Anda di halaman 1dari 10

Makalah Bioenergi

Bioenergi (Biomass energy) didefinisikan sebagai Energi yang bersumber dari bahan organik
(the energy from organic matter ). Biomassa digunakan sebagai bahan baku terbarukan yang
dengan sumber yang mudah didapatkan.Bahan-bahan organik dapat berasal dari tumbuhan
dan hewan, termasuk limbah dan residunya msing-masing, disebut biomassa.
Ketersediaan energi yang bersumber dari fosil diramalkan tidak akan berlangsung lebih lama
lagi. Kondisi ini memerlukan solusi yang lebih cepat dan tepat dengan mencari dan
menemukan sumber-
sumber energi alternatif. Diantara berbagai jenis energi alternatif yang tersedia
(wind/solar/ocean power, geo-thermal, tenaga baterai dll), bioenergi dengan sifat-sifatnya
yang dapat diperbarui, lebih bersih (ramah lingkungan, dapat segera terurai, dan mampu
mengeliminasi GRK), serta bahan baku yang lebih mudah tersedia, merupakan energi
alternatif yang dapat dengan segera diwujudkan.

Bioenergi (Biomass energy) didefinisikan sebagai Energi yang bersumber dari bahan
organik (the energy from organic matter ). Biomassa digunakan sebagai bahan baku
terbarukan yang dengan sumber yang mudah didapatkan.Bahan-bahan organik dapat berasal
dari tumbuhan dan hewan, termasuk limbah dan residunya msing-masing, disebut biomassa.
Material-material tersebut merupakan bahan berbasis karbon yang bereaksi dengan oksigen
dalam pembakaran dan proses metabolisme alami untuk melepaskan panas.Bahan baku
tersebut merupakan hasil bahan alam yang tersedia dan merupakan hasil dari proses
fotosintesis. Proses fotosintesis pada tumbuhan mengolah energi matahari dengan mengubah
karbon dioksia (CO2) dari udara (O2) dan air (H2O) menjadi karbohidrat dan minyak serta
senyawa kompleks yang kaya akan karbon, hidrogen dan oksigen. Karbohidrat yang akaya
akan energi, minyak, dan serat dapat dipanen dan digunakan untuk berbagai jenis bioenergi.
Penggunaan bioenergi dimaksudkan pula untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Emisi bersih yang dihasilkan dapat berasal dari berbagai tanaman yang dapat tumbuh dengan
mudah. Penggunaan tanaman tersebut juga dapat membantu meningkatkan keuntungan bagi
industri pertanian. Bioenergi seiring dengan perkembangan teknologi dapat dengan segera
menjadi bentuk yang modern.Aplikasi bioenergi dibagi atas tiga bagian besar :
A. Biofuels.
Biomassa yang dapat diubah menjadi bahan bakar cair untuk transportasi. Dua jenis
biofuel yang paling umum digunakan yaitu (bio)ethanol dan biodeisel.
Etanol merupakan jenis alkohol yang dapat ditemukan dalam bir dan anggur. Etanol
banyak digunakan sebagai tambahan bahan bakar untuk mengurangi karbon monoksida
kendaraan dan emisi penyebab asap bagi mesin mesin pabrik yang lain.
Biodiesel dibuat dengan menggabungkan alkohol (metanol) dengan minyak sayur atau
lemak hewan. Hal ini digunakan pula untuk mengurangi emisi kendaraan ( dapat mencapai
20%) atau dalam bentuk murni sebagai bahan bakar alternatif terbarukan.

Biodiesel dari Mikroalga spesies Cholerra spp.


