Anda di halaman 1dari 77

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN EMOSIONAL KELUARGA DENGAN


KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT ANTI TUBERCULOSIS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TARUB

Disusun Oleh :
ARIS PRASETIYO
C1015007

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2019
SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN EMOSIONAL KELUARGA DENGAN


KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TARUB

Disusun Oleh
ARIS PRASETIYO
C1015007

Disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan


pada Program Studi Sarjana Keperawatan dan Ners
Di STIKes BHAMADA Slawi
2019
STIKES BHAMADA SLAWI PERNYATAAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN KEASLIAN
DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Aris Prasetiyo
NIM : C1015007

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penelitian skripsi ini, saya :


1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa
izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini.

Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan saya telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan yang berlaku di STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Slawi, Agustus 2019


Yang Menyatakan

(Aris Prasetiyo)

ii
PERSETUJUAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

HUBUNGAN DUKUNGAN EMOSIONAL KELUARGA DENGAN


KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT ANTITUBERCULOSIS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TARUB

Dipersiapkan dan disusun oleh


ARIS PRASETIYO
C1015007

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing skripsi untuk dipertahankan


di hadapan penguji skripsi pada tanggal 09 Agustus 2019

Pembimbing I, Pembimbing II,

Agus Budianto, M.Kep Ikawati Setyaningrum, M.Kep


NIPY :1971.07.09.012 NIPY : 1989.11.10.15.098

iii
PENGESAHAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:

HUBUNGAN DUKUNGAN EMOSIONAL KELUARGA DENGAN


KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT ANTITUBERCULOSIS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TARUB

Dipersiapkan dan disusun oleh:


ARIS PRASETIYO
C1015007

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 09 Agustus 2019


dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Penguji I,

Arif Rakhman, S.Kep.,Ns.,MAN


NIPY. 1988.11.03.11.076

Penguji II,

Agus Budianto, M.Kep


NIPY. 1971.07.09.98.012

Penguji III,

Ikawati Setyaningrum, M.Kep


NIPY. 1986.11.10.15.098

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya peneliti masih diberi nikmat kesehatan dan
kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan tingkat
depresi dengan kadar gula darah penyandang diabetes mellitus tipe 2 di Desa
Mangunsaren Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal”. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan tugas akhir program Prodi Sarjana
Keperawatan dan Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada
Slawi. Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada :
1. Dr. Risnanto, M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti
Mandala Husada Slawi.
2. Dwi Budi Prasetyani, M.Kep.Ns.,Sp.,Kep.Kom selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan dan Ners STIKes Bhamada Slawi.
3. Agus budianto, M.Kep selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan
bimbingan, kritik, saran dan memberi arahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ikawati Setyaningrum, M.Kep selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, kritik, saran dan motivasi kepada peneliti dalam penyusunan skripsi
ini.
5. Arif Rakhman, S.Kep,.Ns,.MAN selaku Penguji I yang telah memberikan
masukan bermanfaat pada proses pembuatan skripsi.
6. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Bhamada Slawi, yang
telah membimbing dan mendidik peneliti selama melakukan kegiatan
perkuliahan dari semester satu hingga semester delapan.
7. Kedua orang tua Bapak Waryono dan Ibu Siti Aminah, adik saya tercinta Lika
Khanifah serta keluarga tercinta yang telah memberikan semangat, perhatian,
do’a dan dukungan yang tiada habisnya.
8. Teman-teman kk_kost yang telah memberikan waktunya untuk menjadikan
tempat curhatan peneliti dan selalu memberikan semangat dan motivasi.

v
9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung yang tidak bisa peneliti
sebut satu persatu, semoga kebaikannya dibalas oleh Allah SWT.
Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak kekurangan
baik dalam teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki oleh peneliti. Untuk kritik dan saran dari semua pihak sangat peneliti
harapkan demi penyempurnaan tugas ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya dibidang kesehatan dan juga dapat bermanfaat bagi pembacanya,
khususnya para mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya pada kajian
yang sama. Peneliti berharap semoga Allah SWT membalas amal dan jasa pada
mereka yang telah memberikan bantuan.

Slawi, Agustus 2019

Peneliti

vi
HUBUNGAN DUKUNGAN EMOSIONAL KELUARGA DENGAN
KEPATUHAN MENGKONSUMSI OBAT ANTI TUBERKULOSIS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN
TARUB KABUPATEN TEGAL

Aris Prasetiyo1), Agus Budianto2), Ikawati Setyaningrum3)


1)
Prodi Sarjana Keperawatan dan Ners,
STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi 52416, Tegal, Indonesia
2),3)
Dosen STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi 52416, Tegal, Indonesia

Email: arisprasetiyo0402@gmail.com

ABSTRAK

Tuberkulosis adalah penyakit yang dapat diobati dan disembuhkan. Pengobatan


yang teratur pada pasien TB dapat sembuh secara total, apabila pasien sendiri mau
patuh dengan aturan aturan pengobatan TB paru. Dukungan sosial yang utama
berasal dari dukungan keluarga yaitu dukungan emosional, instrumental,
informasional, penghargaan karena dukungan keluarga memegang peranan
penting dalam kehidupan penderita tuberkulosis berjuang untuk sembuh. Berpikir
kedepan dan menjadikan hidupnya lebih bermakna. Penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif Cross sectional pada 25 responden dengan teknik total
sampling di puskesmas kecamatan tarub pada bulan juli 2019. Pengumpulan data
menggunakan dua instrumen yaitu menggunakan kuesioner kepatuhan dan
dukungan emosional keluarga yang telah di uji validitas dan reliabilitas di
puskesmas kedungbanteng kabupaten tegal. Analis data menggunakan univariat
dan uji chi square pada analisis bivariat di dapatkanprosentase responden yang
memiliki dukungan emosional rendah 52%,prosentase responden dukungan
emosional keluarga sedang 48%. Prosentase responden kepatuhan sebanyak 100%
dari 25 responden. Hasil uji chi square didapatkan nilai p value = 0,007 yakni
lebih kecil dari 0,05. Hasil ini menunjukkan ada HUBUNGAN dukungan
emosional keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat anti tuberkulosis di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal. Saran keluarga
responden untuk selalu memperhatikan keluarga yang sedang dalam pengobatan
tuberkulosis (TB).

Kata Kunci : Dukungan Emosional Keluarga, Kepatuhan Mengkonsumsi Obat,


Tuberkulosis

vii
RELATIONSHIP OF EMOTIONAL FAMILY EMOTIONAL SUPPORT
WITH COMPLIANCE TO CONSUME ANTI TUBERCULOSIS DRUGS
IN THE WORKING AREAS OF PUSKESMAS SUB-DISTRICT,
TARUB DISTRICT, TEGAL REGENCY

Aris Prasetiyo1), Agus Budianto2), Ikawati Setyaningrum3)


1)
Prodi Sarjana Keperawatan dan Ners,
STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi 52416, Tegal, Indonesia
2),3)
Dosen STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi 52416, Tegal, Indonesia

Email: arisprasetiyo0402@gmail.com

ABSTRACK

Tuberculosis is a disease that can be treated and cured. Regular treatment of TB


patients can recover completely, if the patient himself wants to comply with the
rules of pulmonary TB treatment. The main social support comes from family
support namely emotional support, instrumental, informational, appreciation
because family support plays an important role in the lives of tuberculosis
sufferers struggling to recover. Think ahead and make his life more meaningful.
This research is a cross sectional quantitative study of 25 respondents with a total
sampling technique in the Tarub sub-district health center in July 2019. Data
collection uses two instruments, namely the compliance questionnaire and family
emotional support that has been tested for validity and reliability at the
Kedungbanteng Public Health Center in Tegal Regency. Data analysis using
univariate and chi square test in bivariate analysis found the percentage of
respondents who had low emotional support 52%, the percentage of respondents
having moderate family emotional support was 48%. Percentage of compliance
respondents as much as 100% of 25 respondents. Chi square test results obtained
p value = 0.007 which is smaller than 0.05. These results indicate there is a
RELATIONSHIP emotional family support with adherence to taking anti-
tuberculosis drugs in the working area of the District Health Center Tarub Tegal
Regency. Suggestion for respondent's family to always pay attention to families
who are currently undergoing tuberculosis (TB) treatment.

Keyword : Family Emotional Support, Medication Adherence, Tuberculosis

viii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ................................................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .................................................... ii
PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................................. iii
PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
ABSTRAK (Bahasa Indonesia) .......................................................................... vii
ABSTRACT (Bahasa Inggris) ............................................................................. viii
DAFTAR ISI. ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL. ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian............................................................................... 6
1.3 Manfaat Penelitian............................................................................. 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tuberkulosis ...................................................................................... 7
2.2 Faktor-Faktor Terjadinya Tuberculosis ............................................ 7
2.3 Cara Penularan Tuberkulosis Paru.................................................... 8
2.4 Pengobatan Tuberkulosis ................................................................. 8
2.5 Dukungan Keluarga ......................................................................... 10
2.6 Fungsi Keluarga ............................................................................... 12
2.7 Pengertian Dukungan Keluarga ....................................................... 12
2.8 Jenis Dukungan Keluarga ................................................................ 13
2.9 Sumber Dukungan Keluarga ............................................................ 17
2.10 Kepauhan .......................................................................................... 17
2.11 Kerangka Teori. ................................................................................. 20
2.12 Kerangka Konsep. ............................................................................. 21
2.13 Hipotesis Penelitian. .......................................................................... 21

ix
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................ 22
3.2 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ................................... 22
3.2.1 Alat Penelitian ......................................................................... 22
3.2.2 Cara Pengumpulan Data .......................................................... 23
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................ 24
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian. .......................................................... 25
3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran.... 25
3.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data. ..................................... 26
3.8 Etika Penelitian.................................................................................. 28
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian............................................................................ ..... 30
4.2 Pembahasan.................................................................................. ... . 33
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 38
5.2 Saran ................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Dosis Kategori 1 ............................................................................................ 10


2.2 Dosis Kategori 2 ............................................................................................ 10
3.1 Definisi Operasional, Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran ............... 26
4.1 Karakteristik distribusi presentase usia responden di wilayah Puskesmas
Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2019 ......................................... 30
4.2 Distribusi presentase Karakteristik Pekerjaan Responden Berdasarkan
di wilayah Puskesmas Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2019 .... 30
4.3 Distribusi presentase Karakteristik Responden Berdasarkan jenis
kelamin di wilayah Puskesmas Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal
Tahun 2019 ................................................................................................... 30
4.4 Distribusi Prosentase Responden Berdasarkan Dukungan Emosioanal di
wilayah Puskesmas Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2019 ........ 31
4.5 Distribusi Prosentase Responden Berdasarkan Kepatuhan di wilayah
Puskesmas Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2019 ..................... 31
4.6 Hubungan dukungan emosional keluarga dukungan emosional keluarga
di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun
2019 ............................................................................................................... 32
4.7 Hasil uji chi square test di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tarub
Kabupaten Tegal Tahun 2019 ...................................................................... 32

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Kerangka Teori .............................................................................................. 20
2.2 Kerangka Konsep............................................................................................ 21

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian


Lampiran 2 Informasi Penelitian
Lampiran 3 Lembar Permohonan
Lampiran 4 Lembar Persetujuan
Lampiran 5 Lembar Kuesioner
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 7 Lembar SPSS Uji Validitas
Lampiran 8 Lembar Statistik Penelitian
Lampiran 9 Lembar Hasil Data Kuesioner
Lampiran 10 Lembar Dokumentasi Penelitian
Lampiran 11 Lembar Curiculum Vitae
Lampiran 12 Lembar Bimbingan Konsultasi

xiii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular tertinggi yang perlu
diwaspadai di masyarakat sampai saat ini. TB berdampak luas pada kualitas hidup
dan ekonomi bahkan sampai mengancam keselamatan jiwa manusia. Bedasarkan
data WHO (Word Health Organization) tahun 2015 ditingkatan global 10,4 juta
kasus TB baru dan 3,5 juta (34%) diantaranya berjenis kelamin perempuan dengan
1,4 juta kematian. Penyakit tuberkulosis paru menduduki peringkat ke sembilan
dengan perkiraan kasus 1,37 juta/tahun. Dari seluruh kasus TB paru di dunia negara
India, Indonesia, China merupakan penderita TB terbanyak yaitu berturut-turut
23%, 10% dan 10% dari penderita TB di dunia (WHO, 2015)

Menurut hasil survei prevalensi TB nasional 2016, Indonesia berada pada peringkat
kedua dengan beban tertinggi pada tahun 2015 yaitu sebesar 330.910 kasus, kaus ini
mengalami peningkatan di bandingkan pada kasus yang ditemukan tahun 2014
yaitu 324.539 kasus. Prevalensi kasus TB di provinsi jawa tengah pada tahun 2015
yaitu sebesar 115,117 per 100.000 penduduk kasus ini merupakan peningkatan di
bandingkan penemuan kasus TB pada tahun 2014 yaitu sebesar 55,9 per 100.000
penduduk. Kabupaen tegal merupakan salah satu dengan angka kejadian TB paru
yang menyumbang angka yang cukup tinggi. Jummlah kasus TB paru di kabupaten
tegal sebanyak 944 kasus pada tahun 2014 atau (121 per 100.000 penduduk),
mengalami peningkatan pada tahun 2015 sebesar 478,7 per 100.000 penduduk.
Sedangkan Puskesmas Kecamatan Tarub memiliki kasus TB paru dengan 45 kasus
pada tahun 2017, dan terjadi kenaikan selama lima bulan terakhir mencapai 25
kasus. Namun tidak ada penambahan kasus TB paru yang signifikan pada tahun
2019 (Dinkes Privinsi Jateng, 2016). Ini terjdi karena management yang kurang
tepat.

