LAPORAN PRAKTIKUM
Gambar 2.1 Hubungan antara RMR dan laju penggalian Roadheader kelas
> 50 Mpa (Fowell dan Jhonson, 1982 & 1991)
RMR juga pernah dipakai untuk mengevaluasi kinerja roadheader Dosco SL-
120 (Sandbak 1985, lihat gambar 2.1). penelitian ini dilaksanakan pada bijih
tembaga Kalamazzo & San Manuel, Arizona.
Dalam suatu reaksi peledakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
bahan peledak yang digunakan efektif dan dampak lingkungan yang ditimbulkan
inimum. Salah satunya adalah keseimbangan oksigen dalam reaksi.
gas beracun yang ditimbulkan oleh reaksi peledakan tersebut sangat kecil dan
agar bahan peledak yang digunakan efisien. Maksudnya adalah energi yang
dihasilkan maksimum dan dampak lingkungan atau gas beracun minimum.
Dalam praktikum teknik peledakan yang membahas hal mengenai
keseimbangan oksigen ini, praktikan diajak untuk membahas masalah
keseimbangan oksigen dalam suatu rangkaian peledakan.
Karakteristik fumes :
a. Detonasi bahan peledak menghasilkan gas-gas non-toxic (CO2, H2O, N2)
dan toxic (NO, NO2, CO)
b. Gas-gas ini perlu diperhatikan pada peledakan bawah tanah atau terbuka
bila gerakan angin yang rendah
c. Faktor-faktor yang menimbulkan gas toxic antara lain : (1) letak primer
yang tidak tepat (2) kurang tertutup air (3) komposisi bahan peledak tidak
baik (4) adanya reaksi dengan batuan mengandung sulfida atau karbonat
Kedua tipe alat tersebut dibuat untuk menghasilkan arus searah bertentangan
tinggi. Kapasitas alat ini biasanya dinyatakan dalam jumlah detonator listrik
dengan panjang leg wire 30 ft bila sambungan seri. Tipe yang pertama tidak
pernah untuk digunakan sambungan parallel karena adda kemungkinan misfire
3. Circuit tester
Sebelum peldakan dilakukan, setelah semua sirkuit dipasang, maka harus
ditest dahulu. Beberapa alat yang digunakan untuk circuit tester adalah :
a. Du Pont Rheostat
b. Du Pont Blasting Galvonometer
c. Du Pont Voltohmeter
Tipe-tipe blasting machine yaitu :
1. Tipe generator
Untuk mengumpulkan energi listrik menggunakan gerakan mekanis dengan
cara memutar engkol (handle) yang telah disediakan. Putaran engkol dihentikan
setelah lampu indikator menyala yang menandaka arus suda maksimum dan siap
dilepaskan. Saat ini tipe generator digunakan.
Cramper :
Kabel yang digunakan didalam peledakan listrik dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Leading wire – peralatan
2. Leg wire – perlengkapan
3. Connecting wire – perllengkapan
4.3 Perlengkapan
Perlengkapan peledakan (Blasting supplies/Blasting accessoris) adalah
material yang dilakukan untuk membuata rangkaian peleddakan seingga isian
bahan peledak dapat dinyalakan. Perlengkapan peledakan hanya dapat dipakai
1. Bahan peledak komersial adalah hari kelas bahan peledak kimia. Dalam hal
ini detonator, sumbu ledak, dan sumbu api harus diperlukan sebagai bahan
peledak.
2. Pabrik bahan peledak selalu memberikan keterangan mengenai spesifikasi
bahan peledak yang dihasilkannya.
3. Untuk pedoman pelaksanaannya beberapa sifat bahan peledak yang harus
diperhatikan adalah :
a. Kekuatan (Strenght)
b. Kerapatan/berat jenis (Density/Specific Gravity)
c. Kecepatan Detonasi (Detonation Velocity)
d. Kepekaan (Sensitivity)
e. Ketahanan Terhadap Air (Water Resistensy)
f. Gas beracun (Fumes)
g. Kemasan (Package)
4. Perlengkapan bahan peledak terdiri dari detonator, sumbu api, sumbu leddak,
dll.
