Anda di halaman 1dari 4

B.

Karakteristik Perilaku Kekerasaan

1. Fisik

a. Mata melotot atau pandangan tajam

b. Tangan mengepal

c. Rahang mengatup

d. Wajah memerah

e. Postur tubuh kaku

2. Verbal

a. Mengancam

b. Mengumpat dengan kata-kata kotor

c. Suara keras

d. Bicara kasar, ketus

3. Perilaku

a. Menyerang orang lain

b. Melukai diri sendiri/ orang lain

c. Merusak Lingkungan

d. Amuk atau agresif

C. Faktor Predisposisi

1. Faktor psikologis

a. Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan akan
timbul dorongan agresif yang memotivasi PK.

b. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak
menyenangkan.

c. Frustasi

d. Kekerasan dalam rumah atau keluarga

2. Faktor social budaya

Sesorang akan berespon terhadap peningkatan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon
yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan
respon-respon yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat
mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi marah
yang dapat diterima dan yang tiidak dapat diterima.

3. Faktor Biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus elektris ringan pada
hipotalamus (pada system limbik) ternyata menimbulkan perilaku agresif, dimana jika terjadi
kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan
lobus temporal (untuk interprestasi indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka
lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang obyek yang ada disekitarnya.

D. Faktor Presipitasi

Secara umum sesorang akan merasa marah jika dirinya merasa terancam , baik secara injury secara
fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Bebera factor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai
berikut :

1. Klien : Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kehidupan yang penuh dengan
agresif, dan masalalu yang tidak menyenangkan

2. Interaksi: Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa terancam
baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari lingkungan.

3. Lingkungan: Panas, padat, dan bising.

E. Peran Perawat dalam Perilaku Kekerasan

Perawat dapat mengimplementasikan berbagai intervensi untuk mencegah dan manajemen perilaku
agresif, intervensi tersebut dapat melalui rentang intervensi keperawatan.

Strategi preventif Strategi antisipasif Strategi pengurungan

Kesadaran diri Komunikasi Manajemen krisis

Pendidikan kien Perubahan lingkungan Secusion

Latihan asertif Tindakan psikofrakologi Restrain

Keterangan gambar :

1. Kesadaran diri : Perawat harus meningkatakan kesadaran dirinya dan melakukan supervise
dengan memisahkan masalah pribadi dan masalah klien.

2. Pendidikan klien : Pendidikan yang diberikan kepada klien mengenai cara komunikasi dan
cara mengekspresikan marah yang tepat, serta respon adaptif dan maladaptif.

3. Latihan asertif : Kemampuan dasar perawat yang harus dimiliki adalah berkomunikasi
langsung dengan setiap orang, mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan, sanggup
melakukan komplain, dan mengespresikan penghargaan yang tepat

4. Komunikasi : Strategi komunikasi terapeutik.

5. Perubahan Lingkungan : Perawat mampu menyediakan berbagai aktivitas untuk


meminimalkan atau mengurangi perilaku klien yang tidak sesuai.
6. Tindakan perilaku : Kontrak dengan klien untuk membicarakan mengenai perilaku yang
dapat diterima dan yang tidak.

7. Psikofarmakologi : Pemberian obat sesuai kolaborasi dan mampu menjelaskan manfaat obat
pada pasien dan keluarga.

8. Manajemen krisis : Bila pada waktu interfensi tidak berhasil, maka perlu interfensi yang lebih
aktif.

Prosedur penanganan kedaruratan psikiatri adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi pemimpin tim krisis

2. Bentuk tim krisis mulai dari dokter, perawat, dan konselor

3. Beri tahu petugas keamanan jika perlu

4. Jauhkan klien dari lingkungan

5. Lakukan pengekangan jika perlu

6. Amankan anggota tubuh klien

7. Jelaskan perlunya interfensi tersebut pada klien dan upayakan kerja sama

8. Pengekangan klien jika diminta ketua tim krisis

9. Berikan obat jika diintruksikan

10. Pertahankan pendekatan yang tenang dan konsisten pada klien

11. Tinjau kembali interfensi tersebut diatas

12. Secara bertahap mengintregasikan kembali klien dengan lingkungannya

F. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Faktor predis posisi dan presipitasi, serta kondisi klien sekarang. Kaji riwayat keluarga dan masalah
yang dihadapi klien.

2. Tanda dan gejala

Jelaskan tanda dan gejala klien pada tahap marah, krisis atau perilaku kekerasan, dan kemungkinan
bunuh diri. Muka merah, tegang, pandangan mata tajam, mondar-mandir,
memukul,memaksa,iritable,sensitive dan agresif.

3. Diagnosis keperawatan

a. Resiko menciderai diri, oranglain dan lingkungan

b. Resiko cidera

c. Perubahan sensorik dan persepsi ; Halusinasi.


d. Koping individu infektif

4. Intervensi

TUK 1 : Bina hubungan saling percaya (BHSP)

TUK 2 : Klien mendapat perlindungan secara fisik

TUK 3 : Kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi

TUK4 : Klien mendapat pengobatan secara adekuat

TUK5 : Klien mendapat dukungan keluarga

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengukur tujuan dan kriteria yang sudah tercapai dan yang belum sehingga
dapat menentukan interfensi lebih lanjut. Bentuk evaluasi yang positif terdapat sebagai berikut :

a. Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan

b. Bagaiman keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut

c. Sudahkah klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada oranglain.

d. Beri komentar yang kritikal

e. Apakah klien sudah mampu mengekspresikan sesuatu yang berbeda

f. Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi perasaan marahnya

g. Konsep diri klien sudah meningkat

h. Kemandirian berfikir dan aktivitas meningkat

Anda mungkin juga menyukai