[1]
(Animalia). Pengelompokan ini sekarang tidak digunakan lagi karena polifiletik . Meskipun demikian,
pengelompokannya kadang-kadang masih dipakai untuk kemudahan.
Anggota-anggotanya mencakup berbagai cacing yang dikenal sebagai cacing gilig: hewan dengan
tubuh berbentuk silindermemanjang, bahkan sangat panjang sehingga muncullah nama
[2]
[2]
'Nemathelminthes', yang berarti "cacing berkas" (dari bahasa Yunani). Tubuhnya tidak beruas-ruas.
Acanthocephala
Chaetognatha
Cycliophora
Gastrotricha
Kinorhyncha
Loricifera
Nematoda
Nematophora
Priapulida
Rotifera
menyerap nutrisi dan darah dari inangnya. Hampr seluruh hewan dapat menjadi inang bagi
[2]
Nemathelminthes .
Terdapat sekitar 80 ribu spesies Nemthelminthes yang telah diidentifikasi, dan yang belum teridentifikasi
[2]
juga sangat banyak. Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas yaitu nematoda, dan nematophora .
[2]
Beberapa nematoda yang menjadi parasit pada manusia adalah :
nemathelminthesPresentation Transcript
2. Apa itu Nemathelminthes ???Nemathelminthes berasal dari kata Nemathos = benang kata
Helminthes = cacingJadi pengertian Nemathelminthes adalah cacingyang berbentuk benang atau
gilig.
4. Lanjutan. Beberapa jenis diantaranya memiliki kait Sistem pencernaan makanan berupa mulut
, kerongkongan, usus, dan anus Respirasi secara difusi di seluruh permukaan tubuh Tidak memiliki
rangka dan sistem peredaran darah Ukuran tubuh betina lebih besar daripada ukuran tubuh jantan
Reproduksi secara seksual
7. Kelas Nematoda Nematoda memiliki kutikula tubuh yang transparan, mempunyai mulut dan
lubang ekskresiAlat reproduksi pada jantan dengan testis dan betina dengan ovarium. Umur
cacing pada umumnya mencapai 10 bulan.Nematoda dapat dijumpai di darat, air tawar, dan air
laut, dari daerah kutub hingga daerah tropis. Hidupnya ada yang bebas, namun ada pula yang
parasit pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Bentuk tubuhnya gilik panjang dengan simetri
bilateral. Tubuhnya tidak dilapisi silia dan tidak bersegmen.
9. Ascaris lumbricoidea Panjang tubuh dapat mencapai 15-40 cm dengan diameter 2-3 mm.
Cacing jantan lebih kecil dibandingkan dgn betinanya dengan ujung ekor melengkung sementara
cacing betina lurus. Tubuhnya ditutupi oleh kutikula yang tebal dan elastis dengan 4 buah garis
memanjang yang terdapat di sepanjang tubuhnya (1 dorsal, 1 ventral, 2 lateral). Di bagian anterior
terdapat mulut dengan 3 buah bibir (1 bibir dorsal dan 2 bibir ventrolateral) dan masingmasing bibir
memiliki papilla. Merupakan hewan berumah dua, fertilisasi internal.
10. Lanjutan.... Alat pencernaan komplit terdiri atas mulut, buccal cavity, faring, intestin, rectum, dan
anus. Alat ekskresi berupa sel sistem H dengan saluran utama yang lubangnya terbuka tepat di
bawah mulut. Saluran pencernaan makanan terdiri atas mulut, faring, usus panjang, dan anus.
Memiliki serabut-serabut otot longitudinal. Rongga di antara dinding tubuh dan alat pencernaan
disebut pseudocolom. Sistem saraf terdiri atas cincin saraf yang dihubungkan dengan 6 buah tali
saraf (nerve cord) longitudinal, ke bagian anterior dan posterior serta tali-tali saraf transversal
11. Ascaris lumbricoides Respirasi permukaan tubuh: obligat aerob atau fakultatif aerob sistem
pencernaan : Saprozoik dengan memakan zat yang terdapat pada intestin. Pencernaan ekstrasel,
sisa pencernaan dikeluarkan melalui anus. Proses Stimulus Respon: stimulus sel sensoris t.s
trans t.s long Cincin saraf respon t.s trans t.s long efektor
12. Reproduksi Ascaris lumbricoides Vegetatif: - Generatif: Persatuan antara gamet jantan dan
gamet betina. Alat reproduksi jantan: testis, vas deferen, seminal vesicle, penis, lubang kelamin.
ovarium, oviduct, seminal receptacle, vagina, lubang kelamin. Tidak memiliki bentuk larva.
15. Ancylostoma duodenale (cacing tambang) Sering ditemukan di daerah pertambangan dan
beriklim panas. Hidup parasit pada usus manusia. Banyak terdapat di usus makhluk hidup.
Panjangnya sekitar 1-1,5 cm. Menghisap darah sehingga dapat menyebabkan kematian karena
pada saat menggigit, cacing ini mengeluarkan zat anti pembekuan darah (antikoagulasi). Cacing
Ancylo-stoma jantan melebar di bagian ujung ekornya. Sementara cacing Necator jantan ekornya
membentuk semacam bongkol. Memiliki kutikula yang menutupi bagian tubuhnya. Contoh cacing
tambang adalah Anclyostoma doudenelae dan Necator americans.
16. Necator & Ancylostoma (cacing tambang) mulut Mulut terletak di bagian ujung anterior, cacing
ini banyak ditemukan di daerah pertambangan. Di daerah mulut Kait terdapat beberapa buahhook
(kait) kitin sehingga dapat menyebabkan luka pada intestin hospes. Memiliki kutikula sebagai
penutup tubuhnya. Alat pencernaan mirip dengan Ascaris. Alat ekskresi berupa sel sistem H
dengan saluran utama yang lubangnya terbuka tepat di bawah mulut. Sistem saraf Alat pencernaan
mirip dengan Ascaris. Merupakan hewan berumah dua, fertilisasi internal.
17. Reproduksi Necator & Ancylostoma Reproduksi: Vegetatif: - Generatif: Persatuan antara gamet
jantan dan gamet betina. Alat reproduksi jantan: testis, vas deferen, seminal vesicle, penis, lubang
kelamin Alat reproduksi betina: ovarium, oviduct, seminal receptacle/uterus, vagina, lubang
kelamin. Larva di tanah lembab/becek masuk ke dalam tubuh melalui kulit Embrio dilepaskan
melalui feses, juvenil pecah ditanah, ketika kontak dengan kulit manusia juvenil masuk kelapisan
dalam kulit, masuk kealiran darah, mencapai paru-paru, dewasa di usus halus.
18. Daur Hidup Telur (keluar bersama feses) menetas menjadi Larva Rhabditiform Larva Filariform
aktif akan menembus kulit aliran darah Jantung Paru-Paru Trakea tertelan masuk ke
Duodenum(usus 12 jari) menghisap darah
19. Wuchereria bancrofti Cacing filaria menyebabkan penyakit elefantiasis/kaki gajah. Larva cacing
ini akan berpindah-pindah tempat pada siang maupun malam hari di dalam pembuluh darah
manusia. Cacing ini dapat masuk melalui hasil gigitan nyamuk Culex sp. Yang tertular.
