Morfologi Bunga
Dra. Nina Ratna Djuita, M.Si.
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
A. BAGIAN-BAGIAN BUNGA
Bunga dapat dibedakan menjadi bunga tunggal dan bunga majemuk. Pada
bunga tunggal, tangkai bunga hanya mendukung satu bunga (Gambar 4.1),
sedangkan pada bunga majemuk, tangkai bunga mendukung banyak bunga.
Kepala sari
Tangkai putik
Bakal buah
Daun mahkota
Daun mahkota
Kelenjar nektar
Dasar bunga Bakal biji
Tangkai daun
Gambar 4.1
Bunga Tunggal (Simpson, 2006)
PEBI4107/MODUL 4 4.3
bunga
tangkai bunga
a b
Gambar 4.3
Bunga: a. Bertangkai, b. Tidak Bertangkai (Simpson 2006)
4.4 Morfologi Tumbuhan
e. Kelopak (calyx)
Kelopak umumnya tersusun dalam satu lingkaran, biasanya berwarna hijau,
bentuknya menyerupai daun, lebih kecil, dan lebih kasar daripada mahkota.
Kelopak berfungsi untuk melindungi bunga pada waktu bunga masih kuncup.
Setelah bunga mekar, umumnya kelopak akan luruh, walaupun pada beberapa
tumbuhan kelopaknya tetap ada, misalnya pada buah manggis (Garcinia
mangostana), bahkan pada ciplukan (Physalis angulata) kelopak ikut
membentuk bagian buah.
Kelopak tersusun dari bagian-bagian yang disebut daun kelopak (sepal).
Kumpulan sepal disebut calyx. Calyx yang bebas disebut juga polysepalous/
aposepalous (Gambar 4.4.a), sedangkan calyx yang berlekatan disebut
gamosepalous/ synsepalous (Gambar 4.4.b).
Ukuran kelopak bermacam-macam, dari kecil sampai agak besar. Sifat-sifat
kelopak seperti jumlah, warna, dan bentuk lazim digunakan dalam identifikasi
PEBI4107/MODUL 4 4.5
a b
Gambar 4.4
Kelopak: a. Aposepalous, b. Synsepalous (Simpson 2006)
mahkota bebas
mahkota
berlekatan
a b
Gambar 4.5
Mahkota: a. Apopetalous dan b. Sympetalous
(a dari Soerjani et al. 1987; b dari Hickey & King, 1997)
Pada corolla yang berlekatan, ada beberapa istilah yang digunakan untuk
menggambarkan kedalaman lekukan daun mahkota. Apabila lekukan corolla
sangat pendek, disebut toothed. Bila lekukannya kurang dari setengah panjang
corolla disebut lobed. Jika lekukannya meliputi setengah panjang corolla disebut
cleft. Jika lekukannya melampaui setengah panjang corolla disebut parted.
Kalau lekukannya hampir mencapai dasar disebut divided.
Corolla yang berlekatan mempunyai bentuk yang bervariasi, misalnya bibir,
tabung, lonceng, dan terompet (Gambar 4.6).
Apabila suatu hiasan bunga, seperti kelopak dan mahkota dapat kita bagi
menjadi dua bagian yang sama, kita dapat mengatakan bahwa hiasan bunga
tersebut simetris satu sama lain. Berdasarkan simetri pada kelopak dan mahkota
dikenal bunga dengan simetri beraturan (aktinomorfik), simetri setangkup
tunggal (zigomorfik), dan bunga yang tidak bersimetri (Gambar 4.7).
PEBI4107/MODUL 4 4.7
a b c d
e f g h
Gambar 4.6
Beberapa Bentuk Corolla yang Berlekatan:
a. Berbibir 2, b. Terompet, c. Corong, d. Lonceng, e. Tabung
f. Buyung, g. Bintang, h. Menyilang
(a-g dari Hickey & King, 1997, h dari Simpson, 2006)
a b c
Gambar 4.7
Simetri Bunga: a. Aktinomorfik, b.zigomorfik c.tidak bersimetri
(Judd et al. 2002)
4.8 Morfologi Tumbuhan
Pada simetri aktinomorfik, hiasan bunga dapat dibagi menjadi dua bagian
yang sama melalui beberapa bidang pembelahan. Contoh bunga yang
mempunyai simetri aktinomorfik adalah bunga alamanda (Allamanda
cathartica), soka (Ixora sp.), ubi jalar (Ipomoea batatas), dan pepaya (Carica
papaya).
