DASAR TEORI
Servo berasal dari bahasa latin untuk sesuatu yang bisa diperintah. Sebuah alat yang
bekerja dengan mengikuti perintah-perintah yang diberikan.
AC Servo adalah pengaturan servo yang menggunakan sebuah AC motor. Yang
diklasifikasikan menjadi tipe synchronous dan tipe induction tergantung dari jenis
motor.
Tipe synchronous ( menggunakan motor synchronous, tipe magnet permanen,
kapasitas kecil, kenaikan panas yang rendah dan akurasi torque yang bagus).
Tipe induction ( menggunakan motor induksi, kuat dan kapasitas yang besar).
DC Servo adalah pengaturan servo yang mengunakan sebuah DC motor.
Baik tipe AC maupun DC Servo Motor harus dapat merespon secara akurat sinyal
perintah yang berpariasi untuk posisi dan kecepatan. (Baik AC maupun DC)
Untuk tanggung jawabnya, servo motor harus mempunyai kesanggupan untuk start up dengan
akselerasi (penambahan) yang besar atau berhenti dengan deklerasi (penurunan) yang besar.
Untuk mendapat akselerasi dan deklerasi yang besar:
Torsi yang dibangkitkan harus besar (kekuatan medan dinaikkan)
Kelembaman rotor (momen yang berpusat pada titik tengah ) harus kecil.
( kelembaman diturunkan dan dinaikkan responnya dalam tipe moving coil ).
4
2.1.2 Penjelasan Terminology
Penguatan medan : flux medan dubutuhkan untuk membangkitkan torsi.
DC motor ( sistem medan stator yang tetap ).
Motor sinkron ( medan rotor magnet tetap )
Armature : dimana arus mengalir dibutuhkan untuk membangkitkan torsi.
DC motor ( Armatur adalah rotor )
Synchronous motor ( Armatur adalah stator )
Rotor : Bagian yang berputar dari motor.
Stator : Bagian motor yang diam dan disatukan dengan frame.
Point-point dimana DC motor adalah lebih unggul sebagai servo motor.
Torsi dapat diaplikasikan dalm rumus yang sederhana. Desainnya sederhana
dan simple.
Konstruksi motor kokoh.
5
Gambar 2.2 Type DC Servo Motor
6
2.2 Special Unit AD71 (Positioning Modul)
Spesifikasi AD71 :
Item Spesifikasi
Jumlah I/O 32
Jumlah Axis 2
Interpolasi Interpolasi Linear (untuk 2 Axis)
Data Kapasitas 400 poin tiap Axis
Positioning Metode Input Input dari A6GPP atau Program
15 menit tanpa baterai (25C)
BackUp Memori RAM Baterai Lithium dapat mem-BackUp kegagalan
sumber tenaga selama 300 hari
Metode Absolut atau Incremental (penambahan)
Pulsa = 1 16.252.928
mm = maksimal 162
Unit Positioning
inchi = maksimal 16200
sudut = maksimal 16200 derajat
10 200.000 (Pulsa/detik)
10 120.000 (mm/menit)
Kecepatan Positioning
Positioning
1 12.000 (inchi/menit)
1 12.000 (derajat/menit)
Akselerasi dan
Akselerasi dan dekelarasi trapesium otomatis
Dekelarasi
Waktu Akselerasi dan
64 sampai 4999 (mdetik)
Dekelarasi
Kompensasi Backlash 0 65535 x perintah positioning
(0 255 pulsa jika dalam unit pulsa)
Kompensasi Error Dikalibrasi jika ada error pada bagian mekanik
Zeroing Arah dan kecepatan Zeroing tergantung dari settingan
Fungsi Jog Dilakukan dengan sinyal start input
Fungsi Inching Pengoperasian menggunakan generator pulsa
Fungsi M Keluaran M Code
Konsumsi Arus 5 VDC, 1,5 Ampere
Sumber daya eksternal 4,75 26,4 V maksimal 150 mA
Dimensi 350 x 37,5 x 121
Berat 0,63 Kg
7
Gambar 2.4 Special Unit Type AD71
Positioning Module AD71 adalah controller modul positioning yang digunakan dengan PLC
Mitsubishi Type Melsec A-series. AD71 memberikan outputan pulsa berantai. Nomor