Keterangan :
SG = Berat jenis bahan peledak yang digunakan
Ve = Kecepatan detonasi bahan peledak yang digunakan
SGstd = Berat jenis bahan peledak standard, 1,20.
Vestd = Kecepatan deonasi bahan peledak satndard 12.000 fps
𝐷𝑠𝑡𝑑 1/3
𝐴𝐹2 = [ ]
𝐷
Keterngan :
𝐾𝑏 𝑥 𝐷𝑒 𝐾𝑏 𝑥 𝐷𝑒
𝐵= 𝑓𝑡 atau 𝐵= 𝑚
12 39.30
Ketengan :
B = Burden (m)
Kb = Burden ratio
De = Diameter lubang ledak (mm)
2. Spasi (S)
Spasi adalah jarak terdekat antara dua lubang tembk yyang berdekatan di
dalam satu baris (row). Apabila jarak spasi terlalu kecil akan mengakibatkan
batuan hancur, disebabkan karena energi yang terlalu menekan kuat. Sedangkan
bila jarak spasi terlalu besar akan mengakibatkan bongkahan atau bahkan batuan
hanya mengalami keretakan dan terjadi overhang, karena energi leddakan dari
lubang yang satu tidak mampu berinteraksi dengan batuan lainnya.
S = Ks x B
Keterangan :
S = Spasi (m)
B = Burden (m)
3. Stemming (T)
Stemming adalah lubang leddak bagian atas yang tiidak diisi bahan peleddak,
tetapi biasannya diisi oleh abu hasil pemboran atau material berukuran kerikil
(lebih baik) dan didapatkan diatas bahan peledak.
Untuk menghitung panjang stemming perlu ditentukan dulu stemming ratio
(Kt). Biasanya Kt standard yang dipakai 0,70 dan ini cukup untuk mengontrol
airblast, flyrock, dan stress balance, collar priming. Untuk menghitung stemming
dipakai persamaan :
T = Kt x B
Keterangan :
Kt = stemming ratio (0,70 – 1,00)
T = stemming (m)
B = burden (m)
Kh = H/B
Keterangan :
Kh = hole dep ratio
H = burden (m)
5. Subdrilling (J)
Subdrilling adalah lubang ledak yang dibor sampai melebihi batas lantai
jenjang bagian bawah. Maksudnya batuan dapt meeddak secara fullface dan untuk
menghindari kemungkinan adanya tonjolan-tonjolan (toe) pada lantai jenjang
bagian bawah.
Panjang subdrilling diperoleh dengan menentukan harga subdrilling ratio
(Kj) yang besarnya tidak lebih kecil dari 0,20. Untuk batuan masif biasanya
dipakai Kj sebesar 0.30. hitungan Kj dengan burden diekspresikan dengan
persamaan berikut :
J = Kj x B
Keterangan :
J = Subdrilling ratio
Kj = Subdrilling
B = Burden (m)
PC = H-T
Keterangan :
PC = Panjang kolom isian bahan peledak (m)
H = Kedalam lubang ledak (m)
T = Stemming (m)
1. Burden (B)
Menurut C. J. Konya, dalam penentuan nilai burden maka digunakan rumusn
sebagai berikut :
𝑆𝐺𝑒 1/3
B1 = 3,15 𝑥 𝐷𝑒 𝑥 (𝑆𝐺𝑟 )
2 𝑥 𝑆𝐺𝑒
B2 = (( ) + 1,5)) 𝐷𝑒
𝑆𝐺𝑟
𝑆𝑡𝑣 1/3
B3 = 0,67 𝑥 𝐷𝑒 𝑥 (𝑆𝐺𝑟 )
B = (B1+B2+B3)/3
Keterangan :
B = Burden (ft)
2. Spacing (S)
Menentukan jarak spacing didasarkan pada jenis detonator listrik yang
digunakan beberapa besar perbandingan antara tinggi jenjang dan jarak burden.
