TUJUAN PELEDAKAN
Gambar 2.1 Hubungan antara RMR dan laju penggalian Roadheader kelas
> 50 Mpa (Fowell dan Jhonson, 1982 & 1991)
Rumus :
4.W.D
De² =
De
F = 5
5
P
Is =F
De²
e. Kriteria penggalian menurut kuat tekan uniaxial (UCS)
BAB III
PRINSIP KESETIMBANGAN OKSIGEN
Dalam suatu reaksi peledakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
agar bahan peledak yang digunakan efektif dan dampak lingkungan yang
ditimbulkan inimum. Salah satunya adalah keseimbangan oksigen dalam reaksi.
gas beracun yang ditimbulkan oleh reaksi peledakan tersebut sangat kecil
dan agar bahan peledak yang digunakan efisien. Maksudnya adalah energi yang
dihasilkan maksimum dan dampak lingkungan atau gas beracun minimum.
Dalam praktikum teknik peledakan yang membahas hal mengenai
keseimbangan oksigen ini, praktikan diajak untuk membahas masalah
keseimbangan oksigen dalam suatu rangkaian peledakan.
BAB IV
BAHAN PELEDAK, PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PELEDAKAN
4.2 Peralatan
Ada beberapa peralatan yang biasanya diigunakan untuk operasi peledakan listrik,
yaitu :
1. Exploder ( Blasting Machine ), ada dua tipe yang diperdagangkan yaitu :
a. Generator Type
b. Condenser Discharge (CD) Type
Kedua tipe alat tersebut dibuat untuk menghasilkan arus searah bertentangan
tinggi. Kapasitas alat ini biasanya dinyatakan dalam jumlah detonator listrik
dengan panjang leg wire 30 ft bila sambungan seri. Tipe yang pertama tidak
pernah untuk digunakan sambungan parallel karena adda kemungkinan misfire
(konsleting). Tipe yang kedua terutama digunakan untuk peledakan yang lebih
besar. Bentuk blasting machine sangat beranika ragam, mulai dari bentuk kuno
sampai yang bentuk remote control saat ini.
3. Circuit tester
Sebelum peldakan dilakukan, setelah semua sirkuit dipasang, maka harus
ditest dahulu. Beberapa alat yang digunakan untuk circuit tester adalah :
a. Du Pont Rheostat
b. Du Pont Blasting Galvonometer
c. Du Pont Voltohmeter
Tipe-tipe blasting machine yaitu :
1. Tipe generator
Untuk mengumpulkan energi listrik menggunakan gerakan mekanis dengan
cara memutar engkol (handle) yang telah disediakan. Putaran engkol dihentikan
setelah lampu indikator menyala yang menandaka arus suda maksimum dan siap
dilepaskan. Saat ini tipe generator digunakan.
Cramper :
Kabel yang digunakan didalam peledakan listrik dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
4.3 Perlengkapan
BAB V
RANCANGAN DAN EFEK PELEDAKAN
Keterangan :
SG = Berat jenis bahan peledak yang digunakan
Ve = Kecepatan detonasi bahan peledak yang digunakan
SGstd = Berat jenis bahan peledak standard, 1,20.
Vestd = Kecepatan deonasi bahan peledak satndard 12.000 fps
𝐷𝑠𝑡𝑑 1/3
𝐴𝐹2 = [ ]
𝐷
Keterngan :
Dstd = Bobot isi batuan standar, 160 lb/cuff
Kbstd = Bobot isi batuan yang diledakan
𝐾𝑏 𝑥 𝐷𝑒 𝐾𝑏 𝑥 𝐷𝑒
𝐵= 𝑓𝑡 atau 𝐵= 𝑚
12 39.30
Ketengan :
B = Burden (m)
Kb = Burden ratio
De = Diameter lubang ledak (mm)
2. Spasi (S)
Spasi adalah jarak terdekat antara dua lubang tembk yyang berdekatan di
dalam satu baris (row). Apabila jarak spasi terlalu kecil akan mengakibatkan
batuan hancur, disebabkan karena energi yang terlalu menekan kuat. Sedangkan
bila jarak spasi terlalu besar akan mengakibatkan bongkahan atau bahkan batuan
hanya mengalami keretakan dan terjadi overhang, karena energi leddakan dari
lubang yang satu tidak mampu berinteraksi dengan batuan lainnya.
S = Ks x B
Keterangan :
S = Spasi (m)
B = Burden (m)
Peledakan Serentak, S = 2B
Peledakan beruntun dengan delay interval lama (second delay), S=B
Peledakan dengan millisecond delay, S antara 1,2 B – 1,8 B
Peledakan dengan pola equilateral dan beruntun tiap lbang ledak dalam
baris yang sama, S = 1,5 B
3. Stemming (T)
Stemming adalah lubang leddak bagian atas yang tiidak diisi bahan
peleddak, tetapi biasannya diisi oleh abu hasil pemboran atau material
berukuran kerikil (lebih baik) dan didapatkan diatas bahan peledak.
T = Kt x B
Keterangan :
T = stemming (m)
B = burden (m)
4. Kedalaman lubang ledak (H)
Kh = H/B
Keterangan :
H = burden (m)
H = L+J
Keterangan :
J = Subdrilling (m)
5. Subdrilling (J)
Subdrilling adalah lubang ledak yang dibor sampai melebihi batas lantai
jenjang bagian bawah. Maksudnya batuan dapt meeddak secara fullface dan
untuk menghindari kemungkinan adanya tonjolan-tonjolan (toe) pada lantai
jenjang bagian bawah.