Mikroalga disaring, dikeringkan, dan diekstraksi.Hasil ekstraksi berupa minyak kasar
yang harus dipisahkan menggunakan pelarut heksan atau dietil eter. Pemurnian lebih lanjut
dengan proses transesterifikasi.
Transesterifikasi ini mengonversi asam lemak bebas menjadi alkil ester. Reaksi
esterifikasi dengan mereaksikan minyak kasar mikroalga dengan alkohol dan penambahan
katalis asam (asam sulfat, asam klorida, asam sulfonat organik, atau resin penukar kation
asam kuat). Proses transesterifikasi minyak kasar mikroalga menghasilkan biodiesel sebesar
80 %.
Biofuel lain yang digunakan adalah metanol. Metanol selain diproduksi dari gas alam,
dapat pula diproduksi dari pengubahan biomassa. Cara yang mudah untuk mengubah
biomassa menjadi metanol adalah dengan teknologi gasifikasi. Gasifikasi melibatkan
penguapan biomassa pada suhu tinggi kemudian mengeluarkan sisa gas panas melewati
katalis yang kemudian mengubahnya jadi metanol.
Banyak komponen bensin diformulasikan ulang diproduksi dari biomass dengan
menambahkan zat yang dapat mengurangi polusi seperti MTBE (methyl tertiary butyl ether
dan ETBE (ethyl tertiary butyl ether).
A. Biopower
Biopower didefinisikan sebagai pengubahan biomassa secara langsung dengan proses
pembakaran menjadi bahan bakar gas atau minyak untuk menghasilkan listrik. Sampai saat
ini terdapat enam sistem utama dalam metode penggunaan biopower.
1. Direct-fired system.
Sebagian besar pembangkit biopower didunia menggunakan sistem ini. Pembangkit
biopower dengan sistem direct-fired ini menggunakan sistem yang menyerupai pembangkit
listrik konvensional yang menggunakan bahan bakar fosil. Biomassa yang digunakan sebagai
bahan bakar kemudian dipanaskan dalam ketel uap raksasa untuk menghasilkan uap
bertekanan tinggi. Uap yang timbul kemudian dialirkan menuju turbin-turbin uap yang
emiliki bilah-bilah turbin aerodinamis. Pergerakan uap pada bilah-bilah turbin tersebut
menyebabkan turbin berputar. Putaran yang dihasilkan oleh turbin-turbin uap dihubungkan
dengan generator listrik dan diubah menjadi energi listrik. Biopower yang bergerak dengan
sistem direct-fired ini dapat menghasilkan tenaga listrik dalam kisaran 20-50 MW. Kisaran (
jumlah daya listrik yang dihasilkan ini ) yang jauh dari pembangkit tenaga listrik batu bara
(100-1.500 MW) lebih sering disebabkan karena pasokan biomassa yang tersedia untuk
biopower lebih sedikit dibanding untuk pertanian. Peningkatan efisiensi yang dimunculkan
berupa perbaikan komponen dan kemampuan peralatan untuk menghasilkan daya yang lebih
besar belum dapat segera terealisasikan karena besarnya energi yang dihasilkan tidak
sebanding dengan harga yang dikeluarkan untuk pengadaan bahan baku biomassa tersebut.
Efisiensi pembangkit biomassa telah dapat ditingkatkan hingga 40% dalam skala uji
laboratorium, meskipun tingkat efisiensi pabrik yang ada masih rendah 20% .
Pada beberapa industri, uap yang timbul dari sistem ini digunakan dalam proses
manufakturing atau untuk menyediakan panas ruangan di musim dingin. Contoh lain
misalnya, limbah kayu digunakan untuk menghasilkan listrik dan uap pada pabrik kertas.
2. Co-firing sytem.
Sistem co-firing merupakan perpaduan antara metode pembangkit listrik konvensional
dengan pembangkit listrik yang menggunakan sumber-sumber biomassa. Sistem ini
melibatkan biomassa untuk menggantikan sebagian batu bara yang terdapat pada tungku
pembangkit listrik. Biaya yang tidak sedikit untuk membangun pembangkit biopower yang
baru dapat ditekan dengan menggunakan sistim ini. Peralatan-peralatan dan komponen-
komponen yang terdapat pada pembangkit listrik batu bara dapat digunakan tanpa
memerlukan biaya modifikasi yang besar.
Penggunaan biomassa untuk menggantikan batu bara dalam sistem pembangkit tenaga
listrik biopower dapat mengurangi kadar sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NOX) dan
emisi udara lainnya. Biomassa yang dikonversi menjadi energi listrik memiliki efisiensi yang
berkisar 33-37% dari pembangkit listrik batu bara yang ada.