1
2

Penanggulangan di Indonesia dalam memecahkan masalah ini, yakni dengan


melakukan pembagian obat tuberkulosis (OAT) secara cuma-cuma hanya beberapa
saja terkendala masalah seperti kesulitan penemuan penderita TB paru (BTA+)
drop out pengobatan dan ketidakberaturan pengobatan dan apabila masalah-
masalah ini belum terselesaikan maka akan menjadi sumber penularan
(Perkumpulan Pemberantas Tuberkulosis, 2013). Menurut WHO, (2010) prevalensi
drop out diperkirakan mencapai 2% dari seluruh kasus TB paru di Indonesia yakni
mencapai 3.600 kasus. Dalam hal kesembuhan WHO menetapkan angka
keberhasilan penyembuhan TBC dalam semua kasus mencapai 85% sedangkan
dalam penanganan TB paru di indonesia masih sangat lambat terbukti dengan angka
kesembuhan dalam semua kasus TB paru hanya mencapai 45% (Kemenkes RI,
2018). Sedangkan panduan pengobatan TB dan WHO menyatakan bahwa untuk
pengobatan efektif dan terapeutik dibutuhkan dalam waktu 6 bulan (dengan syarat
tertentu) dimana tidak diperbolehkan ada kelalaian saat menjalani menjalani
pengobatan tersebut (WHO, 2013).

Berdasarkan data dari berkala ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia


(BIMKMI) tahun 2009, angka capaian Indonesia dalam pemberian obat ialah
sebesar 91%, namun angka temuan kasus TB baru sekitar 71%, maka pada tahun
2012 angka capaian pengobatan menurun menjadi 87% dengan temuan kasus baru
40,47%. (Departemen Kesehatan, 2013) ini menandakan bahwa Indonesia bisa
melakukan pengobatan namun kurang terhadap controlling. Salah satu tantangan
dalam pengobatan itu ialah kurang patuhnya penderita dalam minum obat itu sendiri
akibatnya angka Multy Drug Resisstance akan semakin tinggi (BIMKMI, 2012).

Angka capaian pengobatan yang lengkap dan sembuh di Indonesia masih rendah
yaitu sebesar 6,6% (kemenkes RI 2012) dalam suatu penelitaian menunjukan
hampir setengahnya dari reponden patuh (37,3%) menjalani pengobatan TB baik
pada fase Intensif maupun fase Lanjutan, sedangkan sebagian besar responden
(62,2%) tidak patuh menjalani pengobatan TB(Nursiswati, 2013). Sejalan dengan
Drug Resistensi Survei (DRS) TB yang dilakukan di provinsi jawa tengah pada
3

tahun 2006 bahwa estimasi TB Multi Drug Resistense (MDR) diantara kasus TB
baru sebesar 1,8% dan pada kasus pengobatan ulang sebesar 17,1% hasil sementara
DRS yang dilakukan di jawa timur juga menunjukan hasil yang mendekati.

Pengobatan yang teratur atau kelalaian dalam mengkonsumsi obat, pemakain OAT
yang tidak atau kurang tepat, maupun pengobatan yang terputus dan mengakibatkan
Resistensi bakteri terhadap obat. Pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat
yang tidak lengkap dimasa lalu pun, juga di duga telah menimbulkan kekebalan
kuman TB terhadap obat anti tuberkulosis (OAT) atau Multi Drug Resistense
(MDR). Hal ini yang di harus dicegah dan ditanggulangi di Indonesia (Depkes,
2011).

Besarnya masalah resistensi terhadap obat TB dan permasalahan Multidrug-


resistent tuberkulosis (MDR-TB) hingga saat ini masih pada level tertinggi. Fakta
tersebut mengacu pada laporan terbaru dari Word Health Organizing yang
menampilkan penemuan tersebut berdasarkan survey mengenai resistensi terhadap
obat TB, demikian seperti yang di ikuti situs resmi badan kesehatan dunia tersebut.

TB MDR adalah kasus TB yang sudah resistent terhadap 2 komponen obat utama
TB lini yaitu rifampisin dan izoniazid sedangkan TB XDR adalah kasus TB yang
sudah resisten MDR di tambah resisten terhadap 1 atau lebih obat lini kedua.
Pengobatan TB MDR menggunakan pengobatan lini kedua yang penggunaanya di
awasi oleh WHO dengan ketat selama 18-24 bulan. Estimasi jumlah penderita TB
MDR kasus baru dan pengobatan ulang adalah 6100 (WHO, 2013). Indonesia
menempati urutan ke 16 diantara 22 negara yang mempunyai beban tinggi MDR
TB, sedikitnya sudah ada ditemukan 8 kasus TB XDR di Indonesia(WHO, 2013).

Resistensi terhadap obat dikarenakan perilaku yang tidak patuh saat pengobatan.
Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut ialah adanya dukungan dari lingkungan
keluarga termasuk sosial dan tenaga kesehatan sebagai penyampai informasi kepada
penderita (WHO, 2013). Perawat sebgai tenaga kesehatan berperan saat
4

menjelaskan pada klien tentang pentingnya berobat secara teratur sesuai dengan
jadwal sampai sembuh. Selain usaha pencegahan dan menemukan penderita secara
aktif-pun seharusnya juga perlu lebih ditingkatkan dalam rangka memutuskan rantai
penularan (Muttaqin, 2007).

Penelitian ahsan dkk., tahun 2012 menyebutkan bahwa salah satu faktor dapat
meningkatkan kepatuhan pengobatan penderita dengan penyakit kronik ialah
adanya dukungan keluarga yang baik. Dukungan keluarga sangat di perlukan
terutama pada penderita TB yang juga merupakan penyakit kronik dan
mengharuskan ia mengkonsumsi obat dengan jangka yang lama, karena keluarga
merupakan lini pertama bagi penderita apabila mendapatkan masalah kesehatan
ataupun meningkatkan kesehatan itu sendiri. Merupakan salah satu fungsi keluarga
untuk mendukung anggota keluarga yang sakit dengan berbagai cara, seperti
memberi dukungan dalam mengkonsumsi obat (Plos Medicine, 2007).

Begitu pula penelitian oleh warsito (2009) yang mengatakan bahwa dukungan
keluarga berpengaruh pada kepatuhan minum obat pada pasien TB pada fase
intensif. Berbeda dengan penelitian kali ini dimana kedua fase cenderungan
penderita untuk bosan dan putus obat karena sudah memakan waktu lama
merupakan salah satu faktor ketidakpatuhan itu sendiri.

Dukungan keluarga merupakan bagian dari dukungan sosial. Individu yang


termasuk dalam memberikan dukungan sosial meliputi pasangan (suami/istri),
orang tua, anak sanak keluarga, teman tim kesehatan, atasan dan konselor. Beberapa
pendapat megatakan kedekatan dalam hubungan merupakan sumber dukungan
yang paling penting(Nursalam, 2007).

Secara fungsional dukungan sosial mencangkup dukungan emosional dengan


mendorong adanya ungkapan perasaan, memberi nasehat atau informasi, dan
pemberi bantuan material (Nursalam, 2007). Dukungan sosial juga terdiri atas
pemberian informasi baik dengan memberi nasihat verbar ataupun nonverbal,
5

bantuan nyata ataupun tindakan yang di berikan oleh keakraban sosial atau didapat
karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku
bagi pihak penerima (Nursalam, 2007).

Pada penelitaian Glick et al (2011), dari 10 penderita yang tidak memiliki keluarga
tidak ada yang berhasil dalam pengobatanya di bandingkan dengan penderita yang
memiliki anggota keluarga, artinya secara tidak langsung keberadaan keluarga
sangat di perlukan bagi penderita yang pengobatan dengan jangka lama. Namun
yang menjadi konsen peneliti ialah keluarga benar-benar mendukung proses
pengobatan baik yang sedang dalam fase intensif maupun fase lanjutan, kategori 1
maupun kategori 2 sehingga tidak hanya keberadaan keluarga yang dilihat, namu
dukungan serta kepedulian keluarga seta kepedulian keluarga akan menjadi salah
satu pertimbangan saat penderita akan memulai rencana pengobatan.

Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan pengambilan data
primer menggunakan Interview di puskesmas kecamatan tarub, didapatkan dari 4
orang yang sedang menjalani pengobatan kategori 1, 1 diantaranya sadar akan
pentingnya patuh, dan 3 lainya cenderung tidak patuh. Kemudian 2 dari 3 yang
memiliki kecenderungan tidak patuh, memiliki dukungan keluarga yang baik,
karena dar informasional, instrumental, dan penghargaan keluarga sudah banyak
mengerti dan sering memberi fasilitas untuk berobat, memberi informasi tentang
penyakitnya dan sering di beri pujian oleh keluarga terdekat, tetapi dari aspek
emosional penderita cenderung tidak di perhatikan ketika meminum obat dan tidak
di beri perhatian serta kepercayaan dalam kegiatan sehari-harinya. Salah satu alasan
penderita dalam tidak patuhnya minum obat ialah karena dari keluarga tidak
memperhatikan penderita meminum obat walaupun tinggal dalam satu rumah
sehingga kekonsistenan penderita dalam mengonsumsi obat tidak terkontrol.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas penulis ingin meneliti pengaruh


dukungan emosional keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat TB di
puskesmas kecamatan tarub.
6

1.2 Tujuan Penelitian


1.2.1 Tujuan umum
Mengetahui “ Hubungan dukungan emosional keluarga dengan kepatuhan minum
obat pada penderita Turbolosis di wilayah kerja puskesmas kecamatan Tarub tahun
2019”
1.2.2 Tujuan khusus
1.2.3 Mengetahui dukungan emosional keluarga kepada penderita TB paru di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tarub.
1.2.2.1 Mengetahui kepatuhan pengobatan pada penderita TB paru di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Tarub.
1.2.2.2 Menganalisis “Hubungan dukungan emosional keluarga dengan kepatuhan
minum obat pada penderita tuberkoosis di wilayah kerja Kecamatan Tarub
tahun 2019”

1.3 Manfaat Penelitian


1.3.1 Manfaat aplikatif
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyrakat ataupun bagi sumber
penelitian selanjutnya.

1.3.2 Manfaat keilmuan


Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber referensi ilmu yang
berkalitan dengan penyakit TB paru dan faktor dukungan keluarga dengan
kepatuhan mengonsumsi obat TB.

1.3.3 Manfaat metedelogi


Metedelogi penelitian ini yang dilakukan pada keluarga penderita TB paru pada
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tarub menjadi referensi secara teori maupun
data bagi penelitian selanjutnya yang terkait untuk dukungan keluarga dan
kepatuhan dalam mengonsumsi obat TB paru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis
TB paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang paru-paru secara khas
ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosi jaringan. Penyakit
ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain
(Manurunget al, 2008). Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang
menyerang parenkim paru-paru, disebabkan oleh Micobacterium tuberkulosis
(Brunner & Suddrat, 2013).

