Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Serangga merupakan salah satu organisme yang banyak ditemukan
di berbagai habitat, baik di darat, air laut, air tawar, pegunungan, dan lainnya.
Serangga terdiri dari beberapa spesies yang jumlahnya melimpah di bumi dan
berasosiasi dengan kehidupan manusia. Daya tahan tubuh serangga yang baik
membuat serangga mudah menyesuaikan diri dengan ligkungannya, sehingga
penyebaran serangga sangat luas.
Serangga (Insekta) merupakan salah satu kelas dari filum
Arthropoda yang tubuhnya terbungkus kitin, rangka tubuh terdapat di luar,
sehingga menyebabkan serangga dapat menyesuaikan diri dan memiliki daya
adaptasi yang besar terhadap lingkungan.Hampir 90% dari semua Arthropoda
terdiri dari serangga.Baik itu serangga tanah maupun serangga lainnya (Ali,
2004).
Berdasarkan habitatnya, serangga dibagi menjadi beberapa
kelompok salah satunya adalah serangga permukaan tanah.Serangga tanah
adalah serangga yang hidup di tanah, baik itu yang hidup di permukaan tanah
maupun yang hidup di dalam tanah (Suin, 2003).Serangga permukaan tanah,
sebenarnya memakan tumbuh-tumbuhan yang hidup, tetapi juga memakan
tumbuh-tumbuhan yang sudah mati. Serangga permukaan tanah berperan
dalam prosesdekomposisi. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan
mampu berjalan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan serangga permukaan
tanah. Keberadaan serangga permukaan tanah sangat tergantung pada
ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya
(Ruslan, 2009).
Keanekaragaman serangga tanah di setiap tempat berbeda-beda.
Keanekaragaman akan tinggi apabila berada pada lingkungan optimum,
misalnya tanah yang subur. Keanekaragaman serangga tanah di setiap tempat

1
cenderung akan rendah bila berada pada lingkungan yang ekstrim, misalnya
tanah kurang subur (Dharmawan, 2005).

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui morfologi serangga nyamuk, pinjal, lalat, dan kecoa
b. Untuk mengetahui perbedaan jenis kelamin serangga nyamuk, pinjal, lalat,
dan kecoa

1.3 Manfaat
a. Menambah ilmu pengetahuan mengenai serangga bagi mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro khususnya dan
pembaca pada umumnya.
b. Melatih kemapuan mahasiswa menganalisis perbedaan jenis kelamin
serangga dan melatih kemampuan menulis mahasiswa.
c. Sebagai landasan praktikum atau penelitian selanjutnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nyamuk
2.1.1 Nyamuk Sebagai Vektor
Nyamuk termasuk jenis serangga dalam ordo diptera, dari
kelas insecta. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang
langsing dan enam kaki panjang. Antar spesies berbeda-beda tetapi
jarang sekali panjangnya melebihi 15 mm. (Levine, 1994)
Nyamuk mengalami empat tahap dalam siklus hidup yaitu
telur, larva, pupa dan dewasa. Nyamuk menghisap darah bukan
untuk mendapatkan makanan melainkan untuk mendapatkan
protein yang terdapat dalam darah sebagai nutrisi telurnya.
Nyamuk jantan dan betina hanya memakan cairan nektar bunga,
sedangkan nyamuk menghisap darah demi kelangsungan
spesiesnya. (Spielman.2001)
Seekor nyamuk jantan telah cukup dewasa untuk kawin
akan menggunakan antenanya (organ pendengar) untuk
menemukan nyamuk betina. Fungsi antena nyamuk jantan berbeda
dengan nyamuk betina. Bulu tipis di ujung antenanya sangat peka
terhadap suara yang dipancarkan nyamuk betina. Tepat di sebelah
organ seksual nyamuk jantan, terdapat anggota tubuh yang
membantunya menceng kram nyamuk betina ketika mereka
melakukan perkawinan di udara. Nyamuk jantan terbang
berkelompok, sehingga terlihat seperti awan. Ketika seekor betina
memasuki kelompok tersebut, nyamuk jantan berhasil
mencengkram nyamuk betina dan akan melakukan perkawinan
denganya selama penerbangan. Perkawinan tidak berlangsung lama
dan nyamuk jantan akan kembali ke kelompoknya setelah
melakukan perkawinan. Sejak saat itu, nyamuk betina memerlukan
darah untuk perkembangan telurnya.