20. Oxyuris (cacing kremi) Hidup di usus besar manusia Panjang tubuhnya 1-1,5 cm dengan
diameter sebesar rambut/benang. Cacing jantan lebih kecil dibandingkan dengan betinanya.
Tubuhnya ditutupi oleh kutikula elastis. Mulut terletak di bagian ujung anterior dan banyak
menginfeksi anak-anak terutama di negara berkembang. Merupakan hewan berumah dua, fertilisasi
internal.
21. Lanjutan... Respirasi permukaan tubuh: obligat aerob atau fakultatif aerob Ekskresi: sistem H
Sistem pencernaan : Saprozoik dengan memakan zat yang terdapat pada intestin. Pencernaan
ekstrasel, sisa pencernaan dikeluarkan melalui anus. Proses Stimulus Respon: mirip dengan
Ascaris
22. Reproduksi Oxyuris vermicularis Vegetatif: - Generatif: Persatuan antara gamet jantan dan
gamet betina. Alat reproduksi jantan: testis, vas deferen, seminal vesicle, penial specula, lubang
kelamin. Alat reproduksi betina: ovarium, oviduct, seminal receptacle/uterus, vagina, lubang
kelamin. Telur berkembang pesat menjadi fase infective dalam waktu 6 jam Setelah tertelan, telur
menetas pada duodenum dan dewasa pada usus besar Beberapa spesies jantan merupakan
individu haploid yang diperoleh dari partenogenesis betina, betina diploid dihasilkan dari fertilisasi
23. Siklus hidup Oxyuris vermicularisCacing ini meletakkan telurnya di anus untukmemperoleh
oksigen bagi pertumbuhan larva. Gerakancacing ini menyebabkan rasa gatal di bagian anus.
Jikadigaruk dengan tangan, telur itu akan melekat di kuku.Telur itu akan masuk kembali ke dalam
tubuh bersamamakanan yang telah terkontaminasi tangan yang ada telurcacing kremi. Hal ini
disebut autoinfeksi (infeksi dirisendiri). Apabila akan kawin, cacing ini menuju ususbesar, dan yang
betina akan meletakkan telurnya lagi dianus.Contoh lainnya adalah Oxyuris equi pada dubur kuda
ataukeledai.
25. Trichinella spiralis (cacing otot) Cacing ini menyebabkan penyakit trikinosis. Penyebarannya
melalui memakan daging yang tidak higienis dan mengandung larva cacing ini. Telur yang telah
dibuahi dalam cacing betina akan berkembang menjadi embrio cacing menembus dinding intestin
kelenjar mucosa larva peredaran darah otot serat lintang (otot lurik) mengkista dan termakan
carnivora, dst.
26. Kelas Acanthocephala Cacing kelas ini hidup dalam usus vertebrata dan biasanya melekat
pada dinding usus dengan proboscis dengan kait duri. Hospes perantara crustacean dan insecta.
Contoh species: Neoechinorhynchus emydis
Filum Nemathelminthes
A. Pengertian Nemathelminthes
Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema = benang, helminthes = cacing) disebut sebagai cacing
gilig karana tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang. Berbeda dengan Platyhelminthes
yang belum memiliki rongga tubuh, Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan
rongga tubuh sejati. Oleh karena memiliki rongga tubuh semu, Nemathelminthes disebut sebagai hewan
seudoselomata.
B.
Tubuh tidak beruas-ruas, gilik, pada bagian depan terdapat mulut dilanjutkan dengan pencernaan yaitu
usus dan diakhiri dengan anus
Tidak memiliki pencernaan gastrovaskuler karena sudah terdapat usus
Ciri tubuh Nemathelminthes meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.
E. Reproduksi Nemathelminthes
Nemathelminthes umumnya melakukan reproduksi secara seksual.Sistem reproduksi bersifat gonokoris,
yaitu organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda.Fertilisasi terjadi secara
internal.Telur hasil fertilisasi dapat membentuk kista dan kista dapat bertahan hidup pada lingkungan
yang tidak menguntungkan.
F. Klasifikasi
Nemathelminthes dibagi menjadi dua kelas, yaitu Nematoda dan Acanthocephala. Pada uraian berikut
akan dibahas beberapa spesies dari nematoda yang merupakan parasit bagi manusia.
a.
Kelas Nematoda
(Nema: benang, oidos: bentuk) Pada classis Nematoda, cuticulanya polos atau bercincin-cincin,
kebanyakan mempunyai bulu-bulu kaku, tidak bercilia. Cuticula adalah merupakan modifikasi epidermis
kearah superficial. Dibawah epidermis terdapat lapisan otot yang hanya terdiri atas serabut-serabut
longitudinal saja.
1. Ciri-ciri umum
Mempunyai saluran pencernaan dan rongga badan, rongga badan tersebut dilapisi oleh selaput seluler
sehingga disebut SPEUDOSEL atau PSEDOSELOMA.
Tidak mempunyai silia sama sekali.
Potongan melintangnya berbentuk bulat, tidak bersegmen dan ditutupi oleh kutikula yang disekresi oleh
lapisan hipodermis (lapisan sel yang ada dibawahnya).
2. Sistem integument
Permukaan luar tubuh cacing diselubungi oleh kutikula yang merupakan ikatan paling sedikit
tersusun oleh 5 macam protein dan dapat dibedakan menjadi 3 lapis mulai dari permukaan secara
berturutan adalah sebagai berikut : korteks, matriks dan basal. Dibawah integumen adalah hipodermis
dan lapisan otot.
3. Sistem syaraf
Sistem saraf terdiri dari cincin anterior yang mengelilingi esofagus, batang saraf dorsal dan
fentral, dan saraf-saraf anterior (6 saraf anterior dan 6 saraf posterior)
4. Sistem reproduksi
Sistem reproduksi jantan terdiri dari testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat
menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung
spikulum yang biasanya ditemukan 1atau 2 atau tidak spikula (alat untuk kopulasi). Disekeliling anus
ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis
cacing.
Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe , yaitu yang berupa sayap yang terbentuk
dari kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu melebar disebut ALA CAUDAL sedangkan yang
melebar membentuk bentukan yang disebut BURSA (berfungsi untuk memegang cacing betina saat
kopulasi). Sedangkan Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari ovarium, oviduk dan uterus. berikutnya
masing-masing oviduks, uterus (bagian uterus ada yang meluas membentuk Reseptakulum Seminalis
yaitu kantung sperma) , vagina dan terakhir vulva.
5. Siklus hidup
Siklus hidup cacing nematoda secara umum dapat dibagi menjadi dua :
Secara langsung
1. melalui larva infektif. Contoh Ancylostoma sp.