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar disebabkan oleh
kuman micobacterium tuberkulosis. Kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubh
manusia melalui udara yang dihirup kedalam paru, kemudian kuman tersebut dapat
menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui sistem perederan darah, sistem
saluran limfe, melalui saluran pernafasan (bronchus) atau penyebaran langsung ke
tubuh lainya (Notoatdmojo, 2011).

2.2 Faktor-Faktor Terjadinya Tuberculosis


Hiswani dalam sahat (2010) mengatakan pada penelitiannya bahwa keterpaparan
penyakit TB pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: status sosial
ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin dan faktor sosial lainnya.
2.2.1 Faktor sosial ekonomi faktor ini sangat erat kaitanya dengan keadaan rumah,
kepadatan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat
kerja yang buruk dabat memudahkan penularan TBC.pendapatn keluarga
sangat erat juga dengan penularan TBC,karena dengan pendaatan kecil
keluarga tidak dapat layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan.
2.2.2 Status gizi keadaan nutrisi atau kekurangan kalori, protein,vitamin, zat besi
dan lain-lain, akan mempengaruhi daya tahantubuh seseorang sehingga rentan
dengan penyakit termasuk TB paru.

7
8

2.3 Cara Penularan Tuberkulosis Paru


Menurut Kemenkes (2014) ada beberapa cara penularan Tuberkulosis Paru Yakni:
2.3.1 Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak
yang dikeluarkannya. Namun, bukan berarti bahwa pasien TB dengan hasil
Universitas Sumatera Utara pemeriksaan BTA negatif tidak mengandung
kuman dalam dahaknya. Hal tersebut bisa saja terjadi oleh karena jumlah
kuman yang terkandung dalam contoh uji ≤ dari 5.000 kuman/cc dahak
sehingga sulit dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis langsung.
2.3.2 Pasien TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB. Penularan pasien TB BTA positif adalah 65%,
pasien TB BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah 26% sedangkan
pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto Toraks positif adalah 17%.
2.3.3 Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung
percik dahak yang infeksius tersebut.
2.3.4 Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei/percik renik). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

2.4 Pengobatan Tuberkulosis


Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, memperbaiki kualitas
hidup, meningkatkan produktivitas pasien, mencegah kematian, kekambuhan dan
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap
obat anti tuberkulosis (OAT) (WHO, 2009).

Panduan OAT disediakan dalam bentuk paket kombinasi berupa Kombinasi Dosis
Tetap (KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat yang
dikemas dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan penderita TB.
Sediaan seperti ini dibuat dengan tujuan agar memudahkan dalam pemberian obat
dan menjamin kelangsungan pengobatan sampai pengobatan tersebut selesai
dilakukan (Kemenkes, 2014).
9

2.4.1 Prinsip Pengobatan


Diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dengan jumlah yang cukup
dan dosis yang tepat dan jangan menggunakan OAT tunggal (monoterapi).
Dilakukan pengawasan langsung (DOT = Direct Observed Treatment) oleh seorang
Pengawas Menelan Obat (PMO) serta diberikan dalam dua tahap, yaitu tahap
intensif dan lanjutan (Kemenkes, 2011).

2.4.2 Tahap Pengobatan TB


2.4.2.1 Tahap Awal (Intensif)
Pada tahap ini, penderita mendapatkan OAT setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung. Penderita TB tidak akan menular dalam kurun waktu dua minggu jika
pengobatan yang diberikan pada tahap intensif ini tepat. Sebagian besar penderita
TB BTA positif menjadi BTA negatif dalam dua bulan (Kemenkes, 2014).
2.4.2.2 Tahap Lanjutan
Pada tahap ini, penderita mendapatkan obat yang lebih sedikit dari tahap awal
namun pengobatan yang dilakukan lebih lama yaitu selama 4-6 bulan. Tahap
lanjutan diperuntukkan agar kuman persister (dormant) mati sehingga tidak
menyebabkan kekambuhan. (Kemenkes, 2014).

2.4.3 Panduan OAT lini pertama


Paduan OAT menurut Kemenkes RI tahun 2014
2.4.3.1 Kategori-1 (2(HRZE)/4(HR)3)
Kombinasi OAT ini diberikan untuk penderita TB pasien baru, pasien TB paru
terkonfirmasi bakteriologis, pasien TB paru terdiagnosis klinis dan TB ekstra-paru.
Sediaan ini dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (KDT) yang terdiri dari
isoniazid (H), rifampisin (R). pirazinamid (Z), dan etambutol (E). Dalam satu tablet
dosisnya telah disesuaikan dengan berat badan pasien yang dikemas dalam satu
paket untuk satu pasien.
10

Tabel 2.1 Dosis Kategori 1


Berat Badan Tahap Intensif Tiap hari selama 56 Tahap lanjutan 3x seminggu
(Kg) hari RHZE (150/75/400/275) selama 16 minggu RH (150/150)
30-37 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38-54 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55-70 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥71 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

2.4.3.2 Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)


Untuk kategori ini, tahap intensif dilakukan selama 3 bulan terdiri dari 2 bulan
INH, rifampisin, pirazinamid, ethambutol, dan streptomisisn kemudian dilanjutkan
dengan INH, Rifampisin, Pirazinamid, dan Ethambutol selama 1 bulan. Setelah itu
melalui berikutnya yaitu tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE diberikan tiga
kali seminggu. Penggunaan OAT diberikan pada penderita TB dengan BTA positif
yang telah diobat sebelumnya, misalnya penderita TB yang kambuh (relaps),
mengalami kegagalan terapi (failure), dan dengan pengobatan setelah putus berobat
(after default). Sediaan pada Tabel 2 di bawah ini berbentuk KDT yang telah
dikemas satu paket untuk satu pasien dengan dosis yang telah ditetapkan menurut
berat badan pasien.
Tabel 2.2. Dosis Kategori 2:
Tahap Lanjutan 3
Tahap Intensif Tiap Hari RHZE
kali seminggu RH
Berat badan (150/75400/275) Tahap Lanjutan 3
(150/150) + E (400)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tab 4KDT + 500mg 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT + 2 tab
Streptomisin inj Ethambutol
38-54 kg 3 tab 4KDT + 750mg 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT + 3 tab
Streptomisin inj Ethambutol
56-70 kg 4 tab 4KDT + 1000mg 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT + 4 tab
Streptomisin inj Ethambutol
≥ 71 kg 5 tab 4KDT + 1000mg 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT + 5 tab
Streptomisin inj Ethambutol

2.5 Dukungan Keluarga


Keluarga adalah suatu ikatan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan hukum
dan undangundang perkawinan yang sah hidup bersama dengan keterikatan aturan
dan emosional dimana individu mempunyai peran masin-masing yang merupakan
11

bagian dari keluarga (Efendi & Makhfudli, 2009). Keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga (Friedman, 2013).

Beberapa pengertian keluarga yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:
2.5.1 Friedman (1998)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih hidup bersama dengan ketertarikan
aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang
merupakan bagian dari keluarga.

2.5.2 Sayekti (1994)


Pakar konseling keluarga di Yogyakarta, mendefinisikan keluarga adalah suatu
ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang
berlainan jenis yang hidup bersama seorang laki-laki atau perempuan yang sudah
sendirian dengan atau tanpa anak baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal di
sebuah rumah tangga.

2.5.3 UU No. 10 tahun 1992


UU No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga sejahtera menyatakan pengertian keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami-istri, dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau
ibu dan anaknya. Di Indoneia sendiri menekankan bahwa keluarga harus dibentuk
atas dasar perkawinan sebagaimana dalam PP No. 21 tahun 1994 bahwa keluarga
dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah.

2.5.4 Duval (1972).


Sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawunan, adaftasi, dan
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial induvidu
yang ada di dalam nya, dilihat dari interaksi yang leguler dan ditandai adanya
ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum.
12

2.5.5 Depatement kesehatan RI (1988):


Unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan
saling bergantung.

2.5.6 Bailon dan Maglaya (1989):


Dua atau lebih induvidu yang bergabung karna hubungan darah, perkawinan, dan
adopsi dalam satu rumah tangga, yang berintraksi satu dengan lainya dalam peran
dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

2.6 Fungsi Keluarga


Menurut Friedman (2010):
2.6.1 Fungsi afektif yaitu fungsi utama keluarga untuk mengajarkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan dengan orang
lain.
2.6.2 Fungsi sosialisasi yaitu fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
2.6.3 Fungsi reproduksi adalah untuk mempertahankan regenerasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
2.6.4 Fungsi ekonomi yaitu fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan individudalam
meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga.
2.6.5 Fungsi pemeliharaan kesehatan
2.6.6 Fungsi untuk mempertahankan kesehatan keluarga agar tetap memiliki
produktifita yang tinggi.

2.7 Pengertian Dukungan Keluarga


Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu
menyelesaikan suatu masalah. Apabila ada dukungan, maka rasa percaya diri akan
bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang akan terjadi akan
meningkat (Tamher dan Noorkasiani, 2009).
13

Menurut Friedman (2013), dukungan keluarga adalah proses yang terjadi terus
menerus disepanjang masa kehidupan manusia. Dukungan keluarga berfokus pada
interaksi yang berlangsung dalam berbagai hubungan sosial sebagaimana yang
dievaluasi oleh individu. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan.

2.8 Jenis Dukungan Keluarga


Menurut Friedman (2013) sumber dukungan keluarga terdapat berbagai macam :
2.8.1 Dukungan informasional
Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi,
dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang
dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.

2.8.2 Dukungan penilaian atau penghargaan


Dukungan penilaian adalah keluarga yang bertindak membimbing dan menengahi
pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga
diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.

2.8.3 Dukungan instrumental


Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan
konkrit, diantaranya adalah dalam hal kebutuhan keuangan, makan, minum dan
istirahat.

2.8.4 Dukungan emosional


Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk
istirahat serta pemulihan dan membantu penguasaan terhadap emosi. Dukungan
emosional gan yang diwujudkan dalam bentuk adanya kepercayaan dan perhatian.
Setiadi (2009). Menjelaskan bahwa dukungan emosional merupakan dukungan
yang melibatkan ekspresi, rasa empati dan perhatian terhadap seseorang sehingga
14

membuatnya serasa lebih baik, memperoleh kembali keyakinanya serasa dimiliki


dan dicintai saat stress. Dukungan ini memperlihatkan adanya dukungan dari
keluarga terhadap anggota keluarga. Komunikasi dan interaksi antara anggota
keluaga diperhatikan untuk memahami siuasi anggota keluarganya. Memberikan
dukungan emosional pada keluarga termasuk fungsi afektif berhubungan dengan
fungsi internal keluarga untuk memberikan perlindungan psikososial dan dukungan
terhadap anggotanya. Dukungan emosional ini berupa perhatian, empati dan kasih
sayang. Perhatian yang diberikan keluarga berupa dukungan dengan cara keluarga
memberikan pengamatan. Dengan deikian seseorang yang menghadapi persoalan
merasa dinya menanggung beban sendiri. sedangkan kasih sayang di berikan
keluarga untuk mengatasi perasaan kesepian tidak merasa keterasingan dan
keluarga. Rasa empati yaitu dengan cara di perlihatkan keluarga berupa respon
afektif yang berasal dari pemahman kondisi yang sedang di rasakan orang lain pada
waktu itu, sehingga masih ada orang lain yang memperlihatkan dan berempati
terhadap persoalan yang dihadapinya. Bahkan mau membantu masalah yang di
hadapinya.

