Anda di halaman 1dari 6

JurnalIlmiahPlatax Vol.

6:(1),Januari 2018 ISSN: 2302-3589

Maskulinisasi Dengan Menggunakan Metode Perendaman Dan Oral Terhadap


Perubahan Kelamin Ikan Nila ( Oerochromis niloticus)
(Masculinization By Using Method Of The Immersion And Oral To Genital
Change Of Tilapia Oerochromis niloticus)
Ramlesius Mangaro1, Hengky J. Sinjal2, Revol D. Monijung2
1
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Sam Ratulangi Manado
e-mail : rammless@yahoo.com
2Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi

Abstract
This research activity was conducted at Balai Pembenihan, Pengendalian Hama
dan Penyakit Tateli from August -September 2017. The treatment in this study was
masculinization by using Immersion Method (P), Oral (O) and Control or without
hormone addition (K). In the method of immersion with a dose of 10 mg / L water /
100 larvae in soak for 6 hours. Oral Method with a dose of 15 mg / kg of feed
hormone, administration for 14 days. Control is maintenance without treatment.
The result of male sex test identification at the end of the experiment was obtained
by the percentage of males after the highest treatment was Oral (O) treatment of
92.57%, the immersion treatment (P) of 89.53%, and the last was Control (K) ,
73%. The survival rate (SR) of the test fish during the 50 days of trial maintenance
was highest in Oral test fish, 61.67% followed by Immersion 53% and 38.67%
Control.

Keywords : Fish, Immersionn, Masculinization, Oral, Survival, Tilapia

Abstrak
Penelitian ini dilakukan di Balai Pembenihan, Pengendalian hama dan Penyakit
Tateli dari bulan Agustus – September 2017. Perlakuan dalam penelitian ini adalah
maskulinisasi dengan menggunakan metode Peredaman (P), Oral (O) dan Kontrol
atau tanpa penambahan hormon (K). Pada metode Perendaman dengan dosis 10
mg/L air/100 ekor larva di rendam selama 6 jam. Metode Oral dengan dosis hormon
15 mg/Kg pakan, pemberian selama 14 hari. Kontrol adalah pemeliharaan tanpa
perlakuan. Hasil identifikasi kelamin jantan ikan uji pada akhir percobaan didapat
persentase jantan setelah perlakuan tertinggi adalah perlakuan Oral (O) sebesar
92,57 %, perlakuan Perendaman (P) sebesar 89,53 %, dan yang terakhir adalah
Kontrol (K) dengan hasil sebesar 52,73 %. Persentase kelangsungan hidup (SR)
ikan uji selama pemeliharaan 50 hari percobaan adalah yang tertinggi terdapat pada
ikan uji Oral yaitu sebesar 61,67% diikuti dengan Perendaman sebesar 53 % dan
Kontrol sebesar 38,67 %.

Kata kunci : Ikan, Maskulinisasi, Perendaman, Oral, Kelangsungan Hidup, Nila

117
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1),Januari 2018 ISSN: 2302-3589