3
2.1.2 Taksonomi / Klasifikasi
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Philum : Anthrophoda
Sub Philum : Mandibulata
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Sub ordo : Nematocera
Familia : cilicidae
Ordo diptera ini mempunyai 2 sayap (di=dua, ptera=sayap), yang terdapat
pada mesothorax dan terdapat juga sayap yang rudimenter berfungsi sebagai alat
keseimbangan (haltera). Metamorfosis lengkap : telur–larva–pupa–dewasa.
(Rosdiana Safar,2009)
C. Morfologi Nyamuk
Nyamuk dapat berperan sebagai vektor penyakit pada manusia dan
binatang. Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang
untuk menembus kulit manusia maupun binatang untuk menghisap darah.
Nyamuk betina menghisap darah untuk mendapatkan protein untuk pembentukan
telur yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan
bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah. (Spielman,2001)
Pada stadium dewasa nyamuk dapat dibedakan jenisnya misalkan nyamuk
kulicini betina palpinya lebih pendek daripada probosisnya. Sedangkan pada
nyamuk kulicini jantan palpinya melebihi panjang probosisnya. Sisik sayapnya
ada yang lebar dan asimetris (mansonia) ada pula yang sempit dan panjang (Aedes,
Culex). Kadang-kadang sisip sayap membentuk bercak-bercak berwarna putih dan
kuning atau putih dan cokelat, juga putih hitam (speckled). Ujung abdomen Aedes
lancip (pointed) sedangkan ujung abdomen Mansonia seperti tumpul dan
terpancung (truncated). (Gandahusada, 2006)

2.2 Pinjal
A. Klasifikasi

4
Pinjal merupakan ektoparasit yang hidup di permukaan tubuh inang
(Sucipto 2011). Menurut Hadi dan Soviana (2006) pinjal bersifat semi obligat
karena sebagian hidupnya berada di tubuh inang. Pinjal termasuk ke dalam filum
Arthropoda, kelas Insecta, dan ordo Siphonaptera. Di Indonesia famili yang ada
antara lain Pulicidae, Ishcnopyllidae, Hystrichopsyllidae, Pygiopsyllidae,
Ceratophyllide, dan Leptosyllidae. Hanya dua famili yang penting dalam dunia
kedokteran hewan yaitu Ceratophyllidae dan Pulicidae (Wall dan Shearer 2001).
Ceratophyllidae merupakan famili besar yang terdiri atas 80 spesies parasit
burung dan 420 lebih parasit hewan pengerat (Taylor et al. 2007). Famili
Pulicidae memiliki beberapa genus penting karena perannya dapat menimbulkan
masalah di Indonesia yaitu Ctenocephalides (pinjal kucing dan anjing),
Echinophaga (pinjal ayam), Pulex (pinjal manusia) dan Xenopsylla (pinjal tikus)
(Hadi dan Soviana 2010).
B. Morfologi
Bentuk morfologi pinjal dewasa berbeda dibandingkan dengan bentuk
serangga lainnya yaitu pipih bilateral. Bentuk tubuh dewasa memiliki panjang
satu sampai enam milimeter dan biasanya ukuran betina lebih besar dibandingkan
jantan (Wall dan Shearer 2001). Seperti serangga pada umumnya, tubuh pinjal
terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen.
Kepala pinjal memiliki lekuk yang berfungsi menyimpan antena
bersegmen (Levine 1990). Menurut Hadi dan Soviana (2010) terdapat tiga segmen
antena pada lekuk. Pinjal memiliki mata sederhana di depan antena. Bagian
ventral anterior kepala memiliki bagian yang dikenal sebagai gena. Gena memiliki
duri berjajajar seperti sisir yang dinamakan sisir gena (genal ctenidium). Bagian
ventral kepala juga memiliki sepasang lobus maxillary yang luas dikenal sebagai
stipes, dilengkapi dengan bantalan palps maxillary yang panjang. Mulut pinjal
memiliki struktur berlapis, yang terdiri atas sepasang laciniae beralur halus,
berfungsi untuk menusuk kulit inang. Mulut pinjal juga dilengkapi dengan
epiharynx labrum yang berfungsi menusuk ke kapiler darah inang, sehingga darah
mengalir ke saluran pencernaan pinjal (Wall dan Shearer 2001).

