Anda di halaman 1dari 19

I.

LANDASAN TEORI
I.1. Etanol
I.1.1. Pengertian Etanol
Etanol adalah nama sekelompok senyawa organik yang mengandung unsur C, H, dan
O. Etanol dalam kimia disebut etil alkohol dengan rumus kimia C 2H5OH. Sifat-sifat etanol
adalah cair, tidak berwarna, bau khas, mudah terbakar dan mudah menguap, larut dengan
air dalam semua proporsi. Secara umum, etanol digunakan sebagai pelarut untuk zat
organik dan anorganik, bahan dasar cuka industri, ester, spiritus, dan asetaldehida. Selain
itu, etanol juga digunakan dalam campuran minuman bir dan digunakan sebagai bahan
bakar terbarukan (Muslihah, 2012).

I.1.2. Kegunaan Etanol


Etanol banyak digunakan sebagai campuran produk rumah tangga dan bahan bakar
kendaraan bermotor yang sering digunakan. Etanol juga merupakan bahan dasar minuman
seperti bir atau wine. Etanol umumnya digunakan sebagai bahan baku untuk produksi
kosmetik dan produk kecantikan lainnya. Contoh produk kecantikan yang biasa
menggunakan etanol antara lain lotion dan hairspray. Etanol sebagai desinfektan dan
campuran obat (Muslihah, 2012).

I.1.3. Bioetanol Generasi I, II, dan III


I.1.3.1. Bioetanol Generasi Pertama
Bioetanol generasi pertama merupakan pembuatan bioetanol dari pati serta
fermentasi yang mengandung gula. Bahan baku yang umum dipakai adalah gula
tebu, gula bit, molase gula tebu dan bit, atau pati dari umbi kayu, jagung, sorghum,
gandum, atau umbi-umbi lainnya.
Alur proses pembuatan bioetanol G1 adalah:
• Persiapan bahan baku, seperti penghalusan bahan, pemisahan pati dari serat
• Hidrolisa pati menjadi gula
• Fermentasi gula menjadi etanol
• Proses destilasi
I.1.3.2. Bioetanol Generasi Kedua
Bioetanol generasi kedua merupakan bioetanol yang dibuat dari limbah
biomassa yang mengandung lignoselulosa. Bahan yang mengandung lignoselusosa
merupakan bahan yang mengandung selulosa dan hemiselulosa tinggi yang terdapat
pada limbah padat agroindustri seperti jerami, padi, batang sawit, tongkol, dan
batang jagung.
Alur proses pembuatan bioetanol G2 adalah:
• Tahap persiapan bahan baku, seperti pengeringan dan penghalusan bahan
• Tahap pretreatment, bahan dihancurkan untuk memisahkan lignin dari selulosa
dan hemiselulosa
• Hidrolisa selulosa (dengan asam atau enzim), untuk memecah selulosa menjadi
senyawa gula
• Fermentasi gula menjadi etanol
• Proses destilasi

I.1.3.3. Bioetanol Generasi Ketiga


Bioetanol yang dikelompokkan sebagai G3 adalah yang terbuat dari alga, baik
mikro maupun makro alga. Kelompok alga dipilih karena terbukti dapat tumbuh dan
tahan pada berbagai lingkungan, memiliki persediaan yang cukup dan aman, sedikit
mengandung lignin atau tidak sama sekali, pertumbuhannya cepat, dan berperan
dalam pengurangan efek rumah kaca.
Alur proses pembuatan bioetanol G3 adalah:
• Pemanenan alga
• Pemisahan air
• Pengeringan
• Konversi komponen karbohidrat yang terdapat pada mikroalga menjadi gula
• Fermentasi gula menjadi etanol
• Proses Destilasi
(Rachman, 2018)
I.2. Alkohol
I.2.1. Pengertian Alkohol
Alkohol adalah senyawa kimia organik dengan karakteristik khas terdapat gugus
hidroksil (-OH) yang berikatan dengan salah satu gugus karbon dalam rumus kimia suatu
molekul. Sumber alkohol yang umum beredar antara lain ethanol, methanol isopropanol,
dan diethylene glisol (Kasanah et al., 2014). Alkohol adalah sekelompok senyawa organik
yang dibentuk dari hidrokarbon-hidrokarbon oleh pertukaran satu atau lebih gugus
hidroksil dengan atom-atom hidrogen dalam jumlah yang sama. Alkohol merupakan zat
yang memiliki titik didih relatif tinggi dibandingkan hidrokarbon yang jumlah atom
karbonnya sama. Hal ini disebabkan adanya gaya antarmolekul dan adanya ikatan
hidrogen antarmolekul alkohol akibat gugus hidroksil polar. Alkohol adalah senyawa
organik yang terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H 2), dan oksigen (O2) yang
mempunyai rumus kimia C6H5OH (Mohd et al., 2018).

