Anda di halaman 1dari 13

ISSN: 2527-533X

Dian Bhagawati dkk. Karakteristik Dimorfisme dan Gambaran Histologis Gonad pada Benih Ikan Nila Hasil
Alih Kelamin

Karakteristik Dimorfisme dan Gambaran Histologis Gonad


pada Benih Ikan Nila Hasil Alih Kelamin
1
Dian Bhagawati, 1Farida Nur Rachmawati dan 1Siti Rukayah
1
Fakultas Biologi Unsoed
*
Email: bhagawati_unsoed@yahoo.com

Abstrak: Kegiatan alih kelamin pada ikan sangat mungkin dilakukan mengingat proses deferensiasi gonad saat embrio
dapat dimanipulasi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengamati morfologi organ seks sekunder dan
gambaran histologis gonad benih ikan nila hasil alih kelamin. Proses pengalihan kelamin dilakukan dengan
teknik perendaman menggunakan hormon 17α- Metiltestosteron (MT). Pembuatan stok larutan berhormon
mengacu pada Zairin (2002), yaitu dengan melarutkan 112,5 mg hormon 17-α metiltestosteron dalam 250 ml
alkohol 96%. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan cara merendam benih ikan nila berumur tujuh hari,
sebanyak 1000 ekor dalam 5 ml stok larutan berhormon yang dicampur dengan 15 liter air yang diaerasi, dan
perendaman dilakukan selama 24 jam. Benih yang telah diperlakukan kemudian dipelihara dalam 4 drum plastik,
dengan kepadatan 250 ekor dalam 200 liter air. Identifikasi jenis kelamin dilakukan berdasarkan pengamatan
karakter morfologi dan jumlah lubang urogenital serta pewarnaan gonad menggunakan larutan asetokarmin.
Pengamatan dilakukan setelah satu, dua dan tiga bulan pasca perendaman, terhadap 10 ekor benih dari tiap
drum. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara
morfologis perbedaan jenis kelamin benih ikan nila mulai dapat dikenali dengan mudah setelah berumur dua
bulan. Benih ikan nila jantan memiliki satu lubang dan betina dua lubang. Pengamatan hitologis gonad juga
lebih mudah dilakukan setelah benih berumur dua bulan. Gonad yang diwarnai asetokarmin mampu
menggambarkan sel bakal sperma, yaitu berupa titik-titik kecil berjumlah banyak, sedangkan sel bakal telur
berupa bulatan besar dan inti terdapat di tengah dengan warna lebih pucat.

Kata kunci: morfologi, histologi, alih kelamin, benih ikan nila

1. PENDAHULUAN androgen 17α-metiltestosteron (MT).


Kementerian Kelautan dan Perikanan Perendaman larva tersebut dilakukan pada
Republik Indonesia telah menempatkan ikan masa diferensiasi kelamin atau periode
nila sebagai salah satu ikan budidaya air kritis, yaitu pada saat otak larva masih
tawar yang mempunyai nilai ekonomis berada dalam keadaan ‘bipotensi’ untuk
penting dan merupakan salah satu dari 10 mengarahkan pembentukan kelamin secara
komoditas utama kegiatan budidaya. Terkait morfologi, tingkah laku maupun fungsinya.
dengan program tersebut, maka sudah tepat Penggunaan hormon 17α-
apabila anggota pokdakan di seluruh Indonesia metiltestosteron (MT) sejatinya telah dilarang
ditingkatkan keterampilannya dalam di Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri
melakukan budidaya ikan nila agar target Kelautan dan Perikanan No:
pemerintah tersebut dapat tercapai. KEP.52/MEN/2014 karena potensi bahaya
Salah satu kegiatan budidaya ikan nila yang ditimbulkannya. Sementara itu, dalam
yang akhir-akhir ini banyak diminati adalah International Standards for Responsible
pemeliharaan tunggal kelamin, khususnya Tilapia Aquaculture, penggunaan metil dan
tunggal kelamin jantan, mengingat etiltestosteron masih diperbolehkan (WWF,
pertumbuhan ikan jantan relatif lebih cepat 2009). Mengingat berdasarkan hasil kajian dari
daripada ikan betina. Akan tetapi cara beberapa peneliti menunjukkan bahwa
memproduksi benih nila jantan belum banyak hormon MT cepat dimetabolisme dan
dipahami oleh masyarakat luas, sehingga perlu diekskresikan. Menurut Richard et al.,
adanya penyebarluasan informasi dan transfer (1999) konsentrasi MT dalam plasma darah
teknologi agar masyarakat teredukasi secara ikan nila menurun pada jam ke-22 setelah
benar. penghentian pemberian pakan. Selain itu,
Memproduksi benih ikan nila konsentrasi MT di tubuh ikan setelah 24 jam
berkelamin jantan yang paling efektif menurut menjadi 2,5-3,0% (Curtis et al., 1991) dan
Carman et al., (2008) dan Megbowon & setelah 100 jam berkurang menjadi 1%
Mojekwu (2014), yaitu melalui metode (Johnstone et al., 1983). Atas dasar
perendaman larva menggunakan hormon pertimbangan tersebut, maka cara alih kelamin

Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II 87


ISSN: 2527-533X

Dian Bhagawati dkk. Karakteristik Dimorfisme dan Gambaran Histologis Gonad pada Benih Ikan Nila Hasil
Alih Kelamin

melalui perendaman yang dilakukan terhadap perendaman larva, pemeliharaan larva,


larva ikan nila pada kajian ini masih pengumpulan dan analisis data. Pembuatan
menggunakan 17α-metiltestosteron. stok larutan berhormon mengacu pada Zairin
Penelitian ini merupakan kegiatan awal (2002), yaitu dengan melarutkan 112,5 mg
dari satu paket program transfer teknologi hormon 17-α metiltestosteron dalam 250 ml
bagi kelompok pembudidaya ikan di Desa alkohol 96%.
Karangnangka dan Desa Keniten Kecamatan Proses alih kelamin dilakukan dengan
Kedungbanteng Kabupaten Banyumas, yang memodifikasi cara yang digunakan oleh Zairin
bertujuan untuk mendapatkan data dan (2002), yaitu merendam benih ikan nila
informasi tentang karakter morfologi dan berumur tujuh hari, sebanyak 1000 ekor dalam
gambaran histologi gonad benih ikan nila hasil 5 ml stok larutan berhormon yang dicampur
perendaman hormon 17α-metiltestosteron dengan 15 liter air yang diaerasi, dan
(MT) yang berumur satu, dua dan tiga bulan. perendaman dilakukan selama 24 jam. Selama
Selain itu, juga dimaksudkan mendapatkan perendaman media diaerasi dan benih tidak
informasi waktu yang tepat untuk melakukan diberi pakan. Benih yang telah diperlakukan
seleksi jenis kelamin benih ikan nila kemudian dipelihara dalam 4 drum plastik,
berdasakan ukuran panjang tubuhnya. dengan kepadatan 250 ekor dalam 200 liter air.
Diperolehnya gambaran gonad pada berbagai Selama dipelihara benih diberi pakan
umur dan ukuran tubuh benih ikan nila ini tambahan berupa pellet komersial berbentuk
akan sangat bermanfaat bagi pembudidaya tepung sejak awal hingga berumur satu bulan,
ikan. Diketahuinya ukuran tubuh, karakter kemudian mulai umur satu bulan hingga tiga
morfologi dan gambaran gonad benih ikan nila bulan di beri pellet dengan diameter 0,2 – 0,5
umur tertentu dapat digunakan sebagai dasar cm. Perubahan ukuran pakan yang diberikan
menentukan waktu yang tepat untuk dilakukan secara bertahap dengan
melakukan seleksi jenis kelamin, sebagai menyesuaikan ukuran bukaan mulut benih
pendukung kegiatan budidaya tunggal ikan. Pakan komersial dengan kandungan
kelamin. protein ± 40% diberikan secara at satiation
dengan frekuensi pemberian dua kali sehari
2. METODE PENELITIAN pada pagi dan sore hari.
Penelitian kualitatif ini dilakukan Identifikasi jenis kelamin dilakukan
selama empat bulan, yang dilaksanakan mulai berdasarkan pengamatan karakter morfologi
bulan Januari sampai dengan April 2017. dan jumlah lubang urogenital serta pewarnaan
Pemeliharaan benih ikan nila dilakukan di gonad menggunakan larutan asetokarmin
tempat pembudidaya ikan Desa Sumampir (Zairin, 2002). Pengamatan dilakukan setelah
Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten satu, dua dan tiga bulan pasca perendaman,
Banyumas. Pengamatan morfologi dan dan tiap drum diamati sebanyak 10 ekor benih.
histologi gonad dilakukan di Laboratorium Karakterisasi morfologi benih ikan nila
Struktur dan Perkembangan Hewan, Fakultas mengacu pada SNI : 01- 6140 - 1999 tentang
Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus
Alat yang digunakan yaitu empat buah Bleeker) kelas benih sebar dan pemeriksaan
drum plastik dengan panjang 90cm dan histologi gonad mengacu pada Guerrero III &
diameter 54 cm; sebuah kotak sterofoam Shelton, (1974), Soelistyowati et al (2007),
berukuran 70 x 50 x 40 cm, dua set alat aerasi, Genten et al (2009) dan Kobayashi et al
seser, timbangan digital, kertas milimeter, satu (2012). Data yang diperoleh dianalisis secara
set alat bedah, dua buah bak preparat, pipet, deskriptif.
kaca obyek dan penutup, mikroskop
berkamera dan kamera digital. Bahan yang 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan adalah benih ikan nila hitam umur Larva ikan Nila yang diperlakukan
tujuh hari (0,9-1cm), hormon 17α- merupakan hasil pemijahan alami secara masal
Metiltestosteron (MT), pakan ikan komersial dengan perbandingan jantan dan betina adalah
bentuk tepung dan pellet, serta larutan 1:3. Larva nila hitam yang digunakan
asetokarmin. merupakan hasil budidaya petani ikan di
Cara kerja pada penelitian ini melalui Kelurahan Sumampir Kecamatan Purwokerto
beberapa tahap, yaitu: mempersiapkan alat Utara Kabupaten Banyumas. Larva diperoleh
dan bahan, pembuatan larutan stok berhormon, dengan cara sapih benih melalui pemanenan