2. Melalui telur infektif. Contoh Ascaris sp., Trichuris sp.
Telur menetas (diluar tubuh hospes) menghasilkan L1, kemudian melewati dua kali ekdisis (ganti
selubung) menjadi L2 dan L3. Stadium L3 disebut stadium infektif, karena kalau termakan oleh hospes
akan berkembang menjadi cacing dewasa. Sedangkan L1 dan L2 walaupun sama-sama termakan tidak
akan menjadi dewasa. Ada pula L3 yang selain infektif melalui mulut (termakan) bisa pula menembus
kulit.
Telur berkembang diluar tubuh hospes, tetapi tidak menetas. Larva infektif (L2) tetap didalam
telur . infeksi melalui mulut (termakan). contoh : Ascaris sp.
Secara tidak langsung
Melalui hospes Intermidier (HI) contoh: Dirofilaria sp., Thelazia sp.
1. Telur menetas atau cacing vivipar dan larvanya masuk kedalam hospes antara. Setelah hidup bebas
sebentar, misalnya Metastrongylus sp. . Hospes intermidier termakan oleh hospes definitif.
2. Telur tidak menetas dan tertelan oleh hospes antara, misalnya Thelazia sp., acuaria sp. Hospes antara
dimakan oleh hospes definitif.
3. Cacing vivipar dan larvanya masuk kedalam darah hospes, dan dihisap oleh hospes intermidier
penghisap darah (nyamuk) tempat tumbuhnya larva infektif. Pada waktu hospes antara menghisap
darah hospes definitif, larva infektif keluar dari probosis hospes antara menembus masuk kedalam
hospes definitif melalui kulit . misal : dirofilaria sp.
Didalam siklus hidupnya larva cacing dalam tubuh hospes dapat mengalami :
a.
Migrasi
Pada,
kelas
Ordo
Genus Ascaris
nematoda
terdapat
beberapa
ordo,
yaitu:
Ascaridida
Ascaris adalah jenis cacing gilig yang besar. Bibirnya mempunyai peninggian bergigi, tetapi tidak
ada interlabia atau sayap servikal. Ekor cacing jantan berbentuk kerucut, tanpa sayap kaudal tetapi
terdapat sejumlah papila.
Cacing ini hidup di dalam usus halus manusia sehingga sering kali disebut cacing perut. Ascaris
lumbricoides merupakan hewan dioseus, yaitu hewan dengan jenis kelamin berbeda, bukan
hemafrodit. Ascaris lumbricoides hanya berkembang biak secara seksual.Ascaris lumbricoides jantan
memiliki sepasang alat berbentuk kait yang menyembul dari anus disebut spikula.Spikula berfungsi
untuk membuka pori kelamin cacing bretina dan memindahkan sperma saat kawin.
Infeksi cacing ini menyebabkan penyakit askariasis atau cacingan, umumnya pada anakanak.Infeksi ini terjadi pada saat mengkonsumsi makanan tau minuman yang tercemar telur ascaris.
Morfologi, cacing Ascaris umumnya berbentuk bulat panjang, memiliki kutikula yang tebal serta
memiliki tiga buah bibir pada bagian mulutnya. Dua buah bibirnya terletak pada bagian dorsal. Masingmasing bibir dilengkapi dengan papillae dibagian lateral dan subventral dan dilengkapi pula dengan
sederetan gigi pada permukaan sebelah dalam. Ukuran panjang tubuh cacing jantanberkisar antara 1525 cm dengan diameter penampang lintang 3 mm. Sedangkan cacing betina dapat mencapai panjang 41
cm dengan diameter penampang lintangnya 5 mm.
Siklus Hidup, Dalam perkembangannya, melalui dua fase perkembangan yakni fase eksternal
(diluar tubuh ternak) dan fase internal ( di dalam tubuh ternak).
Fase eksternal : dimulai sejak telur cacing Ascaris dikeluarkan bersama dengan feses dari dalam
tubuh ternak penderita saat defikasi. Di alam luar, pada kondisi lingkungan yang menunjang, telur akan
berkembang sehingga didalam telur terbentuk larva stadium I. Bila kondisi tetap menunjang, larva
stadium I akan menyilih menjadi larva stadium II yang bersifat infeksius (telur infektif) dan siap menulari
ternak babi apabila telur tertelan.
Fase internal dimulai saat telur yang infektif tertelan oleh hospes definitif. Didalam usus halus,
telur infektif tersebut dicerna oleh enzim pencernaan dan terbebaslah larva stadium II. Larva II akan
menembus dinding usus halus menuju hati atau larva akan mengikuti peredaran darah vena porta
menuju ke hati. Selanjutnya larva II tersebut menembus kapsul hati dan masuk melalui sel-sel parenkem
hati untuk selanjutnya ikut peredaran darah dari hati menuju ke jantung, paru-paru, dan bahkan dapat
menyebar seluruh organ tubuh. Jika babi bunting dapat terjadi infeksi prenatal. Juga larva dapat
mencapai kelenjar susu, didalam kelenjar susu, larva cacing akan bersifat dorman (tidak berkembang
lebih lanjut atau mengalami fase istirahat ) dan baru akan berkembang didalam tubuh keturunannya
(anak) bila mana sudah lahir dan penularannya melalui air susu.
Didalam paru-paru larva stadium II berkembang menjadi larva III, kemudian keluar dari kapiler
alveoli paru-paru menuju bronchioli, bronchi dan selanjutnyake trachea, pharing (iritasi terjadi proses
batuk) akhirnya larva III tertelan dan sampailah kembali ke dalam usus halus. Di dalam usus halus larva
III menyilih menjadi larva IV dan menyilih untuk menjadi larva V (dewasa).
Cacing betina dewasa dapat menghasilkan telur sebanyak 200.000 butir per har, dan diduga
bahwa seekor cacing A. suum betina dewasa selama hidupnya dapat menghasilkan telur sebanyak 27
milyard butir. Telur berukuran 50-80 X 40-60 mikron, berdinding tebal, berwarna kuning kecoklatan
serta pada bagian luarnya dilapisi oleh lapisan albumin yang tidak rata sehingga membentuk tonjolan
yang bergerigi (ciri khas dari genus Ascaris ).HOSPES DEFINITIF DAN PREDILEKSI, berparasit pada babi
dan
predeleksinya
didalam
usus
halus.
Genus Parascaris
Merupakan cacing nematoda dengan tubuh yang tebal dan bahkan lebih besar dari Ascaris. Ketiga
bibir tampak jelas dipisahkan oleh alur horizontal menjadi bagian anterior dan posterior. Ujung posterior
cacing jantan membulat atau berbentuk kerucut tumpul dengan sayap kaudal kecil. Tidak ada
gubernakulum. SPESIES, Parascaris equorum, berpredeleksi di dalam usus halus kuda termasuk zebra
dan equidae. Cacing jantan panjangnya 15 28 cm dan diameternya 3-6 mm, spikulanya sama besar
dengan panjang 2 2,5 mm. Cacing betina panjangnya 18 50 cm dengan diameter mencapai 8 mm.
Vulva terletak 1/ 4 anterior tubuh, telurnya berbentuk agak bulat dengan diameter 9-10 mikron, kulit
tebal
berbintik-bintik
halus.