I.2.2. Kegunaan Alkohol


Alkohol digunakan menjadi pelarut atau bahan tambahan dalam bidang makanan,
industri, farmasi, laboratorium, dan kecantikan. Alkohol boleh digunakan selama kadarnya
kurang dari satu persen (Zuhri & Dona, 2021).

I.2.3. Jenis Alkohol


Terdapat 3 jenis alkohol, yaitu:
I.2.3.1. Alkohol Primer
Alkohol primer adalah jenis alkohol yang gugus fungsi OH-nya terikat pada
atom karbon (C) primer. Atom karbon primer adalah atom karbon paling ujung
dalam ikatan karbon alkohol. Pada alkohol primer, atom karbon yang membawa
gugus -OH hanya terikat pada satu gugus alkil. Contoh rumus kimia alkohol primer
adalah CH3-CH2-CH2-OH dan CH3-CH2-OH. Terdapat dua tahap proses oksidasi
pada alkohol primer, yaitu:
a. Tahap pertama akan terbentuk senyawa alkaloid
b. Tahap berikutnya akan membentuk asam karboksilat
Contoh dari alkohol primer yaitu:
CH3-CH2-OH CH3-CH2-CH2-OH CH3-OH
Etanol Propanol Metanol

I.2.3.2. Alkohol Sekunder


Alkohol sekunder gugus OH-nya terikat pada atom karbon yang bukan ada di
ujung. Atom karbon tersebut berikatan dengan dua atom karbon di bagian kanan dan
kirinya. Sehingga, rumus umum alkohol sekunder adalah R2CHOH. Alkohol
sekunder merupakan jenis alkohol yang gugus OH-nya terikat pada atom C
sekunder. Atom C yang telah terikat pada dua buah atom C lain disebut dengan atom
karbon sekunder. Proses oksidasi senyawa ini dapat menyebabkan terbentuknya
senyawa dengan gugus fungsi keton dan tidak dapat dioksidasi lebih lanjut. Contoh
alkohol sekunder yaitu:
CH3-CH3-CH-OH CH3-CH3-CH2-CH-OH CH3-CH3-CH3-CH2-OH
Isopropil 2-Butanol 3-Metil 2-Butanol

I.2.3.3. Alkohol Tersier


Alkohol tersier adalah alkohol dengan gugus –OH terikat pada atom C tersier.
Atom C yang telah diikat oleh tiga atom C lain disebut dengan atom karbon tersier.
Contoh alkohol tersier yaitu:
OH
CH3-C-CH2-CH3
CH3
2-Metil 2-Butanol sikloheksanol

I.2.3.4. Metanol
Metil alkohol (CH3OH) atau metanol atau wood alkohol atau spiritus sering
digunakan sebagai pelarut dalam industri atau komersial. Sifat metanol yang beracun
sering digunakan sebagai bahan aditif bagi pembuatan alkohol untuk penggunaan
industri, seperti penghapus cat dan pengembang mesin fotokopi. Metanol diproduksi
dari sintesa gula dan bakteri. Umumnya disebut spiritus yang bersifat berbahaya,
mudah menguap, mudah terbakar, dan beracun.

I.2.3.5. Etanol
Etanol atau etil alkohol (C2H5OH) atau alkohol murni atau alkohol absolut
merupakan jenis alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang
ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum,
perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan.etanol juga digunakan sebagai
disinfektan, seperti untuk pembersih luka dan mencegah terjadinya infeksi.