88 Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II


ISSN: 2527-533X

Dian Bhagawati dkk. Karakteristik Dimorfisme dan Gambaran Histologis Gonad pada Benih Ikan Nila Hasil
Alih Kelamin

dari kolam menggunakan seser halus. Larva menentukan umur dihitung sejak telur
hasil panen diseleksi berdasarkan panjang menetas.
tubuh, untuk diperlakukan dengan perendaman Performa larva ikan nila hitam yang
hormon 17α- Metiltestosteron (MT). diperlakukan (Gambar 1A.). memiliki
Mengingat saat terjadinya fertilisasi melalui karakteristik sebagai berikut: mata sudah
pemijahan alami pada induk ikan nila yang terbentuk, kuning telur sudah terserap habis,
dipelihara oleh petani ikan di Kelurahan telah memiliki sirip dorsal dengan jari-jari
Sumampir tidak diketahui dengan pasti, maka sirip masih lemah, pada margin anterodorsal
berdasarkan panjang total tubuh dan karakter sirip punggung terdapat melanopor berwarna
morfologi yang teramati, diperkirakan larva hitam dan pada bagian tengah sirip punggung
yang diperlakukan berumur antara 12-13 hari juga terdapat warna hitam. Larva juga telah
pasca fertilisasi atau berumur lebih dari tujuh memiliki sirip anal dengan jari-jari sirip yang
hari pasca menetas, karena panjang tubuhnya masih lemah. Karakter morfologi larva yang
telah mencapai 0,9 -1 cm. Menurut SNI: 01- teramati sesuai dengan deskripsi dari benih
6140-1999 larva ikan nila hitam yang ikan nila tahap awal (early juvenile period)
berumur 7 hari memiliki panjang total berumur antara 12-13 hari pasca fertilisasi,
tubuh antara 0,4-0,5 cm, dan cara yang dituliskan oleh Fujimura & Okada
(2007) (Gambar 1B).

Gambar 1. Performa larva nila hitam yang diperlakukan (A) dan benih ikan nila tahap awal (B)

Benih ikan nila hitam hasil perendaman terdapat corak berbentuk garis vertikal
dengan hormon 17α- Metiltestosteron (MT) berwarna hitam berjumlah delapan buah, mulai
setelah berumur satu bulan, dua bulan dan tiga dari bagian posterior operculum hingga batang
bulan diamati karakternya dengan mengacu ekor. Sirip ekor juga memiliki garis vertikal
SNI: 01- 6140 - 1999 yang meliputi kriteria berwarna hitam. Seiring bertambahnya usia
kualitatif dan kuantitatif, baik untuk larva garis vertikal pada tubuh warnanya semakin
maupun benih. Karakter kualitatif dari larva menipis, sedangkan pada ekor warnanya
yang teramati yaitu warna tubuh hitam, bentuk semakin jelas atau gelap (Gambar 2). Bentuk
tubuh normal, serta mampu bergerak di tubuh benih tergolong normal dan selama
permukaan sampai dasar wadah. Ciri-ciri yang dipelihara menunjukkan gerakan atau perilaku
teramati tersebut sesuai dengan kriteria yang bergerombol di permukaan tepi wadah; aktif
dimaksudkan oleh SNI: 01- 6140 – 1999. menyongsong air baru serta ekor bergerak
Menurut SNI: 01- 6140 – 1999, yang sangat cepat. Karakter yang ditunjukkan oleh
terkategori benih adalah memiliki umur benih nila hitam hasil alih kelamin juga sesuai
maksimal 90-100 hari pasca menetas. Hasil dengan standar yang ditetapkan dalam SNI.
pengamatan terhadap benih yang berumur satu Secara ringkas hasil pengamatan karakter
bulan yaitu memiliki tubuh bagian perut kuantitatif benih nila hitam hasil alih kelamin
berwarna putih, bagian punggung berwarna terangkum dalam Tabel 1.
hijau kelabu hingga kehitaman. Lateral tubuh

Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II 89


ISSN: 2527-533X

Dian Bhagawati dkk. Karakteristik Dimorfisme dan Gambaran Histologis Gonad pada Benih Ikan Nila Hasil
Alih Kelamin

Gambar 2. Performa benih ikan nila umur sebulan (A), dua bulan (B) dan tiga bulan (C)

Tabel 1. Karakter kuantitatif benih nila hitam hasil alih kelamin dengan perendaman hormon dan
standar SNI: 01- 6140 - 1999