Pada simetri zigomorfik, hiasan bunga hanya dapat dibagi menjadi dua
bagian yang sama melalui satu bidang pembelahan. Hal ini disebut juga simetri
bilateral. Bunga yang mempunyai simetri zigomorfik misalnya anggrek, orok-
orok (Crotalaria sp.) dan jawer kotok (Coleus sp.). Pada bunga yang tidak
bersimetri, bunga tidak dapat dibagi menjadi dua bagian yang sama.
tangkai sari
Gamba 4.8
Benang Sari dan Bagian-bagiannya (Hickey & King, 1997)
Versatile, tangkai sari melekat pada satu titik punggung kepala sari sehingga
kepala sari mudah bergoyang.
a b d
c
Gambar 4.9
Tipe Perlekatan Kepala Sari a.Basifix b.Dorsifix c.Versatile d. Adnate (a,d
dari Heywood 1979 ; b,c dari Hickey & King, 1997)
1) Jumlah benang sari sama banyak dengan jumlah mahkota atau kurang
Dalam keadaan seperti ini, kedudukan benang sari dapat berhadapan
dengan mahkota, atau berseling dengan mahkota (Gambar 4.10.ab). Pada
keadaan lain, kadang-kadang benang sari menempel pada mahkota, kondisi
demikian disebut epipetalous (Gambar 4.10c).
4.10 Morfologi Tumbuhan
c
a b
tempat pelekatan
benang sari
Gambar 4.10
Posisi Benang Sari Terhadap Mahkota a. Berseling dengan Mahkota
b.Berhadapan dengan Mahkota c. Benang Sari Melekat pada Mahkota
(Hickey & King, 1997)
benang sari
lingkaran luar benang sari
lingkaran
dalam
a b
Gambar 4.11
Benang Sari: a. Diplostemon, b. Obdiplostemon
(a dari Simpson 2006; b dari Hickey & King, 1997)
a b
Gambar 4.12
Benang Sari: a. Didynamous, b.Tetradynamous
(Hickey & King, 1997)
Didynamous (Gambar 4.12.a) adalah benang sari yang terdiri atas dua
benang sari panjang dan 2 benang sari pendek, dapat dijumpai pada anggota
familia Labiatae contohnya jawer kotok (Coleus sp.) Tetradynamous (Gambar
4.12.b) adalah benang sari yang terdiri atas 4 banang sari panjang dan 2 benang
sari pendek, terdapat pada anggota familia Brassicaceae, contohnya pada bunga
lobak (Raphanus sativus).
Kumpulan benang sari dapat berada dalam kondisi bebas atau berlekatan.
Bila kepala sarinya bebas tapi tangkai sarinya berlekatan disebut adelphous. Jika
kumpulan benang sari berlekatan menjadi satu berkas, disebut monadelphous
(Gambar 4.13a), contohnya pada kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis).
4.12 Morfologi Tumbuhan
a b c
Gambar 4.13
Beberapa Tipe Penggabungan Benang Sari
a. Monadelphous b. Diadelphous c. Syngenesious (a,b dari Hickey &
King, 1997; c dari Simpson, 2006)
Kadang-kadang benang sari tidak mempunyai serbuk sari atau mandul. Hal
ini disebut staminodia atau benang sari steril. Bentuk staminodia bermacam-
macam, ada yang berupa garis, ada juga yang berbentuk seperti daun mahkota,
misalnya staminodium petaloid pada bunga tasbih (Canna sp).
g. Putik (pistil)
Putik merupakan alat reproduksi betina pada bunga. Letaknya ada di pusat
bunga. Putik tersusun dari daun-daun yang telah mengalami modifikasi yang
disebut daun buah (carpel). Apabila putik tersusun dari sehelai daun buah,
dinamakan putik tunggal. Apabila putik tersusun oleh lebih dari satu daun buah
dinamakan putik majemuk. Apabila daun-daun buah tersebut saling bebas,
dinamakan apocarpous, apabila saling berlekatan, disebut syncarpous. Daun-
daun buah secara keseluruhan yang menyusun putik disebut gynoecium. Daun
buah inilah yang kelak akan menjadi bagian buah paling luar. Untuk mengetahui
jumlah daun buah pada suatu bunga, dapat dilakukan dengan cara mengiris
bakal buah secara melintang.