3. Gasification system.
Sistem gasifikasi menggunakan suhu tinggi dan lingkungan yang miskin oksigen dalam
suatu mekanisme tertentu untuk mengubah biomassa menjadi gas campuran (hidrogen,
karbon monoksida, dan metana). Biomassa padat yang terdapat dalam lingkungan oksigen
yang terbatas dapat dengan mudah rusak dan terbakar. Sistem ini biasanya digunakan dengan
menggabungkannya dengan turbin uap untuk menghasilkan listrik. Efisiensi sistem ini dapat
mencapai 60%. Sistem ini biasanya terdapat berdampingan dengan sistem pembakaran batu
bara atau gas alam dan digunakan untuk menambah pengapian atau menaikkan kemampuan
pembakaran pada sistem pembakaran tersebut.
4. Anaerobic digestion system.
Pembangkit Biopower dengan sistem Anaerobic digestion melibatkan penggunaan
bakteri untuk menguraikan bahan organik tanpa adanya oksigen. Penguraian bahan organik
tersebut menghasilkan gas metana yang dapat digunakan sebagai sumber energi. Metana
yang digunakan sebagai sumber energi nyaris tanpa jeda dan energi dapat dikonversikan
menjadi energi listrik. Metana sebagian besar digunakan dalam bentuk ketel uap yang
menghasilkan uap untuk pembangkit listrik atau untuk proses industri. Penggunaan gas
metana dalam bentuk mikroturbin dan sebagai sel bahan bakar termasuk contoh yang paling
mutakhir. Microturbin memiliki daya luaran hingga 500 kilowatt. Metana yang difungsikan
sebagai sel bahan bakar dapat terus berfungsi menghasilkan listrik selama gas metana masih
dihasilkan.
5. Pyrolisis system.
Biopower dengan sistem pyrolisis dapat berjalan ketika biomassa dipanaskan dalam
ketiadaan oksigen. Biomassa tersebut kemudian dapat berubah menjadi cairan yang disebut
minyak pirolisis yang dapat dibakar seperti minyak bumi untuk menghasilkan listrik.
6. Small modular system.
Sistem small modular menggunakan beberapa teknologi yang sama disebutkan
sebelumnya dengan menggabungkan beberapa metode tetapi pada skala penggunaan yang
relatif lebih kecil, misalnya pada desa, industri pertanian, dan industri-industri kecil yang
lain. Sistem ini dapat digunakan di wilayah-wilayah terpencil dengan kelangkaan listrik tetapi
memiliki biomassa yang melimpah.
B. Bioproducts.
Bioproduct didefinisikan sebagai bahan-bahan yang dibuat dengan biomassa (produk
berbasis organisme) Bioproduct tidak hanya dibuat dari sumber energi yang terbarukan tetapi
juga hanya memerlukan sedikit energi daripada produk yang bersumber dari minyak bumi.
Para peneliti menemukan bahwa mekanisme yang terdapat dalam pembentukan biofuel pada
tanaman juga dapat digunakan untuk membuat antibeku, plastik, lem, pemanis buatan dan gel
untuk pasta gigi.
Bioproduct yang penting dihasilkan dari biomassa adalah karbon monoksida dan
hidrogen. Gas ini biasa disebut gas biosisntesis campuran. Gas biosintesis dapat digunakan
dalam pembuatan plastik dan asam ayng dapat digunakan dalam pembuatan film fotografi,
tekstil dan kain sintesis. Bioproduct yang lain adalah fenol. Fenol dapat diekstrak dri minyak
pirolisis pada pirolosis sistem. Fenol digunakan untuk membuat lem kayu, plastik, dan
penyekat busa.
Ketersediaan biomassa sebagai bahan baku cukup melimpah di alam. Biomassa berupa
material-material organik dapat berupa pohon-pohon, tanaman pertanian atau sisa-sisa bagian
tanaman, bagian-bagian hewan, dan lain lain. Produksi bioenergi dapat dimulai dari bahan
baku apa saja yang tersedia melimpah di wilayah sekitar. Karenanya pertimbangan bahan
baku tersebut menjadi pertimbangan yang utama. Bahan baku yang tersedia memiliki
keuntungan masing-masing. Selain faktor geografis dimana bahan baku tersebut mudah
didapatkan, faktor-faktor seperti : berapa banyak biomassa yang dapat dihasilkan, kualitan
dan jenis tanah yang diperlukan, pemasukan air dan unsur hara, kepadatan energi, biaya
produksi dan lain-lain.
Perkembangan Bioenergi
Bioenergi yang diproduksi dari perkebunan sereal dan tebu merupakan sumber
bioenergi generasi pertama (First Generation Biofuels/FGB). Produksi dalam jumlah besar