PENDAHULUAN betina (Jangkaru dan Asih, 1988). Benih


ikan nila jantan dapat diproduksi secara
Nila merupakan salah satu
komersil dengan teknik pengalihan
komoditas perikanan budidaya air tawar
kelamin (sex reversal) (Adel dkk., 2006).
di Indonesia yang memiliki prospek
Harahap (1994) dikatakan bahwa
cerah. Sejak diperkenalkan tahun 1970,
pemeliharaan ikan nila dengan sistim
ikan nila terus berkembang dan semakin
kelamin tunggal lebih menguntungkan
disukai masyarakat, bahkan dapat
karena ikan nila jantan lebih cepat
menyaingi jenis ikan lain yang sudah
pertumbuhanya dibandingkan betina.
terlebih dahulu hadir di Indonesia. Hal
Hal ini juga di dukung oleh Suyanto
ini disebabkan karena nila tergolong
(2003), menyatakan bahwa ikan nila
ikan yang harga jualnya terjangkau oleh
jantan pertumbuhannya lebih cepat 1,2
masyarakat (Arie & Usni, 2004).
kali pertumbuhan ikan nila betina.
Usaha budidaya ikan nila baik
Salah satu strategi dalam upaya
dalam kegiatan pembenihan skala kecil,
pengembangan monosex ini adalah
menengah, maupun besar merupakan
dengan aplikasi teknik sex reversal.
salah satu usaha yang dapat memberi
Menurut Zairin (2002), sex reversal
alternatif sumber penghasilan untuk
merupakan suatu teknologi yang
meningkatkan pendapatan bagi petani
digunakan utuk mengarahkan
maupun pengusaha. Apabila usaha
perkembangan kelamin menjadi
budidaya ini berkembang, maka
berlawanan secara buatan dengan cara
permintaan kebutuhan ikan nila akan
merubah fenotipe jantan kebetina atau
terpenuhi dan produksi akan meningkat
sebaliknya. Teknik ini dilakukan pada
baik jumlah maupun mutunya. Dampak
saat sebelum terdiferensiasi gonad ikan
lebih lanjut dari usaha ini adalah
secara jelas antara jatan dan betina
kesejahteraan masyarakat nelayan
pada waktu menetas. Beberapa metode
ataupun pengusaha mengalami
yang sering digunakan dalam sex
peningkatan, dan negara diuntungkan
reversal adalah dengan cara
karena adanya peningkatan jumlah
penyuntikan, perendaman, melalui
devisa sebagai hasil ekspor produk
pakan (secara oral), dan bioenkapsulasi
perikanan. Oleh karena itu, budidaya
(pakan alami dan perendaman).
ikan bernama latin Oreochromis
Aplikasi sex reversal untuk
niloticus ini seharusnya bisa
maskulinisasi dapat dilakukan dengan
ditingkatkan agar menjadi salah satu
menggunakan bahan sintetis hormon
komoditi andalan yang mendongkrak
17α-metiltestosteron secara oral
devisa negara (Sriani, 2004).
(melalui pakan), perendaman (pada
Masalah umum yang dihadapi
stadia embrio, larva atau induk) dan
dalam budi daya ikan nila adalah
penyuntikan. Hines dan Watts (1995)
kemampuan reproduksi ikan yang tinggi,
dalam Zairin (2002) telah berhasil
sehingga sukar diatur dan sering terjadi
melakukan maskulinisasi ikan nila
inbreeding. Akibatnya tingkat
hingga 100% dengan pemberian pakan
pertumbuhan ikan menjadi lambat
yang mengandung hormon 17α-
sehingga diperlukan waktu yang lama
metiltestosteron sebanyak 50 mg/kg.
untuk mencapai ukuran konsumsi,
perendaman hormon dilakukan dengan
bahkan pertumbuhannya sering terhenti
dosis 10 mg/ltr, sebelum perlakuan
(stagnan) (Mantau et al., 2001). Untuk
hormon harus diencerkan dengan
mengatasi permasalahan tersebut,
alcohol 70 %.
perlu dikembangkan alternatif budidaya
dengan pemeliharaan ikan secara METODE PENELITIAN
tunggal kelamin, yaitu dengan
Dalam penelitian ini digunakan
memelihara benih ikan nila jantan saja
alat – alat seperti :thermometer, pH
karena pertumbuhannya lebih cepat dan
meter, DO meter untuk mengukur
ukurannya lebih besar dibanding nila
kualitas air; Aquarium, kolam