Sarafino (2010), menyebutkan bahwa dukungan emosional bermaksud


menyampaikan empati, pehatian, kepedulian dan dukungan kepada orang tersebut.
Dukungan emosional adalah ungkapan rasa simpati, pemberian perhatian, kasih
sayang, dan penghargaan yang di peroleh individu dari keluarga. Adanya dukungan
keluarga membuat individu merasa nyaman, aman dan dicintai, di perhatiakan dan
menjadi bagian dari suatu jaringan sosial ketiaka berada dalam situasi yang tidak
menyenangkan. Juga di jelaskan bahwa dukungan emosional itu mencangkup
ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan.
Dukungan emosional merupakan dukungan dan efeksi, kepercayaan, perhataian dan
perasaan di dengarkan. Kesedian untuk mendengarkan keluahan seseorang dan
memberikan dampak positif sebgai sarana pelepasan emosi, mengurangi kecemasan
membuat individu merasa nyaman, tentram diperhatikan sera dicintai saat
menghadapi bebrbagai tekanan saat menghadapi hidup mereka. Dukungan
emosional merupakan bagian dari dukungan sosial. Dukungan sosial adalah bantuan
15

kenyamanan, kepedulian, maupun penghargaan yang diterima individu dan individu


atau sekelompok individu lain. Individu pemberi atau sumber dukungan sosial.
Dukungan sosial adalah individu yang berani seperti anggota keluarga, teman
saudara serta tenaga medis dan sebagainya. Individu yang mendapatakan dukungan
emosional memiliki keyakinan bahwa dirinya dicintai, diperhatia dan dihargai,
disaat individu tersebut membuthkan atau berada dalam bahaya. Di dalam proses ini
perasaan seseorang memegang peranan yang sangat penting. Walaupun dorongan
utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk
bekerjasama denganya. Inilah perbedaan utamanya jika dibandingkan dengan
identifikasi. Identifikasi lebih di dorong dalam keinginan untuk belajar dan pihak
lain yang dianggap kedudukanya lebih tinggi dan harus dihormati. Hal ini karena
pihak lain mempunyai kelebihan dan kemampuan tertentu yang patut dijadikan
contoh.

Ungkapan rasa simpati adalah suatu tindakan akan ketersediaan untuk


mendengarkan keluhan seseorang. Dimana hal ini akan memberikan dampak positif
sebagai sarana pelepasan emosi, mengurangi kecemasan, membuat individu merasa
nyaman, tentram, diperhatikan serta dicintai saat menghadapi berbagai macam
tekanan saat menghadapi hidup mereka (Sarafino, 2010).

Rasa empati yang ikut merasakan apa yang dirasakan oleh individu lain dengan cara
memperlihatkan keluarga dengan cara respon aektif yang berasal dari pemahaman
kondisi yang sedang dirasakan orang lain pada waktu itu, sehingga masih ada orang
lain yang memperlihatkan dan berempati terhadap persoalan yang dihadapi bahkan
mau membantu masalah yang dihadapinya (Setiadi, 2010).

Pemberian perhatian dan kasih sayang menurut Potter and Perry (2009)
menyebutkan bahwa secara umum dapat diartikan sebagai sesuatu kemampuan
untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, menunjukan
perhatian, perasaan empati pada orang laindan perasaan cinta dan menyayangi yang
merupakan kehendak keperawatan. Perhatian yang di berikan keluarga melalui
16

penyediaan waktu untuk mendengarkan dan didengarkan berupa dukungan dengan


cara keluarga memberian pengamatan. Dengan demikian seseorang yang
menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri. Thord
(1986) menyebutkan bahwa perhatian dapat melaui penyediaan untuk
mendengarkan dan di dengarkan.

Kebersamaan adalah kegiatan bersama dengan individu lain untuk mempertahankan


semngat disaat membutuhkan.kasih sayang diberikan keluarga berupa kebersamaan
dengan individu lain utuk mempertahankan semangat disaat membutuhkan, serta
mengatasi perasaan kesepian, sehiningga tidak merasa keterasingan dari keluarga
(Sarafino, 2010).

Friedman (2010) menjelaskan bahwa dukungan keluarga adalah sikap, dan


penentuan keluarga terhadap, penderita yang sakit. Dukungan keluarga sangat
diperlukan oleh seorang penderita, karena seseorang yang sakit tentunya
membutuhkan perhatian keluarga. Kemudian disebutkan juga bahwa dukungan
sosial keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian
akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi dalam kehidupan.
Dukungan keluarga merupakan bentuk pemberian dukungan terhadap anggota lain
yang mengalami permasalahan, yaitu memberikan dukungan pemeliharaan secara
emosional untuk mencapai kesejahteraan anggota keluarga dan memenuhi
kebutuhan psikososial (Potter and Perry, 2009).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Setiyaningsih, Makmuroch dan Andayani


(2011) menjelaskan bahw dukungan emosional keluarga merupakan bagian dari
dukungan sosial. Dukungan sosial adalah ba ntuan, kenyamanan, kepedulian,
maupun penghargaan yang diterima indvidu dari individu atau sekelompok individu
lain.
17

2.9 Sumber Dukungan Keluarga


Sumber dukungan keluarga adalah sumber dukungan sosial keluarga yang dapat
berupa dukungan sosial keluarga secara internal seperti dukungan dari suami atau
istri serta dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga secara
eksternal seperti paman dan bibi (Friedman, 2013).

Menurut Akhmadi (2009), dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan


sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau
diadakan untuk keluarga yaitu dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi
anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

2.10 Kepatuhan
Menurut WHO dalam konferensi bulan juni tahun 2001 menyebutkan bahwa patuh
atau kepatuhan merupakan kecenderungan penderita melakukan instruksi medikasi
yang dianjurkan (Gough, 2011). Kepatuhan minum obat sendiri kembali kepada
kesesuaian penderita dengan rekomendasi pemberi pelayanan yang berhubungan
dengan waktu, dosis, dan frekuensi pengobatan untuk jangka waktu pengobatan
yang dianjurkan (Petorson, 2012). Menurut Depkes tahun 2000 dalam Wihartini
(2009), penderita TB paru yang patuh berobat adalah yang menyesuaikan
pengobatan secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama 6 bulan.

Tidak patuh, tidak hanya diartikan sebagai tidak minum obat, namun bisa
memuntahkan obat atau mengkonsumsi obat dengan dosis yang salah sehingga
menimbulkan Multi Drug Resistance (MDR). Perbedaan secara signifikan antara
patuh dan tidak patuh belum ada, sehingga banyak peneliti yang mendefinisikan
patuh sebagai berhasil tidaknya suatu pengobatan dengan melihat hasil, serta
melihat proses dari pengobatan itu sendiri. Hal-hal yang dapat meningkatkan faktor
ketidakpatuhan bisa karena sebab yang disengaja dan yang tidak disengaja.
Ketidakpatuhan yang tidak disengaja terlihat pada penderita yang gagal mengingat
atau dalam beberapa kasus yang membutuhkan pengaturan fisik untuk
meminumobat yang sudah diresepkan. Ketidakpatuhan yang disengaja berhubungan
dengan keyakinan tentang pengobatan antara manfaat dan efek samping yang
18

dihasilkan. Beberapa penelitian tentang pengobatan mengatakan bahwa


ketidakpatuan berfokus pada pengobatan itu sendiri (Pound et al., dalam Chambers,
2010). Juga menekankan bahwa penderita dimotivasi oleh harapan untuk
meminimalisir obat-obat yang mereka minum dengan harapan tubuh tidak terlalu
bekerja keras untuk memetabolisme dan mengurangi efek samping. Faktor resiko
besar terhadap kejadian vaskular berulang atau kematian adalah ketidak patuan
dalam pengobatan (Chambers, 2010). Menurut gough (2011), ketidakpatuhan juga
akan meningkatkan terjadinya drug resistence, dimana bakteri basil tidak akan
sensitif terhadap anti biotik tertentu. Jika hal ini terjadi beberapa obat maka terjadi
multi-drug resistense yang bila terjadi pada seseorang penderita membuat
pengobatan akan lebih sulit dan kemungkinan besar dalam brognosis penyakit.

Kepatuhan dalam pengobatan akan meningkat ketika penderita mendapat bantuan


dari keluarga (Remirest, 2011). Disamping itu, penderita yang tidak meiliki
keluarga atau memiliki nonsupportive/nonavailable/conflicted family akan
mempengaruhi terminasi pengobatan lebih awal dan hasil yang tidak memuaskan
(Glick et al., 2011).

2.10.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan


Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ialah sesuatu yang dapat
meningkatkan ataupun menurunkan kepatuan penderita terhadap pengobatan. Ada
bebrapa faktor yang mendukung sikap patuh penderita diantaranya: pendidikan,
akomodasi, modifikasi faktor lingkungan dan sosial, perubahan model terapi,
interaksi profesional, faktor sosial dan ekonomi, faktor sistem kesehatan, faktor
kodisi, faktor terapi dan faktor klien juga mempengaruhi kepatuhan (Ahsan, 2012).
Selain itu, beberapa alasan mengapa seseorang tidak patuh danlam pengobatan,
diantaranya: lupa untuk mengkonsumsi, biaya yang mahal, kemiskinan, efek
samping, durasi yang lama dan stigma (Gough, 2011).

Menurut Carpenito (2013) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi


tingkat kepatuhan adalah sesuatu yang dapat berpengaruh positif sehingga penderita
tidak mampu lagi mempertahankan kepatuhannya, sampai menjadi kurang patuh
dan tidak patuh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya :
19

2.10.1.1 Pemahaman tentang instruksi. Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika
ia salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya.
2.10.1.2 Tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan dapat meningkatkan kepatuhan,
sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif yang
diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu semakin tua umur
seseorang maka proses perkembangan mental nya bertambah baik, akan tetapi pada
umur-umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat
ketika berusia belasan tahun, dengan demikian dapat disimpulkan faktor umur akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang akan mengalami puncaknya
pada umur-umur tertentu dan akan menurun kemampuan penerimaan atau
mengingat sesuatu seiring dengan usia semakin lanjut. Hal ini menunjang dengan
adanya tingkat pendidikan yang rendah.
2.10.1.3 Keyakinan, sikap dan kepribadian. Kepribadian antara orang yang patuh
dengan orang yang gagal, orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami
depresi, ansietas, sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang
lebih lemah dan memiliki kehidupan sosial yang lebih, memusatkan perhatian
kepada dirinya sendiri. Kekuatan ego yang lebih ditandai dengan kurangnya
penguasaan terhadap lingkungannya. Variabel-variabel demmografis juga
digunakan untuk meramalkan ketidakpatuhan.
2.10.1.4 Dukungan sosial, Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari
anggota keluarga atau teman merupakan faktor penting dalam kepatuhan.

Menurut teori Lawrence Green yang dikutip dalam Notoatmodjo, (2012), yang
mendasari timbulnya perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yakni:
2.9.2.1 Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
2.9.2.2 Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak fasilitas atau sarana kesehatan.
3.2.4.2 Faktor- faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yang terwujud
dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
20

2.11 Kerangka Teori


Infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis

Pemeriksaan

Positif

Pengobatan

Gagal Kategori 1

Resisten Kategori 2

Tim Kesehatan

Faktor terapi
Kepatuhan Tuntas
Faktor pasien

Faktor kondisi
Dukungan instrumental
Sosial ekonomi
 Ekonomi sosial
 Dukungan sosial Dukungan informasional
Dukungan keluarga
Dukungan Emosional

Dukungan penghargaan

Gambar 2.1 Kerangka Teori


(Kemenkes RI., 2014, Carpenito.,2011., Ahsan.,2012 ).
21

2.12 Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian merupakan landasan berfikir untuk melakukan
penelitian yang akan dilakukan. Kerangka konsep dikembangkan berdasarkan
kerangka teori.

Menurut (Hidayat, 2007) kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan
antara konsep atau terhadap konsep lainya dari masalah yang akan diteliti.
Variabel Bebas Variabel Terikat

Dukungan Emosional Kepatuhan Mengkonsumsi


Keluarga Obat TB paru

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.13 Hipotesis Penelitian


Menurut hidayat (2011). Hipotesis adalah suatu pertanyaan yang masih lemah dan
membutuhkan pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis dapat diterima atau
ditolak, berdasarkan fakta atau data empiris yang telah dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
Ha : “Ada hubungan dukungan emosonal keluarga dengan kepatuhan minum obat
TB paru di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tarub, Kabupaten Tegal”
Ho : “Tidak ada Hubungan dukungan emosional keluarga dengan kepatuhan
minum obat TB paru di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tarub,
Kabupaten Tegal ”
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Design penelitian merupakan deskripsi korelasi merupakan strategi untuk mencapai
tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan sebagai pedoman atau penuntunan
penelitian seluruh proses penelitian (Notoajmojo, 2010) dalam penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian koresional (Hubungan) yang bertuan untuk
mengungkap hubungan antara dukungan emosional keluarga dengan kepatuhan
minum obat TB paru di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tarub Kabupaten
Tegal, adapun rancangan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectional.