daripada pulsa akan menentukan sistem posisi dan frekuensi pulsa menentukan kecepatan
lintasan perjalanan. Positioning dapat dispesifikasikan dalam beberapa nomor unit, yaitu: mm,
inchi, sudut dan pulsa yang berupa satuan feedrate per pulsa, dimana feedrate sebanding
dengan frekuensi pulsa. Skema sistem dapat dilihat pada gambar dibawah :
Pulsa Rantai
Forward Speed Command
D/A Servo
Amplifier M
Deviation Converter
Counter
dll
Setting
Program Pulsa Rantai
Data
ca,
ba Reverse Interface
,
lis
Tu PG
Feedback Pulsa Rantai
Deviation Counter pada Drive Unit berfungsi untuk menyatukan masukan pulsa rantai dari
AD71 dan mengkonversikan (merubah) nilai hasilnya kedalam tegangan analog untuk
digunakan sebagai sinyal speed (kecepatan). Hal ini menyebabkan motor berputar dan
generator pulsa membangkitkan pulsa umpan balik dan memberikannya kepada Deviation
Counter. Umpan balik pulsa rantai ini dibangkitkan dengan pulsa rantai dari AD71. Jika pulsa
8
output AD71 dimatikan, nilai Deviation Counter akan berkurang dan kecepatannya pun
berkurang menyesuaikan dengan pulsa, sampai akhirnya nilai Deviation Counter adalah nol
dan motor akan berhenti.
Sebelum proses positioning dimulai, sistem harus dinolkan (Zeroing) terlebih dahulu. Hal ini
perlu dilakukan untuk mengenali arah putaran motor dari titik awal sampai ke tujuan dan juga
untuk mengenali posisi awal (Home Position) atau alamat nol (alamat nol tidak multlak
tergantung setingan pada parameter Zeroing Addressnya) dari counter posisi AD71. Semua
proses posisi (Positioning) berikutnya menggunakan alamat memori mulai dari alamat nol
(Zero), dan penambahan alamat selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan alamat
mutlak/absolut (masing masing titik memiliki alamat tersendiri), atau alamat
penambahan/incremental (diberikan jarak dari alamat sebelumnya).
Sistem dapat dinolkan dengan salah satu dari tiga cara, semuanya menggunakan zeroing
dog. Zeroing dog adalah switch atau penggerak yang memberikan setengah kondisi dari
penentuan home posisi. Kondisi kedua tergantung pada cara zeroing yang digunakan,
misalnya adalah sebagai berikut :
1. Sinyal zeroing phasa dari rotary encoder
2. penghenti mekanik dikutkan dengan timer penghenti
3. penghenti mekanik diikutkan dengan feedback sinyal torsi dari sinyal penggerak.
Data operasi untuk AD71 disimpan dalam buffer memory dan berisi paramater (yang
menentukan tetapan seperti feedrate maksimum), atau zeroing (menentukan proses zeroing),
data positioning (memuat alamat masing masing titik, kecepatan), dan data start
(menentukan posisi untuk start). Data positioning ditunjukan dengan nomor data positioning,
yang mana ini ditentukan oleh lokasinya dalam buffer memory. Ada dua cara untuk
mengontrol secara manual output pulsa rantai AD71, yaitu operasi jog dan inching. Selama
operasi jog, output pulsa rantai dibangun untuk sepanjang sinyal jog dari PC, sedangkan
untuk operasi inching ditentukan oleh nomor pulsa yang dikeluarkan setiap waktu selama
sinyal input generator pulsa diberikan (generator pulsa manual juga ditentukan oleh manual
pulser). Fungsi inching jika menggunakan manual extrernal generator pulsa harus sesuai
dengan ketentuan dalam pengawatan dan koneksi AD71 agar dapat dioperasikan dengan
benar.