118
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1),Januari 2018 ISSN: 2302-3589

peminjahan, kolam pendederan, tabung 2. Perlakuan O : Maskulinisasi dengan


polyetilen5 ml, pipet takar, pipet tetes, metode Oral 15 mg/kg Pakan
gelas piala, gelas ukur, timbangan, 3. Perlakuan K : Kontrol
baskorn berdiametr 50 cm, Selang
plastik berdiameter 0.5 cm, timbangan
analitik, aerator, scop net untuk
menangkap larva, dan alat bedah . HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan yang digunakan dalam
Pengamatan jenis kelamin ikan
penelitian adalah : induk Nila yang
nila hasil maskulinisasi tiap perlakuan
matang gonad, larva ikan Nila, larutan
dilakukan berdasarkan indentifikasi
hormon 17α-metiltetosteron, alcohol 70
melalui jaringan gonad dengan
%, acetokarmin, pakan pellet merk
pewarnaan menggunakan asetokarmin.
Comfeed MG3. Dalam penelitian ini
Identifikasi jaringan gonad untuk melihat
diberikan 3 perlakuan sebagai berikut :
perbedaan individu jantan dan betina
1. Perlakuan P : Maskulinisasi dengan
dengan pewarnaan terlihat seperti
metode Perendaman 10 mg/L air gambar dibawah ini.

a. Gonad betina b. Gonad jantan


Gambar 1. Hasil identifikasi Gonad Benih Ikan Nila dengan Pewarnaan menggunakan
asetokarmin ( pembesaran 100X)

Gambar a merupakan gonad ikan betina b) berupa bulatan – bulatan kecil tidak
dengan ciri – ciri bentuk bulat dan lebih beratura dan memiliki jumlah yang
besar, serta memiliki inti di tengah, banyak.
sedangkan pada gonad jantan (gambar

Gambar 2. Rata – rata persentase individu jantan pada perlakuan pemberian hormoon
17α-methyltestosteron dengan metode perendaman dan oral.

119
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1),Januari 2018 ISSN: 2302-3589

Persentase ikan jantan dan pakan) dan perlakuan dosis terbaik 15


pertumbuhan merupakan elemen mg/kg pakan dengan individu jantan
penting dari performa budidaya yang yang terbentuk 79%. Perlakuan
dapat digunakan untuk mengukur perendaman menghasilkan persentase
keberhasilan dari pembenihan ikan nila. jantan sebanyak 89,53% tidak berbeda
Persentase ikan jantan berpengaruh signifikan dengan penelitian yang
terhadap tingkat pertumbuhan populasi dihasilkan Bustaman dkk (2009) yaitu
ikan yang dibudidayakan. Hal ini Pada pemberian hormon MT dengan
disebabkan laju pertumbuhan ikan nila dosis 10 mg/l setelah direndam ± 6 jam
jantan lebih cepat dibandingkan dengan menghasilkan kelamin jantan sebesar
betina (Shalaby et all., 2007). 85 %. Bustaman dkk (2009)
Ikan nila jantan tertinggi pada menghasilkan kelamin jantan sebesar
perlakuan oral yaitu sebesar 92,57 %, 71,33 % dengan lama perendaman 4
hal ini sama dengan penelitian yang jam dan dosis MT 2 mg/l dan Taufik
dilakukan mantau et all (2001) dengan (1998) menghasilkan 66 % dengan
oral 15 mg/kg menghasilkan 93% dosis 0,3 mg/l dan lama perendaman 6
individu jantan, dan lebih banyak jam. Dari penelitian ini menyatakan
daripada yang dihasilkan dalam bahwa semakin tinggi pemberian
penelitian Gustiano (1992) dalam hormon semakin tinggi pula perubahan
Mantau (2005) dengan menggunakan kelamin ikan nila menjadi jantan.
beberapa variasi perlakuan dosis
hormon MT (0, 15, 30, 45, 60 mg/ kg

Gambar 3. Hasil persentase SR pada perlakuan pemberian hormoon 17α-


methyltestosteron dengan metode perendaman dan oral

Perlakuan O dan P sama – sama nyata perlakuan MT 0, 15, 25, 30 mg/kg


memberikan pengaruh yang nyata pakan terhadap pertumbuhan harian
terhadap SR. Hasil ini diduga karena dan mortalitas benih ikan nila selama 28
ikan uji dalam penelitian ini sudah pada hari periode pengubahan kelamin yang
usia yang lebih muda dalam dilanjutkan 28 hari periode
penyesuaian terutama terhadap kondisi pemeliharaan atau pembesaran benih,
lingkungan. Perlakuan oral di mana pada tahap ini pakan
menghasilkan SR sebesar 61,67 %. berhormon diganti dengan pakan
Penelitian Mantau et al. (2001) juga tepung pelet tanpa hormon, dengan
menyatakan tidak ada pengaruh yang mortalitas 3–4%/56 hari.

