Anda di halaman 1dari 16

Makalah Mikrobiologi

Pembuatan Alkohol Dari Pati

Nama Kelompok:
1. Renanda Rachmika (1631010132)
2. Rachmad Hermawan (1631010145)
3. Muqiitaa Sakinah R (1631010152)
4. Raden Fajar Diva H (1631010157)
5. Mohammad Risky I (1631010166)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

SURABAYA

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 14 November 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
I.3 Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Secara Umum........................................................................................ 3
II.2 Bahan .................................................................................................... 4
II.3 Standar alkohol ..................................................................................... 4
II.4 Diagram Alir ......................................................................................... 5
II.5 Reaksi .................................................................................................. 10
II.6 Penanganan limbah ............................................................................... 10
II.7 Kegunaan .............................................................................................. 10
II.8 Faktor .................................................................................................... 11
II.9 Perbedaan .............................................................................................. 12
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
III.1 Kesimpulan .......................................................................................... 14
III.2 Saran .................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Alkohol adalah deriva dan hidroksi yang mempunyai ikatan langsung maupun
rantai cabang dari alifatik hirokarbon. Bentuk rantai alkohol yang sering di temukan
adalah yang mengandung tiga gugus hidroksil dengan satu gugus hidroksi dalam satu
rantai karbon. Sedangkan jenis alkohol lainya adalah alkhol yang mengandung lebih
dari satu gugus hidroksi dalam satu rantai karbon. Jenis alkohol yang kedua inilah yang
bersifat toksik yaitu etanol ( etil alkohol ), metanol ( metil alkohol ), dan isopropanol (
isopropil alkohol ).
Pada umumnya semakin panjang rantai karbon maka semakin tinggi daya
toksisitasnya. Tapi ada pengecualian dalam teori ini ialah metanol lebih toksi daripada
etanol. Dihidroksi alkohol disebut juga glikol ( dari asal kata glyc atau glykol yang
artinya manis ) ini mencerminkan rasa dari gikol yang terasa manis. Dihidraksi etan
juga etilen glikol adalah merupakan bentuk sederhana dari glikol. Etilen glikol ini jg
merupakan cairan anti beku dan merupakan cairan yang toksik. Glikol jenis lain ialah
trihidroksipropan ( propilen glikol ), caira ini merupakan bentuk pruduk farmasi yang
relatif tdk toksik.
Alkohol umumnya dapat dibuat dari tetes tebu, namun dapat juga dibuat dari
bahan yang mengandung pati seperti: jagung, singkong, ubi jalar dan lain-lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses pembuatan alkohol dari pati ?
2. Apa saja langkah-langkah pembuatan alkohol ?
3. Apa perbedaan alkohol dari pati dengan alkohol dari tetes.?

3
1.3 Tujuan
1. Mengetahui proses pembuatan alkohol dari pati.
2. Mengetahui langkah-langkah pembuatan alkohol.
3. Mengetahui perbedaan alkohol dari pati dengan alkohol dari tetes.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 SECARA UMUM

Ethanol merupakan senyawa Hidrokarbon dengan gugus Hydroxyl (-OH)


dengan 2 atom karbon (C) dengan rumus kimia C2H5OH. Secara umum Ethanol lebih
dikenal sebagai Etil Alkohol berupa bahan kimia yang diproduksi dari bahan baku
tanaman yang mengandung karbohidrat (pati) seperti ubi kayu,ubi
jalar,jagung,sorgum,beras,ganyong dan sagu yang kemudian dipopulerkan dengan
nama Bioethanol. Bahan baku lain-nya adalah tanaman atau buah yang mengandung
gula seperti tebu,nira,buah mangga,nenas,pepaya,anggur,lengkeng,dll.

Bahan berserat (selulosa) seperti sampah organik dan jerami padi pun saat ini
telah menjadi salah satu alternatif penghasil ethanol. Bahan baku tersebut merupakan
tanaman pangan yang biasa ditanam rakyat hampir di seluruh wilayah
Indonesia,sehingga jenis tanaman tersebut merupakan tanaman yang potensial untuk
dipertimbangkan sebagai sumber bahan baku pembuatan bioethanol. Namun dari
semua jenis tanaman tersebut, ubi kayu merupakan tanaman yang setiap hektarnya
paling tinggi dapat memproduksi bioethanol. Selain itu pertimbangan pemakaian ubi
kayu sebagai bahan baku proses produksi bioethanol juga didasarkan pada
pertimbangan ekonomi. Pertimbangan ke-ekonomian pengadaan bahan baku tersebut
bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai bahan baku, tetapi juga meliputi
biaya pengelolaan tanaman, biaya produksi pengadaan bahan baku, dan biaya bahan
baku untuk memproduksi setiap liter ethanol.