9
Desain umum untuk sistem operasi positioning :
V
U lir
G e n e ra to r P u ls a
(P G )
M e ja
L
R
S e r v o M o to r P0 P
Gambar 2.5 Desain Umum Positioning
Keterangan :
A : Deteksi posisi Increment (mm/p)
Vs : Frekuensi Command Pulse (p/s)
n : Nomor celah (Slits) generator pulsa (slits/rev)
L : Lebar ulir baut beban (mm/rev)
R : Perbandingan penurunan (Reduction Ratio)
V : Kecepatan bagian yang bergerak (mm/s)
P0 : Titik zero (pulsa)
P : Alamat (pulsa)
TO CN1
2W 2W
2K ohm 2K ohm
SERVO ON
P15R
RESET
*
PG
TLA LG
FF RUN START
SG
RR RUN START
NP NG SG
OP FPA FPB MO LG
DI 1
TL SG
DI 2
SD * SG
* LG
Pada mode Speed terdapat dua inputan yaitu dari digital input dan analog input, kedunya diset
pada setingan parameter servo Amplifier. Untuk mode speed tidak memerlukan special modul
akan tetapi hanya berupa sequnce program.
10
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di buku MELSERVO-J20A Intruction Manual.
2.3.2. Positioning Servo
R U
S ALARM V SM
T W
CN2
PLS R
17
E
18
AG
AG
20
GROUNDING
N15R
19
PA
13
RA
12
MRJ-20A
PB
6
SERVO AMPLIFIER PG
RB
7
LG FG
PC
PC
9
MELSEC-A
RC
10
PO
15
8B Y AXIS
6B X AXIS
RO
14
Y61 CN1
POSITIONING
DOG
LG
G
3
5
Y60
UNIT AD71
PWR STOP
SD
SG
17A 6A
20A 8A
30
1
VDD
46
PWR
SG
7A
5A
30
RDY
RD
19B 19A 18B 18A 14B 14A 10B 10A 7B
5B
49
VDD
9A
46
Y62
PGO
CN1
SG SON
OP
16B 16A 15B 15A 12A 12A 9B
50
9
CR
18
Y62 SERVO ON
27
CLEAR
Y67
TL
SG
10
EXTERNAL
14
Y67
TORQUE LIMIT
SG
11
PULSE F
PP
18
Y66
Y66 PROPORSIONAL
PG
PC
13
17
CONTROL
NP
16
24
15
Y64 FORWARD
26
35
25
Y65 REVERSE
STROKE END
37
36
5
Y65
25
SD
37
VDD
37
47
SIGNAL
PIN NO.
PF
48
SIGNAL
PIN NO.
Dari AD71 ke servo Ampli pada trainer ini menggunakan junction terminal relay block
A6TBXY36, bentuk terminal ini untuk tiap mode sama hanya nama nama tiap pin berbeda
pada masing masing mode.
11
SON RES LSP LSN CR TL SG * LG
VDD VIN VDD OPC ZSP PF ALM RD SG
PP PG SG NP NG SG SD * SG
P15R * TLA LG OP FPA FPB MO LG
AD71 Nomenclature
12
2.4. PARAMETER DATA pada AD71
mm Inchi Sudut Pulsa Nilai default
No. Setting Setting Setting Setting Setting
Item
unit unit unit unit unit
range range range range range
1 Unit 0 - 1 - 2 - 3 - 3 -
x10-1 x10-5 x10-5
2 Travel per pulsa 1-100 1-100 1-100 o
- - - -
m/pls In/pls /pls
x10-1 x1 x1 x101 x101
3 Speed limit value 1-12000 1-12000 1-12000 o
1-20000 20000
m/pls In/min /min pls/dtk pls/dtk
Jog speed limit x10-1 x1 x1 x101 x101
4 1-12000 1-12000 1-12000 o
1-20000 2000
value m/pls In/min /min pls/dtk pls/dtk
x10-1 x1 x1 x101 x101
5 Starting bias speed 1-12000 1-12000 1-12000 o
1-20000 0
m/pls In/min /min pls/dtk pls/dtk
Backlash -1
x10-5 x10-5
6 0-65535 x10 m 0-65535 0-65535 0-255 pls 0 pls
compensation Inchi derajat
Upper stroke 0-
7 0-162000 mm 0-162000 inchi 0-162000 derajat pls pls
limit 16252928
Lower stoke 0-
8 0-162000 mm 0-162000 inchi 0-162000 derajat pls pls
limit 16252928
0-
0-100000 x10-5 0-100000 x10-5
9 Error compensation 100000 x10-1 m - - 0 -
(per 100) Inchi (per 100o) derajat
(per 1m)
Travel per manual x10-5 x10-5
10 1-100000 x10-1 m 1-100000 1-100000 1-100 pls 1 pls
pulse during inching Inchi derajat
Acceleration and
11 64 4999 mdtk 1000 mdtk
deceleration time
Positioning
12 complete signal 0 20000 mdtk 300 mdtk
output time
0 : Pls + Signal (B type)
Pulse output
13 1 : Forward Pls atau Reverse Pls (A type) 1 -
mode
Keterangan :
1. Unit
Pilihan unit (mm, degree, atau pulsa) untuk positioning kontrol,
dapat kita atur secara bebas pada X dan Y axis (X axis = mm, Y
axis = degree).