120
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1),Januari 2018 ISSN: 2302-3589

Table 1. Hasil pengukuran kualitas air


Waktu
No Parameter
Pagi Sore
1 Suhu (oC) 26 - 27 29 - 31
2 pH 6 7
3 Oksigen 4, 5 – 5,6 6,7 – 7,5
terlarut (mg/L)

Suhu air pada wadah tempat penelitian adalah berkisar 4,5 – 7,5
pemeliharaan ikan uji tidak berbeda jauh mg/L. Nilai kandungan oksigen selama
pengukuran suhu yang dilakukan 2 kali penelitian masih dalam kisaran normal
sehari yaitu pada pagi dan sore hari. yang baik untuk pertumbuhan ikan Nila.
Suhu air berkisar antara 26 - 31 oC. Hal ini didukung oleh pernyataan
Berdasarkan data ini, dapat disimpulkan Khairuman dan Amri (2007) bahwa ikan
bahwa temperatur air selama penelitian nila termasuk ikan yang tahan dalam
masih dikategorikan dalam kisaran yang kondisi kekurangan oksigen. Jika
baik untuk pertumbuhan ikan Nila. Hal kekurangan oksigen ikan nila akan
ini sesuai dengan pendapat Zangkaru mengambil langsung dari udara bebas.
(1991), menyatakan bahwa ikan Nila Sementara dikatakan bahwa nilai
dapat tumbuh normal pada kisaran suhu kandungan minimum oksigen terlarut
14 – 38 oC. namun suhu optimum untuk dalam perairan yang menunjang
tumbuh dan berkembang berkisar kehidupan ikan nila adalah 4 mg/L.
antara 25 – 30 oC. Menurut Wardayo (1991) kandungan
Derajat keasaman suatu oksigen terlarut yang baik bagi
perairan, baik tumbuhan maupun hewan pertumbuhan ikan Nila adalah lebih
sehingga sering dipakai sebagai besar dari 5 mg/L.
petunjuk untuk menyatakan baik atau
buruknya suatu perairan (Odum, 1971).
Setelah dilakukan pengujian DAFTAR PUSTAKA
mendapatkan hasil kisaran pH air 6
sampai 7. Nilai pH ini merupakan nilai Adel, ME Shalaby, A. Ashraf, Ramadan
pH air selama kegiatan penelitian ,Yassir AE Khattab. 2006. Sex
berlangsung masih dalam kisaran yang Reversal of Tilapia Fry Using
cukup baik untuk pemeliharaan hal ini Different Dosses Of 17a-Methil
didukung dengan pernyataan Testosterone at Different Dietary
Khairuman dan Amri (2007), yang Protein Levels. Central
menyatakan ikan Nila dapat mentolelir Laboratory for Aquaculture
pH pada kisaran 5 – 10 karena batas ph Research. Sharkia Governorate.
yang mematikan adalah 11 atau lebih, Egypt.
sedangkan pH normal adalah berkisar Arie, Usni. 2004. Pembenihan dan
antara 6,5 – 8. Pembesaran Nila Gift. Penebar
Kadar DO di perairan alami Swadaya.
bervariasi bergantung pada suhu, Bustaman, W,J. Arisandi, A. Abida,I,W.
salintas, turbulensi air, dan tekanan 2009. Efektivitas Hormon 17 Α-
atmosfer. Kadar oksigen berkurang Metiltestosteron Untuk
dengan semakin meningkatnya suhu, Memanipulasi Kelamin Ikan Nila
ketinggian, dan berkurangnya tekanan (Oerochoromis niloticus) Pada
atmosfer (Effendi, 2010). data dalam Pemeliharaan Salinitas Yang
penelitian menunjukkan bahwa Berbeda. Jurnal Kelautan Vol 2.
kandungan oksigen terlarut selama