5
Toraks memiliki tiga segmen yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks.
Beberapa genus pinjal memiliki sebaris duri yang kuat di bagian belakang
protoraks yang dinamakan sisir pronotal (pronotal ctenidium) (Wall danShearer
2001). Keberadaan Ctenidium berguna dalam mengidentifikasi jenis pinjal. Pada
segmen terakhir, metatoraks berkembang sangat baik untuk menunjang tungkai
belakang sebagai pendorong saat melompat (Levine 1990).
Abdomen pinjal terbagi menjadi sepuluh segmen. Pinjal betina
mempunyai organ yang disebut spermateka, berfungsi menyimpan sperma, dan
berbentuk seperti kantung terletak di antara segmen enam sampai delapan (Hadi
dan Soviana 2010). Di lokasi yang sama pada pinjal jantan terdapat organ yang
disebut aedeagus atau penis berkhitin berbentuk seperti per melingkar. Bagian
dorsal pada segmen terakhir abdomen dijumpai lempeng Sensilium atau Pygidium
dengan ditumbuhi rambut sensoris yang fungsinya belum diketahui (Wall dan
Shearer2001).
C. Siklus Hidup
Pinjal mengalami metamorfosis sempurna (holometabolous) yaitu telur,
larva, pupa dan dewasa. Pada kondisi ideal seluruh tahapan siklus tersebut bisa
dicapai dalam waktu dua sampai tiga minggu (Hadi dan Soviana 2010). Menurut
Wall dan Shearer (2001) siklus dapat berkisar enam sampai 12 bulan. Panjang
waktu siklus hidup tergantung pada kondisi lingkungan, khususnya suhu dan
kelembaban saat tahap larva dan pupa (Urquhart et al. 1996)
Levine (1990) menyatakan pinjal betina bertelur tiga sampai 18 butir telur
setiap harinya. Pinjal betina biasanya bertelur di tubuh inang kemudian telur
tersebut akan jatuh. Pada kondisi ideal larva akan muncul setelah dua sampai 6
hari (Wall dan Shearer 2001).
Larva pinjal akan memakan sisa protein organik seperti rambut, bulu, dan
kotoran pinjal dewasa. Larva hidup sesuai dengan tempat peristirahatan sehari
hari inang definitifnya seperti sarang, tempat persembuyian di lantai, reruntuhan
gudang, padang-padang rumput dan tempat sampah (Levine 1990). Larvaakan
mengalami dua sampai tiga kali pergantian kulit instar menjadi pupa yang
terbungkus kokon setelah 10 sampai 21 hari (Hadi dan Soviana 2010). Tahap

6
pupa sangat bergantung pada suhu lingkungan, meskipun sedikit bergantung pada
kelembaban yang tinggi dibandingkan tahap sebelumnya. Setelah muncul kutikula
pada kokon, pinjal dewasa biasanya tetap di dalam kokon sampai mendapat
rangsangan suhu atau rangsangan lain yang disebabkan oleh inang. Pinjal yang
sudah mendapatkan inang akan mengisap darah inang sebelum melakukan
perkawinan (Wall dan Shearer 2001).
2.3 Lalat
A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Hexapoda
Ordo : Diptera
Subordo : Cyclorrhapha
Family : Muscidae
Genus : Musca
Species : Musca domestica
(West 1951)
B. Morfologi
Terdapat lebih dari 60 spesies lalat dalam genus Musca, yang paling
dikenal yaitu Musca domestica atau lalat rumah, yang tersebar di seluruh dunia
dan terbagi dua dalam sub spesies (Musca domestica curviforceps dan Musca
domestica calleva). Lalat rumah memiliki ukuran tubuh yang panjangnya 6-9 mm
dan memiliki berbagai macam warna dari yang hitam hingga abu-abu gelap.
Mereka memiliki empat broadish dorsal yaitu garis gelap pada toraks. Antenanya
terdiri dari tiga segmen, segmen terakhir mempunyai ukuran yang lebih besar
yang berbentuk silinder dan memiliki rambut prominent, yang biasa disebut arista,
arista ini memiliki rambut di kedua sisinya. Antena ini tersembunyi di bagian
depan kepala yang sangat sulit terlihat. Mulut dari lalat atau probosis memiliki
fungsi dalam menghisap cairan makanan. Tetapi ketika probosis ini tidak
digunakan, maka akan dimasukkan kedalam kapsul kepala. Pada ujung dari
probosis terdapat pseudotrachea yang dapat menghisap cairan makanan. Sayap