dari sumber bioenergi tersebut dapat menggantikan sumber energi fosil secara kompetitif,
tetapi ada beberapa keterbatasan seperti perlunya input pendukung produktivitas pertanian
yang intensif, persyaratan lahan yang cocok dan adanya kompetisi antara kebutuhan akan
bahan makanan dengan kebutuhan akan sumber bioenergi tersebut. Dengan demikian,
meskipun merupakan sumber energi terbarukan, FGB ini bukanlah merupakan solusi yang
tepat untuk mengatasi permintaan energi yang ada.
Bioenergi generasi kedua (Second Generation Biofuels/SGB) adalah bioenergi yang
diturunkan dari biomassa lignoselulolitik. Bioenergi generasi kedua diproduksi dari tanaman
non pangan seperti kayu, sampah organik, limbah tanaman pangan, dan tanaman biomassa
tertentu. Biaya yang lebih kompetitif dalam kaitannya dengan bahan bakar fosil yang ada
menjadikannya tujuan pengembangan energi yang lebih bersih dari segi produksi dan
ekonomi. Hingga kini, telah dikembangkan produk-produk SGB secara kompetitif pada
berbagai tahap penelitian dan produksi skala pilot, meskipun produksi SGB dalam jumlah
besar juga menimbulkan outcome negatif sebagaimana yang terjadi pada produksi
FGB. Sebagian produk-produk tersebut telah dikomersialisasikan, tetapi masih menyisakan
masalah yaitu perlunya input pertanian yang intensif, lahan dan pengairan yang berkompetisi
dengan kebutuhan untuk produksi bahan makanan, sehingga pengembangannya masih
merupakan dilema yang berkepanjangan.
 Sumber non-pangan (kayu, sampah organik, limbah tanaman pangan, dan tanaman biomassa
tertentu).
 Teknologi konversi melalui dua jalur utama: biokimia dan rute termokimia.
 Biaya yang lebih kompetitif.
 Pertanian yang intensif dalam skala besar masih butuh lahan dan pengairan.
Konversi energi melalui Biokimia dapat dilakukan oleh mikroorganisme yang dapat
memecah selulosa dan lignin untuk menghasilkan gula yang terkandung dalam biomassa.
Jalur ini menghasilkan 'selulosa etanol'. Mikroorganisme yang direkayasa juga dapat
mengubah biomassa menjadi bahan bakar gas seperti biogas dan biohydrogen, melalui proses
yang dikenal sebagai pencernaan anaerobik. Terobosan dalam biologi sintetis dapat
menghasilkan organisme biologis buatan yang melaksanakan tugas ini dengan cara yang
sangat efisien.
Teknologi dengan jalur Termokimia mengkonversi biomassa melalui proses seperti
gasifikasi dan pirolisis. Gasifikasi memungkinkan untuk produksi biofuel sintetis sangat
bersih, dengan mencairkan syngas melalui mekanisme gabungan Fischer-Tropsch, jalur ini
dikenal sebagai 'biomassa-to-cairan' (BTL).Energi yang diproses melalui jalur ini
menjanjikan peningkatan efisiensi. Dalam metode pirolisis cepat, biomassa dipanaskan secara
langsung (450-600 ° C) dalam ketiadaan udara untuk menghasilkan bahan bakar berat jenis
minyak cair - bio-oil atau minyak pirolisis - yang dapat lebih disempurnakan menjadi
berbagai bahan bakar desainer atau digunakan seperti. Biooil dan residu nya (char) dapat
diperlakukan sebagai bahan baku untuk produksi bahan bakar BTL.
Bioenergi generasi pertama (etanol) dan kedua (biodiesel) memiliki keterbatasan yang
menjadikannya kurang ideal sebagai pengganti minyak bumi jangka panjang. Generasi
pertama untuk etanol membutuhkan bahan baku yang berbasis tanaman pangan, misalkan
jagung dan tebu. Begitupun dengan bioenergi generasi kedua yang menghasilkan biodiesel.
bahan baku uatama untuk pembuatan biodiesel ini berupa kedelai dan kelapa. Semua bahan
baku tersebut dibatasi oleh lahan pertanian yang sesuai, penggunaan air tawar, pupuk, dan
konsumsi manusia. Pasar yang timpang antara pemenuhan konsumsi manusia disatu sisi dan
untuk penggunaan biofuel disisi lain membuat harga pangan dunia terus merangkak naik
selama beberapa tahun. Masalah yang lain pula menyangkut pengurangan gas rumah kaca
dan emisi CO2 di atmosfir. Bioenergi yang berupa biofuel generasi pertamadapat melepaskan
lebih banyak karbon dalam proses produksinya daripada karbon yang ditangkap dalam
pertumbuhan tanaman bahan bakunya.Selain itu penggunaan biofuel tersebut belum dapat