3.2 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data


3.2.1 Alat Penelitian
Alat yang di gunakan dalam pengumpulan data penelitian ini berupa kuesioner
(daftar pertanyaan), formulir- formuir lain yang berkaitan dengan pencatatan data
dan sebagainya (Notoajmojo, 2010). Instrumen penelitian ini terdiri 2 bagian
kuesioner yang pertama dukungan emosional keluarga dan ke 2 kepatuhan
mengkonsumsi OAT dan juga 2 instrumen penelitian.

Instrumen pertama berupa pertanyaan mengenai data demografi penderita, yang


terdiri dari usia, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan terakhir. Instrumen yang
kedua berupa kuesioner dukungan emosional keluarga dan kepatuhan minum OAT.
Untuk dukungan emosional keluarga terdiri dari dengan memberikan yang terdiri
dari 12 pertanyaan 3 pertanyaan mengenai perhatian, 7 pertanyaan mengenai kasih
sayang dan 2 pertanyaan mengenai kepercayaan. penentuan jawaban menggunakan
skala likert, dimana jawaban responden memliki gradasi yang sangat positif sampai
yang sangat negatif dengan menggunakan rentang skala 1-3 yaitu jarang, kadang-
kadang dan selalu. Skor trtinggi diberikan pada jawaban sangat positif. Dalam
menentukan cut of point pada variabel dukungan emosional keluarga. Instrumen
ketiga yaitu kepatuhan dengan memberikan pertanyaan dari bab 2 dan dari definisi
operasional kepatuhan yang terdiri dari 1 pertanyaan. Penentuan jawaban

22
23

menggunakan skala guttman ; dimana jawaban terbatas pada dua jawaban ya atau
tidak. Nilai tertinggi 2 dan terendah adalah ≤1 dengan cut of point . semakin sedikit
toal nilai yang dijumlah menandakan kepatuhan yang baik, dukungan emosional
menggunakan skala ukur Rendah = 0-30% , sedang = 31-60% , dan tinggi = 61-
100% .sedangkan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis meggunakan skala ukur
1= tidak patuh dan 2 = patuh.

3.2.2 Hasil uji validitas dan reliabilitas


Uji validitas dan reliabilitas dukungan emosional keluarga dilakukan di puskesmas
kedungbanteng kecamatan kedungbanteng, dimana kriteria populasi memiliki
kesamaan dengan kiteria responden yang akan diteliti. Hasil dari instrumen
dukungan emosional keluarga di dapatkan Alpha Cronbach 0,906 dan setelah
dilakukan uji validitas didapatkan 1 pertanyaan yang tidak valid yakni nomor 6.
Selanjutnya, dilakukan perubahan redaksi pada pertanyaan yang tidak valid dan
dilakukan uji pada 20 responden dan didapatkan nilai Alpha Cronbach 0,928 dan
kemudian untuk memperkuat hasil validasi dilakukan hasil uji ulang pada penelitian
sebenarnya dan didapatkan nilai validitas seluruh pertanyaan valid.

3.2.3 Cara Pengumpulan Data


Cara pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua tahap yaitu
tahap mempersiapan dan tahap pelaksanaan. Jenis data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang
diperoleh langsung dari sumber atau subyek penelitianya melalui kuesioner,
kelompok fokus atau juga dari wawancara peneliti dengan narasumber. Data primer
yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari peninjauan
langsung pada objek penelitian dengan menggunakan format kuesioner yang di isi
oleh penderita TB yang dalam pengobatan. Sedangkan data sekunder adalah data
yang di dapat dari catatan, buku, majalah, berupa laporan pulikasi persuhaan,
laporan pemerintah, artikel, buku-buku sebagai teori adapaun data sekunder berupa
data jumlah penderita TB yang dalam masa pengobatan OAT dan dokumentasi
yang ada di Puskesmas Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.
24

Tahap persiapan peneliti mengurus surat ijin penelitian dari Ka. Prodi Pendidikan
Sarjana Ilmu Keperawatan Stikes Bhamada Slawi, kemudian mengurus surat ijin
penelitian ke Kesbanglinmas Kabupaten Tegal, setelah itu peneliti juga melakukan
surat ijin ke BAPPEDA Kabupaten Tegal, dan langkah selanjutnya setelah
mendapatkan surat ijin dari BAPPEDA peneliti mendatangi Puskesmas kecamatan
tarub untuk meminta data responden yang nantinya akan di jadikan sampel, setelah
itu peneliti mendatangi satu per satu alamat dan kelurahan untuk meminta ijin
warganya yang akan di jadikan sampel untuk peneliti.

Tahap kedua peneliti mendatangi rumah penderita semua penderita TB di wilayah


kecamatan tarub dan memberi undangan untuk ke sediaan di jadikan responden
untuk penelitian mencapai 7 hari dalam setiap harinya menemui responden dengan
rata-rata 4 sampai 5 responden, selanjutnya responden di kumpulkan di desa
Bumiharja Kecamatan Tarub, setelah semua responden kumpul, peneliti
membagikan lembaran kuesioner dan memperkenalkan dirinya dan menjelaskan
maksud dari tujuan peneliti. kemudian meminta kesediaan untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini dan menandatangi lembar persetujuan, setelah itu peneliti
mendampingi responden dalam mengisi formulir serta lembaran kuesioner.

Pada tahap terakhir yaitu peneliti memberian skor penilaian pada lembar kuesioner.
Selanjutnya lembar kuesioner yang sudah di isi dikembalikan pada peneliti dan
mengecek kembali kelengkapannya, setelah itu peneliti mengucapkan terimakasih
kepada responden karena sudah bersedia menjadi responden.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi merupakan subyek penelitian atau wilayah generasi yang terdiri atas
obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan
oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulanya, (sugiono, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah orang yang sedang menjalani pengobatan TB
paru di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal sebanyak 25
orang.
25

Sampel merupakan sebagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam
melakukan penelitian, dapat digunakan seluruh objek atau hanya mengambil
sebagian dari seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan data yang di
dapat dari Puskesmas Kecamatan Tarub sebanyak 25 responden yang sedang
dalam pengobatan tuberkulosis, Teknik sampel yang digunakan penelitian ini
adalah teknik total sampling yaitu mengambil seluruh populasi yang dijadikan
sampel dalam penelitian. Total sampling merupakan teknik penentuan sampel
dengan mengambil semua jumlah populasi yang digunakan sebagai sampel. Jumlah
populasi yang kurang dari 100 maka bisa dijadikan sampel penelitian seluruhnya
(Sugiyono, 2013).

Adapun kriteria dalam pengambilan sampel penelitian dibagi menjadi dua yaitu
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah karakteristik yang
dipenuhi oleh anggota populasi untuk diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini antara lain :
3.3.1 Penderita TB yang dalam pengobatan tahap intensif dan tahap lanjutan.
3.3.2 Tinggal bersama keluarga.
Kriteria eksklusi adalah karakteristik dari anggota populasi yang tidak dapat diambil
untuk dijadikan sampel (Notoatmodjo, 2012).
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini antara lain :
3.3.1 Penderita TB yang menolak untuk dimintai menjadi responden.
3.3.2 Penderita TB yang mengalami gangguan jiwa.

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2019 di Puskesmas Kecamatan
Tarub Kabupaten Tegal.

3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran


Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati seperti menjelaskan metode pengukuran, indikator, alat
ukur, hasil ukur serta mengkategorikan dari pengukuran yang digunakan
(Notoatmodjo, 2012).
26

Tabel 3.1 Definisi Operasional, Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran


Alat Hasil
No Variabel Definisi Operasional Skala Ukur
Ukur Ukur
3. Usia Waktu yang diukur dari Kuisioner 1. Remaja Ordinal
kelahiran sampai dilakukan 2. Dewasa
penelitian 3. Lansia
4. Jenis Ciri biologis yang membe- Kuesioner 1. Laki laki Nominal
kelamin dakan laki-laki/perempuan 2. perempuan
5. Pekerjaan Kegiatan tetap yang dilaku- Kuesioner 1. Bekerja Nominal
kan sehari hari untuk meme- 2. Tidak
nuhi kebutuhan bekerja
5. Dukungan Persepsi pasien terhadap Kuisioner Rendah 0-30% Nominal
emosional dukungan dari keluarga ber- Sedang 31-60%
keluarga dasarkan aspek emosional Tinggi 61-
100%
6. Kepatuhan Tingkat perhatian pasien Kuisioner 1 = Tidak Nominal
dalam melaksanakan pengo- patuh
batan berdasarkan Depkes 2 = Patuh
RI

3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data


3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan penelitian
setelah pengumpulan data. Proses pengumpulan data ini melalui tahap editing,
coding, entrering data, tabulating dan cleaning (Notoatmodjo, 2012).
3.6.1.1 Editing
Merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan. Editing dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul. Peneliti akan memeriksa kebenaran dan kelengkapan data berupa
kuesioner kecemasan dan dikumpulkan oleh responden.
3.6.1.2 Coding
Peneliti memberikan kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa
kategori.pada dukungan emosional ada tiga kategori yang pertama, Rendah =
1 ,Sedang = 2 , Tinggi = 3, sedangkan kepatuhan ada dua kategori yaitu patuh = 1
dan tidak patuh = 2. Pemberian kode ini sangat penting apabila pengelolaan dan
analisa data menggunakan komputer.
27

3.6.1.3 Tabulating
Data yang diubah menjadi kode kemudian disusun dan dikelompokkan ke dalam
tabel-tabel oleh peneliti. Proses tabulasi dilakukan dengan cara memasukkan data
ke dalam tabel distribusi frekuensi.
3.6.1.4 Cleaning
Mengecek kembali untuk mendeteksi kesalahan kode, lengkap atau tidaknya data
yang sudah dimasukkan dan lain sebagainya. Setelah itu dilakukan pengoreksian
atau pembenaran.

3.6.2 Analisa data


3.6.2.1 Analisa univariat
Analisa univariat merupakan analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan atau
menganalisis karakteristik masing-masing variabel yang akan diteliti (Notoatmodjo,
2010). Pada analisis univariat peneliti melakukan pengukuran pada variabel bebas
yaitu dukungan emosional keluarga dan variabel terikat kepatuhan minum obat TB
paru serta karakeristik responden berbentuk kategorik sehingga menggunakan
statistik deskriptif dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Analisa
univariat digunakan untuk menjelaskan tujuan khusus yaitu yang pertama
digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik responden seperti usia, jenis
kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Tujuan yang kedua digunakan untuk
mengidentifikasi kepatuhan minum obat TB paru di wilayah kerja puskesmas
kecamatan Tarub kabupaten Tegal.
3.6.2.2 Analisa bivariat
Analisa bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga adanya hubungan atau saling berkolerasi dari dua variabel (Notoatmodjo,
2010). Pada analisis bivariat terdapat dua variabel yakni variabel kepatuhan yang
berupa data kategorik dan variabel dukungan emosional keluarga yang juga berupa
data kategorik, sehingga uji yang digunakan ialah uji chi square (Hastono, 2011).
Responden yang sedang dalam pengobatan akan di bagi menjadi dua kelompok
berdasarkan dukungan dari kepatuhan yang di berikan itu sendiri. Peneliti
menggunakan derajat kepercayaan 95% sehingga jika nilai p ≤ 0,05 berarti hasil
28

perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau menunjukan ada hubungan antara


variabel dependen dengan variabel independen, dan apabila nilai p >0,05 berarti
hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen(Setiadi, 2007).

3.7 Etika Penelitian


Etika dalam penelitian menjukan prinsip-prinsipetis yang di tetapkan dalam
kegiatan penelitian, dari Skripsi penelitian sampai dengan publikasi hasil penelitian.
Menurut Notoadmojo (2010) menjelaskan bahwa melaksanakan sebuah penelitian
ada empat prinsip yang harus diterapkan, yaitu:
3.7.1 Prinsip Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human
dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan beberapa hak-hak subyek penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan peneitian. Disamping itu
peneliti juga memberikan kebebasan berkehendak atau memilih dan sekaligus
beranggung jawab secara pribadi terhadap keputusan sendiri. Inforn concent akan
digunakan untuk meminta persetujuan responden untuk disertakan atau tidak dalam
penelitian.