No. Kriteria Sebulan Gabar* Dua Belo* Tiga Sangkal*


bulan Bulan

1. Umur (hari) 32 40 61 70 93 100


(maks)
(maks) (maks)

2. Panjang total (cm) 3-5 3-5 6-7,8 5-8 9,2 -11,7 8-12

3. Berat (gram) 1,3-3,2 1,5 (min) 4,3-8,1 3,0 (min) 14,5-23,7 15 (min)

4. Keseragaman ukuran (%) 80 90 80 80 80 80

5. Keseragaman warna (%) 80 90 90 100 90 100

6. Keseragaman kelincahan 90 90-100 90 90-100 90 90-100


gerak akibat rangsangan
luar (%)

7. Keseragaman gerak 90 90-100 90 90-100 90 90-100


melawan arus (%)

*Sumber: BSN (1999)

Pengamatan terhadap sifat kualitatif dan memiliki papila yang sangat menonjol.
kuantitatif yang mengacu pada SNI: 01- 6140 Lubang pengeluaran yang dimiliki ikan jantan
– 1999 tersebut juga didukung dengan kajian berjumlah dua buah, yaitu lubang untuk
histologi gonadnya untuk mendapatkan mengeluarkan urin dan sperma yang terdapat
informasi karakter dimorfisme benih hasil alih pada ujung papila serta lubang untuk
kelamin. Menurut Berns (2013) perbedaan mengeluarkan feses (Gambar 4). Ikan betina
sifat yang dimiliki oleh individu jantan dan memiliki ujung sirip punggung lebih pendek
betina dalam satu spesies disebut seksual daripada ikan jantan serta mempunyai tiga
dimorfisme, yang merupakan salah satu pola lubang pengeluaran, yaitu lubang anus,
dan mekanisme yang digunakan untuk pengeluaran telur dan lubang urin (Gambar 4.).
menjelaskan keanekaragaman hayati. Tetapi ciri-ciri tersebut sulit dikenali apabila
Secara alami, ikan nila memiliki masih berukuran larva maupun benih,
karakter seksual dimorfisme yang dapat sehingga perlu adanya pencocokan antara hasil
dikenali dengan mudah apabila ikan telah pengamatan morfologi dan histologi agar
dewasa, yaitu berupa ujung sirip punggung dapat diketahui dengan pasti jenis kelaminnya,
yang lebih panjang daripada ikan betina sehingga dapat digunakan sebagai dasar
(Gambar 3). Selain itu ikan jantan juga seleksi benih untuk budidaya tunggal kelamin.

90 Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II


ISSN: 2527-533X

Dian Bhagawati dkk. Karakteristik Dimorfisme dan Gambaran Histologis Gonad pada Benih Ikan Nila Hasil
Alih Kelamin

Dok.Pribadi: Bhagawati, 2017

Gambar 3. Ujung sirip dorsal pada ikan nila jantan dan betina

Lubang anus

lubang anus Lubang pengeluaran telur

papilla Lubang urin


lubang
pengeluaran
urin/sperma

Dok. Pribadi: Bhagawati (2017)

Gambar 4. Lubang pengeluaran pada ikan nila jantan dan betina

Salah satu teknik untuk mikroskop hingga terlihat adanya jaringan


mengidentifikasi gonad dengan cepat pada ovarium dan testis. Menurut Guerrero III &
benih ikan yaitu dengan pewarnaan Shelton (1974) pada benih ikan nila yang
asetokarmin, dan pada kajian ini teknik yang diberi asetokarmin akan teridentifikasi positif
diterapkan mengacu pada Guerrero III & sebagai ovarium apabila pada jaringan terlihat
Shelton (1974) dan Soelistyowati et al (2007). adanya oosit yang berbentuk bulat, dengan inti
Menurut Guerrero III & Shelton (1974) berwarna lebih pucat dan dikelilingi
asetokarmin mudah diserap oleh jaringan sitoplasma yang berwarna lebih gelap.
gonad. Penyerapan diferensialnya oleh Jaringan testis lebih sulit dikenali tetapi
berbagai struktur gonad memungkinkan perkembangan awal spermatosit biasanya
memberikan warna kontras yang berbeda dapat dilihat pada jaringan disekitarnya
antara sel pada organ seks yang sedang (Gambar 5). Soelistyowati et al (2007)
berkembang dan jaringan ikat disekitarnya. menyatakan bahwa sel bakal sperma berupa
Cara kerja identifikasi gonad yang titik-titik kecil, sedangkan sel bakal telur
dilakukan yaitu gonad yang telah diambil dari tampak berbentuk bulatan besar dan bagian
ikan sampel kemudian dicincang sampai halus inti berada di tengah dengan warna lebih pucat
di atas gelas objek. Cincangan gonad dengan dikelilingi sitoplasma yang berwana
selanjutnya ditetesi dengan larutan lebih jelas.
asetokarmin kemudian dibuat preparat apusan.
Pengamatan preparat dilakukan menggunakan

Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II 91


ISSN: 2527-533X

Dian Bhagawati dkk. Karakteristik Dimorfisme dan Gambaran Histologis Gonad pada Benih Ikan Nila Hasil
Alih Kelamin

Gambar 5. Performa ovarium (A) dan testis (B) Tilapia aureus hasil pewarnaan asetokarmin
(Sumber: Guerrero III & Shelton, 1974)

Benih ikan berumur satu bulan yang letak gonad jantan maupun betina berada di
diamati memiliki panjang total tubuh antara 3- bawah gelembung renang, tetapi sangat sulit
5 cm dengan berat berkisar antara 1,3–3,2 dicari karena bentuk gonad seperti benang,
gram dan telah memiliki sirip lengkap yang tipis dan berwarna putih. Hasil pengamatan
mudah dilihat. Hasil karakterisasi dimorfisme histologis gonad yang diwarnai asetokarmin
seksual menunjukkan bahwa bentuk dan menunjukkan bahwa pada benih ikan betina
panjang ujung sirip punggung antara benih yang memiliki panjang total tubuh 3,5 cm
jantan dan betina belum terlihat adanya telah terlihat gambaran berupa bulatan-bulatan
perbedaan yang dapat dikenali dengan mudah berukuran relatif besar yang mengindikasikan
dan cepat. Demikian halnya dengan lubang sel telur, sedangkan gambaran histologis benih
pengeluarannya masih susah dikenali karena jantan berumur satu bulan dengan panjang
ukurannya masih sangat kecil. Hasil total tubuh 4 cm berupa titik-titik kecil yag
pengamatan anatomi tubuh benih umur satu mengindikasikan sperma (Gambar 6.).
bulan menunjukkan bahwa secara topografi,

Gambar 6. Performa benih berumur satu bulan dan gambaran histologis gonadnya

92 Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II


ISSN: 2527-533X

Dian Bhagawati dkk. Karakteristik Dimorfisme dan Gambaran Histologis Gonad pada Benih Ikan Nila Hasil
Alih Kelamin

Benih ikan nila yang berumur dua bulan bahwa sitoplasma berwarna lebih gelap
memiliki panjang total tubuh antara 6-7,8 cm daripada intinya.
dengan berat tubuh antara 4,3-8,1 gram Karakteristik dimorfisme pada benih
memiliki karakteristik yang makin ikan nila berumur tiga bulan lebih mudah
menunjukkan jenisnya, diantaranya bentuk dikenali daripada benih yang berumur lebih
ujung sirip punggung serta keberadaan lubang muda. Panjang total tubuh benih berkisar
pengeluaran mulai dapat dikenali (Gambar 7). antara 9,2 -11,7 cm dan berat antara 14,5-23,7
Benih ikan jantan telah terlihat memiliki ujung gram. Secara morfologis antara benih jantan
sirip punggung meruncing dan berukuran dan betina sudah dapat dibedakan dengan lebih
relatif lebih panjang daripada betina pada mudah, yaitu dari bentuk dan ukuran ujung
umur yang sama. Lubang pengeluaran sudah sirip dorsal, warna ujung sirip ekor dan jumlah
terlihat dan jumlah lubang dapat dikenali lubang pengeluaran yang dimiliki. Ujung sirip
dengan mudah pada benih yang memiliki dorsal pada benih jantan berumur tiga bulan
panjang total tubuh minimal 6 cm. Jaringan runcing ke atas dan panjangnya telah melebihi
ovarium pada gonad betina menunjukkan pangkal sirip ekor, sedangkan pada benih
adanya oosit yang lebih mudah dikenali dan betina ujung sirip dorsal tumpul. Ujung sirip
mudah dibedakan antara inti dan ekor pada benih jantan berwarna kemerahan,
sitoplasmanya. Berdasarkan kemampuan sedangkan pada betina tidak berwarna merah
menyerap asetokarmin, terlihat sangat jelas (Gambar 8 dan 9).

Gambar 7. Performa benih nila berumur dua bulan dan gambaran histologis gonadnya

Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II 93


ISSN: 2527-533X

Dian Bhagawati dkk. Karakteristik Dimorfisme dan Gambaran Histologis Gonad pada Benih Ikan Nila Hasil
Alih Kelamin

Gambar 8. Performa benih nila betina berumur tiga bulan dan gonadnya

Berdasarkan hasil pengamatan topografi kemungkinan dalam waktu tidak terlalu lama
rongga perut, keberadaan gonad sudah relatif benih nila betina tersebut telah siap untuk
mudah dikenali, sebagai contoh pada benih melakukan pemijahan. Padahal bagi
betina yang memiliki panjang total tubuh 9 pembudidaya ikan, tejadinya pemijahan terlalu
cm memiliki ovarium dengan panjang 6 mm. dini tidak dikehendaki karena energi yang
Secara makroskopis terlihat dan teraba bahwa seharusnya untuk pertumbuhan, tapi
permukaan ovarium tidak halus yang digunakan untuk mendukung perkembangan
menandakan bahwa sel telur yang terdapat gonad serta bereproduksi. Akibatnya target
didalamnya telah berkembang dan berukuran produksi tidak tercapai, dan akhirnya akan
relatif besar, bahkan mendekati perkembangan mengakibatkan kerugian.
optimal. Apabila kondisi lingkungan sangat
mendukung, maka tidak menutup

