Anda di halaman 1dari 7

Sifat fisik yang dimiliki hidrokarbon disebabkan oleh sifat non polar dari semnyawa tersebut.

Umumnya hidrokarbon tidak dapat bercampur dengan pelarut polar seperti air dan etanol.
Sebaliknya, hidrokarbon dapat bercampur dengan pelarut yang relative non polar seperti karbon
tetraklorida (CCl4) atau diklorometana (CH2Cl2). Reaktivitas kimia senyawa hidrokarbon ditentukan
oleh jenis ikatannya. Hidrokarbon jenuh (alkana) tidak resktif terhadap sebagian besar pereaksi.
Hidrokarbon tak jenuh (alkena dan alkuna), dapat mengalami reaksi adisi pada ikatan rangkap dua
atau rangkap tiganya. Senyawa aromatic biasanya mengalami reaksi substitusi.
Reaksi yang terjadi pada hidrokarbon :
a. Pembakaran
Hasil pembakaran hidrokarbon adalah CO2 dan H2O

CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O


b. Reaksi Bromin
Hidrokarbon tek jenuh bereaksi cepat dengan bromine dalam larutan CCl4. Reaksi
yang terjadi adalah adisi bromin pada karbon ikatan rangkap.
Br Br
│ │
CH3-CH=CH-CH3 + Br2  CH3-CH-CH-CH3
Merah tidak berwarna

Br Br
│ │

CH3-C  C-CH3 + 2 Br2  CH3-C  C-CH3


merah │ │
Br Br
Tidak berwarna

Larutan bromin berwarna merah kecoklatan, sedangkan hasil reaksinya tidak


berwarna. Sehingga terjadinya reaksi ini ditandai dengan hilangnnya larutan bromin. Alkana
yang tidak memiliki ikatan rangkap, tidak bereaksi denga bromin (warna merah kecoklatan
bromin tetap ada), sedangkan senyawa aromatik dapat mengalami reaksi substitusi dengam
bromin dengan adanya katalis Fe atau AlCl3. Reaksi substitusi tersebut juga menghasilkan
gas HBr.

c. Reaksi dengan H2SO4 pekat


Hidrokarbon tak jenuh mengalami reaksi adisi dengan H2SO4pekat dingin. Produk
yang dihasilkan adalah asam alkil sulfonat yang larut dalam H2SO4.
H OSO2OH
│ │
CH3-CH-CH-CH3 + HOSO2OH  CH3-CH-CH-CH3
(H2SO4)
Hidrokarbon tak jenuh dengan H2SO4 pekat tidak bereaksi, sedangkan alkuna dan senyawa
aromatic bereaksi lambat.

d. Reaksi dengan KMnO4 (uji Baeyer)


Larutan KMnO4 mengoksidasi senyawa tak jenuh. Alkana dan senyawa aromatik umumnya
tidak reaktif dengan KMnO4. Terjadinya reaksi ini ditandai dengan hilangnya warna ungu
dari KMnO4 dan terbentuknya endapan coklat MnO4. Produk yang dihasilkan suatu glikol
atau 1,2-diol.
OH OH
│ │
3 CH3-CH-CH-CH3 + 2 KMnO4 + 4 H2O  3 CH3-CH-CH-CH3 + 2 MnO4 + 2 KOH
Ungu coklat
VIII. Daftar Pustaka
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Fessenden, Ralp J dan Joan S. Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam. Terjemahan Suminar.
Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralp H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan modern Edisi Keempat Jilid 3.
Terjemahan Suminar. Jakarta: Erlangga
http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/16/hidrokarbon/ diakses pada: Sabtu, 17
November 2012. Pukul 16.00 WIB.