Secara umum ethanol biasa digunakan sebagai bahan baku industri turunan
alkohol, campuran untuk miras, bahan dasar industri farmasi, kosmetika dan kini
sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan bermotor. Mengingat pemanfaatan
ethanol beraneka ragam, sehingga grade ethanol yang dimanfaatkan harus berbeda
sesuai dengan penggunaannya. Untuk ethanol yang mempunyai grade 90-95% biasa
digunakan pada industri, sedangkan ethanol/bioethanol yang mempunyai grade 95-
99% atau disebut alkohol teknis dipergunakan sebagai campuran untuk miras dan
bahan dasar industri farmasi. Sedangkan grade ethanol/bioethanol yang dimanfaatkan

5
sebagai campuran bahan bakar untuk kendaraan bermotor harus betul-betul kering dan
anhydrous supaya tidak menimbulkan korosif, sehingga ethanol/bio-ethanol harus
mempunyai grade tinggi antara 99,6-99,8 % (Full Grade Ethanol = FGE). Perbedaan
besarnya grade akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi gula
(glukosa) larut air.

II.2 BAHAN

Produksi ethanol/bioethanol (atau alkohol) dengan bahan baku tanaman yang


mengandung pati atau karbohydrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat
menjadi gula (glukosa) larut air. Konversi bahan baku tanaman yang mengandung pati
atau karbohydrat dan tetes menjadi bioethanol ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Konversi Bahan Baku Tanaman Yang Mengandung Pati Atau Karbohidrat
Dan Tetes Menjadi Bio-Ethanol

Bahan Baku Kandungan Jmlh Hasil


Perbandingan
Gula Dalam Konversi
Konsumsi Bahan Baku dan
Jenis Bahan Baku Bioethanol
(Kg) Bioethanol
(Kg) (Liter)
Ubi Kayu 1000 250-300 166,6 6,5 : 1
Ubi Jalar 1000 150-200 125 8:1
Jagung 1000 600-700 200 5:1
Sagu 1000 120-160 90 12 : 1
Tetes 1000 500 250 4:1

Glukosa dapat dibuat dari pati-patian, proses pembuatannya dapat dibedakan


berdasarkan zat pembantu yang dipergunakan, yaitu Hydrolisa asam dan Hydrolisa
enzyme. Berdasarkan kedua jenis hydrolisa tersebut, saat ini hydrolisa enzyme lebih
banyak dikembangkan, sedangkan hydrolisa asam (misalnya dengan asam sulfat)
kurang dapat berkembang, sehingga proses pembuatan glukosa dari pati-patian
sekarang ini dipergunakan dengan hydrolisa enzyme. Dalam proses konversi
karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air dilakukan dengan penambahan air dan
enzyme; kemudian dilakukan proses peragian atau fermentasi gula menjadi ethanol
dengan menambahkan yeast atau ragi.

6
Bahan baku untuk produksi biethanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik yang
secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal Tebu (sugarcane), gandum
manis (sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti jagung (corn), singkong
(cassava) dan gandum (grain sorghum) disamping bahan lainnya.

(Anonim,2013)

II.3 Standart Alkohol

Menurut Permenkes RI No. 86/Menkes/Per/IV/1997 tentang minuman keras,


yang di maksud dengan minuman keras adalah semua jenis minuman beralkohol,
tetapi bukan obat. Penggolongan minuman keras adalah sebagai berikut :

1. Golongan A yaitu minuman keras dengan kadar etanol 1 – 5%


2. Golongan B yaitu minuman keras dengan kadar etanol 5 – 20%
3. Golongan C yaitu minuman keras dengan kadar etanol 20 – 55%