I.2.3.6. Isopropil Alkohol


Zat kimia isopropil alkohol banyak ditemukan di produk pembersih, seperti
hand sanitizer, alcohol wipes. Apabila tidak sengaja keracunan isopropil bisa
menyebabkan keracunan.
I.2.3.7. Gliserol
Gliserol adalah produk samping produksi biodiesel dari reaksi
transesterifikasi. Gliserol merupakan alkohol dengan gugus hidroksil berjumlah tiga
buah. Gliserol merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak berbau, kental, dan
memiliki rasa manis.

I.2.3.8. Amil Alkohol


Amil alkohol (C5H11OH) merupakan senyawa yang banyak digunakan sebagai
pelarut aktif pada beberapa resin sintetis, pada industri farmasi, kosmetik, cat, dan
tinta cetak.
(Kasanah et al., 2014)
I.3. Molase
I.3.1. Pengertian Molase
Molase adalah produk cairan kental dari pengolahan gula tebu yang tidak dapat
dikristalkan lagi dan masih mengandung gula dan bahan bebas gula (organik). Molase
berbentuk cairan kental berwarna coklat, dengan kandungan sukrosa yang cukup tinggi
yaitu 48% sampai 55%, sehingga sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan etanol
dan diperoleh dari pemisahan kristal gula (Fifendy et al., 2013).

I.3.2. Kegunaan Molase


a. Mampu mengendalikan radikal bebas
b. Mengandung zat antioksidan
c. Menjaga kesehatan tulang
d. Sebagai bahan dalam proses fermentasi
e. Sebagai sumber nutrisi dalam proses fermentasi
f. Dalam perikanan digunakan untuk meningkatkan aktivitas bakteri yang
menguntungkan dalam kolam ikannya dengan cara diteteskan
g. Bahan campuran makanan ikan yaitu untuk membantu mempercepat
pertumbuhan ikan serta untuk meningkatkan produktivitas ikan.
(Nurhilal, 2018)
I.3.3. Jenis Molase
Jenis molase menurut Rachmawati et al., (2017) dibagi menjadi dua, yaitu:
I.3.3.1. Molase Gula Bit
Molase gula bit memiliki lebih banyak sukrosa dengan kandungan non-gula
serta pengotor yang lebih banyak dibanding dengan tetes tebu. Pemanfaatan molase
dari gula bit untuk konsumsi jarang digunakan karena rasanya pahit. Fungsi
penggunaan molase gula bit pada makanan adalah untuk mengurangi kadar air
dalam makanan yang dikenal sebagai proses dehidrasi osmotik.

I.3.3.2. Molase Tetes Tebu


Tetes tebu didapatkan dari hasil pemisahan dengan kristal gula pada
pengolahan gula tebu. Proses pengolahan diawali dengan penggilingan tebu untuk
mengeluarkan nira mentah yang berbentuk jus, setelah itu nira mentah akan
memasuki proses pemurnian untuk mendapatkan nira jernih dengan cara
mengendapkan nira kotor, selanjutnya nira jernih memasuki proses penguapan yang
bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi sampai dengan tingkat jenuhnya, lalu
dikristalkan. Molase tetes tebu sering digunakan daripada molase gula bit.

I.4. Glukosa
I.4.1. Pengertian Glukosa
Glukosa berasal dari bahasa Yunani yaitu glukus yang berarti manis. Nama lain dari
glukosa antara lain dekstrosa, D-glukosa, atau gula buah. Glukosa adalah monosakarida
sederhana yang mempunyai rumus molekul C6H12O6. Glukosa dihasilkan dari reaksi antara
karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil. Karbohidrat yang
terkandung merupakan jenis karbohidrat yang paling sederhana sehingga tidak dapat
dipecah menjadi bagian yang lebih kecil atau lebih sederhana (Anggraeni, 2013).

I.5. Saccharomyces Cerevisiae


I.5.1. Pengertian Saccharomyces Cerevisiae
Saccharomyces merupakan jenis jamur atau khamir yang dapat mengubah glukosa
menjadi etanol dan CO2. Saccharomyces adalah mikroorganisme bersel satu dan tidak
berklorofil. Saccharomyces biasanya digunakan dalam pembuatan anggur, roti, dan bir
(Surahmiana et al., 2018).