Hidrokarbon adalah senyawa organik yang hanya terdiri dari karbon dan hidrogen.
Golongan senyawa ini amat penting peranannya dalam abad teknolgi ini. Karena begitu
nayak produk yang dapat diturunkannya : tekstil, plastik, bahan anti beku, obat-obatan,
anestatika, cat, pupuk, bahan peledak dan sebagainya. (Abdulloh. 2007).
Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut macam-macam ikatan karbon yang
dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang mempunyai satu ikatan dinamakan
hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau lebih atom karbon yang mempunyai ikatan
rangkap dua atau tiga dinamakan hidrokarbon tidak jenuh (Fessenden, 1997).
Hidrogen dan senyawa turunannya, umumnya terbagi menjadi tiga kelompok besar
yaitu:
1. Hidrogen alifatik terdiri atas rantai karbon yang tidak mencakup bangun siklik. Golongan ini
sering disebut sebagai hidrokarbon rantai terbuka. Yang termasuk hidrokarbon alifatik adalah
alkana, alkena, dan alkuna.
2. Hidrokarbon alisiklik atau hidrokarbon siklik terdiri atas atom karbon yang tersusun dalam
satu lingkar atau lebih.
3. Hidrokarbon aromatik merupakan golongan khusus senyawa siklik yang biasanya
digambarkan sebagai lingkar enam dengan ikatan tunggal dan ikatan rangkap bersilih–ganti.
Kelompok ini digolongkan terpisah dari hidrokarbon asiklik dan alifatik karena sifat fisika
dan kimianya yang khas.
- Alkana
adalah hidrokarbon jenuh yang memiliki jumlah atom hydrogen maksimum. Rumus
umumnya CnH2n+2. Sifat-sifatnya antara lain larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut
dalam pelarut polar, dapat mengalami reaksi halogenasi, dll.
- Alkena
adalah senyawa hidrokarbon yang memiliki kekurangan 2 atom H dan mempunyai ikatan
rangkap 2 pada atom C=C. alkena memiliki rumus umum CnH2n dan merupakan senyawa
hidrokarbon tak jenuh. Hidrokarbon tak jenuh ini berisomer dengan sikloalkana. Sifat-
sifatnyua antara lain tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organic, lebih reaktif dari
alkana, dll. Dalam struktur molekulnya, alkena mengandung hidrogen lebih sedikit hal ini
yang menjadikan alkena sering disebut senyawa tak jenuh.
- Alkuna
adalah senyawa hidrokarbon rangkap tiga dengan rumus umum CnH2n-2. Alkuna
berisomer dengan alkena yang memiliki 2 ikatan rangkap 2 atau suatu senyawa yang
memiliki 1 ikatan rangkap dua dan 1 siklik. Sifat-sifatnya antara lain mudah mengalami
reaksi adisi seperti alkena, dapat mengalami reaksi oksidasi, dll. (Adrian, 2011)
Alkena dan alkuna dapat dioksidasi menjadi aneka ragam produk, bergabung pada
reagensia yang digunakan. Reagensia yang paling sering untuk mengubah alkena menjadi
suatu 1-2 diol adalah larutan kalium permanganat atau yang sering disebut dengan KMnO
(dalam air). Reaksi larutan permanganat dingin merupakan uji Baeyer untuk ketidakjenuhan
dalam senyawa yang tidak diketahui strukturnya. Larutan uji (KMnO4) berwarna ungu.
Ketika reaksi berjalan, warna ungu menghilang dan nampak endapan MnO coklat. Sewaktu
reaksi berlangsung, warna ungu dari ion permanganat digantikan oleh endapan cokelat dari
mangan dioksida.
Sehubungan dengan adanya perubahan warna ini, maka reaksi ini dapat digunakan
sebagai uji kimia untuk membedakan alkena dan alkuna dari alkana yang pada umumnya
tidak bereaksi. Uji Baeyer untuk ikatan rangkap meskipun digunakan secara meluas,
mempunyai suatu kekurangan ; gugus apa saja yang mudah dioksidasi (aldehida, alkena,
alkuna) akan menunjukkan hasil positif.