13
2. Travel per pulsa
Menentukan jarak tiap pulsa dengan mekanik pada sistem.
Mengontrol nomor pada pulsa yang berisi deretan pulsa dari
AD71.
6. Penggantian backslash
Penggantian backslash dibolehkan untuk diprogram untuk ketelitian
positioning .
14
Catatan bahwa disitu juga ada penggantian kesalahan fasilitas
diperbolehkan dengan toleransi dalam mekanikal drive, dapat
dilihat pada poin (9).
Pengertian fasilitas backslash membolehkan penambahan pulsa
untuk setiap saat menghasilkan arah perubahan pergerakan selama
positioning. Selama pulsa inching output memulai nomor pada
input pulsa yang melebihi jumlah penggantian backslash saat arah
diganti. (jika jarak langkah kurang daripada penggantian blackslash
tidak akan menghasilkan pulsa tapi perhitungan AD71 sesudah itu
sesuai positioning untuk penambahan data). Selama gerakan joging
penggantian backslash dibuat untuk memindahkan yang pertama
setelah merubah arah.
Penggantian backslash tersedia setelah zeroing, setelah penggantian
blackslash sistem selalu zero.
Lihat gambar di Melsec A, Positioning Module AD71 hal 3-12
gambar 3.4
7. Upper stroke limit
Menentukan batas atas value pada menjalankan mesin.
Puncak batasan diperiksa sebelum gerakan positioning dan jika
setingan diluar range, positioning berhenti. Selama gerakan joging
pulsa inching, pembatas puncak diabaikan.
15
4) Hitung error, E, seperti E = 1m hasil pengukuran (dalam mm).
5) Atur E sebagai ganti parameter error (dalam unit 10-1 m).
6) Jika menggunakan inchi sesuaikan jarak yaitu 100 inchi, dan untuk
derajat.
Hasil perhitungan error compensation AD71 seperti dibawah ini:
s
Ec Ex n
m x
Dimana, S = jarak jalan (travel) sesuai AD71
m = jarak pengukuran pada S
E = perbedan perhitungan
n = 104ketika satuan unit mm
= 105ketika satuan inchi -5 atau derajat -5
Penggantian error tersedia pada panduan pulsa inching, joging dan
pelaksanaan positioning.
Penggantian blackslash akan diatur sesuai dengan penjelasan
dibawah ini:
Bc = B x E
Dimana, B = actual blackslash
E = seperti yang diatas.
- PLS + SIGN
Forward and reverse feed pulse.
Travel direction is controlled by direction sign
(SIGN).
PULSE
Feed Pulse
PULSE
SIGN B
+ direction - direction Type
travel travel
25 ms
-
Zero point A B Untuk menngerakan
A ke B, perjalan
ditentukan dari A
banyak pulsa.
Travel
- Untuk menggunakan keduanya Incremental dan cara Absolute dalam axis yang
sama (x axis) diset 2. pada bagian ini adalah cara mengendalikan setiap bagian
individu pada positioning data.
- Cara WITH
Ketika M On signal memberikan waktu yang kira kira
sama seperti start gerakan positioning.
18
- AFTER mode
M code On signal diberikan setelah gerakan positioning
selesai. Dalam cara inin jika gerakan dihentikan sebelum
signal M code On lengkap tidak diberikan.
Lihat melsec A AD71 positioning module hal 3-15 s/d 3-16 untuk keterangan gambar timing
M Code WITH dan AFTER.
Keterangan :
1) Zeroing Direction
a. Menentukan arah Zeroing Data (Forward atau Reverse).
2) Zeroing Methods
a. Metode Zeroing :
- Zero Phase Signal dari generator pulsa.
- Stop and Dwell Timer time-out.
- Stop dan sinyal dari unit penggerak.