Gambar 9. Performa benih nila jantan berumur tiga bulan dan gonadnya

Hasil pengamatan topografi rongga mudah dikenali, yaitu berbentuk tabung


perut pada benih nila jantan yang berumur tiga berwarna putih susu. Benih jantan yang
bulan, terlihat jaringan testis sudah sangat memiliki panjang tubuh 11,2 cm telah

94 Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II


ISSN: 2527-533X

Dian Bhagawati dkk. Karakteristik Dimorfisme dan Gambaran Histologis Gonad pada Benih Ikan Nila Hasil
Alih Kelamin

memiliki tetis sepanjang 2,7 cm. Apabila diferensiasi testis. Diferensiasi fenotipik
dilihat berdasarkan ukuran dan warna testis terhadap gonad betina terjadi 20 hari pasca
maka pematangan gonad dapat terjadi dalam menetas dan dikenali dengan pembentukan
waktu yang tidak terlalu lama, seandainya rongga ovarium dan pada gonad jantan terjadi
lingkungannya mendukung. Hal tersebut 5 hari kemudian. Skema proses deferensiasi
dapat memicu terjadinya pemijahan dini. gonad pada ikan nila yang diilustrasikan oleh
Mengingat ikan nila merupakan jenis ikan Kobayashi et al. (2012) tertera pada Gambar
yang produktif. 10.
Pewarnaan asetokarmin yang digunakan Kobayashi (2010) berpendapat bahwa
untuk mengidentifikasi gonad pada kajian ini proses diferensiasi gonad pada ikan nila terjadi
hanya diterapkan pada benih yang berumur melalui tiga tahap, yaitu: 1) pembentukan
satu dan dua bulan, sedangkan benih yang primordial germ cell dimulai tiga hari setelah
berumur tiga bulan tidak dapat diperlakukan, menetas; 2) pembentukan dimorfisme seksual
karena ukuran gonadnya sudah relatif besar dimulai sembilan hari setelah menetas dan
dan dapat dikenali secara langsung. ditandai dengan adanya sejumlah besar germ
Berdasarkan hasil pengamatan morfologi dan cell dan pembentukan rongga ovarium pada
histologi terhadap benih ikan nila dalam betina dan saluran intra-testis pada jantan; 3)
berbagai umur tersebut dapat diambil suatu meiosis pertama mulai terjadi 35 hari setelah
pemahaman bahwa perkembangan gonad menetas pada betina dan pada jantan terjadi
betina sudah dapat dikenali lebih awal lebih dari 50 hari setelah menetas.
daripada perkembangan gonad jantan. Hal ini Terkait dengan waktu yang tepat untuk
dapat diketahui dari hasil pengamatan yang melakukan seleksi benih untuk mendukung
menunjukkan bahwa benih ikan berumur satu kegiatan budidaya tunggal kelamin, maka
bulan dengan panjang total tubuh 3-3,5 cm berdasarkan karakteristik dimorfisme yang
telah dapat dikenali gonadnya yang mengarah dimiliki yang didukung dengan hasil
ke ovarium, sedangkan gonad jantan dapat pengamatan perkembangan gonadnya,
dikenali pada benih yang memiliki ukuran sebaiknya seleksi dilakukan setelah benih
lebih panjang dari betina. memiliki panjang tubuh 6 cm dan sebelum
Secara keseluruhan proses alih kelamin mencapai 12 cm. Apabila terlambat
yang terjadi pada kajian ini sesuai dengan melakukan seleksi ditakutkan perkembangan
yang digambarkan oleh Kobayashi et al. gonad pada benih telah sempurna dan telah
(2012) dan Kobayashi (2010). Menurut siap memijah, sehingga kegiatan budidaya
Kobayashi et al. (2012) seperti pada ikan tunggal kelamin yang direncanakan menjadi
gonochoristic lainnya, diferensiasi ovarium O. terganggu.
niloticus terjadi lebih awal dari pada

Gambar 10. Skema proses diferensiasi gonad seks pada ikan nila O. niloticus jantan
(XX) dan betina (XY) (Sumber: Kobayashi et al. (2012)

Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II 95


ISSN: 2527-533X

Dian Bhagawati dkk. Karakteristik Dimorfisme dan Gambaran Histologis Gonad pada Benih Ikan Nila Hasil
Alih Kelamin