Uji bayer merupakan suatu uji untuk menunjukkan kereaktifan hidrokarbon alifatik,
alisiklik, dan aromatic tehadap oksidator KMnO4 yang merupakan katalis. Pada uji bayers ini
dilakukan dengan mencampurkan larutan KMnO4. Hasil yang positif adalah hilangknya
warna ungu dari larutan kalium permanganate. Contohnya, jika alkena dioksidasi
menggunakan pereaksi Baeyer maka akan menghasilkan glikol dengan menghilangkan warna
dari reagen Baeyer. Ini merupakan uji pada senyawa yang memiliki ikatan tangkap. Reaksi
oksidasi menggunakan pereaksi yang lebih kuat seperti asam dikromat atau asam
permanganate atau yang lainnya akan menghasilkan asam dan senyawa keton, tergantung
pada alkenanya (Annisa 2008).
Kalium permanganat yang digunakan pada Uji Baeyer ini memang secara luas biasa
dipakai sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. KMnO4 ini merupakan suatu
pereaksi yang mudah diperoleh,tidak mahal dan tidak memerlukan suatu indikator kecuali
kalau digunakan larutan-larutan yang sangat encer. Kelebihan yang dimiliki dari kalium
permanganat adalah pada titik akhir suatu titrasi cukup untuk menyebabkan pengendapan
beberapa MnO4 Akan tetapi karena reaksinya lambat, maka MnO4 biasanya tidak diendapkan
pada akhir titrasi permanganat.
Uji Bayer yang dilakukan pada minyak nabati seperti pada minyak kelapa, dan
minyak sawit dilakukan untuk mengetahui adanya suatu ikatan rangkap atau tidak agar
mengetahui bahwa minyak tersebut jenuh atau tidak. Molekul minyak nabati dan lemak
hewani mengandung rantai hidrokarbon yang panjang. Dalam minyak nabati rantai ini tak-
jenuh ganda (poly unsturated; memiliki beberapa ikatan rangkap). Minyak nabati seperti pada
contohnya minyak kelapa dan minyak sawit dapat diubah menjadi zat yang lebih bersifat
padat oleh hidrogenasi parsial ikatan-ikatan rangkapnya. Umumnya zat yang polar dapat larut
dalam pelarut yang bersifat polar, namun tidak dapat larut dalam pelarut nonpolar. Begitu
juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan adanya momen dipol pada zat atau pelarut sehingga
dapat berikatan dan berinteraksi dengan sesamanya. Sedangkan pada pelarut nonpolar tidak
memiliki momen dipol, sehingga tidak bisa berinteraksi dengan zat yang polar, jadi tidak
dapat larut.
Senyawa berbobot molekul rendah berwujud gas dan cair, dan zat yang berbobot
molekul tinggi berwujud padat. Alkana merupakan zat nonpolar, zat yang tak larut dalam air
dengan kerapatan zat cair kurang dari 1,0 g/ml. Selain alkana juga ada alkena yaitu
hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua karbon–karbon. Senyawa ini
dikatakan tidak jenuh karena tidak mempunyai jumlah maksimum atom yang sebetulnya
dapat ditampung oleh setiap karbon (Pettruci, 1987).
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta: Bina
Aksara.
Fessenden, Ralp J dan Joan S. Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Fessenden, Ralph J. 1986. Kimia Organik Jilid I Edisi Ketiga.Jakarta: Erlangga.
G.B, Abdulloh. 2007. “Mengidentifikasi senyawa hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh dengan
cara reaksi adisi dan oksidasi”. Jurnal Hidrokarbon. Diakses pada 06 Juni 2013.
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam. Terjemahan
Suminar. Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
Syabatini, Annisa. 2008. http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/16/hidrokarbon/ Diaks
es pada 09 Juni 2013.
Wilbraham, Antony. 1992. Pengantar Kimia Organik Dan Hayati. Bandung: ITB.
Adapun sifat-sifat dari senyawa hidrokarbon diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Semua hidrokarbon merupakan senyawa nonpolar sehingga tidak larut dalam air. Jika