Bila perbandingan antara L/B lebih kecil dari 4 maka digolongkan jenjang rendah
dan bila lebih besar dari 4 maka digolongkan jenjang tinggi (Tabel 5.4).
3. Stemmming (T)
Stemming adalah kolom material penutup lubang leddak di atas kolom isian
bahan peledak.
Persamaan yang digunakan menghitung jarak stemming adalah :
T = 0,70 x B
Keterangan :
T = Stemming (m)
B = Burden (m)
4. Subdrilling (J)
Subdrilling adalah panjang lubang ledak yang berada dibawah garis lantai
jenjang. Subdrilling berfungsi untuk membuat lantai jenjang relatif rata setelah
peledakan. Adapun persmaan mencari jarak subdrilling adalah sebagai berikut :
J = 0,30 x B
Keterangan :
B = Burden (m)
J = Subdrilling (m)
Untuk menentukan interval tunda antar baris tidak kuran dari 2 ms/ft dan
tidak lebih dari 6 ms/ft dari ukuran burden. Persaman dibawah ini dapat
digunakan untuk besarnya interval waktu antar baris.
tr = Tr x B
untuk interval antar lubang satu baris digunakan rumus :
th = Th x B
Keterangan:
Keterangan :
PF = Powder factor (kg/m3)
V = Volume batuan yang diledakkan (m3)
E = Jumlah bahan peledak yang digunakan (kg)
Besaran nilai powder factor biasanya suda ditetapkan dari perusahaan.
Semakin kecil nilai PF maka semakin ekonomis peledakan tersebut. Maka PF dan
hasil fragmentasi batuan biasanya menjadi parameter penentu keberhasilan dari
suatu peledakan.
𝑉 0,8
𝑋 = 𝐴 𝑥 [ ] 𝑥 𝑄 0,17 𝑥 (𝐸⁄115)−0,63
𝑄
Dimana :
X = Rata-rata ukuran fragmentasi
A = Faktor batuan (Rock Factor = RF)
V = Volume batuan yang terbongkar (m3)
Q = Jumlah bahan peledak pada setiap lubang ledak (kg)
E = Relative Weight Strength bahan peledak, emulsion = 100
Untuk mengetahui besarnya presentase bongkah pada hasil peledakan yang
digunakan rumus Indeks Keseragaman (n) dan Karakteristik Ukuran (Xc), dengan
perssamaan sebagai berikut :
𝐵 1+𝐴′ 0,5 𝑊 𝑃𝐶
𝑛 = (2,2 − 14 𝐷𝑒) 𝑥 [ ] (1 − 𝐵 ) 𝑥 ( 𝐿 )
2
Keterangan :
B = Burden
De = Diameter
A’ = Nisbah spasi dan burden
Berikut :
𝑋
𝑋𝑐 = (0,693)1/𝑛
2. Pengeboran Drilling
Pada tahap ini dilakukan pengeboran untuk membuat lubang kosong dan
lubang ledak yang nantinya digunakan untuk pengisian bahan peledak.
Pengeboran bisa dilakukan dengan menggunakan jackleg maupun jumbo drill.
Bila menggunakan jumbo drill yang sudah dilengkapi T-CAD, maka operator
4. Peledakan (Blasting)
Peledakan dilakukan guna menghancurkan batuan dan menghasilkan lubang
bukaan atau ruang yang diinginkan. Peledakan ini dilakukan saat sudah tidak ada
crew atau orang yang ada dilokasi kerja. Biasanya peledakan dilakukan pada jam-
jam yang telah dilakukan, namun pada kasus tertentu yang membutuhkan
penanganan segera, maka peledakan tetap bisa dilakukan diluar jadwal yang
ditentukan.
9. Pick Up
Dilakukan oleh surveyor untuk mengambil data hasil peledakan dan
kemajuan heading tersebut, data bentuk terowongan setelah peledakan, juga data
overbreak-underbreak dari heading tersebut. Data hasil pick up tersebut (data
aktual) dicocokan dengan data desain heading tersebut, sehingga dapat diketahui
berapa kemajuan headin tersebut, bagaimana bentuk terowongan tersebut, apakah
ada overbreak dan underbreak pada terowongan tersebut dan lainnya.