Secara umum proses alih kelamin Walaupun demikian, keberhasilan perubahan


menggunakan hormon androgen 17α- jenis kelamin juga dipengaruhi oleh beberapa
metiltestosteron (MT) yang telah dilakukan faktor seperti macam dan dosis hormon yang
mampu menghasilkan benih jantan hingga 70%. digunakan, metode pemberian homon, lama
Hasil yang diperoleh ini tergolong rendah bila perlakuan, dan jenis ikan.
dibandingkan dengan hasil penelitian
sebelumnya. Wasserman & Afonso (2003) dan
Srisakultiew & Komonrat (2013) telah 4. KESIMPULAN
melakukan perendaman terhadap larva ikan nila Karakter dimorfisme seksual pada benih
umur 10 dan 14 hari dengan 1.800 µg/L MT ikan nila hasil alih kelamin mulai dapat dikenali
selama 4 dan 8 jam, ternyata mampu dengan mudah berdasarkan morfologi dan
menghasilkan jantan hingga 91,6% dan 98,3%. gambaran histologi gonad, setelah berumur dua
Sementara itu Tessema et al (2007), Azaza et bulan. Seleksi jenis kelamin untuk mendukung
al. (2008) dan El-Fotoh et al. (2014), yang budidaya tunggal kelamin dapat dilakukan
melakukan perendaman dengan hormon MT setelah benih memiliki panjang total 6 cm dan
terhadap larva nila berumur 10, 20, 30 hari sebelum mencapai 12 cm.
setelah pembuahan pada suhu 36,00-36,83 °C
dengan lama perendaman 10, 20, 30 hari
menghasilkan jantan sekitar 80%. 5. UCAPAN TERIMAKASIH
Afpriyaningrum et al (2017) telah melakukan Kajian ini merupakan rangkaian kegiatan
perendaman larva ikan nila umur 10 hari dalam dalam pelaksanaan program pengabdian kepada
2 mg/L MT pada suhu 36 ºC selama 4 jam masyarakat, sehubungan dengan hal tersebut
mampu menghasilkan jantan hingga 92,50% penulis mengucapkan terima kasih kepada
dengan tingkat kelangsungan hidup 98%. KEMENRISTEK DIKTI yang telah mendanai
Tidak optimalnya hasil alih kelamin pada kegiatan ini melalui Hibah Pengabdian Kepada
kajian ini dapat disebabkan oleh beberapa Masyarakat Skim IBM tahun 2017 serta LPPM
faktor, karena proses deferensiasi gonad cukup UNSOED yang telah memfasilitasi
rumit dan melibatkan faktor internal dan terlaksananya kegiatan ini.
eksternal. Hambatan yang dialami
kemungkinan disebabkan oleh dosis hormon
yang digunakan belum tepat, waktu DAFTAR PUSTAKA
perendaman terlalu singkat, temperatur media Afpriyaningrum, M. D., Soelistyowati, D. T.,
yang tidak optimal atau kombinasi yang tidak Hardiantho, D., Alimuddin, A., Zairin Jr,
tepat dari ketiga faktor tersebut. M., & Setiawati, M. (2017).
Phelps & Popma (2000) menyebutkan Maskulinisasi Ikan Nila Melalui
bahwa pada ikan, diferensiasi gonad merupakan Perendaman Larva pada Suhu 36° c dan
proses yang kompleks tidak seperti pada Kadar Residu 17a-metiltestosteron dalam
kebanyakan hewan vertebrata lainnya. Selain Tubuh Ikan. Omni-Akuatika, 12(3).
faktor genetik dan kromosom seks, terdapat Azaza, M.S., Dhraief, M.N., Kraiem, M.M.
faktor lain yang mempengaruhi hasil dari (2008). Effects of water temperature on
proses akhir perkembangan gonad dan seks growth and sex ratio of juvenile Nile
fenotip yang diperoleh, yaitu faktor lingkungan tilapia Oreochromis niloticus Linnaeus
dan menurut Lühmann et al. (2012) faktor reared in geothermal waters in southern
eksternal yang mampu mempengaruhi Tunisia. Journal of Thermal Biology. 33:
diferensiasi jenis kelamin adalah temperatur. 98-105.
Menurut Hines & Watts (1995) larva Badan Standarisasi Nasional. (1999). SNI
ikan nila berukuran 9 mm merupakan saat yang 6140:2009 Benih Ikan Nila Hitam
baik memulai manipulasi diferensiasi seks (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas
dengan waktu pemberian perlakuan 6 minggu. benih sebar. Jakarta.