3) Zeroing Address
a. Alamat ini diset sebagai alamat Home Position saat Zeroing sedang
dijalankan.
b. Set-lah alamat Zeroing sama dengan nilai dari settingan Upper atau
Lower Stroke Limit pada parameter.
19
4) Zeroing Speed
Menentukan kecepatan dari Zeroing.
5) Creep Speed
a. Creep Speed adalah kecepatan pelan sebelum mencapai Home
Position.
Zeroing
Speed
Deceleration
Creep
Speed
Alamat Alamat
X Axis Y Axis
7912 7922
Zero Address
7913 7923
7914 7924 Zeroing Speed
7915 7925 Zeroing Creep Speed
7916 7926 Zeroing Dwell Time
7917 7927 Torque Limit B15 B4 B0
Zeroing Method
0 : PG signal
1 : Mechanical Stop
Zeroing Area
Keterangan :
1) Positioning Information
a. Positioning Information (Informasi Positioning) terdiri dari 16 bit yang antara
lain terbagi menjadi 2 bit pertama untuk Positioning Pattern (Pola Positioning), 1
bit selanjutnya untuk Positioning Method (Metode Positioning), 1 bit selanjutnya
untuk Positioning Direction (Arah Positioning), 4 bit selanjutnya yaitu area tak
terpakai, dan 8 bit terakhir digunakan untuk M Code. M Code dapat digunakan
ataupun tidak, jika tidak digunakan, maka isilah 8 bit teratas ini dengan nilai 0.
b. Positioning Pattern (Pola Positioning)
Digunakan untuk mengeset pengoperasian Positioning terus berlanjut atau
berhenti. Ada 4 pengesetan pola, yaitu :
- 00 : Positioning End (Terminated)
Menggerakkan ke suatu alamat yang telah ditentukan.
- 01 : Positioning Continued
Positioning dicapai berurutan dengan satu kali perintah dan dengan arah yang
berbeda setelah mencapai Dwell Time.
21
- 11 : Positioning Continued With Speed Change
Positioning dicapai berurutan dengan satu kali perintah dan dengan arah yang
sama atupun dengan arah yang berbeda.
- 10 : No Setting, Tidak ada settingan
c. Positioning Method (Metode Positioning)
Pengesetan untuk metode Positioning, dapat secara Absolute ataupun secara
Incremental. Cara pengesetan :
- 0 : Absolute
- 1 : Incremental
d. Positioning Direction (Arah positioning)
Pada metode Positioning Incremental, arah dari Posirioning harus ditentukan.
Cara penentuan arah :
- 0 : Forward Direction (alamat bertambah)
- 1 : Reverse Direction (alamat berkurang)
Sedangkan untuk metode Positioning Absolute, arah dari Positioning diabaikan.
2) Positioning Speed
a. Digunakan untuk mengeset kecepatan dari Positioning yang akan dijalankan,
3) Positioning Address
a. Alamat dari Positioning diset sesuai dengan metode Positioning (Absolute atau
Incremental).
4) Dwell Time
a. Dwell Time adalah waktu jeda setelah Positioning selesai dilaksanakan sampai
sinyal Busy dari AD71 padam.
Catatan :
Untuk positioning berkelanjutan, pola 11 sebaiknya tidak digunakan lebih dari 9 kali
terus menerus. Jika nomor besar dari pola 11 yang berurutan telah digunakan, ini harus
diturunkan dengan menempatkan data pola 01 setiap 9 dari pola 11. (perumpamaan pola 11
= 9 kali, pola 01 = 1 kali, pola 11 = 9 kali, pola 00 = 1 kali).
Selalu set pola 00 pada blok terakhir.
Jika pola 11 sedang menyambung, arah dari gerakan dan cara positioning sebaiknya
diubah kembali, yaitu hanya setelah pola 01 dan 00 (yang harus dirubah). Jika kecepatan
diubah setelah decelaration telah dimulai, maka kecepatan baru diabaikan, dan jiak kode M
telah diset dengan mode WITH, sinyal Kode M ON tidak diberikan .
selama positioning menggunakan poal 11, data waktu tinggal dan kode M akan diabaikan.
22
Penyisipan positioning tidak dapat ditentuakan jika pola 11 sedang digunakan.