10. Persiapan Pengeboran Selanjutnya (Next Round)
Setelah kondisi lapangan yang sudah aman kemudian dilakukan survey
kemajuan penggalian, untuk mengetahui apakah arah penggalian dan kemajuan
sesuai dengan desain yang diharapkan. Setelah itu dilakukan persiapan
pengeboran selanjutnya.
Tempat peledakan atau ruangan dibawah tanah lebih terbatas, oleh karena itu
batuan akan lebih sukar untuk diledakkan dan perlu dibuat bidang bebas kedua
yang merupakan arah peledakan selanjutnya. Dalam pembuatan terowongan
bidang bebas cut yang dipergunakan untuk membuat terowongan adalah Center-
cut, Wedge-cut, dan Wurn-cut.
1. Center Cut
Center cut disebut juga pyramid atau diamond cut. Empat atau enam lubang
dengan diameter yang sama dibor kearah satu titik sehingga terbentuk pyramid.
Puncak pyramid dibagian dalam dilebihkan sekitar 15 cm (6 inch) dari kedalaman
seluruh lubang bor yang ada. Pada bagian puncak pyramid terkonsentrasi bahan
peledak kuat. Dengan meledakkan center cut ini secara serentak akan terbentuk
bidang bebas baru bagi lubang-lubang ledak disekitarnya. Center cut sangat
efektif bagi batuan kuat, tetapi konsumsi bahan peledak banyak dan mempunyai
efek getaran tinggi disertai oleh lemparan batu-batu kecil.
2. Wedge Cut
Wedge cut disebut dengan V-Cut, angel-cut, atau cut berbentuk baji. Setiap
pasang dari empat atau enam lubang dengan diamter yang sama dibor kearah satu
titik, tetapi lubang bor antar pasangan sejajar, sehingga terbentuk baji. Cara
mengebor tipe ini lebih mudah dibandingkan pyramid cut, tetapi kurang efektif
untuk meledakkan batuan yang keras.
3. Drug Cut
Drag cut atau pola kipas, bentuknya mirip dengan wedge cut yaitu berbentuk
baji. Perbedaannya terletak pada posisi bajinya tidak terletak ditengah-tengah
bukaan, tetapi terletak pada bagian lantai atau dinding bukaan. Cara membuatnya
adalah dinding bor miring untuk membentuk rongga dilantai atau dinding.
Pengeboran untuk membuat rongga dari bagian dinding disebut juga dengan fan
Gambar 7.10 Hasil peledakan sebagai fungsi dari letak dan diameter lubang ledak
dan lubang kosong
b. Stoping
Suatu round dibbagi menjadi :
- lubang lantai (floor holes)
- lubang dinding (wall holes)
- lubang atap (roof holes)
- lubang stoping arah pemecahan keatas dan horizontal (stoping upwards
dan stoping horizontal)
- lubang stoping arah pemecahan kebawah (stoping downwards) untuk
lubang burden (B) dan muatan untuk bermacam-macam bagian dari
round dapat dibagai grafik pada gambar 7.12
Apabila burden (B), kedalam lubang ledak (H) dan konsentrasi muatan dasar
(lb) telah diketahui, Tabel 7.1 dibawah ini dapat dipakai untuk menentukan
geometri pemboran dan peledakan dari round.
Electric detonator :
Interval No. Delay time
VA/MS 1 25 ms
VA/MS 4 100 ms
VA/MS 7 175 ms
VA/MS 10 250 ms
VA/MS 13 325 ms
VA/MS 16 400 ms
VA/MS 18 450 ms
VA/MS 20 500 ms
Di dalam daerah cut waktu tunda antara lubang-lubang harus cukup panjang,
sehingga memberi waktu untuk memecah dan melemparkan batuan melalui
lubang kosong yang sempit. Terbukti bahwa batuan bergerak dengan kecepatan
antara 40-60 m/s.
Gambar 7.14 Bentuk pola penembakan dengan nonel GT/T, dan dengan
Detonator VA/MS dan VA/MS