7
dari lalat rumah memiliki pembuluh darah yang saling berhubungan. Ciri dari
sayap ini dapat membedakannya dengan jenis spesies Musca lainnya (Service
1996). Pada setiap tiga pasang kaki lalat terdapat sepasang cakar dan sepasang
fleshy pad-like di tiap ujungnya yang disebut pulvili. Pada pulvili terdapat rambut
perekat sehingga lalat dapat hinggap di permukaan yang licin, dan juga dapat
membawa kotoran maupun bakteri yang patogen.
Mata lalat jantan lebih besar dan sangat berdekatan satu sama lain
dibanding dengan mata lalat betina (Sigit et al. 2006). Lalat Musca domestica
tidak menggigit, karena mempunyai tipe mulut menjilat, lalat ini dominan
ditemukan di timbunan sampah dan kandang ternak. Jarak terbang lalat Musca
domestica sangat bergantung pada ketersediaan makanan yang ada
dilingkungannya, rata-rata memiliki jarak terbang 6-9 km dan dapat mencapai 19-
20 km dari tempat berkembang biak. Lalat dewasa sangat aktif sepanjang hari
untuk mencari makan. Lalat sangat tertarik pada makanan yang dimakan oleh
manusia seperti gula, susu dan makanan lainnya. Protein pada makanan sangat
diperlukan untuk berkembang biak. Berdasarkan bentuk mulutnya, lalat hanya
makan dalam bentuk cair atau makanan yang basah, sedangkan makanan yang
kering maupun makanan yang berbentuk padat dengan diameter lebih besar dari
0,045 mm, dibasahi atau dicairkan terlebih dahulu oleh ludah dan kemudian
dihisap. Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik yaitu menyukai
cahaya. Pada malam hari lalat tidak aktif, namun dapat aktif apabila ada cahaya
maupun cahaya buatan. Banyaknya lalat dipengaruhi oleh efek sinar yang akan
meningkat pada temperatur 20-25oC dan akan berkurang pada temperatur < 10oC
atau > 49oC serta kelembaban yang optimum yaitu 90 % (Ghofar et al. 2011).
2.4 Kecoa
A. Klasifikasi Kecoa
Di dunia terdapat kurang lebih 3.500 species kecoa, 4 (empat) spesies
diantaranya umum ditemukan di dalam rumah yaitu Periplaneta americana,
Blattela germanica, Blatta orientalis, dan Supella langipalpa (Depkes, 2009).
Periplanetta americana atau yang lebih dikenal dengan kecoa amerika
berwarna merah gelap dengan noda kuning pada dorsum dan panjang tubuh kira –

8
kira 4 cm, kecoa amerika memiliki dua pasang sayap, tiga pasang kaki, sepasang
sungut dan serci (Budipedia, 2013).
Kecoa banyak ditemukan pada tempat yang hangat dan lembab, seperti
tempat pengolahan makanan dan industri, saluran air limbah dan di bawah
timbunan kotak (Herdiana, 2012).
Klasifikasi kecoa Amerika menurut Aang (2012) adalah sebabai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Blatodae
Family : Blattidae
Genus : Periplaneta
Species : Periplaneta americana

B. Siklus Hidup Kecoa


Kecoa adalah serangga dengan metamorfosa tidak lengkap, hanya melalui
tiga stadia (tingkatan perkembangan), yaitu stadium telur, stadium nimfa, dan
stadium dewasa yang dapat dibedakan jenis jantan dan betinanya.
Stadium telur kecoa membutuhkan waktu 30-40 hari untuk menetas. Telur
kecoa tidak diletakkan sendiri-sendiri melainkan secara berkelompok. Kelompok
telur ini dilindungi oleh selaput keras yang disebut kapsul telur atau
ootheca.Kapsul telur dihasilkan oleh kecoa betina dan diletakkan pada tempat
tersembunyi atau pada sudut-sudut dan pemukaan sekatan kayu hingga menetas
dalam waktu tertentu yang disebut sebagai masa inkubasi kapsul telur, tetapi pada
spesies kecoa lainnya kapsul telur tetap menempel pada ujung abdomen hingga
menetas. Jumlah telur maupun masa inkubasinya tiap kapsul telur berbeda
menurut spesiesnya (Depkes, 2009).
Dari kapsul telur yang telah dibuahi akan menetas menjadi nimfa yang
hidup bebas dan bergerak aktif. Nimfa yang baru keluar dari kapsul telur berwarna
putih seperti butiran beras, kemudian berangsur-angsur berubah menjadi berwarna