suatu hidrokarbon bercampur dengan air, maka lapisan hidrokarbon selalu di atas sebab
massa jenisnya lebih kecil. Pelarut yang baik untuk hidrokarbon adalah pelarut nonpolar,
seperti CCl4 atau eter.
2. Makin banyak atom C, titik didih makin tinggi. Untuk hidrokarbon yang berisomer
(jumlah atom C sama banyak), titik didih makin tinggi apabila rantai C makin panjang
(bercabang sedikit).
3. Pada suhu dan tekanan biasa, empat alkana yang pertama (CH4sampai C4H10)
berwujud gas. Pentana (C5H12) sampai heptadekana(C17H36) berwujud cair, sedangkan
oktadekana (C18H38) dan seterusnya berwujud padat.
4. Jika direaksikan dengan unsur-unsur halogen (F2, Cl2, Br2, dan I2),maka atom- atom
H pada alkana mudah mengalami substitusi (penukaran) oleh atom- atom halogen.
5. Alkana dapat mengalami oksidasi dengan gas oksigen, dan reaksi pembakaran ini
selalu menghasilkan energi. Itulah sebabnya alkana digunakan sebagai bahan bakar.
Secara rata-rata, oksidasi 1 gram alkana menghasilkan energi sebesar 50.000 joule.
Dan sifat dari senyawa organik diantaranya adalah Sifat fisik : Non polar, tarik-menarik
antar molekul lemah, tidak larut dalam air, larut dalam senyawa organik (non polar) dan
sedikit polar. Pada suhu kamar dan tekanan 1 atm : C1 – C4 = gas (tidak berbau) ,C5 – C17
= cair (berbau bensin),C18 – dst = padat (tidak berbau), Titik didih senyawa rantai lurus >
titik didih senyawa rantai bercabang. Sifat kimia : Kurang reaktif dibanding senyawa organik
yang memiliki gugus fungsi,Tidak bereaksi dengan asam (stabil), Dapat bereaksi dengan
halogen Contoh : CH4 : metana CH3 : metil dan C2H6 : etana C2H5 : etil.
Hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur atom karbon (C) dan atom
hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon dan atom-atom hidrogen yang
berikatan dengan rantai tersebut. Istilah tersebut digunakan juga sebagai pengertian dari
hidrokarbon alifatik. Sebagai contoh, metana (gas rawa) adalah hidrokarbon dengan satu
atom karbon dan empat atom hidrogen: CH4. Etana adalah hidrokarbon (lebih terperinci,
sebuah alkana) yang terdiri dari dua atom karbon bersatu dengan sebuah ikatan tunggal,
masing-masing mengikat tiga atom karbon: C2H6. Propana memiliki tiga atom C (C3H8) dan
seterusnya (CnH2·n+2).
Hidrokarbon terdiri dari hidrogen dan karbon. Hidrokarbon ini dapat diklasifikasi atau
digolongkan untuk mempermudah dalam pengenalannya. Penggolongan pertama
berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya yaitu , Hidrokarbon jenuh yaitu senyawa
hidrokarbon yang ikatan antar atom karbonnya merupakan ikatan tunggal. dan hidrokarbon
tak jenuh, ini yaitu senyawa hidrokarbon yang memiliki 1 ikatan rangkap dua (alkena) atau
lebih dari 1 ikatan rangkap dua atau ikatan rangkap tiga (alkuna).
Sedangkan Penggolongan kedua berdasarkan bentuk rantai karbonnya yaitu hidrokarbon
alifatik (senyawa hidrokarbon dengan rantai terbuka jenuh /ikatan tunggal maupun tidak
jenuh / ikatan rangkap), hidrokarbon alisiklik (senyawa hidrokarbon dengan rantai melingkar
atau tertutup/cincin), dan hidrokarbon aromatik (senyawa hidrokarbon dengan rantai
melingkar /cincin yang mempunyai ikatan antar atom C tunggal dan rangkap secara selang-
seling/bergantian).
Adapun sifat-sifat senyawa hidrokarbon dalam alkana yaitu Pada suhu C1–C4 berwujud
gas, C5–C17 berwujud cair, dan di atas 17 berwujud padat, Semakin bertambah jumlah
atom C maka Mr ikut bertambah akibatnya titik didih dan titik leleh semakin tinggi. Alkana
rantai lurus mempunyai titik didih lebih tinggi dibanding alkana rantai bercabang dengan