J = Kj x B
Keterangan :
J = Subdrilling ratio
Kj = Subdrilling
B = Burden (m)
PC = H-T
Keterangan :
T = Stemming (m)
Untuk memperoleh hasil bongkaran batuan sesuai dengan yang diinginka, maka
perlu perencanaan ledakan dengan memperhatikan besaran-besaran geometri
peleddakan. Geometri peleddakan menurut C. J. Konya (1990) adalah sebagai
berikut :
1. Burden (B)
𝑆𝐺𝑒 1/3
B1 = 3,15 𝑥 𝐷𝑒 𝑥 (𝑆𝐺𝑟 )
2 𝑥 𝑆𝐺𝑒
B2 = (( ) + 1,5)) 𝐷𝑒
𝑆𝐺𝑟
𝑆𝑡𝑣 1/3
B3 = 0,67 𝑥 𝐷𝑒 𝑥 (𝑆𝐺𝑟 )
B = (B1+B2+B3)/3
Keterangan :
B = Burden (ft)
3. Stemmming (T)
Stemming adalah kolom material penutup lubang leddak di atas kolom
isian bahan peledak.
Persamaan yang digunakan menghitung jarak stemming adalah :
T = 0,70 x B
Keterangan :
T = Stemming (m)
B = Burden (m)
4. Subdrilling (J)
Subdrilling adalah panjang lubang ledak yang berada dibawah garis lantai
jenjang. Subdrilling berfungsi untuk membuat lantai jenjang relatif rata setelah
peledakan. Adapun persmaan mencari jarak subdrilling adalah sebagai berikut :
J = 0,30 x B
Keterangan :
B = Burden (m)
J = Subdrilling (m)
Gambar 5.6. Pengaruh subdrilling terhadap lantai jenjang
Untuk menentukan interval tunda antar baris tidak kuran dari 2 ms/ft dan
tidak lebih dari 6 ms/ft dari ukuran burden. Persaman dibawah ini dapat
digunakan untuk besarnya interval waktu antar baris.
tr = Tr x B
untuk interval antar lubang satu baris digunakan rumus :
th = Th x B
Keterangan:
tr = Interval waktu antar baris (ms)
Tr = Konstanta waktu antar baris (di tabel)
Th = Konstanta waktu antar lubang (di tabel)
th = Interval waktu antar lubang (ms)
Keterangan :
BAB VI
FRAGMENTASI HASIL PELEDAKAN
𝑉 0,8
𝑋 = 𝐴 𝑥 [ ] 𝑥 𝑄 0,17 𝑥 (𝐸⁄115)−0,63
𝑄
Diman :
X = Rata-rata ukuran fragmentasi
A = Faktor batuan (Rock Factor = RF)
V = Volume batuan yang terbongkar (m3)
Q = Jumlah bahan peledak pada setiap lubang ledak (kg)
E = Relative Weight Strength bahan peledak, emulsion = 100
𝐵 1+𝐴′ 0,5 𝑊 𝑃𝐶
𝑛 = (2,2 − 14 𝐷𝑒) 𝑥 [ ] (1 − 𝐵 ) 𝑥 ( 𝐿 )
2
BAB VII
PELEDAKAN TAMBANG BAWAH TANAH
Tempat peledakan atau ruangan dibawah tanah lebih terbatas, oleh karena itu
batuan akan lebih sukar untuk diledakkan dan perlu dibuat bidang bebas
kedua yang merupakan arah peledakan selanjutnya. Dalam pembuatan
terowongan bidang bebas cut yang dipergunakan untuk membuat terowongan
adalah Center-cut, Wedge-cut, dan Wurn-cut.
Cut yang umum dipakai pada saat ini adalah large hole cut, terdiri dari satu
atau lebih lubang kosong yang berdiameter besar, dikelilingi oleh lubang-
lubang berdiameter kecil yang berisi muatan bahan peledak (lihat gambar
7.10).
Gambar 7.10 Hasil peledakan sebagai fungsi dari letak dan diameter lubang ledak
dan lubang kosong
b. Stoping
Suatu round dibbagi menjadi :
- lubang lantai (floor holes)
- lubang dinding (wall holes)
- lubang atap (roof holes)
- lubang stoping arah pemecahan keatas dan horizontal (stoping
upwards dan stoping horizontal)
- lubang stoping arah pemecahan kebawah (stoping downwards) untuk
lubang burden (B) dan muatan untuk bermacam-macam bagian dari
round dapat dibagai grafik pada gambar 7.12
Gambar 8.12 Burden sebagai fungsi dari konsentrasi muatan untuk
berbagai diameter lubang dan jenis bahan peledak
Apabila burden (B), kedalam lubang ledak (H) dan konsentrasi muatan
dasar (lb) telah diketahui, Tabel 7.1 dibawah ini dapat dipakai untuk
menentukan geometri pemboran dan peledakan dari round.
Electric detonator :
Interval No. Delay time
VA/MS 1 25 ms
VA/MS 4 100 ms
VA/MS 7 175 ms
VA/MS 10 250 ms
VA/MS 13 325 ms
VA/MS 16 400 ms
VA/MS 18 450 ms
VA/MS 20 500 ms