9
coklat dan tidak bersayap. Nimfa tersebut berkembang melalui beberapa instar(1-
6 instar) sebelum mencapai stadium dewasa, lamanya stadium nimfa berkisar 5-6
bulan. Periplanetta americana dewasa dapat diketahui dengan adanya dua pasang
sayap baik pada kecoa jantan maupun kecoa betina (Depkes, 2009).

BAB III
METODE
3.1 Waktu
Penelitian dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9 Mei 2018 pikl 07.00 – 10.00
WIB.
3.2 Tempat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro.
3.3 Alat dan Bahan
A. Alat
Tabel 3.1 Alat Praktikum
NO ALAT KEGUNAAN
1 Mikroskop Untuk mengamati benda-benda
berukuran kecil, dalam praktikum
ini digunakan untuk mengamti
secara detail morfologi kecoa,
lalat, nyamuk, dan pinjal.
2 Alat Tulis Untuk menulis dan menggambar
bagian- bagian penting ketika
praktikum

10
3 Kertas HVS Sebagai media ketika mencatat
dan media untuk membuat
laporan sementara.
4 Jarum penusuk Untuk menuuk bagian tubuh
objek yang akan diamati

B. Bahan
Tabel 3.2 Bahan Praktikum
NO BAHAN KEGUNAAN
1 Nyamuk Culex, Sebagai objek pengamatan
Anopheles, Aedes sp
2 Kecoa Periplaneta Sebagai objek pengamatan
Americana
3 Lalat Musca dometica Sebagai objek pengamatan
jantan dan betina
4 Pinjal Siphonaptera Sebagai objek pengamatan

3.4 Metode
A. Metode Praktikum Identifikasi Kecoa Periplaneta americana

Mulai

Menusuk kecoa Periplaneta americana yang akan


diamati dengan jarum penusuk

Menggunakan mikrokop dan lup untuk mengamati


dan mengidentifikai anatomi dan morfologi kecoa
Periplaneta americana
Selesai

B. Metode Praktikum Identifikasi Lalat Musca dometica betina dan jantan


Mulai

Menusuk lalat Musca domestica betina dan jantan


yang akan diamati menggunakan jarum penusuk
11
Menggunakan mikrokop dan lup untuk mengamati dan
mengidentifikasi anatomi dan morfologi lalat Musca
domestica betina dan jantan

Selesai
C. Metode Praktikum Identifikai nyamuk Aedes sp
Mulai

Menusuk nyamuk Aedes sp yang akan


diamati dengan jarum penusuk

Menggunakan mikroskop dan lup untuk


mengamati dan mengidentifikasi anatomi dan
morfologi nyamuk Aedes sp

Selesai
D. Metode Praktikum Identifikasi pinjal Siphonaptera

Mulai

Menusuk nyamuk pinjal Siphonaptera yang


akan diamati dengan jarum penusuk

Menggunakan mikroskop dan lup untuk


mengamati dan mengidentifikasi anatomi dan
morfologi pinjal Siphonaptera

Selesai

12
BAB IV
HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan
No. Gambar Keterangan
1.

2.

13
3.

4.

14
5.

6.

15
7.

8.

