terminal saraf prasinaps yang mengurangi pelepasan
neurotransmitter seperti glutamate, substansi-P dan kalsitonin. Selain itu, aktivasi
reseptor opioid juga menyebabkan pembukaan saluran kalium yang
memungkinkan mesuknya ion kalium dan menghasilkan hiperpolarisasi yang
mengakibatkan neuron kurang sensitive terhadap rangsangan.

Cara kerja µ-opioid yaitu dengan meniru efek peptisida opioid endogen
tapi opioid yang diproduksi secara alami hanya dapat mencapai potensi tertentu,
lain dengan opioid yang diproduksi secara sintesi yang lebih kuat misalnya seperti
Fentanyl, Hidrocodone, Hydromorphone, Methadone (dapat digunakan untuk
mengatasi nyeri nosiseptik dan nauropatik), Meperidine, Oxycodone dan
Oxymorphone

Efek Samping Opioid

1. Mual, karena stimulasi langsung dari zona pemicu kemoreseptor di


medulla
2. Depresi pernapasan, karena aktivasi opioid dapat menekan atau
mengurangi pusat pernapasan di pons medulla yang mengatur ritme
pernapasan menjadi responsive terhadap oksigen.
3. Efek antitusif dengan menekan pusat batuk di medulla.
4. Menekan system kekebalan tubuh
5. Gatal
6. Dalam dosis tertentu dapat menyebabkan jantung berdetak lebih lambat
dari biasanya (bradikardi)
7. Konstipasi karena opioid dapat mengurangi motilitas lambung dan
memperpanjang waktu pengosongan lambung
8. Menekan fungsi ginjal dan menghasilkan efek antidiuretic
9. Meningkatkan tonus sfingter sehingga terjadi retensi urin
10. Candu atau ketergantungan

penghentian
desensitisasi gejala penarikan
konsumsi opioid

peningkatan
keinginan opioid disforia dan
stimulasi korteks
menjadi lebih besar kecemasan
prefrontal
Candu timbul karena penggunaan opioid dalam wktu lama dan teratur
menyebabkan desensitasi sinyal reseptoo atau penurunan sensivitas terhadap
efek opioid. Sehingga ketika penggunaan opioid berkurang atau tiba-tiba
berhenti, akan timbul gejala penarikan atau penolakan. Gejala tersebut
berlawanan dengan efek farmakologis dari opioid. Nucleus accumbens dan
amygdala menyebabkan disforia dan kecemasan sehingga menstimulasi
korteks prefrontal untuk memperbesar keinginan opioid.

11. Euphoria

menghambat meningkatkan
aktivasi opioid
GABA dopamin

Pengaktifan opioid melibatkan interneuron penghambat GABA atau


gamma aminobutyric acid dari tegmental ventral otak. Normalnya GABA
mengurangi jumlah dopamine yang dilepaskan ke nucleus accumbens yaitu
struktur otak bagian system kesenangan atau kebahagiaan. Tapi ketika aktivasi
opioid, perlepasan GABA jadi tertekan atau terhambat dan akhirnya terjadi
peningkatan aktifasi dopamine maka dapat meningkatkan kesenangan yang
dirasakan.

Beberapa obat yang berinteraksi dengan opioid:

1. Buprenorfin
Bersifat agonis terhadap reseptor µ parsial, δ dan K. Memiliki
kelebihan yaitu resiko terhadap penyalahgunaan, kecanduan dan efek
samping rendah.
2. Naloxone
Merupakan antagonis yang digunakan untuk memblokir atau
membalikkan efek obat opioid dengan cara menjatuhkan opioid yang
menempel pada reseptor di otak dan menghentikan sementara efek
opioid. Jadi ketika ada kasus pernapasan melambat atau berhenti
karena overdosis opioid, maka naloxone dapat menjadi obatnya.
TITRASI DAN OPIOID

Memilih rute pemberian opioid prioritaskan per-oral kemudian transdermal


dan parental.

Ada 4 aturan dasar untuk mengkonversi Opioid:


1. Selalu konversi setara morfin oral
2. Hitung dosis koreksi dengan cara mengurangi dosisi di point 1 sebanyak
25%
3. Hitung dosis jangka panjang dengan cara 2/3 dari dosis koreksi
Catatan: Dosis jangka panjang diberikan sehari 2x
4. Hitung dosis jangka pendek dengan cara 10-15% dari dosis jangka panjang

Contoh:

Ny. X (60 tahun) menderita penyakit kanker servix. Mendapat medikasi 30


morphine per oral dan akan diganti dengan hydromorhone IV. Hitung konversinya

1. Selalu konversi setara morfin oral


30 morphine oral = 10 IV = 1.5 mg hydromorphone IV
2. Dosis koreksi
25% x 1.5 = 0,375
1.5 – 0,375 = 1,125
3. Dosis panjang
2/3 x 1,125 = 0,75 per 24 jam = 0,375 per minum
4. Dosis jangka pendek
10% x 0,75 = 0,075

Anda mungkin juga menyukai