II. 4 Diagram Alir dan Penjelasan Proses


Proses produksi etanol dari hasil pertanian yang mengandung pati ( seperti
jagung, gandum, dan lain-lain) hampir sama dengan proses produksi etanol dengan
bahan dasar molase. Namun, dalam proses fermentasi kali ini, pada tahap awal akan
dibutuhkan proses tambahan yang tidak dilakukan pada fermentasi molase. Tahap
tahap nya adalah sebagai berikut:
1. Proses Gelatinasi
Dalam proses gelatinasi, bahan baku ubi kayu, ubi jalar, atau jagung
dihancurkan dandicampur air sehingga menjadi bubur, yang diperkirakan
mengandung pati 27-30 persen.Kemudian bubur pati tersebut dimasak atau dipanaskan
selama 2 jam sehingga berbentuk gel. Proses gelatinasi tersebut dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu:Bubur pati dipanaskan sampai 130oC selama 30 menit, kemudian
didinginkan sampaimencapai temperatur 95oC yang diperkirakan memerlukan waktu
sekitar ¼ jam. Temperatur 95oC tersebut dipertahankan selama sekitar 11/4 jam,
sehingga total waktu yang dibutuhkan mencapai 2 jam. Bubur pati ditambah enzyme
termamyl dipanaskan langsung sampai mencapai temperatur 130oC selama 2 jam.
Gelatinasi cara pertama, yaitu cara pemanasan bertahap mempunyai
keuntungan , yaitu pada suhu 950C aktifitas termamyl merupakan yang paling tertinggi,
sehingga mengakibatkan yeast atau ragi cepat aktif. Pemanasan dengan suhu tinggi

7
(1300C) pada cara pertama ini dimaksudkan untuk memecah granula pati, sehingga
lebih mudah terjadi kontak dengan air enzyme. Perlakuan pada suhu tinggi tersebut
juga dapat berfungsi untuk sterilisasi bahan, sehingga bahan tersebut tidak mudah
terkontaminasi.
Gelatinasi cara kedua, yaitu cara pemanasan langsung (gelatinasi dengan
enzymetermamyl) pada temperature 130oC menghasilkan hasil yang kurang baik,
karenamengurangi aktifitas yeast. Hal tersebut disebabkan gelatinasi dengan enzyme
pada suhu130oC akan terbentuk tri-phenyl-furane yang mempunyai sifat
racun terhadap yeast.Gelatinasi pada suhu tinggi tersebut juga akan berpengaruh
terhadap penurunan aktifitastermamyl, karena aktifitas termamyl akan semakin
menurun setelah melewati suhu 95oC(Wasito, 1981).

2. Proses Saccharifikasi
Tahap sakarifikasi merupakan tahap pemecahan gula kompleks menjadi gula
sederhanayang dilakukan pada sebuah tabung pada rangkaian peralatan untuk produksi
bioethanol. Saccharifikasi melibatkan proses sebagai berikut:
• Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi bekerja
• Pengaturan pH optimum enzim
• Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat
•Mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 sd 60 C, sampai
proses saccharifikasi selesai (Dilakukan dengan pengetesan gula sederhana yang
dihasilkan).

3. Fermentasi

Proses fermentasi akan berjalan beberapa jam setelah semua bahan ditambah
dengan Saccharomyces Cerevisae dimasukkan ke dalam fermentor. Kalau anda
menggunakan fermentor yang tembus padang (dari kaca misalnya), maka akan tampak
gelembung-gelembung udara kecil-kecil dari dalam fermentor. Gelembung-gelembung
udara ini adalah gas CO2 yang dihasilkan selama proses fermentasi. Kadang-kadang
terdengar suara gemuruh selama proses fermentasi ini. Selama proses fermentasi ini
usahakan agar suhu tidak melebihi 36oC dan pH nya dipertahankan 4.5 – 5. Proses
fermentasi berjalan kurang lebih selama 66 jam atau kira-kira 2.5 hari. Salah satu tanda
bahwa fermentasi sudah selesai adalah tidak terlihat lagi adanya gelembung-
gelembung udara. Kadar etanol di dalam cairan fermentasi kurang lebih 7% – 10 %.

8
4. Distilasi dan Dehidrasi

Setelah proses fermentasi selesai, masukkan cairan fermentasi ke dalam


evaporator atau boiler. Panaskan evaporator dan suhunya dipertahankan antara 79 –
81oC. Pada suhu ini etanol sudah menguap, tetapi air tidak menguap. Uap etanol
dialirkan ke distilator. Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran distilator. Distilasi
pertama, biasanya kadar etanol masih di bawah 95%. Apabila kadar etanol masih di
bawah 95%, distilasi perlu diulangi lagi (reflux) hingga kadar etanolnya 95%. Apabila
kadar etanolnya sudah 95% dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk
menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis. Tambahkan
kapur tohor pada etanol. Biarkan semalam. Setelah itu didistilasi lagi hingga kadar
airnya kurang lebih 99.5%