Genus Toxocara
Toxocara canis, berpredeleksi dalam usus halus anjing dan rubah, lebih besar dari Toxascaris
leonina. Cacing jantan panjangnya mencapai 10 cm dan yang betina 18 cm. Telurnya berbentuk agak
bulat berukuran 85-90X75 mikron dengan dinding tebal dan berbintik-bintik halus.
Toxocara cati, berpredeleksi didalam usus halus kucing. Morfologinya hampir sama dengan T.
canis, cacing jantan panjangnya 3 7 cm, spikulumnya tidak sama besar dan bersayap. Cacing betina
panjangnya 4-12 cm. Telur berukuran 65 75 mikron.
Toxocara vitolurum, berpredeleksi didalam usus halus sapi, kerbau, domba dan kambing. Bibirnya
lebar pada pangkalnya dan semakin keujung menyempit. Cacing jantan panjangnya mencapai 25 cm
dengan diameter 5 mm. Ujung posteriornya meruncing dan sering disebut berujung paku. Cacing betina
panjangnya 30 cm dengan diameter 6 mm. Vulva cacing terletak 1/8 ujung anterior tubuh. Telurnya
berukuran 75-95 X 60 75 mikron.
Genus Toxascaris
Cacing dari genus ini hampir sama dengan Toxocara sp., perbedaannya bibir lobulus anterior
terpisah oleh sebuah alur yang dalam dan lobulus tersebut melebar dan pada ujungnya berlobus dua.
Spesies, Toxascaris leonina, berpredeleksi didalam usus halus anjing, kucing, rubah dan berbagai
filidae. Ujung anterior cacing dewasa membengkok ke dorsal, cacing jantang panjangnya 2 7 cm
dengan diameter1,5 2 mm. Sedangkan cacing betina panjangnya 2 10 cm, vulvanya berada 1/3
anterior tubuh. Telur mempunyai kulit yang tebal dan halus dengan ukuran 5 85 X 60 75 mikron.
Siklus Hidup, larva II infektif menetas didalam usus halus, kemudian masuk kedalam mukosa usus
untuk beberapa saat dan akhirnya kembali lagi kedalam usus dan mengalami perkembangan lebih lanjut
menjadi
dewasa.
Genus Oxyuris
Species Enterobius vermicularis (cacing kremi). Cacing ini disebut cacing kremi karena ukurannya
yang sangat kecil. sekitar 10 -15 mm. Cacing kremi hidup di dalam usus besar manusia.Cacing kremi
tidak menyebabkan penyakit yang berbahaya namun cukup mengganggu. Infeksi cacing kremi tidak
memerlukan perantara.Telur cacing dapat tertelan bila kita memakan makanan yang terkontaminasi
telur
cacing
ini.
Pengulangan daur infeksi cacing kremi secara autoinfeksi, yaitu dilakukan ole penderita
sendiri.Cacing ini bertelur pada anus penderita dan menyebabkan rasa gatal.Jika penderita sering
menggaruk pada bagian anus dan tidak menjaga kebersihan tangan, maka infeksi cacing kremi akan
terjadi kembali.
dengan
Larva
I.
Genus Ascaridia
Spesies : Ascaridia galli, Ascaridia columbae, Ascaridia dissimilis. predeleksinya di dalam usus
halus ternak unggas seperti ayam, mentog, kalkun, itik dan berbagai burung liar di seluruh dunia.
Morfologi : Ascaridia galli merupakan cacing berbentuk silinder, berukuran paling besar pada
unggas. Cacingberwarna putih kekuning-kuningan, memiliki tiga buah bibir yang berukuran sama,
esofagus berbentuk alat pemukul dan tidak dijumpai adanya bulbus posterior.
Cacing jantan panjangnya 5-6 cm dan ekornya mempunyai alae kecil yang dilengkapi dengan
sepuluh pasang papillae yang sebagian besar pendek dan tebal. Cacing ini mempunyai sucker (batil isap )
precloaka dan berbentuk bundar dengan tepi cutikuler yang tebal. Spikulum tidak sama besarnya, tetapi
sama panjang berukuran 1-2,4 mm dan tidak ada gubernakulum.
Cacing betina dewasa berukuran 7,2 11,6 cm, bagian ekornya memipih kebagian ujung,
sedangkan lubang kelamin terletak lebih kearah depan (pertengahan tubuh). Telur cacing A. galli
berbentuk oval dengan dinding yang halus, licin, tidak bersegmen dan belum berkembang saat
dikeluarkan. Telur cacing berukuran 73 92 X 45-57 mikron. Cacing betina dewasa mengeluarkan telur
sebanyak 250.000 butir setiap hari.
Siklus Hidup , Telur cacing keluar bersama tinja hospes definitif terinfeksi pada saat defikasi. Di
alam luar telur akan mengalami perkembangan yaitu di dalam telur akan terbentuk larva, telur infeksius
(telur dengan larva stadium II) akan dicapai setelah kira-kira 10 hari dan sangat tahan terhadap
pengaruh luar, dan bahkan dapat bertahan selama tiga bulan pada tempat yang teduh tetapi cepat
terbunuh dalam kekeringan, kepanasan dan terkena sinar matahari langsung.
Unggas terinfeksi bila makan/minum yang tercemar telur infektif atau termakannya cacing tanah
yang sebelumnya menelan telur cacing infektif, transmisi dapat terjadi secara mekanik langsung ke
dalam usus hospes definif. Setelah telur infeksius tertelan, didalam saluran pencernaan hospes definitif ,
karena pengaruh enzem pencernaan telur akan menetas dan terbebaslah larva stadium II. Setelah
menetas, larva II akan menetapdidalam lumen usus selama 8 hari dan mengalami ekdisis ( menyilih)
menjadi larva III, setelah itu larva III akan masuk kedalam mukosa usus halus sampai hari ke-17
menyilih menjadi larva IV dan akhirnya masuk ke lumen usus dan menjadi dewasa ( 6-8 minggu ).
Genus Heterakis
Spesies yang penting adalah Heterakis gallinarum, dijumpai didalam caecum dari ternak unggas,
bebek, angsa dan bangsa burung.
Cacing jantan berukuran panjang 7-13 mm. Cacing betina 10-15 mm. Memiliki alae lateralis yang
besar, dengan esofagusbulbus yang kuat. Ekor cacing jantan diperlengkapi alae yang besar, sebuah
sucker precloaca yang menonjol dan membulat serta 12 pasang papillae. Spikula tidak sama, yang kanan
langsing 2 mm, yang kiri memiliki sayap lebar 0,65 0,7 mm. Vulva ditengah-tengah tubuh cacing betina.
Telur berdinding tebal, halus dengan ukuran 65-80 u X 35 46 mikron.
Ordo Strongylida
Genus strongylus
Terdapat capsulla buccalis bentuk globoid yang berkembang sempurna pada dinding dorsal.
Tetapi anterior capsulla buccalis biasanya memiliki alat kutikuler berbentuk daun yang disebut corona
radiata. Terdapat corona radiata external pada lubang mulut dan corona radiata internal pada dinding
sebelah dalam capsulla buccalis. Bursa pada cacing jantan berkembang sempurna dan kuat yang
memiliki cabang-cabang (alur) yang tipik didalamnya.