96 Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II


ISSN: 2527-533X

Berns, C.M. (2013). The evolution of sexual determination and differentiation in


dimorphism: understanding mechanisms fishes. Sexual Development, 7(1-3):115-
of sexual shape differences. InTech. pp: 125.
1-16 Lühmann, L. M., Knorr, C., Hörstgen-Schwark,
Carman, O., Jamal, M.Y., & Alimuddin. G., & Wessels, S. (2012). First evidence
(2008). Pemberian 17α-metiltestosteron for family-specific QTL for temperature-
melalui pakan meningkatkan persentase dependent sex reversal in Nile tilapia
kelamin jantan lobster air tawar. Jurnal (Oreochromis niloticus). Sexual
Akuakultur Indonesia. 7 (1): 25-32 Development, 6(5), 247-256.
Curtis, L.R., Diren, F.T., Hurley, M.D., Seim, Megbowon, I. & Mojekwu, T.O. (2014).
W.K., & Tubb, R.A. (1991). Disposition Tilapia sex reversal using
and elimination of 17α- methyltestosterone (MT) and its effect on
methyltestosterone in Nile tilapia fish, man and environment.
Oreochromis niloticus. Aquaculture. 99: Biotechnology. 13 (5): 213-216.
193-201 Phelps R.P. & Popma T.J. (2000). Sex reversal
El-Fotoh, E.M.A., Ayyat, M.S., El-Rahman, of tilapia. In: Tilapia Aquaculture in the
G.A.A., & Farag, M.E. (2014). Mono sex Americas (Ed. by B.A. Costa-Pierce &
male production in Nile tilapia J.E. Rakocy), 2:. 34–59. The World
Oreochromis niloticus using different Aquaculture Society, Baton Rouge, LA,
water temperature. Zagazig Journal USA.
Agriculture Research . 41 (1): 1-8. Richard, J., Dabrowski, K., & Garcia-Abiado,
Fujimura, K. & Okada, N. (2007). Development M.A. (1999). Uptake and depletion of
of the embryo, larva and early juvenile of plasma 17α-methyltestosterone during
Nile tilapia Oreochromis niloticus induction of masculinization in
(Pisces: Cichlidae). Developmental muskellunge, Esox masquinongy: effect
staging system. Development, growth & on plama steroids and sex reversal.
differentiation, 49(4), 301-324. Steroids. 64 (8): 518-525.
Genten, F., Terwinghe, E., & Danguy, A. Soelistyowati, D. T., Martati, E., & Arfah, H.
(2009). Atlas of fish histology. Science (2007). Efficacy of Honey on Sex
Publishers. Reversal of Guppy (Poecilia reticulata
Guerrero III, R. D., & Shelton, W. L. (1974). Peters). Jurnal Akuakultur
An aceto-carmine squash method for Indonesia,6(2), 155-160.
sexing juvenile fishes. The progressive Srisakultiew, P. & Kamonrat, W.( 2013).
fish-culturist, 36(1), 56-56. Immersion of 17α-methyltestosterone
Hines, G.A. & S.A. Watts. (1995). Non- dose & duration on tilapia
steroidal chemical sex manipulation of masculinization. Journal of Fisheries
tilapia. J. World Aquaculture Soc. 26:98- Sciences 7(4): 302-308.
101. Tessema, M., Muller-Belecke, A. & Horstgen
Johnstone, R., Macintosh, D.J., Wright, R.S. Schwark, G. (2007). Effect of rearing
(1983). Elimination of orally temperatures on the sex ratios of
administered 17α-methyltestosterone by Oreochromis niloticus populations.
Oreochromis mossambicus tilapia and Aquaculture 258: 270-277.
Salmo gairdneri rainbow trout Wassermann, G.J. & Afonso, L.O.B. (2003).
Kobayashi, T. (2010). In vitro germ cell Sex reversal in Nile tilapia Oreochromis
differentiation during sex differentiation niloticus Linnaeus by andogren
in a teleost fish. Int J Dev Biol 54:105– immersion. Aquaculture Research . 34:
112 65-71.
Kobayashi, Y., Nagahama, Y., & Nakamura, WWF (World Wildlife Fund). (2009)
M. (2012). Diversity and plasticity of sex International Standards for Responsible

Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II 97


ISSN: 2527-533X

Tilapia Aquaculture, World Wildlife Betina. Penebar


Fund, Inc. Swadaya, Jakarta
Zairin, M.J. (2002). Sex Reversal,
Memproduksi Benih Ikan Jantan atau

98 Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II


ISSN: 2527-533X

TABEL DAFTAR PENANYA DAN PERTANYAAN


NO PENANYA PERTANYAAN
1 Apakah dapat dijadikan sebuah pedoman penelitian masa lalu
dan sekarang jikalau terdapat perbedaan antara material dan
konten ?
2 Apa yang menyebabkan di dalam penelitian pravelensinya
mencapai 100% ?
Dian Bhagmawati
3 Apakah benar Ikan nila yang digunakan berasal dari air tawar
atau air yang bersalinitas tinggi ?
4 Apakah waktu penelitian yang singkat dapat dijadikan suatu
generalisasi dari adaptasi lingkungan khususnya adaptasi ikan
nila ?
5 Apakah terdapat bahaya dari ekoparasit yang terdapat dalam
Taufiqur Rohman ikan komet ?
6 Mengapa faktor pravelensi dapat mencapai 100 % ?
7 Apakah alih kelamin dapat digunakan pada ikan nila jantan
Akhadani Afta dan betina ?
8 Zahara Bagaimana syarat ligkungan yang baik untuk diberikan kepada
ikan nila ?
9 Apakah dapat berubah alat kelaminnya, jika tidak diberikan
Endang Setyaningsih
perlakuan homon?

Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek II 99

Anda mungkin juga menyukai