Uraian Proses pada Flowsheet:


1. Flowsheet bagian Pertama = Gelatinasi dan Sacharifikasi
Dalam bagian pertama flowsheet, teradapat proses Gelantinasi yaitu proses
penghancuran bahan baku yang mengandung pati hingga menjadi bubur disertai

9
dengan penambahan air dan dimasak hingga 2 jam hingga menjadi gel. Proses ini
ditambahkan enzym termamyl. Dilakukan secara bertahap pada suhu 95 C.
Proses Kedua yaitu Sacharifikasi yaitu tahap pemecahan gula kompleks menjadi
gula sederhana dengan penambahan enzim glukoamilase. Selama proses ini suhu dan
PH dijaga.

2. Flowsheet Bagian Kedua: Fementasi


Dalam flowsheet bagian kedua terdapat fermentasi dengan penambahan
saccharomycess cerevisae. Terdapat CO2 sebagai hasil samping dari fermentasi.
Kandungan alkohol dari fermentasi sebesar 7-10%.
3. Flowsheet Bagian Ketiga : Evaporasi
Hasil fermentasi dimasukkan dalam evaporator dengan tujuan menguapkan
kandungan alkohol. Suhu dijaga 79-81 C agar alkohol tetap menguap tanpa
kandungan air.

4. Flowsheet Bagian Keempat : Destilasi dan Dehidrasi


Destilasi dilakukan dengan tujuan mengembunkan alkohol yang telah menguap
dari evaporator. Hasil Destilasi adalah alkohol 95%. Jika kandungan alkohol belum
mencapai 95% maka proses destilasi akan diulang.
Setelah itu dilakukan dehidrasi atau pengurangan kadar air dengan cara
menambahan kapur tohor. Lalu didiamkan selama semalam. Lalu dilakukan destilasi
lagi hingga alkohol mencapai 99,5%. Hasil tersebut telah menjadi hasil akhir proses
pembuatan alkohol dari pati.

Diagram alir

10
II. 5 Reaksi dalam Pembuatan Alkohol
Saccharomyces
glukoamilase Cerevisiae
+termamyl

C6H10O5 C12H22O11 + H20 C6H1206 2C2H5OH + 2CO2


Pati Maltosa Air Glukosa Etanol Karbondioksida

II.6 PENANGANAN LIMBAH

Memekatkan limbah dengan evaporator. Kemudian mengabutkan limbah


pekat ke dalam tanur pembakaran bersuhu 800°C sehingga bahan organik dalam
limbah terbakar habis.
Abu hasil pembakaran itu ternyata mengandung kalium sehingga diolah
menjadi pupuk Menggunakan limbah bioetanol sebagai bahan baku pupuk. Limbah
etanol yang sering juga disebut dengan vinase atau distilet memiliki karakteristik yang
khas. Limbah ini bisa dimanfaatkan dan diolah menjadi pupuk organik cair (POC).
POC memiliki harga jual yang cukup tinggi sehingga bisa memberikan nilai tambah
bagi industri etanol. Vinase diolah sedemikian rupa sehingga menjadi produk POC
yang bisa menyuburkan tanaman. Aplikasi POC ini bisa digunakan untuk semua jenis
tanaman, semua komoditas, dan semua iklim atau tempat. Pemanfaatan POC bisa
mengurangi atau pun mensubtitusi penggunaan pupuk kimia. POC dari limbah industri
etanol ini tergolong pupuk organik, sehingga relatif lebih ramah lingkungan. Dalam
skala nasional pepanfaatan POC ini bisa mengurangi konsumsi pupuk kimia dan
mengemat anggaran negara. Jika dilihat dari sudut industri, pengolahan ini bisa
memberi income tambahan bagi industri. Pengolahan limbah etanol menjadi POC
cukup sederhana dan tidak terlalu rumit. POC bisa dibuat dengan biaya yang cukup
murah dan tidak memerlukan peralatan yang rumit. Namun, proses pembuatannya
memerlukan ketelitian, dan kehati-hatian. POC dari vinases bisa juga dikombinasikan
dengan pupuk lain yang sudah beredar di pasaran, seperti pupuk hayati, atau POC
laiinya.POC yang dibuat juga harus dibuktukan terlebih dahulu sebelum dipakai dalam
skala yang luas.

II.7 Kegunaan bioetanol


Kegunaan ethanol/bioethanol (alkohol) berdasarkan literatur adalah sebagai berikut:
Menurut Fessenden ( 1992) kegunaan ethanol adalah:
- Digunakan dalam minuman keras.
- Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri.