Strongylus equinus, dijumpai didalam sekum dan colon bangsa kuda , termasuk zebra. Warna
cacing abu-abu hitam. Kadang-kadang kemerahan karena darah dalam saluran pencernaan yang
tampak. Cacing jantan panjangnya 26-35 mm, yang betina 38-47 mm, dengan penampang 2
mm. Capsulla buccalis oval dan memiliki corona radiata external dan internal. Pada pangkal dari capsula
buccalis terdapat gigi dorsal yang besar dan dua gigi subventral yang lebih kecil. Cacing jantan memiliki
dua spikula. Vulva dari cacing betina terletak sekitar 12-14 mm dari bagian posterior tubuh.
Bentuk telur oval, dinding tipis dan telah mengalami awal segmentasi pada saat dilepaskan dari
tubuh, ukuran telur 70 85 u X 40-75 mikron.
Siklus Hidup, Telur telur keluar bersama tinja dan telah mengalami awal segmentasi. Dinding
telur tipis, terdiri dari lapisan dinding sebelah luar yang terdiri dari bahan chitin dan membrana vitellinus
di dalamnya. Pada suhu 26 C terbentuk larva stadium I dalam waktu 20-24 jam yang menetas dari telur
dan menjadi larva stadium bebas. Setelah menetas, larva berada pada stadium I, yaitu bentuk
rhabditiform. Makanan larva adalah bakteri , kemudian terus bertumbuh dan menyilih menjadi larva
stadium II. Bentuk rhabditiform esofagus berkurang, kemudian tumbuh menjadi larva yang kutikulanya
masih tetap berasal dari stadium sebelumnya dan bersifat infeksius. Larva stadium infeksius tidak makan
bakteri dari alam sekitarnya, tetapi memperoleh makanannya dari granula makanan yang tersimpan
didalam sel-sel intestinum.
Larva infeksius tidak aktif masuk kedalam tubuh hospes, tetapi tertelan bersama makanan.
Larva stadium infeksius bersifat :
a. geotrofik negatif : selalu merayap keatas ke daun-daun rumput dan lain-lain.
b. Phototropic pada sinar lemah, tapi takut pada sinar kuat, sehingga larva merayap naik pada pagi hari
Pada Strongylus equinus, larva yang telah berganti kulit, menembus masuk mukosa sekum dan
kolon dan masuk ke sub serosa untuk membentuk nodule disitu. Sebelas hari setelah infeksi, terbentuk
larva didalam nodule. Larva stadium 4 migrasi ke rongga peritonium, terus ke hati yang berlangsung
selama 6-8 minggu. Antara 2-4 bulan setelah infeksi, larva meninggalkan hati melalui ligamentum
hepatika dan pergi ke rongga peritonium melalui pankreas. Setelah 118 hari dari saat infeksi, terbentuk
larva stadium 5 dan menuju ke sekum dan kolon. Periode prepaten adalah 260 hari.
Genus Haemonchus
Morfologi : Cacing haemonchus contortus merupakan cacing lambung yang besar, sehingga
disebut juga cacing Barberpole , cacing lambung berpilin atau cacing kawat pada ruminansia. Cacing
H. contortus berpredeleksi didalam abomasum kambing, sapi, kambing dan ruminansia lain.
Cacing jantan panjangnya 10-20 mm diameter 400 mikron, berwarna merah terang serta memiliki
spikula dan bursa. Bursanya ditemukan di bagian posterior tubuh tersusun oleh dua lobus lateral yang
simetris dan satu lobus dorsal yang tidak simetris, sehingga membentuk percabangan seperti huruf Y
dan berwarna mengkilat.
Cacing betina mempunyai ukuran lebih panjang dari cacing jantan yaitu 18-30 mm dengan
diameter 500 mikron, nampak adanya anyaman-anyaman yang membentuk spiral antara organ genital
(Ovarium) yang berwarna putih dengan usus yang berwarna merah karena penuh berisi darah, sehingga
akan nampak berwarna merah puti secara berselang seling. Mempunyai Flaf anterior yang menutupi
permukaan vulva yang umumnya besar dan menonjol. Cacing betina dewasa mampu bertelur sebanyak
5.000 10.000 butir setiap hari. Telur berbentuk lonjong dan berukuran 70-85 X 41 48 mikron yang
pada saat keluar bersama tinja, perkembangan telur telah mengalami stadium morula (didalam telur
telah mengandung 16-32 sel).
Siklus hidup, Telur cacing dikeluarkan bersama faeses dari hewan penderita ke alam bebas,
setelah 24 jam pada lingkungan yang mendukung (suhu dan kelembaban) akan segera menetas dan
terbebaslah larva stadium I. Pada kondisi yang tetap mendukung larva I akan ekdisis menjadi larva II,
kemudian akan menjadi larva III yang infektif. Larva III akan merayap keatas daun atau rumputrumputan serta dapat bertahan hidup untuk beberapa minggu bulan jika kondisi tetap menunjang. Jika
larva infektif dimakan hospes definitif melalui rumput yang tercemar, maka selanjutnya menyilih
menjadi larva IV dan menempel pada mukosa abomasum untuk menghisap darah. Larva IV akan
mengalami penyilihan yang terakhir menjadi cacing muda yang berpredeleksi didalam abomasum serta
menghisap darah. Cacing betina sudah dapat bertelur dalam waktu 18 21 hari setelah infeksi.
Genus Oesophagustomum
Morfologi, Cacing ini memiliki capsula buccalis silindris dan sempit. Memiliki corona radiata.
Mempunyai bursa terdiri 3 lobi dan ada spikula. Merupakan parasit pada caecum dan colon pada ternak
sapi, kambing, domba, babi dan kera. Sering disebut cacing nodular, sebab larva cacing membentuk
nodular pada intestinum.
Oesophagustomum columbionum : dijumpai pada colon domba, kambing, unta. Cacing jantan
Panjang 12-16,5 mm. Dan betina sekitar 15-21,5 mm, dengan penampang sekitar 0,45 mm. Ukuran telur
berkisar 73-39 U X 34-45 mikron.
Oesophagustomum radiatum : dijumpai didalam colon sapi, kerbau dan zebu. Cacing jantan
panjang 14-17mm dan betina 16-22 mm.
Oesophagustomum dentatum : dijumpai di dalam usus besar babi.
Siklus hidup, Telur keluar bersama tinja hospes . di luar tubuh perkembangan stadium bebas
sama dengan Strongylus sp. Stadium infektif dicapai pada kondisi optimum dalam waktu 6-7 hari.
Setelah ditelan larva infektif mengalami pergantian kulit dalam usus halus dan sehari setelah infeksi
larva menembus dinding usus yakni pylorus sampai ke rectum. Kondisi selanjutnya terjadi didalam
muskularis mukosa yaitu 4-5 hari setelah infeksi dan larva tumbuh sampai sekitar 1,5 2,5 mm setelah 57 hari, larva kembali masuk kedalam lumen intestinum dan migrasi kecolon. Disitu mengalami ekdisis ke
empat dan berubah menjadi cacing dewasa. Telur tampak pertama pada tinja penderita setelah 41 hari
infeksi. Sebagian larva dapat tinggal menetap dalam mukosa dalam waktu yang lebih lama pada anak
domba.