16
BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum parasitologi identifikasi kecoa, lalat, nyamuk dan pinjal ini
bertujuan untuk memeberikan ambaran tentang sistem morfologi hewan-hewan
ditas dn juga untuk membedakan jenis kelamin serangga serangga tersebut
1. Kecoa
Kecoa Periplaneta americana jantan dan betina memiliki beberapa
perbedaan dalam morfologi tubuhnya yang bisa dilihat, seperti pada kecoa
jantan abdomenya lebih kecil dibandingkan dengan kecoa betina, warna
dari kecoa jantan cenderung lebih terang dibandingkan kecoa betina,
ukuran tubuh keco jantan lebih kecil dibanding kecoa betina, kemudian
kecoa jantan memiliki sili pda ujung tubuhnya sedangkan kecoa betina
tidak memiliki sili , bentuk tubuh kecoa Periplaneta americana juga
memiliki bentuk tubuh oval dan pipih. Possisi sayapnya pun berbeda,
kalau jantan panjang sayapnya melebihi abdomen, sedankan betina
saypnya tidak melebihi abdomen. (Amalia,2010).
Kecoa Periplaneta americana merupakan jenis kecoa yang paling
banyak terdapat di lingkungan pemukiman di Indoneia . Perkembanganya
relatif tinggi, dihasilkan rata-rata satu ooteka perminggu sampai kira-kira
yang dihasilkan sejumlah 15-90 ooteka. Setiap ooteka berisi ekitar 15 butir
telur (Arifah,dkk,2016)
2. Lalat
Jika dilihat lalat Musca dometica itu pasti bentuknya sama saja antara
jantan dan betina. Tetapi sebenarnya apabila diamati terdapat beberapa
perbedaan diataranya pada lalat betina posisi matanya agak menjauh
sedangkan pada lalat jantan posisi matanya lebih dekat/dempet. Selain itu,
pada lalat betina ukuranya lebih besar dibandingkan lalat jantan.
3. Nyamuk

17
Perbedaan antara nyamuk jantan dan betina tidak terlihat ketika kita
melihat nya muk dengan kasat mata, tetapi sebenarnya terdapat perbedaan
diantara keduanya, yaitu pada nyamuk jantan antenanya lebih lebaat ,
plpus pada nyamuk jantan lebih panjang dan pulpus jantan sama
panjangnya seperti probacisnya.
4. Pinjal
Dijumpai beberapa perbedaan antara pinjal Siphonaptera jantan dan
betina. Perbedaanya adalah pinjal jantan bentuk nya lonjong, sedangkan
pinjal betina bentuknya bulat, pada pinjal betina terdapat spermatika
tempat untuk menampung sperma agar tidak mati sedangkan pinjal jantan
tidak memiliki. Ukur tubuh pinjal betina lebih besar dari pinjal jantan,
Kemudian perbedaanya adalah pada pinjal jantan abdomenya lebih kecil
dibandingkan pinjal betina (Gandahusada, 2006).

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari praktikum parasitologi identifikasi kecoa, lalat,nyamuk, dan
pinjal maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Kecoa

18
Untuk membedakan kecoa jantan dan betina dapat dilihat dari ukuran
tubuhnya dimana kecoa betina ukuranya lebih besar dibandingkan dengan
kecoa jantan , warna tubuh nya dimana kecoa jantan warnanya lebih terang
dibandingkan kecoa betina.
2. Lalat
Perbedaan lalat jantan dan lalat betina yang paling signifikan terdapat
pada bentuk mata lalat dimana lalat jantan bentuk matanya menjauh
sedangkan lalat betina bentuk matanya lebih dekat.
3. Nyamuk
Perbedaan nyamuk betina dan nyamuk jantan dapat dilihat dari
nyamuk jantan palpusnya lebih panjang dibanding betina dan antena pada
nyamuk betina bulunya lebih sedikit dibanding nyamuk jantan.
4. Pinjal
Untuk membedakan antara pinjal betina dan jantan dapat dilihat dari
bentuk tubuh pinjal jantan lonjong sedangkan pinjal betina bulat dan pinjal
betina memiliki spermatika untuk menampung sperma sedangkan pinjal
jantan tidak memiliki spermatika.
6.2 Saran
Semua bintang diatas memiliki banyak dampak negatif oleh karena itu
berhati-hati dengan binatang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Aang. 2012. Periplaneta americana.
http://aangeifourend.com/2012/05/periplaneta-americana.html. [13 Mei
2018]
Ali, M. 2004. Zoologi Invertebrata. Ar-Raniry Press: Banda Aceh.
Amalia, H. dan I. S. Harahap. 2010. Preferensi Kecoa Amerika Periplaneta
americana (L.) (Blattaria: Blattidae) terhadap Berbagai Kombinasi Umpan.
J. Entomol. Indon. Vol. 7, No. 2, 67-77
Arifah, Farah Ghina, dkk.2016. Preferensi Kecoa Amerika Periplaneta americana
(L.) (Blattaria: Blattidae)terhadp Baiting Gel.http://ejournal-
S1.undip.ac.id/index.php/jkm. Diunduh tanggal 12 Mei 2018.