jumlah atom C sama. Semakin banyak cabang, titik didih makin rendah, alkana mudah larut
dalam pelarut organik tetapi sukar larut dalam air dan senyawa alkana mumpunyai rantai
panjang dapat mengalami reaksi eliminasi an alkana juga dapat bereaksi subsitusi dengan
halogen. dan sifa-sifat alkena yaitu Titik didih alkena mirip dengan alkana, makin bertambah
jumlah atom C, harga Mr makin besar maka titik didihnya makin tinggi. Alkena mudah larut
dalam pelarut organik tetapi sukar larut dalam air. Alkena dapat bereaksi adisi dengan H2
dan halogen (X2 = F2, Cl2, Br2, I2). Adisi alkena dengan H2. contoh: CH2=CH2 + H2 →
CH3–CH3.
Sedangkan untuk sifat-sifat alkuna yaitu titik didih alkuna mirip dengan alkuna dan alkena
semakin bertambah jumlah atom C harga M, makin besar maka titik didihnya makin
tinggi.alkuna juga dapat beraksi adisi dengan H2, halogen dan asam halida.
Hidrokarbon aromatik adalah kelas bahan kimia yang ditandai dengan memiliki struktur
molekul yang disebut cincin benzena. Yang paling sederhana adalah kimiawi benzena, dan
struktur hidrokarbon ini meminjamkan nama menjadi cincin benzena. Banyak hidrokarbon ini
beracun, dan mereka sayangnya di antara polutan organik yang paling tersebar luas.
Benzena adalah senyawa induk dari keluarga besar senyawa organik yang dikenal sebagai
senyawa aromatik. Tidak seperti sikloheksana, benzena hanya berisi enam atom hidrogen,
memberikan kesan bahwa cincin itu adalah tak jenuh dan setiap atom karbon berpartisipasi
dalam satu ikatan rangkap. Dua struktur yang berbeda dengan ikatan tunggal dan ganda
sekitar cincin dapat ditulis kembali untuk benzena.
Sebuah cincin benzena adalah struktur molekul yang dibuat ketika enam atom karbon
terhubung satu sama lain dalam sebuah cincin terkait. Setiap atom karbon memiliki empat
elektron; dua elektron bergabung dengan atom karbon tetangga, sementara salah satu pergi
ke atom hidrogen. Yang keempat adalah apa yang dikenal sebagai elektron terdelokalisasi,
yang berarti bahwa itu tidak terlibat langsung dengan atom tertentu. Cincin Benzena sering
diambil sebagai bentuk heksagonal dengan lingkaran di tengah untuk mewakili elektron
terdelokalisasi. Benzena terjadi menjadi bentuk yang sangat beracun dari hidrokarbon
aromatik.
Ketika cincin benzena berhubungan, mereka dapat membentuk berbagai zat, termasuk apa
yang disebut hidrokarbon polisiklik aromatik (PAH), atau hidrokarbon poliaromatik. Mereka
diciptakan melalui pembakaran tidak sempurna, itulah sebabnya mereka begitu luas di
lingkungan alam. Kebanyakan fasilitas manufaktur, misalnya, penggunaan pembakaran
dalam operasi mereka, berpotensi menghasilkan sejumlah besar PAH. Beberapa PAH
sangat beracun, yang dapat menyebabkan masalah serius ketika mereka telah disimpan
dalam jumlah massal oleh aktivitas manusia.
Hidrokarbon aromatik mungkin juga dikenal dalam bentuk singkatan dari AH atau sebagai
arena. Berbagai macam senyawa diklasifikasikan sebagai arena, dan potensi mereka untuk
merugikan didasarkan pada struktur molekul mereka. Banyak orang pasti berinteraksi
dengan berbagai zat ini setiap hari tanpa menyadari hal itu dan, tergantung pada gaya hidup
dan aktivitas individu, ia juga dapat terkena arena yang berbahaya, seperti benzopyrene,
PAH yang ditemukan dalam asap tembakau dan tar.

Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta.
Bina Aksara
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 3. Jakarta. Erlangga
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung: ITB
Wilbraham, A. C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Bandung. ITB

Anda mungkin juga menyukai