I.5.2. Klasifikasi Saccharomyces cerevisiae


Filum : Ascomycota
Subfilum : Saccharomycotina
Kelas : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Famili : Saccharomycetaceae
Genus : Saccharomyces
Spesies : Saccharomyces cerevisiae
(Surahmiana et al., 2018)
I.5.3. Kurva Pertumbuhan Bakteri

Gambar 2.1. Kurva Pertumbuhan Bakteri

I.5.3.1. Fase Lag (Fase Penyesuaian)


Fase lag merupakan fase dimana bakteri akan menyesuaikan diri dengan
lingkungan tempat tinggal barunya. Waktu yang dibutuhkan bakteri dalam fase lag
ini sangat bervariasi tergantung pada pH, suhu, aerasi, komposisi media, dan sifat
fisiologis mikroorganisme pada media sebelumnya.

I.5.3.2. Fase Logaritma atau Exponensial


Fase logaritma atau exponensial ini bakteri akan tumbuh dengan sangat cepat
karena tiap sel akan membelah menjadi dua sel dalam kurun waktu yang singkat.
Variasi derajat pertumbuhan bakteri pada fase ini dipengauhi oleh sifat genetik yang
diturunkannya.

I.5.3.3. Fase stasioner


Fase dimana laju pertumbuhan bakteri sama dengan laju kematiannya sehingga
jumlah bakteri total akan tetap. Fase ini akan dilanjut dengan fase kematian dimana
akan terjadi laju kematian yang melampaui laju pertumbuhan sehingga secara total
terjadi penurunan populasi bakteri.
I.5.3.4. Fase kematian
Fase dimana laju kematian akan semakin besar
(Lestari, 2018)
I.6. Fermentasi
I.6.1. Pengertian Fermentasi
Fermentasi merupakan suatu proses dalam keadaan anaerobik untuk melakukan
perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan adanya aktivitas enzim yang
dihasilkan oleh mikroorganisme. Proses fermentasi dibutuhkan starter sebagai mikroba
yang akan ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam
jumlah dan kondisi fisiologis yang siap diinokulasikan pada media fermentasi. Sehingga
proses fermentasi dapat berjalan optimum (Hayati et al., 2012).

I.6.2. Macam-macam Fermentasi


I.6.2.1. Fermentasi Alkohol
Fermentasi alkohol merupakan suatu reaksi untuk merubah glukosa menjadi
alkohol dan karbon dioksida. Mikroorganisme yang digunakan yaitu Saccharomyces
cereviseae. Contoh dari fermentasi alkohol antara lain pada pembuatan tape
singkong atau tape ketan, pembuatan etanol, bir, dan minuman anggur. Reaksi yang
terjadi pada fermentasi etanol, yaitu:
C6 H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + (2ATP)
Glukosa Etanol Karbondioksida Energi
(Rochani & Yuniningsih, 2015)
I.6.2.2. Fermentasi Asam Laktat
Fermentasi asam laktat merupakan respirasi yang berlangsung pada sel hewan
atau manusia, terjadi saat oksigen tidak tercukupi karena bekerja terlalu berat. Asam
laktat di dalam sel otot dapat mengakibatkan indikasi kejang otot dan kelelahan.
Namun, hal itu dapat terakumulasi sebagai produk limbah yang dapat menyebabkan
otot kita dalam keadaan lelah, letih, atau nyeri tetapi secara perlahan diangkat oleh
darah menuju hati untuk dilakukan perubahan lagi menjadi piruvat. Contoh
fermentasi asam laktat antara lain kimchi, tempe, miso, yoghurt, acar, sayur asin.
C6 H12O6 → 2CH3CH(OH)COOH + 2 ATP
Glukosa Asam Laktat Energi
(Fullah, 2016)
I.6.2.3. Fermentasi Asam Cuka
Fermentasi asam cuka atau asam asetat merupakan salah satu jenis fermentasi
yang berlangsung dalam keadaan aerob. Fermentasi asam cuka ini dilakukan oleh
bakteri asam cuka dengan substratnya berupa etanol. Namun, fermentasi ini dapat
menghasilkan energi 5 kali lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh fermentasi
alkohol secara anaerob. Contoh fermentasi asam cuka adalah pembuatan asam cuka,
minuman beralkohol, seperti minuman anggur. Reaksi yang terjadi pada fermentasi
asam cuka, yaitu:

CH3CH2OH + O2 → CH3COOH + H2O + 2 ATP

Etanol Oksigen Asam Asetat Air Energi

(Fullah, 2016)
I.6.2.4. Fermentasi Asam Sitrat
Fermentasi ini dihasilkan oleh fermentasi garam Aspergillus niger. Bakteri ini
merupakan bakteri yang paling umum digunakan pada kondisi aerob, mengubah pati
menjadi asam sitrat melalui perubahan TCA. Contoh dari fermentasi asam sitrat
adalah citric acid.
C6H4O5 + 2H2O C6H8O7

(Fullah, 2016)
I.6.2.5. Fermentasi Glutamat
Fermentasi glutamate dihasilkan dari muatan Lactobacillus glutamate yang
menyebabkan aroma makanan berubah atau berfungsi sebagai penyedap rasa.
Contoh fermentasi glutamat adalah dalam pembuatan Monosodium glutamate.

(Fullah, 2016)
I.6.3. Manfaat Fermentasi
a. Meningkatkan nilai jual produk susu
b. Menambah cita rasa
c. Menyeimbangkan sistem pencernaan
d. Menurunkan kadar kolesterol
e. Mencegah kanker
f. Mengatasi infeksi jamur dan bakteri
(Haliza et al., 2020)
I.6.4. Syarat Mikroba Hidup dalam Makanan Fermentasi
a. Murni, mikroba yang akan dibiakkan harus dalam keadaan murni dan steril, hal
ini bertujuan untuk membantu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi
b. Unggul, mikroba yang digunakan harus memiliki sifat unggul, artinya mikroba
yang digunakan adalah mikroba yang menguntungkan
c. Bukan Patogen, mikroba yang digunakan tidak bersifat pathogenic baik bagi
manusia/hewan
d. Mampu tumbuh cepat dalam substrat dan lingkungan yang cocok untuk
memperbanyak diri
e. Mudah dibudidayakan dalam jumlah yang banyak
f. Kondisi lingkungan harus sesuai
(Durrotul Faridah & Kurnia Sari, 2019)
I.6.5. Faktor yang Memengaruhi Fermentasi
I.6.5.1. Mikroba, semakin meningkatnya jumlah mikroba yang memfermentasi
substrat maka akan semakin banyak asam laktat dan energi.
I.6.5.2. Waktu Fermentasi, semakin lama fermentasi maka bakteri pembentuk
asam laktat bertambah dan asam laktat yang dihasilkan meningkat.
I.6.5.3. Penambahan Garam, penambahan garam berfungsi untuk menghambat
selektif mikroba dan menghambat pertumbuhan mikroba. Semakin
meningkatnya konsentrasi garam dapat meningkatkan jumlah total bakteri
asam laktat.
I.6.5.4. pH, pada pH asam bakteri asam laktat (tumbuh pada pH 2) akan bertambah
sehingga dapat menaikkan total asam laktat yang dihasilkan.
I.6.5.5. Suhu, suhu yang lebih tinggi dari 40°C pada umumnya menurunkan
kecepatan pertumbuhan dan pembentukan asam oleh bakteri asam laktat,
kecuali kultur yang digunakan dalam pembuatan yoghurt yaitu L.bulgaricus
dan S.thermophilus memiliki suhu optimum 40 – 45°C.
I.6.5.6. Oksigen/Aerasi, tersedianya oksigen dapat memengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme. Jamur bersifat aerobik (memerlukan oksigen) sedangkan
khamir dapat bersifat aerobik atau anaerobik tergantung pada kondisinya.
I.6.5.7. Nutrisi, nutrisi diperlukan untuk tambahan makanan dalam pertumbuhan
yeast.
I.6.5.8. Kadar Gula, semakin tinggi konsentrasi gula maka akan berpengaruh
negatif pada yeast dan berpengaruh baik pada fermentasi. Kadar glukosa
yang baik 10-18%.
I.6.5.9. Substrat, mikroba membutuhkan substrat yang kaya akan potensi nutrisi
untuk bertahan hidup
I.6.5.10. Kandungan Air, semakin banyak air maka fermentasi semakin lama
(Nurfuzianti et al., 2021)
I.7. Densitas
Densitas atau massa jenis merupakan nilai yang menunjukkan besarnya perbandingan
antara massa benda dengan volume benda. Massa jenis suatu benda bersifat tetap artinya jika
ukuran benda diubah maka massa jenisnya tetap. Secara matematis, densitas dirumuskan
sebagai berikut:
m
ρ=
v