digunakan dalam mesin-mesin yang belum dimodifikasi. Pemakaiannya pun masih dalam
skala yang kecil. Biofuel generasi pertama dan kedua masih belum dapat digunakan sebagai
bahan bakar jet ataupun dalam skala industri.
Sumber bioenergi generasi ketiga (TGB) adalah produksi bioenergi liquid dari
organisme aquatik seperti mikroalga. Penggunaan TGB yang mengandung secara signifikan
sejumlah lipid dan karbohidrat sebagai sumber biodiesel dan bioetanol dapat dikembangkan
tanpa adanya keterbatasan-keterbatasan seperti pada penggunaan FGB maupun SGB.
Etanol dari tanaman yang dimodifikasi untuk pengolahan lebih mudah (misalnya
tanaman Populus –sekeluarga dengan kapas- dengan kandungan lignin yang lebih rendah),
dan biodiesel dari alga (Oilgae) adalah biofuel generasi ketiga. Ganggang penghasil minyak
yang biodegradable dengan hasil bahan baku yang tinggi tetapi rendah-masukan. Namun,
kebanyakan ilmuwan menyarankan bahwa produksi komersial skala besar ini biofuel generasi
ketiga akan mengambil tahun dari pengembangan lebih lanjut. Menariknya, biofuel generasi
ketiga memiliki kinerja yang lebih baik mengurangi CO2 daripada bioenergi generasi
pertamadan generasi kedua.
Para ilmuwan di Balai Penelitian Pertanian Texas A & M University (TEES) telah
berhasil mengembangbiakkan sorgum yang memiliki tingkat toleransi yang tinggi pada
kekeringan. Sorgum tersebut dapat menghasilkan antara 37 dan 50 ton biomassa kering per
hektar (15 sampai 20 ton per hektar). Tanaman ini memiliki kadar gula tinggi dikembangkan
lebih lanjut sebagai tanaman bioenergi untuk memproduksi etanol.
Peneliti yang berada pada Asiatic Pusat Genome Technology mulai merekayasa urutan
genom pohon kelapa sawit yang akan menghasilkan tanaman sawit yang lebih cocok untuk
industri biofuel.
Peneliti menciptakan tanaman jagung yang sudah berisi enzim yang dibutuhkan untuk
mengkonversi biomassa menjadi bahan bakar. Ini adalah contoh tanaman yang radikal
'generasi ketiga'. Para ilmuwan mengandalkan bidang yang muncul biologi sintetis untuk
menemukan prinsip-prinsip yang diperlukan untuk memungkinkan desain tanaman. Beberapa
diantaranya telah merekayasa singkong dengan gen yang dapat meningkatkan kadar pati lebih
dari umumnya untuk biofuel.
Kebanyakan organisme aquatik memiliki potensi sebagai sumber lipid untuk produksi
bioenergi (bio-oil). Secara khusus, melalui konversi termokimia atau biokimia, mikroalga
dapat digunakan untuk menghasilkan bio-oil dan gas, bioetanol, biodiesel dan bio-hidrogen.
Beberapa keuntungan yang signifikan berkaitan dengan produksi TGB adalah dapat
diproduksi sepanjang tahun, produktivitas tinggi dibandingkan dengan produktivitas tanaman
di lahan daratan, tidak berkompetisi dengan kebutuhan bahan makanan dan mengurangi
kebutuhan lahan untuk produksi.Manfaat lebih lanjut dari TGB yang berbasis alga adalah
bahwa biofuel yang dihasilkan dapat diproduksi menjadi berbagai macam bahan bakar
seperti solar, bensin dan bahan bakar jet.
Bioenergi generasi keempat (Fourth Generation Bioenergy) merupakan prinsip
penggunaan bioenergi yang berkelanjutan. Penggunaan biofuel sebagai bahan bakar tidak
hanya ditujukan untuk menghasilkan energi, tetapi digunakan pula untuk menangkap dan
menyimpan CO2. Biomassa yang digunakan sebagai bahan baku yang telah menyerap CO2
saat tumbuh, diubah menjadi bahan bakar menggunakan proses yang sama seperti biofuel
generasi kedua. Proses ini berbeda dari produksi generasi kedua dan ketiga sebagai di semua
tahapan produksi karbon dioksida ditangkap menggunakan proses seperti pembakaran oxy-
fuel. Karbon dioksida kemudian dapat geo diasingkan oleh menyimpannya dalam bidang
minyak dan gas tua atau akuifer garam. Menangkap karbon ini membuat biofuel generasi
keempat produksi karbon negatif ketimbang hanya karbon netral, karena 'kunci' jauh lebih
banyak karbon daripada menghasilkan. Sistem ini tidak hanya menangkap dan menyimpan
karbon dioksida dari atmosfer tetapi juga mengurangi emisi co2 dengan mengganti bahan
bakar fosil.
USAHA (KERJA) DAN ENERGI