19
Budipedia. 2013. Kecoa Amerika.
http://www.budipedia.com/fauna/insecta/dictyoptera/kecoak-amerika/
Diakses 13 Mei 2018
Depkes. 2009. Pedoman Pengendalian Kecoa Khusus di Rumah Sakit.
http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian%20Kecoa.pdf. [13 Mei
2018]
Dharmawan, A. 2005. Ekologi Hewan. Universitas Malang Press: Malang.
Gandahusada, Srisasi, Herry D Illahude dan Wita Pribadi. 2006. Parasitologi
Kedokteran. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Ghofar A, W Meikawati, Mifbakhuddin. 2011. Hubungan Pengetahuan Tentang
Higiene Sanitasi dan Kondisi Higiene Sanitasi Dengan Kepadatan Lalat
Pada Industri Terasi (Studi di Kelurahan Tanjungsari Kecamatan
Rembang). Semarang. UNM Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Hadi UK, Soviana S. 2006. Hama Pemukiman Indonesia Pengenalan, Biologi dan
Pengendalian. Sigit SH, Hadi UK, editor. Bogor (ID): IPB Pr.
Hadi UK, Soviana S. 2010. Ektoparasit Pengenalan, Identifikasi, dan
Pengendaliannya. Bogor (ID): IPB Pr
Herdiana. 2012. Pengaruh Kecoa Terhadap Kesehatan.
http://herdianaherman.wordpress.com/2012/05/29/pengaruh
kecoaterhadap-kesehatan.html. Diakses 13 Mei 2018
Levine, D. Norman.1994. Buku Pelajaran Parasitologi Veterniter. Cetakan kedua.
Yogyakarta: UGM.
Levine, D. Norman.1994. Buku Pelajaran Parasitologi Veterniter. Cetakan kedua.
Yogyakarta: UGM.
Rosdiana Safar, 2009. Parasitologi Kedokteran Protozoologi Helmintologi
entomologi. Yrama Widya.
Ruslan, H. 2009. Komposisi dan Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah
Pada Habitat Hutan Homogen dan Heterogen di Pusat Pendidikan
Konservasi Alam (PPKA) Bodogol. Suka Bumi. Jawa Barat. VIS VITALIS.
Vol 02 (1), 43-53.

20
Spielman, A.,and M. D’Antonino.2001. Mosquito: A Natural History of Our Most
Persistent and Deadly Foe. Hyperion Press, New York.
Sucipto CD. 2011. Vektor Penyakit Tropis. Yogyakarta (ID): Penerbit Gosyen.
Suin, N. M. 2003. Ekologi Fauna Tanah.Bumi Aksara: Jakarta.
Taylor MA, Coop RL, Wall RL. 2007. Veterinary Parasitology. Ed k-3. Australia
(AU): Blackwell scientific.
Urquhart GM, Armour J, Duncan JL, Dunn AM, Jennings FW. 1996. Veterinary
Parasitology. Ed k-2. Australia (AU): Blackwell scientific.
Wall R, Shearer D. 2001. Veterinary Ectoparasites: Biology, Pathology and
Control. Ed k-2. Lowa (US): Iowa State Univ Pr.
West LS. 1951. The Housefly. Itacha. New York. Comstock Publishing Company.
Service MW. 1996. Medical Entomology for Student. Liverpool. Chapman
& Hall. Sigit SH, FX Koesharto, Upik KH, Dwi JG, Susi S, Indrosancoyo
AW, Musphyanto C, Mohammad R, Swastiko P, Sulaeman Y, Sanoto U.
2006. Hama Permukiman Indonesia : Pengenalan, Biologi, dan
Pengendalian. Bogor. Unit Kajian Pengendalian Hama Permukiman.
.

21
LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi

Gambar 1.1 Lalat betina Gambar 1.2 Lalat jantan

Gambar 1.3 Kecoa Jantan Gambar 1.4 Kecoa Jantan dan betina

22
Gambar 1.5 Struktur pinjal betina Gambar 1.6 Struktur pinjal jantan

Gambar 1.7 Pinjal betina Gambar 1.8 Pinjal jantan

23
Gambar 1.9 Nyamuk jantan Gambar 1.10 Nyamuk betina

24

Anda mungkin juga menyukai