Keterangan:
ρ = Massa jenis zat (kg/m3)
m = Massa zat (kg)
v = Volume zat (m3)
(Abdurrojaq et al., 2021)
I.8. Viskositas
Kekentalan atau viskositas adalah sifat fluida yang mendasari diberikannya tahanan
terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut. Viskositas disebabkan oleh gesekan secara
molekular antarpartikel fluida. Secara matematis, viskositas dirumuskan sebagai berikut:

tx . dx
μx= × μo
¿ . do
Keterangan:
μx = viskositas larutan
μo = viskositas air
tx = waktu larutan
¿ = waktu air
dx = densitas larutan
do = densitas air
(Putri Tissos et al., 2014)
I.9. Pupuk Za
Pupuk ZA (Zwavelzure ammoniak) yang berarti ammonium sulfat (NH4SO4) adalah pupuk
kimia yang memberi tambahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Pupuk ZA
mengandung belerang 24% (dalam bentuk sulfat) dan nitrogen 21% (dalam bentuk ammonium
(Mertayasa, 2016).

I.10. Pupuk NPK


Pupuk NPK adalah pupuk buatan yang berbentuk cair atau padat yang mengandung unsur
hara utama nitrogen, fosfor, dan kalium. Ketiga unsur tersebut membantu pertumbuhan
tanaman. Pupuk NPK merupakan salah satu jenis pupuk majemuk (Mertayasa, 2016).

I.11. Sifat Fisika Kimia Bahan


I.11.1. Molase
Sifat Fisika: Sifat Kimia:
- Densitas 1.4 gr/mL - Larut dalam air
- pH 5 - Kadar sukrosa 91%
- Kental - Kadar fruktosa 9%
- Berwarna cokelat
- Aroma khas

(MSDS, 2021)

I.11.2. Aquadest
Sifat Fisika: Sifat Kimia:
- Bening - Pelarut universal
- Berat molekul 18 - Tidak berwarna
- Densitas 1 gr/mL
- pH 7
(MSDS, 2021)
I.11.3. Asam Sulfat
Sifat Fisika: Sifat Kimia:
- BM 98 - Beracun
- Titik didih 338 ℃ - Rumus molekul H2SO4
- Titik lebur 10 ℃ - Larut dalam etil alcohol
(MSDS, 2021)
I.11.4. Pupuk ZA
Sifat Fisika: Sifat Kimia:
- Berwarna putih - Tidak higroskopis
- Berbentuk kristal - Larut dalam air
- Dapat menurunkan pH
(MSDS, 2021)
I.11.5. Pupuk NPK
Sifat Fisika: Sifat Kimia:
- Berbentuk butiran - Larut dalam air
- Berwarna cokelat - Kadar N 15%, P 15%, K 15%
- Senyawa anorganik - Higroskopis rendah
(MSDS, 2021)
I.11.6. Etanol
Sifat Fisika: Sifat Kimia:
- Berbentuk cairan bening - Berbau khas
- Titik didih 76℃ - Mudah terbakar
- Titik beku -113℃ - Sebagai pelarut
- Densitas 0.789-0.809
(MSDS, 2021)
V. DAFTAR PUSTAKA