11
- Sebagai bahan bakar.
Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12.800 Btu/lb. Sedangkan jika dicampur
dengan gasoline dimana presentase 10% etanol dan 90% gasoline akan menghasilkan
produk dengan nama dagang Gashol dihasilkan kalor (Q) sebesar 112.000 Btu/gallon.
Menurut Austin ( 1984) kegunaan ethanol adalah:
- Sebagai bahan industri kimia.
- Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran.
- Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya.
- Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa kimia lain,
seperti asetaldehid, etil asetat, asam asetat, etilene dibromida, glycol, etil klorida, dan
semua etil ester.
Menurut Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah :
- Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik.
- Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar.

I.8 Faktor Yang Mempengaruhi Pembuatan Alkohol


Pada umumnya ragi yang dipakai untuk membuat alkohol adalah
jenis Saccharomyces cerevisiae, yang mempunyai pertumbuhan sempurna pada suhu
± 30oC dan pH 4,8.
Ragi menurut kegiatan selama fermentasi terbagi atas dua bagian, yaitu :
a. Top Yeast (Ragi Atas)
Ragi yang aktif pada permukaan atas media, yang menghasilkan etanol dan
CO2 dengan segera. Jenis ini biasanya dijumpai pada industri alkohol dan anggur.
b. Bottom Yeast (Ragi Bawah)
Ragi yang aktif pada bagian bawah. Biasanya industri penghasil bir yang
menggunakan ragi bawah ini yang menghasilkan etanol sedikit dan membutuhkan
waktu yang lama untuk kesempurnaan fermentasi. Dalam kondisi yang normal, ragi
atas cenderung untuk berflokulasi dan memisahkan diri dari larutan, ketika fermentasi
berjalan sudah sempurna. Strain ragi yang bervariasi itu berbeda dalam kemampuan
berflokulasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan ragi :
A. Nutrisi
Dalam kegiatannya ragi memerlukan penambahan nutrisi untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakan, misalnya :
Unsur C : ada pada karbohidrat

12
Unsur N : untuk penambahan pupuk yang mengandung nitrogen. ZA, urea,
amonia, pepton dan sebagainya.
Unsur P : untuk penmbahan pupuk phosfat dari NPK, TSP, DSP.
Mineral-mineral
Vitamin-vitamin
B. Keasaman (pH)
Untuk fermentasi alkohol, ragi memerlukan media suasana asam, yaitu antara
pH 4,8-5,0. Pengaturan pH dilakukan dengan penambahan asam sulfat jika substratnya
alkalis atau natrium bikarbonat jika substratnya asam.
C. Temperatur
Temperatur optimum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan adalah 28-
o
30 C. Pada waktu fermentasi terjadi kenaikan panas karena reaksinya eksoterm. Untuk
mencegah agar suhu fermentasi tidak naik, perlu pendinginan supaya dipertahankan
tetap 28-30oC.
D. Udara
Fermentasi alkohol berlangsung secara anaerobik (tanpa udara), namun
demikian udara diperlukan pada proses pembibitan sebelum fermentasi, untuk
pengembangbiakan ragi sel.
(Irma,2013).

13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

III.1 Kesimpulan
1. Alkohol dapat dibuat dari bahan baku yang mengandung pati seperti: jagung,
singkong, ubi jalar dan lain-lain.
2. Pada pembuatan alcohol dari pati ada beberapa langkah yaitu gelatinisasi,
saccharifikasi, fermentasi, distilasi dan dehidrasi.
3. Faktor yang mempengaruhi yaitu nutrisi, pH, udara dan temperature.

III.2 Saran

1. Diharapkan penulis makalah selanjutnya lebih lengkap mengenai makalah ini.

2. Diharapkan pembaca dapat memahami proses pembuatan alcohol dari pati.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. “pembuatan etanol”.(http://www.indobioethanol.com/). Diakses pada


Rabu 14 November 2018 pukul 20.00 WIB

Irma. 2013. “ Industri alcohol”(http://irma-teknikkimia.blogspot.com/2013/04/industri-


alkohol-etanol.html). Diakses pada Rabu 14 November 2018 pukul 20.00 WIB

Taufiq.2017.”Pembuatanalcohol”(https://civitas.uns.ac.id/mtaufiq08/2017/04/19/alko
hol/). Diakses pada Rabu 14 November 2018 pukul 20.00 WIB

15

Anda mungkin juga menyukai