Genus Stephunurus
Morfologi Cacing ini memilki capsul bukalis berbentuk cawan, berisi gigi-gigi. Spesies yang penting
yaitu Stephurus dentatus yang merupakan cacing ginjal pada babi. Dijumpai didalam jaringan lemak
perirenal, Pars pelvina dari ginjal dan dinding ureter. Kadang-kadang sebagai parasit eratika pada hati
dan alat-alat abdomen lainnya serta alat-alat di rongga thorak. Parasit ini tersebar di wilayah tropis dan
sub tropis. Cacing jantan panjangnya 20-30 mm, cacing betina 30-45 mm. Yang betina 2 mm lebarnya.
Capsula bukalis berbentuk cawan dengan dinding tebal dengan 6 gigi tebal pada dasarnya. Bursa pada
jantan kecil dengan alur yang pendek. Kedua buah spikula sama panjang. Vulva terletak dekat dengan
anus. Telur berbentuk elips berdinding tipis dengan ukuran 90-120 u X 43-70 mikron.
Siklus hidup, Cacing dewasa biasanya hidup berkumpul didalam atau dekat ginjal di tempat
perhubungan dengan ureter dan telur dikeluarkan bersama urine hospes. Pada stadium ini embrio
didalam telur terdiri sekitar 32-64 sel. Perkembangan larva stadium preinfektif sama dengan Strongylus
sp. Pada suhu optimal 26 C, telur menetas setelah 24-36 hari dan larva mencapai stadium infektif 4 hari
setelah mengalami dua kali ekdisis.
Infeksi terjadi per-os atau melalui kulit. Cacing tanah dapat bertindak sebagai pembawa
penyakit. Larva infektif dapat berkumpul dalam masa emoebocyte dari cacing tanah dan dapat hidup
disini selama beberapa minggu atau bulan. Kulit pembungkus larva infektif segera akan lepas setelah
infeksi dan ecdisis ketiga terjadi setelah 72 jam kemudian, yaitu pada dinding lambung atau kulit atau
otot-otot abdominal setelah infeksi perkutan.
Dari kedua jalan infeksi, larva menuju ke hati. Bila infeksi per oral melalui pembuluh darah porta
dan dicapai sekitar 3 hari, dan bila perkutan melalui paru-paru dan sistem sirkulasi dalam 40 hari. Dari
hati mengembara dibawah kapsul hati dan menembus kapsul hati mencapai rongga peritonium.
Kemudian mencapai jaringan perirenal dan menembus dinding ureter, serta membentuk cyste yang
melanjut
menghubungkan
diri
dengan
ureter.
Genus Bonustomum
Cacing ini merupakan cacing kait yang dijumpai didalam usus halus domba, kambing, sapi dan
kerbau diseluruh dunia. Ujung anterior cacing melengkung kearah dorsal, sehingga capsula bukalis
membuka kearah antero dorsal dan memiliki sepasang papan chitine pada tepi ventral. Di dekat
dasarnya terdapat sepasang gigi sub ventral yang kecil. Tidak mempunyai gigi dorsal didalam capsula
bukalis. Bursa berkembang dengan baik dan memiliki lobus dorsalis yang asimetris. Ujung telur tumpul
membulat dan sel-sel embrional tampak sebagai granula yang berwarna gelap.Spesies :
B.trigonocephalum dijumpai didalam usus halus domba dan kambing, B.phlebotomum dijumpai
didalam usus halus sapi.
Siklus hidup, Perkembangan telur sama seperti Strongylus sp. Infeksi terjadi melalui makanan
atau minuman yang tercemar larva infektif (larva stadium 3) dan dapat juga melalui kulit. Setelah infeksi
melalui kulit, larva melanjut mengikuti peredaran darah menuju ke paru-paru dan disini terjadi ekdisis
yang ketiga. Larva stadium keempat, memiliki capsula bukalis dan mencapai usus halus setelah 11 hari.
Periode prepaten 30-56 hari. Larva infektif tidak tahan terhadap kering. Infeksi umumnya dijumpai
didalam
pasture
yang
terus
menerus
basah.
Genus Syngamus
Spesies yang penting Syngamus trachea, dijumpai di dalam trachea mentog, ayam, bebek, angsa
dan berbagai burung diseluruh dunia. Berwarna merah tua dan selalu berada dalam keadaan kopulasi.
Cacing jantan panjang 2-6 mm, yang betina 5-20 mm. Lubang mulut lebar, tanpa corona radiata. Capsula
bucalis bentuk cawan berisi 6-10 gigi-gigi kecil pada dasarnya. Bursa cacing jantan memiliki alur pendek
dan kuat. Telur ukurannya 70-100 U X 43-48 mikron, memiliki operculum tebal pada kedua ujung.
Siklus hidup, Telur cacing pada umumnya dibatukkan keatas dan ditelan masuk alat pencernaan,
kemudian keluar tubuh bersama tinja. Larva infeksius terbentuk didalam telur setelah keluar dari dalam
tubuh. Pada kondisi optimal yaitu kelembaban tinggi dan suhu optimal dibutuhkan waktu 3 hari, pada
kondisi lapangan dibutuhkan waktu 1 sampai 2 minggu. Didalam telur larva ekdisis dua kali dan larva
infektif dapat menetas dari telur, namun pada umumnya infeksi terjadi dengan menelan telur yang
mengandung larva infektif. Larva yang menetas dapat tertelan oleh cacing tanah, siput, kumbang, kutu
dan arthropoda lainnya dan mengkista disitu. Arthropoda dan cacing tanah dapat sebagai inang
paratenik.
Larva yang menetas dari telur, didalam usus akan menembus dinding usus, ikut aliran darah
sampai ke paru-paru, dicapai selama 6 jam. Ecdisis berikut terjadi 3 hari setelah infeksi . ecdisis terakhir
terjadi hari keempat atau kelima dan cacing muda migrasi dari alveoli ke bronchioli yang lebih besar dan
copulasi disini. Trachea dicapai setelah 7 hari dan periode prepaten 17 20 hari setelah infeksi.
Genus Metastrongylus
Morfologi, Cacing ini merupakan cacing paru-paru pada babi. Terdapat dua bibir lateral berlobus
tiga dan tersebar adalah lobus yang ditengah. Kapsul bukal sangat kecil, dengan spikula pada yang
jantan panjang dan lembut, dengan sayap garis melintang. Ekor berbentuk kerucut. Vulva dekat dengan
anus. Uterus paralel. Cacing ini oviparosa. Cacing jantan panjang 11-26mm dan cacing betina 28-60 mm.
Telur berukuran 45-57 X 38-41 mikron dan telur berembrio ketika dikeluarkan.Spesies yang penting : M.
apri, M. salmi yang predeleksi pada trakea, bonki dan bronkiola pada babi.