Abdurrojaq, N., Devitasari, R. D., Aisyah, L., Faturrahman, N. A., Bahtiar, S., Sujarwati, W.,
Wibowo, C. S., Anggarani, R., & Maymuchar, M. (2021). Perbandingan Uji Densitas
Menggunakan Metode ASTM D1298  dengan ASTM D4052 pada Biodiesel Berbasis
Kelapa Sawit. Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi, 55(1), 49–57.
https://doi.org/10.29017/LPMGB.55.1.576
Anggraeni, P. dan Z. A. (2013). Hidrolisis Selulosa Enceng Gondok (Eichhornia crassipe)
menjadi Glukosa dengan Katalis Arang Aktif Tersulfonasi. Jurnal Teknologi Kimia Dan
Industri, 2(3), 63–69.
Durrotul Faridah, H., & Kurnia Sari, S. (2019). Pemanfaatan Mikroorganisme dalam
Pengembangan Makanan Halal Berbasis Bioteknologi Utilization of Microorganism on
the Development of Halal Food Based on Biotechnology. Journal of Halal Product and
Research, 2(1).
Fifendy, M., Irdawati, & Eldini. (2013). Pengaruh pemanfaatan molase terhadap jumlah
mikroba dan ketebalan nata pada teh kombucha. Pengaruh Pemanfaatan Molases
Terhadap Jumlah Mikroba Dan Ketebalan Nata Pada Teh Kombucha, 67–72.
Fullah, N. (2016). Pabrik pupuk za (ammonium sulfat) dari gypsum, co 2 , amonia, dan asam
sulfat dengan menggunakan proses merseburg. 22.
Haliza, W., Purwani, E. Y., Fardiaz, D., & Suhartono, M. T. (2020). KAKAO FERMENTASI :
PELEPASAN PEPTIDA BIOAKTIF DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN
Fermented Cocoa: The Release of Bioactive Peptides and Their Health Benefits.
Perspektif, 18(2), 104. https://doi.org/10.21082/psp.v18n2.2019.104-119
Hayati, R., Yusmanizar, Y., Mustafril, M., & Fauzi, H. (2012). Kajian Fermentasi dan Suhu
Pengeringan pada Mutu Kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal Keteknikan Pertanian,
26(2), 129–135.
Kasanah, U., Cahyono, E., & Sudarmin. (2014). Pengaruh Struktur Alkohol terhadap Produk
Esterifikasi Asam Laurat Terkatalisis Zr^{4+}-Zeolit Beta. Indonesian Journal of
Chemical Science, 3(1), 63–68.
Lestari, P. (2018). Perbedaan Angka Kuman Udara Sebelum Dan Sesudah Penyinaran Lampu
Ultraviolet 90 Watt Di Laboratorium Bakteriologi Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta, 6(19),
387–387.
Mertayasa, I. P. (2016). Pengaruh Jenis dan DOsis Pupuk ZA, NPK, UREA Terhadap
Pertumbuhan Rumput Bermuda (Cynodon dactylon) pada Industri Pembibitan Tanaman
Lansekap di Kelurahan Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur.
Mohd, L., Corresponding, N., Tamhidi, P., Mat, S. R., Dhiaudin, N., & Arifin, A. (2018).
Alkohol: Definisi, Pengharaman, Metabolisme Dan Kegunaannya [Alcohol: Definition,
Prohibition, Metabolism and Its Usage]. Ulum Islamiyyah Journal, 23.
MSDS. (2021). Pengenalan MSDS Bahan Kimia dalam Proses Reaksi Bunsen untuk
Menunjang Keselamatan dan Kesehatan. Jurnal Batan, 12(4). http://repo-
nkm.batan.go.id/2267/
Muslihah, S. (2012). Pengaruh Penambahan Urea dan Lama Fermentasi yang Berbeda
Terhadap Kadar Bioetanol Dari Sampah Organik. Biology, 66(December), 37–39.
Nurfuzianti, R., Lubis, N., & Cahyati, E. (2021). REVIEW: PENGARUH PROSES
FERMENTASI TERHADAP KANDUNGAN ASAM LAKTAT PADA MAKANAN
FERMENTASI. Parapemikir : Jurnal Ilmiah Farmasi, 10(2), 1–6.
https://doi.org/10.30591/pjif.v10i2.2098
Nurhilal, O. (2018). Pengaruh Komposisi Campuran Sabut dan Tempurung Kelapa terhadap
Nilai Kalor Biobriket dengan Perekat Molase. Jurnal Ilmu Dan Inovasi Fisika, 2(1), 8–
14. https://doi.org/10.24198/jiif.v2i1.15606
Putri Tissos, N., Kamus, Z., & Yulkifli. (2014). Pembuatan Sistem Pengukuran Viskositas
Fluida Secara Digital Menggunakan Sensor Efek Hall UGN3503 Berbasis Arduino
Uno328. 1, 71–83.
Rachman, T. (2018). 済 無 No Title No Title No Title. Angewandte Chemie International
Edition, 6(11), 951–952., 10–27.
Rahmawati, F. C., Kusdiyantini, E., & Budiharjo, A. (2017). Isolasi dan Identifikasi Molekuler
Khamir dari Molase serta Kemampuannya dalam Produksi Etanol. Jurnal Biologi, 6(4),
89–98.
Rochani, A., & Yuniningsih, S. (2015). Pengaruh onsentrasi Gula Lerutan Molases Terhadap
Kadar Etanol pada Proes Fermentasi. Reka Buana, 1(1), 43–48.
Surahmiana, Isworo, J. T., & Dewi, S. S. (2018). Pemanfaatan Tepung Biji Nangka Sebagai
Media Pertumbuhan Jamur Saccharomyces cerevisiae dan Aspergillus sp. Universitas
Muhammadiyah Semarang, 6–7.
Zuhri, M. Al, & Dona, F. (2021). Penggunaan Alkohol untuk Kepentingan Medis Tinjauan
Istihsan. Journal of Law, Society, and Islamic Civilization, 9(1), 40.
https://doi.org/10.20961/jolsic.v9i1.51849
 