Konsep fisika dalam dinamika yang juga dapat digunakan untuk


mengetahui keadaan gerak suatu benda yang menghubungkan pengaruh luar (gaya) dengan
keadaan gerak benda, selain hukum Newton adalah konsep usaha (kerja) dan energi (tenaga).
Bedanya dengan konsep hukum newton, usaha dan energi adalah besaran skalar. Karena itu,
untuk beberapa kasus, konsep usaha-energi dapat lebih mudah digunakan untuk mengetahui
keadaan gerak suatu benda akibat pengaruh luar (gaya).

——————————————————-
Usaha
Dalam fisika, usaha merupakan proses perubahan Energi dan usaha ini selalu dihubungkan
dengan gaya (F) yang menyebabkan perpindahan (s) suatu benda. Dengan kata lain, bila ada
gaya yang menyebabkan perpindahan suatu benda, maka dikatakan gaya tersebut melakukan
usaha terhadap benda.

Usaha yang dilakukan oleh gaya konstan adalah hasil kali skalar vektor gaya dan vektor
perpindahan benda, hasil kali komponen gaya dalam arah gerakan dan besar perpindahan titik
tangkap gaya tersebut :
W=F cos θ Δx = Fx Δx
dengan θ adalah sudut antara vektor gaya dan vektor perpindahan benda.