3.7.2 Prinsip mengormati privasi dan kerahasiaan peneliti (Repect for privacy and
confidentiality)
Kerahasiaan semua informasi yang di berikan responden akan dijaga dan hanya
akan digunakan untuk kepentingan peneliti. Peneliti tidak akan menampilkan
informasi menganai identitas kerahasiaan dan identitas subyek dan peneliti
menggantinya cukup dengan menggunakan coding atau inisial untuk menjaga
kerahasiaan.

3.7.3 Prinsip etik keadilan dan inklisivitas/keterbukaan (respect for justice and
inclusiveness)
Penelitian ini dilakukan bersikap adil kepada semua responden tanpa membedakan
agama, etnis, gender dan sebagainya serta bersifat keterbukaan artinya disertai jujur,
29

tepat, cermat dan berhati-hati serta berperilaku kemanusiaan. Peneliti menjelaskan


prosedur penelitian pada responden serta menyampaikan keuntungan setelah
dilakukannya penelitian.

3.7.4 Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (Balancing Harm


and Benefits).
Dalam pelaksanaan penelitian ini sesuai dengan prosedur untuk mendapatkan hasil
yang bermanfaat. Manfaat dalam penelitian ini adalah untuk memberitahu kepada
keluarga responden tentang dukungan emosional keluarga dengan kepatuhan
mengkonsumsi obat anti tuberkulosis. Penelitian ini juga tidak menimbulkan
kerugian, kerusakan dan tidak memungut biaya dari responden.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi lama pengobatan, orang
terdekat dan jenis pengobatan. Karakteristik responden disajikan dalam bentuk tabel
tendensi sentral dan distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik distribusi presentase usia responden di wilayah Puskesmas
Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2019.
Usia Frekuensi Presentase
<25 tahu 0 0
26-45 tahun 8 32%
>45 tahun 17 68%
Total 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan bahwa 25 responden yang berdaasarkan usia


masing masing responden yaitu rata-rata usia responden >45 tahun dengan
prosentase 68% dan dan usia <45 sebanyak 32%.
Tabel 4.2 Distribusi presentase Karakteristik Pekerjaan Responden Berdasarkan di
wilayah Puskesmas Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2019.
Pekerjaan Frekuensi Presentase
Petani 13 52%
Wiraswasta 7 28%
IRT 4 22%
Pelajar 0 0%
Total 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukan bahwa 25 responden di puskesmas kecamatan


tarub yaitu dengan rata-rata pekerjaan petani sejumlah 52% dan wiraswasta
sebanyak 28% serta ibu rumah tangga sebanyak 18% dan pelajar sejumlah 4%.
Tabel 4.3 Distribusi presentase Karakteristik Responden Berdasarkan jenis kelamin
di wilayah Puskesmas Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2019
Jenis kelamin Frekuensi Presentase
Laki-laki 14 56%
Perempuan 11 44%
Total 25 100%

30
31

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukan bahwa 25 responden mempunyai jenis laki-laki


lebih banyak di bandingkan perempuan yaitu sejumlah 56% dan perempuan
sejumlah 44%.

4.1.2 Dukungan Emosional Keluarga


Pada variabel Dukungan Emosional Keluarga dikategorikan menjadi 3, yaitu
tingkat dukungan emosional sedang, dukungan emosional rendah dan dukungan
emosional tinggi. Hasil penelitian disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Prosentase Responden Berdasarkan Dukungan Emosional di
wilayah Puskesmas Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2019
Dukungan emosional keluarga Frekuensi Presentase
Rendah (0-30%) 13 52%
Sedang (31-60%) 12 48%
Tinggi (61-100%) 0 0%
Total 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.4 variabel dukungan emosional keluarga di kategorikan


menjadi 3, yaitu rendah (0-30%) sebanyak 13 atau 52% sedangkan sedang (31-
60%)sebanyak 12 dengan prosentase 48% 100,0 dan tinggi (61-100%) sebanyak
0. Artinya dukungan emosional di wilayah kerja puskesmas kecamatan tarub
rendah.

4.1.3 Kepatuhan
Pada variabel kepatuhan penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut
Tabel 4.5 Distribusi Prosentase Responden Berdasarkan Kepatuhan di wilayah
Puskesmas Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2019
Kepatuhan Frekuensi Presentase
Patuh 25 100%
Tidak patuh 0 0%
Total 25 100%

Berdasarkan Tabel 4.5 variabel kepatuhan pada 25 responden mempunyai


kepatuahan yang baik yaitu 100% dengan Cumulative Percent sebanyak 100,0.
32

4.1.4 Hubungan dukungan emosional keluarga dengan kepatuhan


mengkonsumsi obat anti tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Tarub Kabupaten Tegal 2019
Anslisa bivariat pada sub ini digunakan untuk menganalisa apakah ada hubungan
antara variabel independen dukungan emosional keluarga dengan variabel dependen
kepatuhan mengkonsumsi obat anti tuberkulosis disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hubungan dukungan emosional keluarga dukungan emosional keluarga
di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun 2019.
Kepatuhan
Dukungan emosional Patuh % Tidak patuh % Total

Rendah (0-30%) 7 28 6 24 13
Sedang (31-60%) 12 48 0 0 12
Tinggi (61-100%) 0 0 0 0 0
Total 19 76 6 24 25

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukan bahwa hasil analisis hubungan dukungan


emosional keluarga dengan yang memiliki skor rendah (0-30%) ada 13 yang patuh
dengan prosentase sebanyak 52% dan , sedangkan yang mempunyai skor sedang
(31-60%) ialah 12 responden yang patuh mencapai prosentase 48%, dengan total
sebanyak 25 responden yang dalam pengobatan.

4.1.5 Hasil uji chi square test


Tabel 4.7 Hasil uji chi square test di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tarub
Kabupaten Tegal Tahun 2019
Kepatuhan Mengkonsumsi OAT P
X2
Dukungan Emosional Patuh Tidak Patuh Total Value
F % F % F %
Rendah 7 28 6 24 13 52 7.28 0,007
Sedang 12 48 0 0 12 48 7
Tinggi 0 0 0 0 0 0
Total 19 76 6 24 25 100

Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukan bahwa hasil analisis hubungan dukungan


emosional keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat anti tuberkulosis dapat
disimpulkan bahwa 2 variabel tersebut berkorelasi sempurna karena nilai pearson
33

chi square ,007 dan nilai signifikan 0,000<0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima, ini menunjukan bahwa ada hubungan dukungan emosional keluarga
dengan kepatuhan mengkonsumsi obat anti tuberkulosis di wilayah kerja puskesmas
kecamatan tarub 2019.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini usia, jenis kelamin, Karakteristik jenis
kelamin menunjukan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki
sebayak 13 responden dan perempuan sebanyak perempuan sebanyak 12 reponden.

Pada penelitian Hiswani (2012) mengatakan ada perbedaan kejadian TB pada jenis
kelamin, bahwa laki-laki lebih tinggi di bibandingkan perempuan hal ini
diakibatkan gaya hidup laki-laki lebih banyak merokok dimana merokok dapat
memperparah penyakit tuberkulosis (public health agency of canada, 2010).
Menurut Riskesdas (2010), prevalensi TB paru laki-laki lebih tiggi 20% dari
perempuan. Perbedaan angka dalam penelitian ini di karenakan pada wilayah yang
di lakukan perempuan cenderung lebih waspada terhadap penyakit yang diderita
karena takut menularkan kepada anaknya.

Sedangkan untuk karakteristik pekerjaan hasil yang di dapatkan dari 25 responden


yaitu bekerja dan di dapatkan petani sebanyak 52% dan wiraswasta 28% Irt dan
pelajar sebanyak 16% dan 4 %. Sesuai dengan penelitian Haryono (2010), yang
mengatakan bahwa terdapat proporsi menurut pekerjaan, sebagian besar penderita
tidak bekerja. Persebaran pekerjaan di wilayah puskesmas ini yaitu, petani,
wiraswasta, irt, sedangkan rata-rata pekerjaan yang di lakukan responden ialah di
luar ruangan. Dalam teori (Curry, 2007) yang mengatakan bahwa penularan TB
akan lebih cepat terhadap ruangan yang sedikit terdapat sirkulasi udara.

Kaitanya dengan pekerjaan dengan kepatuhan di dapatkan bahwa tidak ada


perbedaan presentase, dengan rata-rata responden itu bekerja, pekerjaan bukanlah
34

halangan untuk seseorang dalam menjalani mengkonsumsi obat terus-menerus


sehingga di katakan patuh.

Karakteristik untuk usia di puskesmas kecamatan tarub yang sedang mengkonsumsi


obat anti tuberkulosis rata-rata >45 tahun dengan prosentse 68% dan usia >25-45
yaitu sebanyak 32% sebagaimana dari hasil penelitian Hiswani (2010) bahwa salah
satu faktor kejadian TB yang mempengaruhi ialah usia 15-50 tahun usia 26-45
tahun termasuk dalam rentang 15-50 tahun.

Kaitanya antara usia dengan kepatuhan yang menunjukan bahwa dalam tiga
katagori usia tidak ada perbedaan pada tingkat kepatuhan tersebut, dimana
prosentase usia >25 tahun, >25-45 tahun, >45 tahun tadak jauh berbeda dalam
kepatuhannya, hal ini dikarenakan pada usia tersebut memiliki tingkat kesadaran
yang tinggi akan pengobatan bisa. Hasil wawancara peneliti mendapatkan pada usia
tersebut harus mereka harus bisa memenuhi kebutuhan keluarga mengingat sosial
ekonomi mereka tingkat menegah kebawah sehingga alasan sakit tidak
menghalangi mereka untuk bekerja.

4.2.2 Dukungan emosional keluarga


Hasil analisis, di dapatkan pada dukungan emosional keluarga di Puskesmas
Kecamatan Tarub memiliki kepatuhan yang baik terbukti dalam 25 responden yang
dilakukan penelitian hanya semuanya memilik kepatuhan yang baik yaitu 52%
memiliki dukungan emosional yang baik namun dalam kategori rendah dan 48%
esponden memiliki kepatuhan yang baik dan dalam kategori sedanag.

Pada penelitian Setiyaningsih (2011), menjelaskan bahwa dukungan emosional


keluarga merupakan bagian dari dukungan sosial. Dukungan sosial adalah bantuan,
kenyamanan, kepedulian, maupun penghargaan yang diterima indvidu dari individu
atau sekelompok individu lain. Menurut Sarafino (2010), menyebutkan bahwa
dukungan emosional bermaksud menyampaikan empati, pehatian, kepedulian dan
dukungan kepada orang tersebut. Dukungan emosional adalah ungkapan rasa
simpati, pemberian perhatian, kasih sayang, dan penghargaan yang di peroleh
individu dari keluarga. Adanya dukungan keluarga membuat individu merasa
35

nyaman, aman dan dicintai, di perhatiakan dan menjadi bagian dari suatu jaringan
sosial ketiaka berada dalam situasi yang tidak menyenangkan. Juga di jelaskan
bahwa dukungan emosional itu mencangkup ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian terhadap orang yang bersangkutan.

Dalam penelitian yang dilakukan peneliti terdapat responden yang masih kurang
dukungan emosional dari keluarganya berupa perhatian, kepercayaan dan
penghargaan dan mengakibatkan responden menjadi tidak patuh dalam menjalani
pengobatan yang mencapai durasi yang sangat lama yaitu 6 bulan tanpa berhenti.

4.2.3 Kepatuhan
hasil analisis pada variabel kepatuhan minum obat anti tuberkulosis di wilayah
puskesmas kecamatan tarub termasuk dalam kategori baik, karena dari data
distribusi didapat lebih dari 70% atau lebih dari separuh populasi dalam katageri
patuh.

Menurut (Ahsan, 2012) dalam penelitianya mengatakan faktor yang mempengaruhi


kepatuhan ialah sesuatu yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan kepatuan
penderita terhadap pengobatan. Ada bebrapa faktor yang mendukung sikap patuh
penderita diantaranya: pendidikan, akomodasi, modifikasi faktor lingkungan dan
sosial, perubahan model terapi, interaksi profesional, faktor sosial dan ekonomi,
faktor sistem kesehatan, faktor kodisi, faktor terapi dan faktor klien juga
mempengaruhi kepatuhan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Safri dkk(2012) yang menyebutkan bahwa
salah satu faktor kepatuhan ialah dukungan keluarga baik emosional, informasional,
instrumental maupun penghargaan, dukungan emosional merupakan faktor yang
paling penting dalam mendukung pengobatan medis.