Pada tabel diatas adalah salah satu contoh data untuk tiga start data. Start data dipakai
untuk mengawali positioning data yang akan dimulai. Sedangkan Pointer dipakai untuk
memilih bayak Start Data yang akan dijalankan.
2. ERROR AREA
Bagian ini diperlukan untuk membaca error yang terdeteksi dan mereset error tersebut.
24
K201 adalah alamat error reset yang terdapat pada buffer memory AD71, K45 adalah alamat
untuk membaca error yang terdeteksi. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dibuku User manual
AD71 pada bab Programing.
Ladder ini menggunakan sebuah register agar data data yang dimasukan ( Write ) bisa
dirubah sesuai dengan setingan yang diinginkan.
Perintah TO diatas adalah perintah untuk proses write (menulis) ke alamat buffer memory
AD71 dari CPU. Dimana data data yang dituliskan secara tidak langsung, jadi melalui
sebuah register. Ladder data seperti dibawah ini.
25
Ladder Data untuk Zeroing
26
Data data pada register bisa dirubah-rubah sesuai dengan tabel parameter data.
4. START dan ZEROING COMMAND
Setelah selesai menyiapkan semua parameter, langkah selanjutnya yang diperlukan
adalah membuat Ladder Start Command. Perintah ini adalah untuk memulai menjalankan
servo motor. Sedangkan Zeroing Command adalah untuk memerintahkan servo motor
melakukan proses Zeroing.
27
Contoh Ladder pada bagian Start Data dan Zeroing
5. JOG COMMAND
Perintah ini dipakai untuk menjalankan servo motor tanpa harus write command,
biasanya perintah ini digunakan untuk menjalankan servo secara pelan (Joging) dimana
Address akan berkurang dan bertambah saat forwad atau reverse jog dijalankan.
28
X40 digunakan untuk Forward Joging
X41 digunakan untuk Reverse Joging
K44 alamat speed Jog di AD71 dengan data transfernya D200
Kecepatan maksimal (speed command pulse for JOG) diset dibagian Parameter data.
29
Command pulse multiplication
2 CMX 1 1-9999
(pembilang) electronic gear
Command pulse multiplication (penyebut)
3 CDV 1 1-9999
electronic gear
User parameter
Keterangan : #### : nilai inisial mengikuti setingan pabrik, setiap nilai akan berbeda tergantung jenis
amplifier
* : parameter ini akan berlaku ketika power di ON/OFF setelah seting
0-max
2 SC1 Internal speed command (1) 100 r/min
speed
0-max
3 SC2 Internal speed command (2) 1000 r/min
speed
0-max
4 SC3 Internal speed command (3) 2000 r/min
speed
5 STC Acceleration time constant 20 10 ms 0-5000
6 STB Decelaration time constant 20 10 ms 0-5000
30
Option funtion
(4) Commandpulse input format
7 *OPS 0000 0-111Fh
(5) Command pulse input signal logic
(6) Speed propotional command valid
S-character acceleration/deceleration,
8 SCH 50 r/min 50-5000
curvature point speed
9 VCM Speed at 10V command Rated r/min 0-6000
10 ZSP Zero speed 5 10r/min 1-500
Specisl parameter
Keterangan : #### : nilai inisial mengikuti setingan pabrik, setiap nilai akan berbeda tergantung jenis
amplifier
* : parameter ini akan berlaku ketika power di ON/OFF setelah seting
Yang perlu diperhatikan saat menyeting parameter adalah keadaan/kondisi servo
harus dalam keadaan OFF. Pada mode Speed tidak memerlukan special Unit AD71, hanya
memerlukan rangkaian sequence untuk menghubungkan terminal-terminal kontrol
kecepatannya.
BAB III
CARA PENGOPERASIAN
31
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai cara pengoperasian trainer servo motor serta
beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum menjalankan servo motor.
D120 diisi dengan nilai H93 atau 10010011b yang berarti pada parameter information
positioning menggunakan Unit Pulsa, dengan pengeluaran pulsa secara Forward,
metode positioning Incremental/Absolute. Lihat keterangan gambar 3.40 hal 3-46
pada buku MELSEC-A Positioning module AD71
Isi register - register selanjutnya sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada tabel
parameter data.
Isi nilai pointer beserta start data.
Isi nilai pos.inf (positioning patern), speed command, dwell time dan address pada
masing-masing titik posisi.