Energi
Energi sering juga disebut dengan tenaga. Dalam kehidupan sehari-hari energi dihubungkan
dengan gerak, misal orang yang energik artinya orang yang selalu bergerak tidak pernah
diam. Energi dihubungkan juga dengan kerja. Jadi Energi didefinisikan sebagai kemampuan
untuk melakukan kerja.
Dalam Fisika energi dihubungkan dengan gerak, yaitu kemapuan untuk melakukan kerja
mekanik. Energi dialam adalah besaran yang kekal, dengan sifat-sifat sebagai berikut :
1. Transformasi energi : energi dapat diubah menjadi energi bentuk lain, tidak dapat hilang
misal energi pembakaran berubah menjadi energi penggerak mesin
2. Transfer energi : energi dapat dipindahkan dari suatu benda kebenda lain atau dari sistem
ke sistem lain, misal kita memasak air, energi dari api pindah ke air menjadi energi panas,
energi panas atau kalor dipindah lagi keuap menjadi energi uap
3. Kerja : energi dapat dipindah ke sistem lain melalui gaya yang menyebabkan pergeseran,
yaitu kerja mekanik
4. Energi tidak dapat dibentuk dari nol dan tidak dapat dimusnahkan
Sumber-sumber energi yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari misalnya: energi
minyak bumi, energi batubara, energi air terjun, energi angin, energi nuklir dan energi kimia.
Bagi tubuh manusia energi didapatkan dari nutrisi makanan. Satuan energi dalam standar
internasional adalah Joule. Berkaitan dengan energi nutrisi biasanya digunakan kalori atau
Kilokalori (Kkal), dimana 4,2 Joule setara dengan 1 kalori.

Macam-Macam Energi
Terdapat banyak definisi jenis energi, tetapi yang paling sering dibahas dalam sistem gerak
adalah energi kinerik dan energi potensial. Energi didasarkan bentuk konversinya sangat
banyak, antara lain: energi kimia, energi listrik, energi cahaya, energi bunyi, energi mekanik
dan lain-lain….

Energi Kinetik
Sebuah benda yang bermassa m dan bergerak dengan laju v, mempunyai energi kinetik
sebesar Ek dengan kata lain , energi kinetik suatu benda adalah energi yang dipunyai benda
yang bergerak. Berarti setiap benda yang bergerak, mempunyai energi kinetik Ek, secara
matematis, energi kinetik dapat ditulis sebagai:

Ek = 1/2 mv^2

Dimana
m = massa benda (kg)
v = laju benda (m/s)
Ek = energi kinetik (joule)

Energi Potensial
Energi potensial adalah energi yang dimiliki akibat kedudukan benda tersebut terhadap
bidang acuannya. Sedangkan yang dimaksud dengan bidang acuan adalah bidang yang
diambil sebagai acuan tempat benda mempunyai energi potensial sama dengan nol. Sebagai
contoh dari energi potensial, adalah energi pegas yang diregangkan, energi karet ketapel,
energi air terjun.

Perumusan energi potensial, secara matematis dapat ditulis


Ep = m g h
Dimana :
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s 2 )
h = ketinggian dari muka bumi (m)
Ep = energi potensial (joule)

Tubuh kita yang berkedudukan h meter dari tanah/lantai memiliki Energi Potensial terhadap
tanah. Dalam hal ini, bidang lantai dianggap sebagai bidang acuan.
SUMBER ENERGI TUBUH MANUSIA

Manusia dalam melakukan kegiatan/aktivitas setiap hari membutuhkan


energi, baik untuk bergerak maupun untuk bekerja. Kemampuan tubuh manusia untuk
melangsungkan kegiatannya dipengaruhi oleh struktur fisiknya. Tubuh manusia terdiri dari
struktur tulang, otot, syaraf, dan proses metabolisme.

Rangkah tubuh manusia disusun dari 206 tulang yang berfungsi untuk melindungi
dan melaksanakan kegiatan fisiknya, dimana tulang-tulang tersebut dihubungkan dengan
sendi-sendi otot yang dapat berkontraksi.

Otot-otot ini berfungsi mengubah energi kimia menjadi energi mekanik,


dimana kegiatannya dikontrol oleh sistem syaraf sehingga dapat bekerja secara optimal. Hasil
dari proses metabolisme yang terjadi di otot, berupa kumpulan proses kimia yang mengubah
bahan makanan menjadi dua bentuk, yaitu energi mekanik dan energi panas. Proses dari
pengubahan makanan dan air menjadi bentuk energi.