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti di puskesmas kecamatan tarub


kabupaten tegal, dari 25 responden tidak ada yang tidak patuh artinya 100%
36

responden patuh terhadap pengobatan yang sedang berjalan, dari wawancara


peneliti salah satu faktor yang menyebabkan responden patuh akan pengobatan TB
ialah dukungan dari keluarga, baik instrumental, emosional, informasional dan
penghargaan.

4.2.4 Hubungan dukungan emosional keluarga dengan kepatuhan


mengkonsumsi obat anti tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Tarub
Hasil statistik dengan menggunakan chi square diperoleh nilai signifikansi sebesar
,007. Nilai signifikansi uji pearson correlation lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05)
maka keputusan uji adalah Ho ditolak sehingga disimpulkan terdapat hubungan
yang signifikan antara dukungan emosional keluarga dengan kepatuhan
mengkonsumsi obat anti tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tarub
2019. Penelitian ini di perkuat dalam (Remirez,2011) mengatakan bahwa
Kepatuhan dalam pengobatan akan meningkat ketika pasien mendapatkan
dukungan dari keluarga baik emosional, informasional, penghargaan dan
instrumental. Disamping itu pasien yang tidak memiliki keluarga atau memiliki
nonsupportive/nonavailable/conflicted family akan mempengaruhi terminasi
pengobatan lebih awal dan hasil yang tidak memuaskan (Glick et al, 2011).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Septia, dkk (2013) yang menunjukkan
bahwa ada hubungan dukungan keluarga baik emosional, informasional,
penghargaan dan instrumental. dengan kepatuhan minum obat penderita
tuberkulosis paru di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad. Hasil penelitian
ini juga sesuai dengan penelitian Maulidia (2014) yang menunjukkan bahwa
sebagian besar responden yang memiliki dukungan keluarga yang baik,
menunjukkan tingkat kepatuhan yang baik pada penderita tuberkulosis di wilayah
Ciputat.

Hasil analisis bivariat menyimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan


emosional keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat anti tuberkulosis di
wilayah kerja puskesmas kecamatan tarub. PenelitiPernyataan ini didukung oleh
37

Penelitian Warsito (2009), yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara


dukungan keluarga baik dukungan emosional, instrumental, informasional dan
penghargaan. Dan diperkuat oleh penelitian Permatasari (2010), yang menyatakan
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan ialah dukungan keluarga
baik dukungan emosional, instrumental, informasional dan penghargaan. Penelitian
jojor (2009) yang menemukan bahwa pasien TB paru yang tidak lengkap di
sebabkan oleh peranan anggota keluerga yang sepenuhnya tidak mendampingi
penderita. Akibatnya penyakit yang di dalam kambuh kembali dan menular ke
anggota keluarga yang lain.

Dalam penelitian ini, responden memiliki dukungan emosional yang rendah namun
kepatuhan tergolong baik karena mencapai 76% patuh dari 25 responden, dukungan
emosional yang rendah akan mempengaruhi kepatuhan terhadap responden yang
sedang dalam pengobatan TB selama 6 bulan, dari wawancara peneliti terhadap
responden dukungan emosional berupa perhatian, kasih sayang dan memberi
kepercayaan sangat di butuhkan mengngat durasi pengobatan yang cukup lama dan
menjadi bosan karena tidak ada dukungan dari keluarga maupun teman sebaya.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Dukungan emosional keluarga di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tarub
memiliki dukungan emosional keluarga yang rendah yaitu 13 responden atau 52%
dan dukungan keluarga sedang sebanyak 12 responden 48% dari 25 responden.
5.1.2 Kepatuhan mengkonsumsi obat anti tuberkulosis di Puskesmas Kecamatan
Tarub memiliki kepatuhan yang baik yaitu 100% dari 25 responden yang artinya
semuanya responden patuh terhadap pengobatan.
5.1.3 Ada hubungan yang signifikan antara dukungan emosional keluarga dengan
kepatuhan mengkonsumsi obat anti tuberkulosis di wilayah kerja puskesmas
kecamatan tarub 2019 di buktikan dengan nilai p value ,007<0,05

5.2 Saran
5.2.1 Aplikatif
Bagi responden atau keluarga responden dipergunakan sebagai bahan masukan dan
penambah ilmu pengetahuan. Kemudian bagi keluarga supaya bisa lebih
memperhatikan anggota keluarganya yang sedang dalam pengobatan TB. Untuk
petugas kesehatan dan puskesmas sebagai bahan masukan dan penambah ilmu
pengetahuan agar selalu meningkatkan kualitas pelayanannya dan memberi
informasi pendidikan kesehatan tentang pentingnya kepatuhan.
5.2.2 Keilmuan
Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan bagi semua institusi keperawatan
tentang adanya hubungandukungan emosional keluarga dengan kepatuan
mengkonsumsi obat anti tuberkulosis. Serta diharapkan dapat menjadi sumber
informasi dan referensi bagi tenaga kesehatan.
5.2.3 Metodologi
Dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya untuk penelitian yang
berhubungan dengan kasus TB paru.

38
DAFTAR PUSTAKA

Ahsan, A., dan Putu Ari Sadhu Permana Hany. (2012) Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Hipertensi di Poly
Jantung Rssa Malang. Tesis

Depkes RI., 2011. TBC Masalah Kesehatan Dunia. Jakarta: BPPSDMK

Departemen Kesehatan RI. (2013) diakses dari http://www.depkes.go.id/


downloads/KUNKER%20MARET%202013%/RE%20Banten.pdf tanggal 14
November 2013

Friedman. M., (2010). Keperawatan Keluaraga : Teori Dan Praktek. Jakarta :


EGC Jurnal Keperwatan, Volume IX, No 1, April 2015.

Gough, A. dan Garri Kaufman (2013) Pulmonary Tuberculosis Clinikal features


and patient management. Nursing Standart. July 27: vol 25, no 47,

Glick, I.D. Anya H. Stekoll, Dan Spencer Hays. (2013). The Role of The Family
and Improvement in Treatment Maintanance, Adherence, and Outcome for
Schizophrenia. Journal of Clinical Psychopharmacology Volume 31,
Number 1, February 2011.

Hiswani (2010). Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang menjadi masalah


kesehatan masyarakat. http://library.usu.ac.id/downlod/from:hiswani6.
pdf2009 diperoleh 16 novenber 2015

Jojor (2009)Ketidakpatuhan Pasien TB Dalam Hal Pengobatan. Skripsi

Kementerian Kesehatan RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun


2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, 2016. National Strategic Plan of Tuberculosis


Control 2016-2020, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, 2015. Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014,


Jakarta. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Sustainability
Development Goals

Kementrian Kesehatan RI – Pusat Data Dan Informasi -2018


2014, Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis Ditjend- Departemen
Kesehatan RI. Jakarta : Kemenkes RI
Kementrian Kesehatan RI 2011, Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis
Ditjend- Departemen Kesehatan RI. Jakarta : Kemenkes RI

Maulidia (2014)Dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat anti


tuberkulosis di puskesmas ciputat.

Muttaqin, Arif. (2007). Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan Sistem


Pernafasan . Jakarta:Salemba Medika

Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursiswati.(2013). Gambaran Kepatuhan Pasien TBC dalam menjalani


pengobatan obat anti tuberculosis di tiga puskesmas, kabupaten sumedang.
Unpad diakses dari http://pustaka.unpad.ac.id/archives/79185/ tanggal 26
februaru 2014

Nursalam dan Ninuk. (2007). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi


HIV/IADS. Jakarta: Salemba Medika

Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Kesehatan
Lingkungan 2011.

Potter And Perry. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta Selatan :
Media.

Riset Kesehatan Dasar. (2010)

Safri, F.M. (2013). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Minum
Obat Pasien TB Paru Berdasarkan Health Belief Model Di Wilayah Kerja
Puskesmas Umbulsari, Kabupaten Jember. Jurnal Keperawatan, 3(2).

Sarafino, E. P., & Smith, T. W.(2010). Health Psycology : Biopsychosocial


Interactions (7thed). United States Of America :John Willey & Sons Inc

Sears, David O., Taylor, Shelley E., Peplau, Lettita Ane. (1990). Social Psicology.
Ninth Edition. Ney Jersey: Prentice Hall. Inc

Septia, Siti Rahmalia dan Febriana Sabrian. 2013. Hubungan Dukungan


Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada Penderita TB Paru, JOM
PSIK VOL.1 NO 2.
Setiadi, (2012). Konsep Dan Penulisan Dokumentasi : Asuhan Keperawatan
Teori Dan Praktek. Yogyakarta : Grahailmu

Setiadi, (2009). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga, Yogyakarta : Graha


Ilmu

Setyaningsih, F.D, Machmuroch, Andayani, T.R, (2011). Hubungan Antara


Dukungan Emosional Keluarga Dan Resiliensi Dengan Kecemasan
Menghadapi Kemoterapi Pada Pasien Kanker Di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Prodi Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada
Tanggal 13 Mei.

Warsito. (2009) Hubungan Dukungan Emosional Keluarga Dengan Kapatuhan


Minum Obat pada Fase Intensif pada Penderita di Puskesmas
Pracimantoro Wonogiri Jawa Tengah. Tesis

WHO, (2013). Diakses dari www.who.int/research/en/ tanggal 12 november 2013

WHO. (2013).countdown to 2015 Global Tuberculosis Rep ort 2013 Supplement


Report of Global TB Control.
Lampiran 1

PROGRAM STUDI
SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS JADWAL PENELITIAN
STIKES BHAMADA SLAWI

No Kegiatan Feb Maret April Mei Juni Juli Agustus


4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penentuan Judul
Bimbingan Proposal
2 BAB 1 Pendahuluan
3 BAB 2 Tinjauan Teori
4 BAB 3 Metodologi Penelitian
5 Sidang Proposal
6 Revisi Proposal
7 Penelitian
Bimbingan Skripsi
8 BAB 4 Hasil dan Pembahasan
9 BAB 5 Simpulan dan Saran
10 Sidang Skripsi
11 Revisi Skripsi
12 Pengumpulan Skripsi
Lampiran 2

PROGRAM STUDI SARJANA LEMBAR


KEPERAWATAN DAN NERS INFORMASI
STIKES BHAMADA SLAWI PENELITIAN

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN

Saya Aris Prasetiyo, mahasiswa S1 Keperawatan angkatan tahun 2015, yang akan
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan dukungan emosional keluarga
dengan kepatuhan mengkonsumsi obat anti tuberkulosis di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal”. Saya meminta dengan hormat
kepada orang tua anak sebagai responden dalam penelitian ini dan terimakasih
untuk partisipasinya dalam penelitian yang akan saya lakukan. Saya akan
menjelaskan beberapa tahap dari penelitian ini :
Tujuan Penelitian dan Manfaat
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan dukungan emosional
keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat anti tuberkulosis di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal. Manfaat penelitian ini untuk
mengetaui dukungan emosional keluarga .
Pengisian Kuesioner
Bapak dan Ibu yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini akan diminta untuk
mengisi kuesioner penelitian yang terdiri dari beberapa pertanyaan mengenai nama,
usia, Jenis kelamin, dan pekerjaan, juga mengenai dukungan emosional keluarga
dengan kepatuhan mengkonsumsi obat anti tuberkulosis di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal. Dalam pengisian kuesioner bapak
dan ibu wajib jujur dan tidak boleh berdiskusi dengan teman anda tentang kuesioner
penelitian.
Etika Penelitian
Penelitian ini tidak membebakan biaya apapun kepada orang tua dan anak.
Seluruh informasi anak dalam penelitian ini adalah rahasia dan anonim, baik berupa
identitas, gambar berupa foto dan lainnya.
Penelitian ini tidak menimbulkan kerusakan fisik karena menggunakan lembar
keusioner.
Jika ada pertanyaan atau saran tentang penelitian ini bisa hubungi saya pada nomor
: 085870709035 atau e-mail : arisprasetiyo0402@gmail.com. Jika saudari setuju
untuk ikut dalam berpartisipasi penelitian ini, mohon untuk mengisi surat
persetujuan yang telah disediakan.
Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.