121
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
JurnalIlmiahPlatax Vol. 6:(1),Januari 2018 ISSN: 2302-3589

Effendie, H. 2010. Telaahan Kualitas Air Company. Philadelphia,


Bagi Pengelolaan Sumberdaya London.
dan 1ingkungan Perairan. Shalaby, AME, Ashraf. AR dan Yassir.
Jurusan Manajemen A.E.K. 2007. Sex Reversal of
Sumberdaya Perairan. Fakultas Nile Tilapia Fry Using Different
Doses of 17α-Metyltestosteron
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
at Different Dietary Protein
Institut Pertanian Bogor. 259 hal. Levels. Central Laboratory for
Gustiano, R. 1992. Penggunaan hormon Aquaculture Research,
dalam pakan pada pembentukan Abbassa, Abo-Hammad,
ikan nila jantan. Warta Penelitian Sharkia Governorate, Egypt.
dan Pengembangan Pertanian Sriani. 2004. Teknik Pembenihan
XIV(5): 15−16. Kerapu Macan (E. fuscoguttatus)
Harahap, 1994. Maskulinisasi Nila.
di BBAP Situbondo Jawa Timur.
Techner II (I2) : 1 Edisi Maret.
PT. Longmen Indo Nusantara. Teknologi dan Manejemen
Jakarta. Hal 35 - 40 Produksi Benih Ikan Fakultas
Jangkaru, Z.M. Sulhi dan S. Asih. 1988. Perikanan dan Ilmu Kelautan
Pembesaran Ikan Nila Jantan IPB. Pp
Yang Dipelihara Secara Tunggal Suyanto, R. 2003. Nila. Jakarta :
Kelamin Dan Campuran Dalam Penebar Swadaya. P:105.
Kolam Tanah. Bulletin Penelitian Taufik, A.M. 1998 Optimalisasi Dosis
Perikanan Darat. Vol 7 (1): 53- Hormon 17 α-Metiltestosteron
60. Dan Lama Perendaman Larva
Khairuman, S. P. dan Amri, K. 2007. Ikan Nila (Oreochromis sp)
Budidaya Ikan Nila Secara Terhadap Keberhasilan
Intensif. Cetakan Keenam. Perubahan Jenis Kelamin (Sex
Agromedia Pustaka. Jakarta Reversal). Universitas
Mantau, Z., A. Supit, Sudarty, J.B.M. Brawijaya. Malang. 24 hal.
Rawung, U.Buchari, L. Oroh, J. Wardayo, S.T.H . 1991. Kriteria Kualitas
Sumampow, dan A.Mamentu. Air Untuk Keperluan Pertanian
2001. Penelitian adaptif dan Perikanan. Training Analisis
pembenihan ikan mas dan Dampak Lingkungan. PPLH-
UNDP-PUSDI-PSL,IPB.
maskulinisasi ikan nila di
Bogor.36 hal.
Sulawesi Utara. Laporan Hasil Zairin M. 2002. Sex Reversal
Penelitian. Instalasi Penelitian Memproduksi Jantan Dan
dan Pengkajian Teknologi Betina. Yogyakarta: Penebar
Pertanian Kalasey, Sulawesi swadaya.
Utara. Zangkaru. 1991. Petunjuk Teknis
Mantau, Z. 2005. Produksi Benih Ikan Budidaya Ikan Nila. Seri
Pengembangan Hasil Penelitian
Nila Jantan Dengan Ransangan
Perikanan. Departemen
Hormon Metil Testosterone Pertanian. Badan Penelitian Dan
Dalam Tepung Pellet. Balai Pengembangan Pertanian.
Pengkajian Teknologi Pertanian Pusat Penelitian Dan
Sulawesi Utara. Kalasey Pengembangan Perikanan.
Sulawesi Utara Jakarta.62 Hal.
Odum, E. P. 1971. Fundamental of
Ecology. W. B. Sounders

122
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax

Anda mungkin juga menyukai