Tubuh manusia disusun dari 100 triliun sel dan mempunyai sifat dasar tertentu yang sama.
Setiap sel digabung oleh struktur penyokong intrasel, dan secara khusus beradaptasi untuk
melakukan fungsi tertentu. Dari total sel yang ada tersebut, 25 triliun sel merupakan sel darah
merah yang mempunyai fungsi sebagai alat tranportasi bahan makanan dan oksigen di dalam
tubuh dan membawa karbon dioksida menuju paru-paru untuk dikeluarkan. Disamping itu,
hampir semua sel juga mempunyai kemampuan untuk berkembang biak, walaupun sel-sel
tertentu rusak karena suatu sebab, sel-sel yang tersisa dari jenisnya akan membelah diri
secara kontinyu sampai jumlah yang sesuai/membentuk seperti semula. Semua sel
menggunakan oksigen sebagai salah satu zat utama untuk membentuk energi, dimana
mekanisme umum perubahan zat gizi menjadi energi di semua sel pada dasarnya sama.

Bahan makanan yang berupa karbohidrat, lemak, dan protein yang dioksidasi akan
menghasilkan energi. Energi dari karbohidrat, lemak, dan protein semuanya digunakan untuk
membentuk sejumlah besar Adenosine TriPosphate (ATP), dan selanjutnya ATP tersebut
digunakan sebagai sumber energi bagi banyak fungsi sel. Bila ATP di urai secara kimia
sehingga menjadi Adenosine DiPosphate (ADP) akan menghasilkan energi sebesar 8
kkal/mol, dan cukup untuk berlangsungnya hampir semau langkah reaksi kimia dalam tubuh.
Beberapa reaksi kimia yang memerlukan energi ATP hanya menggunakan beberapa ratus
kalori dari 8 kkal yang tersedia, sehingga sisa energi ini hilang dalam bentuk panas. Beberapa
fungsi utama ATP sebagai sumber energi adalah untuk mensintesis komponen sel yang
penting, kontraksi otot, dan transport aktif untuk melintasi membran sel.

Bila dilihat secara persentase, energi yang menjadi panas sebesar 60% selama pembentukan
ATP, kemudian lebih banyak lagi energi yang menjadi panas sewaktu dipindahkan dari ATP
ke sistem fungsional sel. Sehingga hanya 25% dari seluruh energi dari makanan yang
digunakan oleh sistem fungsional sel.

Dan walaupun demikian, sebagian besar energi ini juga menjadi panas karena:
• Energi untuk sistesis protein dan unsur-unsur pertumbuhan lain. Bila protein disintesis
menyebabkan banyak ATP digunakan untuk membentuk ikatan peptida dan ia menyimpan
energi dalam rantai ini, terdapat pertukaran protein secara terus-menerus, sebagian
didegradasi dan sementara protein lainnya dibentuk. Energi yang disimpan dalam ikatan
peptida dikeluarkan dalam bentuk panas ke dalam tubuh.
• Energi untuk aktivitas otot. Sebagian besar energi ini dengan mudah melawan viskositas
otot itu sendiri atau jaringan sekelilingnya sehingga anggota badan dapat bergerak.
Pergerakan liat ini menyebabkan gesekan dalam jaringan akan menimbulkan panas.
• Energi untuk jantung memompa darah. Darah merenggangkan sistem arteri sehingga
menyebabkan reservoar energi potensial. Pada saat darah mengalir melalui pembuluh darah
kapiler, gesekan dari lapisan darah yang mengalir satu sama lain terhadap dinding pembuluh
mengubah energi ini menjadi panas.

Oleh karena itu, dapat dikatakan semua energi yang digunakan oleh tubuh diubah menjadi
panas, kecuali di otot yang digunakan untuk melakukan beberapa bentuk kerja di luar tubuh.

Tentang iklan-iklan ini

Anda mungkin juga menyukai