Siklus hidup, Siklus hidup cacing ini secara tidak langsung yaitu melalui induk semang
antara. Telur dikeluarkan pada bronkhus dan bronkhiolus, dibatukkan kemudian ditelan dan dikelurkan
bersama tinja. Telur ini harus dimakan cacing tanah untuk perkembangan lebih lanjut. Cacing tanah yang
dapat berperan sebagai hospes intermidier antara lain : Allobophora chloritica, Denroboena rubida,
Eisenia austriaca, E. foitida dan Lumbricus terrestris. Babi terinfeksi dengan jalan memakan cacing tanah
yang mengandung larva stadium 3, kemudian larva dibebaskan didalam usus halus babi, menembus
usus halus menuju limfaglandula mesenterika melalui sistem limfe. Di tempat tersebut larva menyilih
menyilih menjadi larva stadium 4, kemudian melalui sistem limfa dan peredaran darah menuju jantung
dan paru-paru, menyilih menjadi stadium dewasa.
Genus Capillaria
Spesies Wuchereria bancrofti (cacing rambut). Cacing rambut dinamakan pula cacing filaria.
Tempat hidupnya di dalam pembuluh limfa. Cacing ini menyebabkan penyakit kaki gajah ( elefantiasis ),
yaitu pembengkakan tubuh. Pembengkakan terjadi karena akumulasi cairan dalam pembuluh limfa yang
tersumbat oleh cacing filaria dalam jumlah banyak.Cacing filaria masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk Culex yang banyak terdapat di daerah tropis.
Morfologi, Mirip dengan Trichuris, tetapi ramping keseluruhan. Tubuhnya kapiler dan mempunyai
mulut sederhana. Vulva cacing betina dekat dengan ujung esofagus. Kadang cacing ini mempunyai
sebuah spikulum yang selalau ada selubungnya. Panjang cacing jantan 11 15 mm, betina 10-25 mm.
Telur ini mempunyai dua sumbat pada kedua ujungnya dan ukuran telur 43-70 X 21-30 mikron.
Siklus hidup : secara langsung melalui telur infektif dan tidak langsung melalui hospes intermidier
Ordo
Genus Trichinella
Enoplida
Spesies Trichinella spiralis. Cacing ini hidup pada otot manusia dan menyebabkan penyakit
trikhinosis atau kerusakan otot.Manusia yang terinfeksi cacing ini karena memakan daging yang tidak
dimasak dengan baik. cacing ini terdapat di antara serabut-serabut obat bergaris dari hewan pemakan
daging dan monivara. Jika inang memakan daging tersebut, maka di dalam usus kista tumbuh menjadi
cacing dewasa. Setelah kawin, yang jantan mati dan cacing betina melahirkan larva. Larva itu lalu
memasuki sel-sel mukosa dingin usus(sebagai parasit intraseluler) kemudian mengikuti peredaran darah
besar dan larva datang dalam jaringan obat bergaris dan mengkista.
Cacing ini juga terdapat pada babi , tikus, dan mamalia lain (peka), sapi, domba dan kambing
(kurang peka). Larva cacing akan mengkista pada urat daging bergaris melintang. Habitat Cacing dewasa
pada usus halus sedangkan larvanya pada urat daging.
Morfologi, Cacing dewasa kecil , tetapi sering muncul dalam jumlah besar, larva cacing
menyebabkan efek yang serius dengan mengkista pada urat daging. Cacing betina panjangnya 1,4 1,6
mm dan jantan 3-4 mm, ukuran telur 40 x 30 mikron, telur akan menetas dalam uterus cacing betina
(viviparosa). Larva ditemukan dalam kista mikroskopis pada urat daging bergaris melintang . yang jantan
mempunyai anus yang ditonjolkan dan sembulan berbentuk kerucut disetiap sisi. Tidak mempunyai
spikulum dan selubung. Vulva terletak pertengahan esofagus.
Siklus hidup, Apabila kista yang infektif termakan oleh induk semang, maka daging yang
mengandung kista tercerna oleh pengaruh enzim pencernaan dan larva cacing akan terbebas. Larva
akan masuk kedalam usus halus dan menjadi dewasa kelamin.. kemudian cacing jantan dan betina kawin
, setelah kawin dacacing jantan segera mati. Cacing betina akan menembus kedalam mukosa usus
melalui glandula liberkhun kedalam ruang limfe, disini cacing betina bertelur dan menetas didalam
saluran uterus dari cacing. Larva yang dihasilkan masuk saluran limpe, menembus ductus thoracicus,
vena cava superior kiri dan kanan jantung, kemudian keperedaran darah yang disebarkan keseluruh
tubuh. Penyebaran larva terutama pada urat daging bergaris melintang dan selanjutnya berkembang
pada otot maseter, diafragma, inter costae, lidah, larinx dan mata. Kadang-kadang ditemukan pada hati,
pankreas dan ginjal. Larva tumbuh sampai berukuran panjang 0,8 1 mm dan diameter 30 mikron (16
hari). Dinding kiste terbentuk setelah 3 bulan dan mulai melingkar dalam kista yang dibentuk oleh
jaringan sekitarnya. Otot disekitar mengalami degenerasi dan pengapuran setelah 6-9 bulan, tetapi larva
dalam kista tetap hidup untuk beberapa tahun (sampai 11 tahun). Kista akan tumbuh menjadi cacing
dewasa dalam usus induk semang berikutnya bila termakan oleh induk semang tersebut. Daur hidup
cacing ini tertutup.
Genus Trichuris
Cacing ini terdapat pada sapi, kambing, domba dan anjing. Habitatnya di caecum. Adapun
beberapa spesies diantaranya adalah Trichuris ovis pada caecum kambing dan domba Trichuris
discolor pada caecum dari sapi, Trichuris vulvis pada anjing, Trichuris suis pada babi, Trichuris
trichiura pada manusia.
Morfologi, Cacing ini disebut dengan cacing cambuk dengan salah satu satu ujung tebal dan ujung
lainnya panjang dan tipis. Bagian anterior panjang dan tipis kira-kira dua kali bagian posterior, ujung
posterior cacing jantan bergulung kedorsal dalam bentuk spiral. Vulva terletak antara batas anterior dan
posterior. Cacing jantan panjangnya 30-80 mm dan betina 35 75 mm, telur mempunyai kulit tebal
kecoklatan dengan dua sumbat dikedua ujungnya. Ukukran telur 50-80 x 21-42 u.
Siklus hidup, Penularan terjadi secara langsung melalui telur infektif (L2), telur sangat resisten,
perkembangan didalam induk semang berlangsung didalam lumen usus dan massa prepaten 2-3 bulan.
Cacing ini melekat pada caecum.