PEBI4107/MODUL 4 4.13
Putik terdiri atas bakal buah (ovary), tangkai putik (stylus), dan kepala putik
(stigma) (Gambar 4.14).
kepala putik
tangkai putik
bakal buah
Gambar 4.14
Putik dan Bagian-bagiannya (Soerjani et al. 1987)
a b c
Gambar 4.15
Bakal Buah: a. Menumpang, b. Tenggelam, c. Setengah Tenggelam
(a, b dari Judd et al. 2002; c dari Simpson 2006)
Bakal biji menempati bagian tertentu pada bakal buah. Ada yang letaknya
di tepi, di tengah, di atas, atau di bawah. Bakal buah yang menjadi tempat
duduknya bakal biji disebut tembuni (plasenta). Tipe plasentasi (Gambar
4.16 dan 4.17) bermacam-macam, misalnya:
a) Pendulous (menggantung). Pada posisi ini, letak plasenta dan bakal
biji berada di bagian atas bakal buah, posisinya menghadap ke bawah
sehingga terlihat seperti mengggantung.
b) Basal (bawah). Pada tipe ini, plasenta dan bakal biji terleak di bagian
bawah bakal buah.
c) Marginal (pinggir). Plasenta dan bakal biji terletak di bagian tepi
bakal buah.
d) Central (tengah). Hal ini terjadi apabila plasenta terletak di tengah-
tengah bakal buah beruang satu sehingga bakal biji menghadap ke arah
dinding bakal buah.
e) Axile (sudut tengah). Plasenta terdapat pada bakal buah beruang 3 atau
lebih. Letaknya terdapat pada sudut pertemuan daun buah yang melipat
ke dalam.
f) Parietal (di dinding). Plasenta berada di dinding bakal buah.
g) Laminate. Plasenta terdapat pada helaian daun buah.
a b c d
Gambar 4.16
Tipe Plasentasi Dilihat pada Irisan Melintang:
a. Sentral, b. Parietal, c. Axile, d. Marginal (Hickey & King, 1997)
4.16 Morfologi Tumbuhan
a b
Gambar 4.17
Tipe Plasentasi Dilihat pada Irisan Membujur
a. Basal b. Apical (Hickey & King, 1997)
a b c
Gambar 4.18
Posisi Tangkai Putik:
a. Terminal, b. Lateral, c. Gynobasic (Simpson 2006)
PEBI4107/MODUL 4 4.17
a b c d
Gambar 4.19
Beberapa Bentuk Kepala Putik:
a.Cakram, b. Bulat, c. Garis, d. Berambut (Simpson 2006)
tampak
atas
tampak atas
tampak tampak
samping samping
a b
Gambar 4.20
Bunga Monochasium: a. Sekrup, b. Bercabang Seling (Simpson 2006)
Nomor Menunjukkan Urutan Mekarnya Bunga
b. Dichasium
Pada tipe ini, sumbu bunga berakhir dengan bunga, dan pada bagian
samping sumbu terdapat sepasang bunga. Tipe dichasium dapat dibagi menjadi
dichasium tunggal dan dichasium majemuk. Pada dichasium tunggal (Gambar
4.21.a) terdapat 3 bunga yang terdiri atas 1 bunga terminal dan 2 bunga lateral.
Bunga terminal mekar pertama kali diikuti oleh bunga lateral. Bunga dichasium
majemuk (Gambar 4.21.b) pada hakikatnya merupakan pengulangan dari
dichasium tunggal pada cabang lateral. Bunga majemuk dichasium tunggal
dapat dijumpai pada melati (Jasminum sambac), sedangkan bunga dichasium
majemuk terdapat pada bunga soka (Ixora sp.).