Tekan write, pastikan tidak terjadi error.
Tekan start untuk mulai menjalankan.
33
Isi nilai pos.inf (positioning patern), speed command, dwell time dan address pada
masing-masing titik posisi.
Tekan write, pastikan tidak terjadi error.
Tekan start untuk mulai menjalankan.
34
Set parameter pada Ampli, ubah nilai parameter 1 dengan nilai 0001, ingat saat
menseting signal SON harus mati.
Matikan switch servo ampli ON, kemudian ON kan kembali, setelah itu set parameter
selanjutnya. Apabila sebelumnya telah pernah diseting untuk setingan mode Speed,
maka cukup parameter 1 saja yang dirubah, secara otomatis settingan parameter yang
lainnya sudah terset secara otomatis.
Menjalankan Speed servo dengan Digital Input:
Ada dua masukan Digital input (DI1, DI2), digital input berupa switch binary,
sehingga mempunyai tiga kecepatan, dimana masing-masing kecapatan diset di
parameter (parameter 2,3,4).
SC1 (speed 1) Pr. 2 SC2 (speed 2) Pr. 3 SC 3 (speed 3) Pr. 4
Switch DI1 1 0 1
Switch DI2 0 1 1
37
Pengoperasian error (kesalahan Ganti dengan yang
50
Operation Elements perangkat keras) baru
51 Seluruh memori belum dihapus Bersihkan memori
Bus AD71 error Ganti dengan yang
52 AD71 Bus Error
baru
6. Error Lainnya
Kode
Jenis Data Titik Pemeriksaan Perbaikan
Error
Data yang dimasukkan diluar
90 Mode Positioning
dari 0 sampai 2
Parameter
Emergency Deceleration Data yang dimasukkan diluar
91
Time dari 64 sampai 50.000 (mdtk)
Interpolasi dinyalakan ketika
92 - dalam mode control switching
Start Processing
untuk Speed dan Positioning
Error
Nyalakan kembali setelah
93 Restart Area
menyesaikan Positioning
Nomor restart berbeda dari nilai
94 Start Number
yang dijalankan
Start Data Error Data yang dimasukkan diluar
Travel Distance change
95 dari 0 sampai nilai Stroke Upper
area
Limit
Buffer Memory Setting Travel Distance Data yang dimasukkan dari
96
Write Protected area CPU masuk ke area terlarang
39
Data at Positioning Manual Pulse Output Data yang dimasukkan diluar
140
Start Speed dari 1 sampai 2.000 pulsa
41
Dalam pembuatan alat simulasi Servo Motor, perhitungan secara mekanik sangat
mendukung untuk proses pergerakan ball screw nantinya, selain wiring control. Kontruksi
mekanis tadi harus diperhitungkan benar. Terutama pada perhitungan Electronic Gear yang
berfungsi untuk merubah nilai perjalanan Ball Screw per pulsa, dan hal tersebut dalam Setting
Parameter dilakukan pada nilai Travel per Pulsa.
Menentukan Electronic Gear
Perhitungan Gear = Z1 : Z2 Z2 56
Z1=56 = 56 : 56 n=
Z1 =56
Servo Motor =1:1
1 mm
PF ( Feed Back Pulse ) = 4000 Pulse/ Rev
Z2=56 Sesuai dengan Encoder untuk type MR-FC
42
CMX No
f0 Pt .............................................................................(3.1)
CDV 60
- Electronic gear
CMX No 1
Pt ..................................................................................(3.2)
CDV 60 f0
- Command pulses
No CMX
f0 Pt ...................................................................................(3.3)
60 CDV
[Setting Example]
Obtain tha command pulse frequency required to run the HA-FE at 3000r/min. When the
electronic gear ratio 1 ( initial parameter value) is used, the following result is found
according to equation 3.3 :
3000 CMX
f0 4000
60 CDV
(command pulse frequency)
3000
4000 1
60
200000 pps
However, as the maximum input command pulse frequency in the open colector system is
200kpps, so for general HA-FE is not problem.
If for general purpose servo with Pt= 8192, so the f0=409600pps cannot be entered.
To run the servo motor at the speed of 3000r/min at not more than 200kpps, the electronic
gear setting must be changed. This electronic gear is found by Equation 3.3:
43
44
45
46
47
48
49
50
51