Ordo
Genus Dyctyocaulus
Dictophymoidea
Morfologi, Dyctiocaulus viviparus merupakan cacing paru pada sapi. Predeleksinya pada trakea,
bronki dan bronkiola pada sapi, zebu, unta dan berbagai ruminansia. Terdapat 4 bibir, yang dorsal dan
ventral agak sedikit lebih besar dibanding yang lateral. Kapsul bukal sangat kecil dan terdapat cincin
tebal, keras disekeliling bagian posterior. Spikula sama besar, pendek dan kuat. Vulva cacing betina
dekat dengan pertengahan tubuh dan uterus arahnya berlawanan. Cacing jantan panjang 17-50 mm,
dengan telur berukuran 82-88 X 33-38 mikron.
Siklus hidup, Cacing dewasa berada didalam paru-paru kemudian mereka mengeluarkan telurnya.
Beberapa telur menetas, kemudian telur/larva dibatukkan sehingga dapat tertelan dan keluar melalui
tinja atau lendir dari hidung atau mulut. Larva menyilih menjadi larva stadium 3 infektif yang
berselubung. Larva termakan oleh sapi bersama makanan/rumput kemudian larva ini menuju
limfoglandula mesenterika menyilih menjadi stadium keempat dan kemudian melalui pembuluh darah
menuju paru-paru dan menjadi dewasa. Periode prepaten 3-8 minggu.
b. Kelas Acanthocephala
Acanthocephala (dari bahasa Yunani akanthos, "duri"
dan kephale, "kepala") adalah sebuah filum cacing parasit.
Anggota filum ini terkenal karena memiliki "kait" yang
digunakan untuk menempel di inangnya. ditandai dengan
kehadiran sebuah evertable belalai, bersenjatakan duri, yang
digunakan untuk menembus terus usus inangnya dinding.
Acanthocephalans biasanya memiliki siklus hidup yang
kompleks, yang
melibatkan
beberapa
host,
termasukinvertebrata, ikan, amfibi, burung, dan mamalia.
Karakteristik Acanthocephala
Bilateral simetris dan berbentuk ulat.
Tubuh memiliki lebih dari dua lapisan sel, jaringan dan organ.
Mempunyai Pseudosoelom dan sistem ekskresi.
Badan tidak mempunyai sistem pencernaan.
Tubuh ditutupi oleh syncitial epidermis dengan beberapa raksasa inti.
Sistem Integumen
Tubuh
permukaan
Acanthocephala
khas.
Eksternal,
kulit
tipis kutikula yang
menutupi epidermis, yang terdiri dari syncytium tanpa dinding sel. Yang syncytium ini dilalui oleh
serangkaian percabangan tubulus yang mengandung cairan dan dikendalikan oleh beberapa
pengembara, amoeboid inti. Di dalam syncytium adalah lapisan yang tidak teratur melingkar serat otot,
dan dalam hal ini lagi agak serat longitudinal berserakan, tidak ada endotelium. Except for the absence
of the longitudinal fibres the Kecuali tidak adanya serat longitudinal kulit menyerupai belalai tubuh,
tetapi mengandung cairan tubulus dari belalai yang menutup diri dari orang-orang dari tubuh. Kanal dari
belalai terbuka ke dalam sebuah kapal yang membentang melingkar bulat dasarnya.
Dari kanal melingkar dua kantung-seperti proyeksi disebut lemnisci lari ke dalam rongga tubuh,
di samping rongga hidung. Masing-masing terdiri dari sebuah perpanjangan dari bahan syncytial kulit
belalai, ditembus oleh kanal dan diselubungi dengan mantel yang berotot. Mereka sepertinya bertindak
sebagai reservoir ke mana fluida yang digunakan untuk menjaga belalai "ereksi" dapat menarik bila
ditarik kembali, dan dari mana fluida dapat digerakkan keluar bila ingin memperluas belalai.
Sistem saraf
Ganglion pusat dari sistem saraf terletak di belakang hidung atau septum selubung. Itu yang
innervates belalai dan proyek dua batang kokoh posterior yang memasok tubuh. Masing-masing batang
ini dikelilingi oleh otot, dan saraf-otot ini kompleks disebut retinakulum. Pada pria setidaknya juga
ada kelamin ganglion. Beberapa tersebar papila mungkin mungkin rasa-organ.
Sistem Reproduksi
Ada sebuah struktur yang disebut ligamentum kelamin yang membentang dari ujung posterior
sarung belalai ke ujung posterior dari tubuh. Pada pria, dua testis terletak di kedua sisi ini. Each opens in
a vas deferens which bears three diverticula or vesiculae seminales . Setiap akan terbuka dalam vas
deferens yang beruang tiga divertikula atau vesiculae seminales. Laki-laki juga memiliki tiga pasang
kelenjar semen, ditemukan di belakang testis, yang menuangkan sekresi mereka melalui saluran ke vasa
deferentia. Ini bersatu dan berakhir pada sebuah penis yang membuka posterior.
Pada wanita, di ovarium ditemukan, seperti testis, seperti tubuh bulat sepanjang ligamentum.
Dari massa ovum pecah ke rongga tubuh dan mengapung dalam cairan. Di sini telur dibuahi dan segmen
muda sehingga embrio yang terbentuk di dalam tubuh ibu mereka. Embrio melarikan diri ke
dalam rahim melalui rahim bel, seperti membuka saluran terus-menerus dengan rahim. Di
persimpangan bel dan rahim ada lubang kecil kedua terletak dorsal. Bel "menelan" embrio yang matang
dan melewati mereka di dalam rahim, dan dari sana, keluar dari tubuh melalui saluran telur. Bel harus
menelan salah satu ovum, atau bahkan salah satu embrio yang lebih muda, ini berlalu kembali ke dalam
rongga tubuh melalui kedua, dorsal, membuka.
Siklus hidup
Acanthocephalans memiliki siklus hidup yang kompleks, yang melibatkan sejumlah host, baik
untuk perkembangan dan beristirahat tahap. Siklus hidup lengkap telah disusun untuk hanya 25 spesies.
Setelah dikeluarkan oleh betina, yang embrio acanthocephalan dilepaskan bersamaan dengan kotoran
dari tuan rumah. Untuk pembangunan terjadi, embrio harus ditelan oleh invertebrata, hampir selalu
merupakan Crustacea (ada satu siklus hidup dikenal yang menggunakan moluska sebagai tuan rumah
menengah pertama).
Di dalam intermediate host, acanthocephalan menembus dinding usus, bergerak ke dalam rongga
tubuh, encysts, dan mulai transformasi ke tahap cystacanth infektif. Bentuk ini memiliki semua organorgan reproduksi dewasa yang menyelamatkan. Ini dapat oleh tuan rumah terakhir yang sesuai, dalam
hal ini cystacanth berkembang menjadi dewasa, atau oleh paratenic tuan rumah, di mana lagi parasit
bentuk kista. dengan belalai dan menembus dinding usus. Cacing dewasa kemudian pasangan. Laki-laki
menggunakan ekskresi dari kelenjar semen untuk pasang vagina dari perempuan, mencegah dari
perkawinan berikutnya terjadi. Embrio berkembang di dalam wanita, dan siklus hidup berulang.
- See more at: http://scienceandri.blogspot.com/2011/07/phylumnemathelminthes.html#sthash.oJuKgGE2.dpuf