4.20 Morfologi Tumbuhan
a
b
Gambar 4.21
Bunga: a. Dichasium Tungggal, b. Dichasium Majemuk
(Hickey & King, 1997 hal 10)
tampak atas
tampak samping
Gambar 4.22
Bunga Sabit (Simpson 2006)
Nomor Menunjukkan Urutan Mekarnya Bunga
b d
a
e f
Gambar 4.23
Beberapa Tipe Bunga Majemuk Tidak Terbatas
a. Tongkol, b. Bulir, c. Untai, d. Tandan, e. Payung, f. Bongkol
(a dari Hickey & King, 1997; b, d dari Judd et al. 2002, c dari Raven et
al. 2005, e, f dari Genin 1994)
pada bagian ujungnya terdapat suatu lubang. Contoh bunga tipe ini dapat
dijumpai pada awar-awar (Ficus septica).
a b
Gambar 4.24
Bunga: a. Malai, b. Payung Majemuk
(a dari Judd et al. 2002, b dari Raven et al. 2005)
4.24 Morfologi Tumbuhan
bunga betina
bunga jantan
braktea
b c d
a
Gambar 4.24
Bunga: a. Karangan Semu, b. Cyathium, c. Berkas, d. Tukal (Simpson 2006)
PEBI4107/MODUL 4 4.25
c. Berkas (fasicle)
Berkas merupakan bunga majemuk terbatas dengan ibu tangkai pendek dan
bunganya tidak sama panjang, biasanya berada dalam satu kelompok yang
dilindungi oleh daun pelindung. Contoh bunga berkas, misalnya gewor
(Commelina benghalensis).
d. Tukal (glomerulus)
Tukal merupakan bunga majemuk terbatas yang terdiri atas beberapa
kelompok bunga yang tidak bertangkai, tersusun rapat pada cabang bunga
majemuk. Contoh bunga tukal ialah rami (Boehmeria nivea).
benang sari
mahkota
putik
kelopak
b
a
Gambar 4.26
Bunga: a. Lengkap, b. Tidak Lengkap (Judd et al. 2002)
4.26 Morfologi Tumbuhan
3. Bunga sempurna (perfect flower) yaitu bunga yang mempunyai benang sari
dan putik, hiasan bunga bisa ada bisa juga tidak. Bunga seperti ini disebut
pula bunga biseksual, bunga hermafrodit, atau bunga berkelamin dua
(Gambar 4.27.a)
4. Bunga tidak sempurna (imperfect flower) yaitu bunga yang hanya memiliki
putik saja atau benang sari saja, hiasan bunga bisa ada bisa pula tidak.
Bunga tidak sempurna disebut juga bunga uniseksual atau bunga
berkelamin tunggal (Gambar 4.27.b). Bunga tidak sempurna dapat dibagi
menjadi 2 yaitu bunga jantan (staminate flower) dan bunga betina
(carpellate flower). Bunga jantan, yaitu bunga yang memiliki benang sari,
tetapi putiknya tidak ada atau tidak berfungsi. Bunga betina yaitu bunga
yang mempunyai putik, tetapi benang sarinya tidak ada atau tidak
berfungsi.
a b c
bunga jantan bunga betina
Gambar 4.27
Bunga: a. Biseksual, b,c. Bunga Uniseksual (Simpson 2006)
Dalam beberapa kasus, ada bunga yang tidak mempunyai putik dan benang
sari, tapi hanya mempunyai hiasan bunga. Struktur morfologi demikian tidak
disebut sebagai bunga karena tidak mempunyai alat kelamin, tetapi dalam
deskripsi taksonomi hal ini disebut bunga netral atau bunga steril.
LAT IH A N
dan sebagainya. Coba Anda baca kembali bagian yang membahas tentang
bentuk-bentuk mahkota sympetalous atau mahkota yang berlekatan.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
5) Benang sari yang ukurannya berbeda, berupa 2 benang sari panjang dan 2
benang sari pendek disebut ....
A. didynamous
B. tetradynamous
C. diplostemon
D. obdiplostemon