Peneliti
Lampiran 3

STIKES BHAMADA SLAWI


LEMBAR
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
PERMOHONAN
DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kepada
Yth. Calon Responden Penelitian
Di Tempat

Dengan hormat,
Saya mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Bhamada Slawi,
bermaksud melaksanakan penelitian dengan judul “Hubungan dukungan emosional
keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat anti tuberkulosis di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal” penelitian ini dilaksanakan sebagai
salah satu kegiatan dalam mengambil data untuk menyelesaikan tugas akhir
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Bhamada Slawi.
Saya mengharap tanggapan atau jawaban yang saudara/i berikan sesuai dengan
pendapat saudara sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain, kami menjamin
kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saudara berikan hanya
akan dipergunakan untuk mengembangkan ilmu keperawatan dan tidak akan
digunakan untuk maksud lain.
Atas perhatian dan kesediannya saya ucapkan terimakasih.

Slawi,……………2019

Peneliti
Lampiran 4

STIKES BHAMADA SLAWI


LEMBAR
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
PERSETUJUAN
DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya dan anak bersedia
untuk berpartisipasi dalam pengambilan data atau sebagai responden penelitian
yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes
Bhamada Slawi yang bernama Aris Prasetiyo dengan judul penelitian “Hubungan
dukungan emosional keluarga dengan kepatuhan mengkonsumsi obat anti
tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal”.Saya
mengetahui bahwa informasi yang akan saya berikan ini besar manfaatnya bagi
peningkatan ilmu keperawatan dan akan dijamin kerahasiaannya.

Slawi,………………2019
Responden

………………………..
Lampiran 5

PROGRAM STUDI SARJANA


LEMBAR
KEPERAWATAN DAN NERS
KUESIONER A
STIKES BHAMADA SLAWI

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN DUKUNGAN EMOSIONAL KELUARGA DENGAN
KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KECAMATAN TARUB KABUPATEN TEGAL

Nama (inisial) :
Usia :
Pekerjaan :
Alamat :
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah pertanyaan dengan seksama sebelum menjawab.
2. Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang menurut saudara paling sesuai
dengan kebiasaan saudara, dengan memberikan tanda check ( √ ) pada kotak
jawaban yang ada di sebelah kanan.
3. Jawaban anda akan dijamin kerahasiaannya.

KUESIONER DUKUNGAN EMOSIONAL KELUARGA


(KUESIONER A)
Tidak
A Dukungan Emosional Jarang Selalu
Pernah
1. Mendorong saya untuk sembuh dan patuh dalam
pengobatan
2. Mengingatkan saya minum obat jika saya lupa
3. Memberikan perhatian
4. Ada di saat saya merasa kesepian
5. Memberikan kasih sayang
6. Mau mendengar keluh kesah saya
7. Ada saat saya membutuhkan
8. Ada saat saya merasa sendiri
9. Menemani saya minum obat
10. Mencintai saya
11. Mengingatkan saya untuk pasrah dan bersyukur
terhadap tuhan
12. Memberi nasehat ketika ada masalah
PROGRAM STUDI SARJANA
LEMBAR
KEPERAWATAN DAN NERS
KUESIONER B
STIKES BHAMADA SLAWI

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN DUKUNGAN EMOSIONAL KELUARGA DENGAN
KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KECAMATAN TARUB KABUPATEN TEGAL

Nama (inisial) :
Usia :
Pekerjaan :
Alamat :

Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah pertanyaan dengan seksama sebelum menjawab.
2. Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang menurut saudara paling sesuai
dengan kebiasaan saudara, dengan memberikan tanda check ( √ ) pada kotak
jawaban yang ada di sebelah kanan.
3. Jawaban anda akan dijamin kerahasiaannya.

KUESIONER KEPATUHAN MINUM OAT


(KUESIONER B)
B Kepatuhan Minum Obat Ya Tidak
1. Apakah anda mengonsumsi obat trus menerus sesuai anjuran
puskesmas?
Lampiran 6

STIKES BHAMADA SLAWI LEMBAR


PRODI SARJANA KEPERAWATAN SURAT IJIN
DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS PENELITIAN
Lampiran 7

PROGRAM STUDI SARJANA


LEMBAR SPSS
KEPERAWATAN DAN NERS
UJI VALIDITAS
STIKES BHAMADA SLAWI

Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 total
Pearson Correlation 1 1,000** 1,000** ,501* 1,000** ,087 1,000** 1,000** ,501* 1,000** ,501* 1,000** ,956**
p1 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,024 ,000 ,714 ,000 ,000 ,024 ,000 ,024 ,000 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation 1,000** 1 1,000** ,501* 1,000** ,087 1,000** 1,000** ,501* 1,000** ,501* 1,000** ,956**
p2 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,024 ,000 ,714 ,000 ,000 ,024 ,000 ,024 ,000 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation 1,000** 1,000** 1 ,501* 1,000** ,087 1,000** 1,000** ,501* 1,000** ,501* 1,000** ,956**
p3 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,024 ,000 ,714 ,000 ,000 ,024 ,000 ,024 ,000 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,501* ,501* ,501* 1 ,501* ,077 ,501* ,501* 1,000** ,501* 1,000** ,501* ,694**
p4 Sig. (2-tailed) ,024 ,024 ,024 ,024 ,747 ,024 ,024 ,000 ,024 ,000 ,024 ,001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation 1,000** 1,000** 1,000** ,501* 1 ,087 1,000** 1,000** ,501* 1,000** ,501* 1,000** ,956**
p5 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,024 ,714 ,000 ,000 ,024 ,000 ,024 ,000 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,087 ,087 ,087 ,077 ,087 1 ,087 ,087 ,077 ,087 ,077 ,087 ,201
p6 Sig. (2-tailed) ,714 ,714 ,714 ,747 ,714 ,714 ,714 ,747 ,714 ,747 ,714 ,394
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation 1,000** 1,000** 1,000** ,501* 1,000** ,087 1 1,000** ,501* 1,000** ,501* 1,000** ,956**
p7 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,024 ,000 ,714 ,000 ,024 ,000 ,024 ,000 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation 1,000** 1,000** 1,000** ,501* 1,000** ,087 1,000** 1 ,501* 1,000** ,501* 1,000** ,956**
p8 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,024 ,000 ,714 ,000 ,024 ,000 ,024 ,000 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,501* ,501* ,501* 1,000** ,501* ,077 ,501* ,501* 1 ,501* 1,000** ,501* ,694**
p9 Sig. (2-tailed) ,024 ,024 ,024 ,000 ,024 ,747 ,024 ,024 ,024 ,000 ,024 ,001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation 1,000** 1,000** 1,000** ,501* 1,000** ,087 1,000** 1,000** ,501* 1 ,501* 1,000** ,956**
p10 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,024 ,000 ,714 ,000 ,000 ,024 ,024 ,000 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,501* ,501* ,501* 1,000** ,501* ,077 ,501* ,501* 1,000** ,501* 1 ,501* ,694**
p11 Sig. (2-tailed) ,024 ,024 ,024 ,000 ,024 ,747 ,024 ,024 ,000 ,024 ,024 ,001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation 1,000** 1,000** 1,000** ,501* 1,000** ,087 1,000** 1,000** ,501* 1,000** ,501* 1 ,956**
p12 Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,024 ,000 ,714 ,000 ,000 ,024 ,000 ,024 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Pearson Correlation ,956** ,956** ,956** ,694** ,956** ,201 ,956** ,956** ,694** ,956** ,694** ,956** 1
total Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,001 ,000 ,394 ,000 ,000 ,001 ,000 ,001 ,000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
PROGRAM STUDI SARJANA
LEMBAR HASIL
KEPERAWATAN DAN NERS
UJI RELIABILITAS
STIKES BHAMADA SLAWI

Case Processing Summary

N %

Valid 20 100,0

Cases Excludeda 0 ,0

Total 20 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,779 13
Lampiran 8

PROGRAM STUDI SARJANA LEMBAR


KEPERAWATAN DAN NERS STATISTIK
STIKES BHAMADA SLAWI PENELITIAN

HASIL UNIVARIAT

Statistics
JENIS KELAMIN USIA PEKERJAAN
Valid 25 25 25
N
Missing 0 0 0

JENIS KELAMIN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
LAKI LAKI 14 56,0 56,0 56,0
Valid PEREMPUAN 11 44,0 44,0 100,0
Total 25 100,0 100,0

USIA
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
26-45 TAHUN 8 32,0 32,0 32,0
Valid >45 TAHUN 17 68,0 68,0 100,0
Total 25 100,0 100,0

PEKERJAAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
PETANI 13 52,0 52,0 52,0
WIRASWASTA 7 28,0 28,0 80,0
Valid IRT 4 16,0 16,0 96,0
PELAJAR 1 4,0 4,0 100,0
Total 25 100,0 100,0

DUKUNGAN EMOSIONAL KELUARGA


Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
Valid Rendah (Skor 0-30) 13 52,0 52,0 52,0
Sedang (Skor 31-60) 12 48,0 48,0 100,0
Total 25 100,0 100,0

KEPATUHAN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Patuh 25 100,0 100,0 100,0
HASIL UJI BIVARIAT

Dukungan Emosional Keluarga * Kepatuhan Crosstabulation


Count
Kepatuhan
Tidak Patuh Patuh Total
Dukungan Emosional Keluarga Rendah (Skor 0-30) 0 7 13
Sedang (Skor 31-60) 0 12 12
Total 0 19 25

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2-
Value df sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 7.287a 1 ,007
Continuity Correctionb 4,977 1 ,026
Likelihood Ratio 9,609 1 ,002
Fisher's Exact Test ,015 ,010
Linear-by-Linear
6,996 1 ,008
Association
N of Valid Cases 25
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.88.
b. Computed only for a 2x2 table
jika nilai asymp.Sig < 0,05 maka Ha diterima/ada hubungan
Lampiran 9

PROGRAM STUDI SARJANA


HASIL DATA
KEPERAWATAN DAN NERS
KUESIONER
STIKES BHAMADA SLAWI

Data skoring dukungan emosional .


No Regis p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 Total
1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 14
2 2 2 2 3 2 1 2 2 3 2 3 2 26
3 2 2 2 1 2 3 2 2 1 2 1 2 22
4 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 32
5 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 32
6 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 28
7 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 28
8 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 35
9 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24
10 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 35
11 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 25
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36
13 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36
14 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 32
15 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 24
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36
17 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 35
18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36
19 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 35
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36
21 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 1 3 28
22 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 27
23 2 2 3 3 2 2 2 2 2 1 3 3 27
24 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 29
25 2 3 3 3 3 3 1 1 2 2 2 2 27
PROGRAM STUDI SARJANA
HASIL DATA
KEPERAWATAN DAN NERS
KUESIONER
STIKES BHAMADA SLAWI

Data skoring kuesioner kepatuhan


No Regis p1 Total
1 1 1
2 2 2
3 1 1
4 2 2
5 2 2
6 2 2
7 2 2
8 2 2
9 2 2
10 2 2
11 2 2
12 2 2
13 2 2
14 2 2
15 2 2
16 2 2
17 1 1
18 1 1
19 2 2
20 2 2
21 1 1
22 2 2
23 1 1
24 2 2
25 2 2
Lampiran 10

PROGRAM STUDI SARJANA LEMBAR


KEPERAWATAN DAN NERS DOKUMENTASI
STIKES BHAMADA SLAWI PENELITIAN
Lampiran 11

PROGRAM STUDI SARJANA LEMBAR


KEPERAWATAN DAN NERS CURRICULUM
STIKES BHAMADA SLAWI VITAE

CURRICULUM VITAE

Nama : Aris Prastiyo


Tempat, Tanggal Lahir : Tegal, 02 April 1997
Jenis Kelamin : Laki-laki
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Desa Mangunsaren Rt 03/02 Tarub-Tegal
Nama Orang Tua : Bapak : Warno
Ibu : Khodijah
Pekerjaan Orang Tua : Buruh Tani
Riwayat Pendidikan : SD (SDN 01 Mangunsaren)
SMP N 02 TARUB-TEGAL
SMK (Muhammadiyah Kramat-Tegal)
Lampiran 12

PROGRAM STUDI SARJANA LEMBAR


KEPERAWATAN DAN NERS BIMBINGAN
STIKES BHAMADA SLAWI KONSULTASI

Anda mungkin juga menyukai