VI. LAMPIRAN
VI.1. Tabel Hasil Pengamatan
 Suhu Pemanasan : 80℃
 Waktu Pemanasan : 10 menit

a. Hari ke-0

Pengamatan Endapan Volume pH Densitas Viskositas Warna Gelembung


(mL) (gr/mL) (cP)
Campuran Tidak ada 157 4 1.162 9.1798 Coklat Tidak ada
Molase endapan kehitama
n
Aquadest Tidak ada 157 7 1 1.00 Tidak ada
endapan Bening

b. Hari ke-3

Pengamatan Endapan Volume pH Densitas Viskositas Warna Gelembung


(mL) (gr/mL) (cP)
Campuran Ada 166 5 1.1554 8.7002 Coklat Tidak ada
Molase kehitama
n
Aquadest Tidak ada 154 7 1 1.00 Tidak ada
endapan Bening

VI.2. Perhitungan
a. Hari ke-0
 Densitas
Volume piknometer = 25 mL
Piknometer kosong =17.06 gram
Piknometer isi = 46.11 gram

Pikno isi−Pikno kosong (46.11−17.06)gram gr


ρ= = =1.162
V . pikno 25 mL mL

 Viskositas
tx = 7.9 detik
dx = 1.162 gr/mL
to = 1 detik
do = 1 gr/mL

tx . dx 7.9 × 1.162
μx= × μx= ×1.00 cP=9.1798 cP
¿ . do 1 ×1

b. Hari ke-3
 Densitas
Volume piknometer = 25 mL
Piknometer kosong =17.06 gram
Piknometer isi = 45.9455 gram

Pikno isi−Pikno kosong (45.9455−17.06) gram gr


ρ= = =1.1554
V . pikno 25 mL mL
 Viskositas
tx = 7.53 detik
dx = 1.1554 gr/mL
to = 1 detik
do = 1 gr/mL

tx . dx 7.53 × 1.1554
μx= × μx= ×1.00 cP=8.7002 cP
¿ . do 1× 1

 Kadar Etanol
μ larutan hasil fermentasi 8.7002
Recovery = × 100 %= ×100 %=94.775 %
μ larutan sebelum fermentasi 9.1798

Kadar Etanol (%) = 100% - 94.775% = 5.225%

VI.3. Lampiran Foto

Anda mungkin juga menyukai